Kau tak
sendiri,
Kami selalu
disini,
Masih
berdiri untuk menanti,
Tidak peduli
hari berganti hari,
Bertahun-tahun
pun akan kami lewati,
Asalkan
penantian ini berakhir kau disini,
Berdiri
bersama kami yang selalu siap berbagi…
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Orang-orang
berlalu lalang dihadapan mereka. Seakan-akan menganggap mereka tidak ada.
Padahal mereka ada disana, bersama orang-orang lainnya. Masih hidup dan berdiri
tegap meski banyak yang menganggap mereka telah hilang. Padahal tidak! Mereka
bahkan tidak tersembunyi, mereka terlihat namun tidak terpandang lagi, layaknya
buku Best Seller usang yang berakhir penuh debu karena setelah dibaca tak
tersentuh lagi, tergeletak begitu saja bersama masa lalu.
Salah satu
dari mereka tampak sibuk dengan smartphone –nya. Seperti seluruh perhatiannya
tertumpah pada layar LCD yang tidak juga menampilkan sesuatu yang diharapkan
mereka sedari dulu.
“bagaimana
vi? Apa ada balasan?.” Tanya salah satu lagi dari mereka. Ia menepuk seseorang
yang sedari tadi sibuk dengan sebuah smartphone.
Orang yang
ditanya hanya menggeleng kecewa –lagi. Ini adalah pertemuan yang entah keberapa
kali namun tetap tidak menghasilkan sesuatu yang selalu mereka harapkan.
“hah! Tak
bisa lagi, selalu begini. Apa kita harus menyerah? Sebentar lagi tahun ketiga
kita berdiri, tapi kenapa dia seolah tidak peduli, hilang begitu saja.
Shit!!!” orang yang tadi menghampirinya
mengumpat penuh kecewa. Seolah tak terima jika pertemuan kali ini harus gagal lagi mencari info tentang bintang
mereka yang telah lama tertelan awan gelap.
“let it flow
girl. Aku janji, aku yang akan kembali membawanya bersinar untuk kita yang
masih setia.”
Sivia
azizah. Gadis yang sedari tadi sibuk dengan smartphone –nya berujar penuh
keyakinan. Seperti biasa gadis tersebut selalu optimis dengan apapun yang
berhubungan dengan bintangnya. Seolah-olah tidak ada satupun masalah yang patut
diperhitungkan selama ia masih mau berjuang untuk bertahan.
“bukan hanya
kau vi, tapi kita…” seorang laki-laki hitam manis –yang merupakan salah satu
dari mereka juga berujar penuh optimis. Ia merangkul dua gadis yang merupakan
kawan seperjuangannya selama tiga tahun ini.
“bukan,
bukan hanya kita…” gadis yang tadi mengumpat menggeleng-gelengkan kepalanya.
“tapi kita dan mereka” ia menunjuk dirinya sendiri, sivia, rio –laki-laki hitam
manis tadi dan semua orang yang tengah bercanda satu sama lain di dalam café
-yang merupakan best camp tempat mereka selama ini berkumpul. “alvinoszta”
“benar tuh
kata ify.” Rio mengacak rambut gadis yang menunjuknya tadi.
Sivia
mengulum senyum. Kawan-kawannya ini benar. Bukan hanya dirinya yang akan
mengambalikan bintang tersbut, tapi mereka semua –alvinoszta juga akan berjuang
bersamanya untuk mengembalikan bintang mereka yang lama tak bersinar karena
hilang ditelan awan gelap.
“kita akan
berjuang bersama-sama.”
Rio dan Ify
mengangguk. mereka membalas senyuman terkulum sivia. Tentu saja, mereka akan
berjuang bersama, tetap berdiri kokoh untuk sebuah communitas yang lama hilang
–menurut orang-orang, namun nyatanya tetap hidup sampai saat ini.
Alvinoszta
atau ALVZ adalah Community yang berdiri atas dasar rasa kagum, berpondasi rasa sayang, dan
berdiri kokoh karena kekompakan. Pada awalh tahun berdiri semuanya berjalan
lancer, sang bintang masih dalam jarak pandang mereka, bahkan terkesan dengan
dari jarak jangkau mereka. Tapi semuanya
tidak berjalan lancer atau memang tidak pernah ada yang berjalan mulus seperti
aspal jalanan. tepatnya dua tahun lalu -setelah
anniv ke satu tahun Alvinoszta, sang bintang yang mereka kagumi menghilang
tanpa kabar, seolah tenggelam dan tidak pernah naik kepermukaan lagi.
Mereka yang
setia hingga tahun ini –tepatnya tahun ketiga- sudah melakukan Berbagai cara
hanya untuk mendapatkan bagaimana kabar sang bintang. namun percuma. Hampir dua
tahun mereka berusaha untuk kembali membuat bintang mereka bersinar seperti
dulu, hampir dua tahun pula mereka tidak mendapatkan apa. sia-sia. Sampai
beberapa dari mereka memilih menyerah dan pindah community.
Namun untuk
mereka yang setia tidak sudi untuk
menyerah, meskipun banyak yang out karena ketidak pastian, namun mereka yang
bertahan tidak peduli karena yang terpenting bintang mereka kembali bersinar
dilangit, meskipun sinarnya tak seterang dulu –karena tidak akan ada yang sama.
Tapi mereka sudah berikrar akan menerima sebesar apapun sinar sang bintang,
meskipun hanya setitik cahaya.
=====================================================
Let It Flow, biarin semuanya berjalan
apa adanya, urusan nanti, esok, dan seterusnya adalah rencana Tuhan. Kita
sebagai pemain kehidupan hanya bisa berharap agar masih ada hari-hari yang
Tuhan takdirkan untuk kebersamaan kita…
=====================================================
“apa tak ada
niat untuk kembali?.”
Seorang
lelaki berwajah oriental tersenyum tipis seraya membuang arah pandangnya kearah
lain, seperti tak berminat menatap lawan bicaranya. “untuk apa?” tanyanya sedikit
enggan.
“untuk
mereka yang masih setia menunggu sang bintang kembali bersinar.”
“cih! Apa
mereka tidak menyerah juga? Padahal bintang mereka telah lama sirna.” Ujarnya
sinis.
“ayolah alv,
mereka tidak akan menyerah begitu saja. Pikirkan kembali, bintang mereka yang
ada pada dirimu tidak akan pernah sirna meskipun sinarnya hanya setitik.” Kata
cakka jengah, lelah juga memberi masukan pada sahabatnya yang keras kepala ini.
Laki-laki
yang dipanggil alv tidak berminat
untuk membalas. Ia menyibukan diri dengan gitar yang sedari tadi di genjreng -nya secara asal.
“ini hampir
tahun ketiga mereka berdiri untukmu, mereka menyayangimu, mereka adalah
orang-orang yang siap mendukungmu, apa salahnya kamu kembali untuk mereka.”
Cakka menghela nafas sebagai jeda. “setidaknya jangan menjadi pengecut seperti
ini, beri mereka kabar.”
Alvin
memilih diam. Menghentikan aktivitasnya sementara untuk menghargai sahabatnya
yang berbicara. Setelah cakka diam, ia kembali menggenjreng asal gitarnya. Tingkahnya ini seperti Terkesan tidak mau peduli
dan tidak mau mengerti kemana arah pembicaraan ini.
“semuanya
ada ditanganmu, keputusanmu.” Cakka menepuk pundak Alvin. Ia memilih menyerah
untuk membujuk sahabatnya yang memang anti paksa. “butuh kau ketahui, mereka
masih menunggumu untuk kembali.”
“hmmmm….”
Gumamnya acuh tak acuh. “tak ada waktu untuk kembali, aku harus menata kembali
hidupku, kau tahu itu.”
“terserah
apa maumu.” Kata cakka sambil berjalan kepintu keluar kamar Alvin. “ohya lusa
akan ada acara disini, pastikan kau siap untuk berbaur dengan yang lain. Jangan
menutup diri terus-terusan.”
“akan ku
usahakan.”
“ku tunggu
usahamu.”
Cakka
tersenyum meremehkan sebelum benar-benar meninggalkan kamar Alvin.
Hah!!! Bagaimana aku bisa kembali jika
hidupku saja sekacau ini…
======================================================
HEBAT ITU
ADALAH UNTUK MEREKA YANG MASIH BERTAHAN & SELALU SETIA UNTUK ORANG YANG
MEREKA SAYANGI, APAPUN YANG TERJADI #ALVz3rdLetItFlow
=======================================================
Pertemuan
lagi. seperti tidak ada kata bosan untuk mereka, karena hanya dengan berkumpul
seperti ini mereka bisa memperkokoh sesuatu yang seharusnya telah runtuh dari
jauh-jauh hari. Beginilah cara mereka agar tidak benar-benar runtuh lalu mati, Dengan
bertemu, bertegur sapa, saling menguatkan, saling menghibur, saling meyakinkan
dan memperkokoh. Mereka sanggup karena mereka bersama.
Seakan layar
smartphonenya lebih menarik, sivia
tidak memperdulikan teman-teman se-communitas-nya.
Bukan. Bukan karena tidak perduli lagi, namun memang benar sesuatu yang
terpampang di layar smartphonenya
jauh lebih menarik. Sesekali gadis tersebut tersenyum cerah, sesekali ia
meringis, dan sesekali juga ia merengut sebal.
“hueeeeeeeeeee,
aku tidak percaya ini.” Katanya sambil menatap layar smartphonenya dengan mata berkaca-kaca.
“apa yang
terjadi sivia?” ify menepuk pundak sahabatnya dengan tatapan bertanya sekaligus
bingung.
“baca ini”
sivia menyodorkan smartphonenya dan disambut ify dengan tergesa. “keajaiban
datang.” Ujarnya sambil menyeka setitik air mata karena terharu.
Ify mengecek
samrtphone tersebut. Dilayarnya terpampang dengan jelas sebuah percakapan
–chatting sivia dengan seseorang laki-laki. Dengan mata jeli ify membaca
semuanya.
Cakka NRG :
kau alvz?
Sivia
azizALVz : tentu saja, kenapa?
Cakka NRG :
gpp, hanya bertanya.
Sivia
azizALVz : Ho’oH
Cakka NRG :
hmmm… maaf sebelumnya, bukankah ALVz sudah lama hilang seperti bintangnya.
Sivia
azizALVz : tentu saja tidak, kami memang hilang menurut kebanyakan orang, tapi
kami masih ada, dan selalu ada sampai bintang kami kembali.
Cakka NRG :
wah setia sekali hahaha
Sivia
azizALVz : ha ha ha, ejekanmu lucu sekali.
Cakka NRG :
aku tidak mengejek nona -_-
Sivia
azizALVz : Ho’oH
Cakka NRG :
-_- misalnya kalau kau diberi kesempatan untuk bertemu dengan alv, apa yang
akan kau lakukan?
Sivia
azizALVz : aku akan memintanya untuk kembali, tentu saja.
Cakka NRG :
kau tak ingin mencium atau memeluknya.
Sivia azizALVz
: apa kau gila? aku masih punya malu tuan.
Cakka NRG :
hahaha, kalau memang begitu, aku akan menawarkan sesuatu.
Sivia
azizALVz : menawarkan? Apa?
Cakka NRG :
bertemu dengan alv, bagaimana?
Sivia
azizALVz : kau serius? Aku tak percaya.
Cakka NRG :
tentu saja aku serius, aku tidak pernah berbohong.
Sivia
azizALVz : aku tidak akan memaafkanmu jika kau berbohong
Cakka NRG :
aku tidak berbohong, kau mau atau tidak?
Sivia
azizALVz : tentu saja, why not? Kapan?
Cakka NRG :
besok, jam 7 malam. Kau dandan yang cantik.
Sivia
azizALVz : baiklah \(^.^)/ ah tapi aku masih tidak percaya :”)
Cakka NRG :
cerewet, kirimkan alamatmu. Besok kujemput jam setengah 7
Sivia
azizALVz : ya… thanks cakkaaaa :)
Cakka NRG
offline
“sivia, apa
ini serius? Kau tidak merekayasa chattingan ini ,kan?” kata ify yang juga idak
percaya setelah membaca chatingan panjangan sivia dengan laki-laki bernama ‘Cakka NRG’.
“ntahlah,
aku saja masih tak percaya.” Kata sivia kembali menyeka air mata harunya.
“jadi siapa
yang akan pergi?” Tanya ify.
“tentu saja
sivia, siapa lagi?” rio menimpali sambil mengembalikan smartphone sivia.
“ta… tapi
aku juga mau.”
“apa kau
gila? mana mungkin aku membiarkan pacarku sendiri pergi bersama laki-laki
lain.”
“ini beda
yo.”
“sama saja
ify… kau ingat, aku di community kalian hanya untuk membantu kalian
mengembalikan bintang kalian, bukan untuk membiarkan kau –pacarku sendiri pergi
dengan orang lain.” Rio memutar bola matanya jengah, seperti tak ingin
menanggapi wajah memelas ify yang selalu mampu meluluhkannya. “lagian sivialah
yang diajak, bukan kau.” Kata rio lagi.
“baiklah.”
Ify menunduk lemas.
“jadi aku
yang pergi?” Tanya sivia sambil menunjuk dirinya sendiri.
“kau yang
diajak.”
==============================================================
Ia disana,
melebur bersama kalian…
Turut
mengikuti perkembangan kalian…
Meski Dia
tak Nampak, ataupun tak terlihat…
Namun dalam
diam dialah yang menjadi pembaca setia kalian…
Dalam diam
dialah yang turut berdiri kokoh dengan kalian…
Dalam diam
dialah yang melangkah bersama kalian…
Dia tidak
Nampak, namun dia ada disana…
Dia tidak
terasa, namun dia yang merasakan…
Dia tidak
bersinar sendiri, namun kalianlah yang menjadi sinarnya selama ini…
============================================================
“bagaimana
mungkin kau menyuruhku menghadiri pesta perepsian pernikahanmu, sementara kau
menikah saja aku tak tau kapan?”
Habis sudah
kesabarannya. Ia menatap tajam pria dewasa yang ada dihadapannya. Pria dewasa
yang seharusnya ia hormati.
“maafkan
papi, papi tak bermaksud…”
“ciiih! Tak
bermasud melupakanku sebagai anakmu? Hahahaha lucu sekali.” Ia tertawa nista.
“tapi aku tak peduli, terserah kau saja. Kau mau melakukan apapun itu bukan
urusanku, hiduplah bahagia dengan keluarga barumu.” Katanya sambil membuang
arah pandang, ia berbalik dan pergi meninggalkan ruang keluarga yang dipenuhi beberapa pasang mata.
“dengarkan
penjelasan papi dulu, kau tak mengerti alv.”
Langkahnya
terhenti, namun tak berbalik. “aku sudah mencoba mengerti banyak masalah, tapi
semakin ku mengerti semakin sakit rasanya.”
Ia kembali
berjalan dalam kehancuran. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia mersakan hal semengecewakan
ini, tetap saja kecewa adalah kecewa, persakitan yang sama, sama-sama
menghancurkannya untuk yang kesekian kalinya.
Tanpa banyak
mengeluh ia memasuki kamarnya, satu-satunya ruangan di rumah ini yang menjadi tempat
favorite –nya. Ruangan yang dapat menenangkannya meskipun tak setenang
kehidupannya dimasa lalu.
Hidupnya
pilihannya, dan Inilah pilihannya. sejak dua tahun lalu –tepatnya setelah
memutuskan berhenti menjadi bintang dan melupakan segala macam hal yang
berhubungan dengan dunia intertain, termasuk melupakan sekelompok orang yang
menyebut diri mereka ALVz-, ia lebih memilih memfokuskan diri untuk menata
kehidupannya.
Hidupnya
memang kembali tertata, namun setelahnya akan hancur lagi dengan berbagai hal
yang mengecewakan. Lelah? Tentu saja, bahkan ia hampir ingin menyerah. namun
dalam diam ia hadir diantara mereka yang menggapnya hilang tanpa kabar, mereka
yang menyebut diri mereka alvz, mereka yang selalu menjadi penguat lewat
mention-mention yang berisikan kata-kata penegar yang jujur saja kadang bisa
membuatnya tersenyum geli, bersemangat
lagi, atau bahkan membuatnya menggigit bibir geram karena ada yang berlebihan
juga --a.
===========================================================
You're not alone, together we stand
(Kau tak sendirian, kita bersama)
(Kau tak sendirian, kita bersama)
I'll be by your side, you know I'll take your hand
(Aku kan selalu di sisimu, kau tahu kan kuraih tanganmu)
(Aku kan selalu di sisimu, kau tahu kan kuraih tanganmu)
When it gets cold and it feels like the
end
(Saat udara semakin dingin dan semua seolah tlah berakhir)
(Saat udara semakin dingin dan semua seolah tlah berakhir)
There's no place to go, you know I won't
give in
(Tak ada tempat untuk dituju, kau tahu aku takkan menyerah)
(Tak ada tempat untuk dituju, kau tahu aku takkan menyerah)
===========================================================
Sivia keluar
dari mobil laki-laki bernama cakka –teman chattingnya waktu itu. Dengan gerakan
ragu, ia memperbaiki mini Dress Lace biru muda yang membalut tubuhnya. Beberapa
menit yang lalu, ia telah menghabiskan banyak waktu untuk menata diri hanya
untuk menghadiri acara tak terduga ini, acara yang disebutnya sebuah keajaiban
yang akan menuntunnya bertemu dengan seorang Alvin jo –sang bintang yang lama
tenggelam dibalik awan gelap. Dan sekarang ia benar-benar ada disini, didepan
rumah megah yang tidak pernah sekalipun dalam mimpi akan ia pijaki.
“ini…”
“rumah Alvin
jo, bintang yang cari.”
“apa aku
sedang bermimpi? tolong cubit aku.” Sivia menggeleng-geleng tidak percaya.
PLAK
“apa kau
masih menganggap ini mimpi nona?” Tanya cakka sambil merengut kentara. Apakah
ia telah salah memilih orang? Gadis freak
ini benar-benar membuatnya sedikit kesal.
“sakit
cakka! Aku menyuruhmu mencubit bukan menggeplak kepalaku.” Sungut sivia tidak
terima.
“sudahlah,
jaga tingkahmu. Jangan berbuat yang tidak-tidak, ini acara penting.” Peringat
cakka tanpa memperdulikan ocehan sivia. “ingat kau disini menjadi pasanganku,
kau harus pura-pura bersikap kau tidak mengenal Alvin. Jangan membuatku malu.”
Sivia
mengangguk patuh.
“yasudah
ayo.” Cakka mengulurkan tangannya sambil tersenyum amat manis kearah sivia.
Sekali lagi sivia mengangguk patuh dan menerima uluran tangan cakka.
dibiarkannya tangan kekar laki-laki itu menggenggam lembut tangannya. Ia ikut
tersenyum manis seperti yang dilakukan cakka.
Mereka
berdua memasuki rumah mewah yang telah dipenuhi oleh para tamu undangan. Jelas
merekalah yang paling mencolok diantara tamu undangan lainnya. Mereka tampak
serasi dari sudut pandang orang-orang disana. Cakka –si laki-laki menggunakan
kemeja biru, warna yang senada dengan warna mini Dress Lace biru muda yang
membalut tubuh Sivia –si perempuan. Semua menyambut mereka layaknya sepasang ‘Young Couple’ yang patut diperhitungkan di acara tersebut.
“kenapa
mereka memandang kita seperti itu, apa kita terlihat aneh?.” Bisik sivia sambil
terus berjalan santai mengikuti kemana cakka membawanya.
“tenang
saja, mereka malah senang melihat kehadiran kita.” Balas cakka dengan ikut berbisik. “ayo kesana…”
Sivia
mengikuti kemana cakka membawanya karena sedari tadi tangannya masih digenggam
cakka dengan erat.
“om dayat”
panggil cakka sambil berjalan mendekati pria dewasa yang tampaknya tengah
menikmati pesta dengan istri barunya –Zahra Damariva.
“akhirnya
kau datang juga kka, siapa ini? Pasanganmu?.” Balas pria dewasa tersebut sambil
tersenyum ramah.
“tentu saja
aku datang om, mana mungkin aku tidak menghadiri acara perepsepsian pernikahan
om dan tante Zahra.” Balas cakka. “oh ya, kenalkan ini Sivia Azizah,
Pasanganku.”
“Sivia
Azizah”
“Dayat
Jonathan”
“Sivia
Azizah”
“ Zahra
Damariva”
Mereka
saling berjabat tangan dengan formalnya. Saling melempar senyum ramah meskipun
terkesan kaku.
“ohya om, si
alv kemana?.”
“dia belum
keluar kamarnya.” Wajah dayat berubah buram. “sepertinya tak berbinat berbaur.”
Ujarnya sambil terkekeh. Zahra mengambil posisi lebih dekat dengan dayat, ia
tersenyum masam dan menggenggam erat tangan suaminya guna menguatkan.
“waaah
kebiasaan alv tuh om.” Cakka berujar santai. “yasudah cakka mau sapa yang lain
dulu yah om.” Ia menarik tangan sivia untuk melangkah menjauhi pasangan –dayat
dan Zahra.
“kka, alv…”
Langkah
cakka terhenti. “dia emang gitu, nutup diri dan nggak pernah mau berbaur.”
Cakka menghela nafas berat. “kayanya kamu nggak bisa ketemu dia sekarang,
sorry.”
“he’eh, bu…
bukan salah kamu.” Sivia jadi tak enak sendiri melihat raut penyesalan diwajah
cakka. “ng… cakk…. Eh maksud aku kka…
bisa tunjukin dimana letak toilet?”
“mau aku
antar?”
“eh…”
“rrrrrr….
Maksudku mmm… kau mau ku antar ke toilet, sekalian aku bisa menunggumu diluar.”
Cakka menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, seperti orang salah tingkah.
“tak perlu,
tunjukkan saja toiletnya dimana.”
“baiklah,
kau masuk saja terus, sampai didekat tangga kau belok kiri dan disana ada
toilet khusus tamu.”
Sivia
mengangguk dan melepaskan tangan cakka yang masih menggenggam tangannya. Ia
berjalan sesuai dengan arah yang ditunjukkan cakka. Sementara cakka hanya bisa
melihat punggung sivia yang semakin menjauh. Sedikit tidak rela membiarkan
gadis tersebut jauh-jauh darinya, karena bersama gadis tersebut sebuah perasaan
nyaman membuatnya ingin selalu didekat sivia.
*******
Sivia
berjalan terus kedalam rumah besar keluarga jonathan, sesekali ia terlihat
celingak celinguk mencari letak tangga yang digunakan sebagai patokannya
berbelok kearah toilet nanti. Bukannya menemui tangga atau tempat berbelok mata
sivia malah terpaku pada sebuah pintu kamar yang bertuliskan ‘Alv’s Privacy Room’.
Tanpa sadar
sivia terus berjalan mendekati kamar tersebut. Pintunya sedikit terbuka hingga
membentuk celah untuk mengintip. sivia melihat kedalam kamar melalu celah pintu
dengan mata bersinar -Seakan-akan ia
baru saja menemui harta karun yang jumlahnya amat banyak.
Didalam
kamar. seorang laki-laki duduk membelakangi pintu kamar, tampak sibut dengan
gadget yang entah menampilkan hal apa hingga membuatnya lupa dengan suara
hingar bingar acar resepsi pernikahan yang dilaksanakan diluar kamarnya. Ia
tampak tak peduli atau pura-pura tak peduli.
Setelah
beberapa menit melihat layar gadgednya, ia membanting benda tersebut keatas
tempat tidur sementara ia mencoba merenggangkan otot-otot tubuhnya yang mengaku
karena terlalu lama duduk diam seperti patung. Ketika melakukan peregangan pada
lehernya dengan cara menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, barulah ia sadar
seseorang sedang memperhatikan kegiatannya dari balik pintu.
Ia menatap
sosok bertubuh munyil yang berdiri mematung dibelakang pintu Dengan mata tajam
yang sudah siap menghunus siapapun yang berani mengintip kegiatannya. Ia
tertegun. Gadis? Ternyata seorang gadislah yang berdiri disana, lantas ia mendekati
pintu dan membuka pintu tersebut selebar yang Ia mau dan melihat tubuh gadis
tersebut secara keseluruhan.
Tubuh gadis
tersebut menegang. Seakan seluruh tubuhnya bereaksi berlebihan melihat
laki-laki dihadapannya ini. Mendadak system kerja jantungnya menggila, berdetak
ekstra atau berdebar secara tak normal. Perutnya terasa penuh oleh jutaan
kupu-kupu yang terbang sesuka hatinya dan membuatnya merasa tergelitik.
“kau
siapa?.” Nada suara tegas nan berat namun selalu terdengar merdu menyapa
gendang telinganya, membuat debaran jantungnya semakin menggila sampai akhirnya
membuat ia sadar dari lamunan panjangnya.
“Alv… Alvin
jo” sebutnya seperti tak perduli dengan pertanyaan laki-laki yang dikenalnya
bernama Alvin jo –bintangnya, bintang alvinoszta yang lama hilang.
“ya itu
namaku.” Kata Alvin sambil mengerutkan keningnya bertanda ia bingung dengan
gadis dihadapannya ini. “kau siapa?”
“a… aku…
Alvinoszta.” Katanya gugup. Sivia –gadis itu tidak menyebukan namanya melainkan
nama community –nya.
Seketika
raut wajah Alvin beriak, dari yang tenang menjadi dingin. Ia diam, menatap
tajam gadis yang menyebut dirinya alvinoszta. “untuk apa kau kesini?.” Tanyanya
tajam.
“a… ng… ke…
kem…. Balilah.” Kata sivia. “ma… maksudku, kau kembalilah, ka… ka… mi
merindukanmu?.”
Alvin diam.
Tatapan matanya semakin tajam, seakan-akan menghunus kedua mata sivia secara
sadis. Ntah apa yang ada difikirannya kali ini, semua gerak geriknya seakan tak
menjelaskan apapun.
“alvinoszta
merindukanmu.”
Alvin
menyeringai. “dan apa peduliku?.”
Tubuh sivia
menegang. Kata-kata Alvin sekan-akan membuat tubuhnya semakin membeku.
“ta… pi… k…
au…”
“aku tidak
peduli.”
Tidak!!!
“sivia, apa
itu kau?.”
Langkah
seseorang terdengar mendekat. Cakka. Pasti laki-laki itu yang datang, Sivia tau
suara beratnya yang khas. Sivia ingin berbalik dan menyapa balik setidaknya untuk menutupi wajah tololnya yang
masih terlihat shock. Namun tidak bisa, untuk membuka suarannya saja ia tidak
sanggup, apalagi untuk berbalik dan menyapa cakka.
“sivia.” Cakka
menepuk pundak sivia pelan, sedikitnya bisa membuat kesadaran sivia kembali
meski tak sepenuhnya. “apa yang kau lakukan disini? Eh Alvin?.”
Atmosfir
canggung menyelimuti mereka bertiga. Dengan Alvin yang masih menatap tajam
sivia, sivia yang masih membeku, dan cakka yang menatap Alvin dan sivia secara
bergantian.
“aku tidak
peduli.” Kata Alvin yang membuka suara lagi. Kali ini ia berminat berbalik dan
masuk kembali kekamarnya.
“TIDAK, KAU
PASTI PEDULI. KAMI MENUNGGUMU KEMBALI, KAU HARUS KEMBALI.” Teriak sivia
histeris, entah dapat kekuatan dari mana ia menarik pergelangan tangan Alvin
dan menatap sosok betubuh tinggi itu tak kalah tajam.
“cih! Kau
pikir kau siapa?.” Ujar Alvin tetap tenang.
“aku
alvinoszta.” Balas sivia mantap. Ia menghela nafas berat. inilah pilihannya
sebelum datang ke acara ini, ia akan mengungkap semuanya, ia ingin menumpahkan
rindunya, ia bermaksud membawa kembali bintangnya.
“Aku tidak
peduli.”
“KAU HARUS
PEDULI”
“Kami
menunggu dalam waktu yang lama, berharap setiap hari agar bintang kami kembali
bersinar.” Suara sivia terdengar melemah dan bergetar. “kembalilah, ku mohon.”
Hening. Alvin
memejamkan matanya sejenak. Setelah cukup lama diam, ia menghentakkan tangannya
dengan kasar dan membuat tangan sivia yang masih melingkar dipergelangan
tangannya terlepas begitu saja.
“aku bukan
bintang”
Dengan
santai Alvin berbalik dan berniat melangkah masuk kekamarnya, namun lagi-lagi
langkahnya tercekal karena sivia kembali meraih pergelangan tangannya.
“meskipun
kau bukan bintang yang bersinar terang, tapi kau tetap bintang yang kami
nantikan meskipun cahayanya hanya setitik.”
Alvin
kembali menghela nafas. “aku tidak peduli.”
“aku juga
tidak peduli kalau kau tidak peduli.”
“apa
maumu?.”
“kau
kembali.”
“tidak
mungkin.”
“apa yang
tidak mungkin?” sivia mengeratkan pegangannya di pergelangan tangan Alvin.
“semuanya pasti mungkin.”
“aku tidak
mau”
“kenapa
tidak mau?” lirih sivia.
“tidak ada
waktu.” Alvin berusaha melepaskan genggaman tangannya, namun tidak semudah itu,
sivia masih enggan melepaskannya. “kau harus mengerti, aku harus memperbaiki
hidupku, tidak ada waktu untuk kembali.”
“kau tidak
sendiri.” Sivia melonggarkan genggamannya namun belum berniat melepaskan Alvin.
“kembalilah, kami siap membantumu dalam bentuk apapun.”
“aku tidak
butuh bantuan”
“kalau
begitu kami tidak akan membantumu, tapi kembalilah.”
“untuk apa?
untuk menambah kerumitan hidupku, terimakasi aku tidak berminat.” Alvin berujar
dingin.
“kami bukan
masalah yang menambah kerumitan hidupmu.”
“aku tidak
peduli.”
CUKUP!!!
Habis sudah
kesambaran sivia menghadapi Alvin. Ia menarik tangan Alvin yang masih
digenggamnya. cakka yang dari tadi sedang asik menonton adegan antar fans dan
idola tersebut langsung mengerang kecewa karena merasa belum cukup puas
menonton. Pasti seru tuh kalo dilanjutin,
gumamnya dalam hati. Ia memilih
mengikuti langkah sivia yang masih menarik Alvin –mungkin tepatnya menyeret
Alvin entah kemana.
********
Langkah
sivia berhenti didepan mini stag, otomasi membuat langkah Alvin juga berhenti.
Semua tamu undangan yang melihat adegan seret menyeret yang dilakukan sivia
tadi langsung menatap mereka secara intens –seakan-akan menunggu adegan
selanjutnya yang akan dilakukan sivia.
Sivia
tersenyum manis kearah Alvin sebelum ia meninggalkan laki-laki tersebut. Dengan
langkah ringan sivia berjalan naik katas panggung.
“besok tahun
ketiga kami berdiri bersama untuk seseorang yang kami cintai. Tahun ketiga kami
bertahan untuk selalu berjalan dibelakangnya sebagai orang-orang yang siap
memberikan support dalam bentuk apapun. Tahun ketiga kami berjalan bersama
disampingnya sebagai orang-orang yang siap merangkulnya untuk berbagi segala
hal.”
Sivia diam
sejenak, menghela nafas ringan untuk menenangkan kegugupan yang tiba-tiba melandanya.
Ia menatap Alvin, melihat eksresi laki-laki tersebut saat melihatnya berdiri di
stag. Namun nihil. Ekspresinya datar seperti biasa, tidak bisa dibaca meski
dengan beribu-ribu penerjermah bahasa tubuh sekalipun.
Tapi sivia
tidak peduli, kembali dilanjutkannya semua yang harus di ungkapkannya sekarang.
“dan Tahun ketiga kami berjalan didepannya sebagai orang-orang yang akan selalu
menunjukkan arahnya kembali saat nanti ia tersesat. Tahun ini... tahun ketiga
kami masih ada untuknya.”
“kami
disini, berdiri sejajar bukan hanya sebagai fans namun sebagai orang-orang yang
manganggapmu berarti, orang-orang yang menyayangimu tanpa peduli apapun
kelebihanmu, orang-orang yang menerima segala kekuranganmu meski terkadang kami
menuntut.”
Sivia
memejamkan matanya, merasakan air matanya yang menetes tanpa sebab. Begitu
hangat dan melegakan. Mampu membuatnya merasakan aliran tanpa syarat yang
mengalir begitu saja tanpa tuntutan untuk terisak ataupun mengeluarkan suara.
You're not alone
Together we stand
I'll be by your side, you know I'll take your hand
When it gets cold
And it feels like the end
There's no place to go
You know I won't give in
No I won't give in
Together we stand
I'll be by your side, you know I'll take your hand
When it gets cold
And it feels like the end
There's no place to go
You know I won't give in
No I won't give in
(Sivia kembali membuka matanya, menatap Alvin yang masih
melihatnya tanpa ekspresi. Laki-laki itu tak bergeming dan mematung ditempat. Sivia
tersenyum hangat dan kembali melanjutkan lirik-lirik lagu yang enath tanpa
sadar telah dilantunkannya)
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
(masih tak menun jukkan apapun, Alvin masih diam tanpa bersuara. Gadis
didepannya benar-benar membuatnya sulit mengatakan apapu. Tubuhnya seperti
lumpuh namun masih sanggup berdiri tegak...)
So far away
I wish you were here
Before it's too late, this could all disappear
Before the doors close
And it comes to an end
With you by my side I will fight and defend
I'll fight and defend
Yeah, yeah
…………………………….
(selesai sudah lagu yang dibawakannya. Selesai
sudah perjuangannya malam ini. Lagi sivia memejamkan matanya, merasakan air
matanya menetes kembali. Sepertinya malam ini ia benar-benar berurai air mata
untuknya)
Riuh tepuk
tangan menyambut langkah sivia yang menuruni anak tangga mini stag. Ia menghampiri
Alvin yang masih diam ditempatnya, masih tanpa suara, masih dengan focus pandangnya
kearah panggung meskipun sekrang panggung itu tak dipijaki oleh sivia.
“alvin….”
“suaramu
bagus.” Ujar Alvin. Ia memasukan tangannya kedalam saku celananya, lalu
berbalik tanpa memperdulikan sivia yang masih menatapnya penuh Tanya.
“kenapa
bukan kau saja yang menjadi bintang.” Ujarnya lagi namun lebih tajam.
Seakan mengerti.
Kini giliran sivia yang mematung. “tidak alv, kau salah paham.. a…. ku…
maksudku…”
Suara sivia
tercekat ditenggorokan, air matanya meleleh lebih deras kali ini, bukan
menangis lega namun menangasi kebodohannya. Tadi Ia bernyanyi bukan bermaksud
menunjukkan kalau dirinya lebiih pantas menjadi bintang, ia tak semunafik itu. Ia
hanya ingin menunjukan arti dari lagu tersebut.
Arggghhh!!!
------------------------------------------------------------------------------
There's nothing you can say (Nothing you
can say)
(Tak ada yang bisa kau katakan)
(Tak ada yang bisa kau katakan)
Nothing you can do (Nothing you can do)
(Tak ada yang bisa kau lakukan)
(Tak ada yang bisa kau lakukan)
There's no other way when it comes to
the truth
(Tak ada jalan lain jika mengenai kenyataan)
(Tak ada jalan lain jika mengenai kenyataan)
So keep holding on
(Maka teruslah bertahan)
(Maka teruslah bertahan)
Cause you know we'll make it through
(Karena kau tahu kita bisa melewatinya)
(Karena kau tahu kita bisa melewatinya)
We'll make it through
(Kita bisa melewatinya)
(Kita bisa melewatinya)
--------------------------------------------------------------------------
Masih segar dalam ingatan sivia. Kesalahnya dua bulan lalu. Setelah malam itu, ia tak ingin lagi terlihat, ia mengasingkan diri dari segala hal yang berbau alvinoszta dan Alvin. Ia hidup namun seperti tak hidup. Sehari-hari hanya melamun dan memikirkan apapun asalkan jangan Alvin ataupun alvinoszta.
Masih segar dalam ingatan sivia. Kesalahnya dua bulan lalu. Setelah malam itu, ia tak ingin lagi terlihat, ia mengasingkan diri dari segala hal yang berbau alvinoszta dan Alvin. Ia hidup namun seperti tak hidup. Sehari-hari hanya melamun dan memikirkan apapun asalkan jangan Alvin ataupun alvinoszta.
Teman-teman
se-Communitas-nya bahkan tak ada yang tahu tentang kejadian tersebut, ia
benar-benar tak Nampak lagi setelah malam itu. Ia menjalankan hidupnya dengan
teransparan. Ada namun tak terlihat. Ia bahkan rela pindah sekolah dan ikut
bersama kakek dan neneknya yang tinggal di bandung guna menghindar dari
teman-teman lamanya.
Sivia melanjutkan
perjalanan pulangnya. Seperti biasa, ia selalu ragu setiap ingin melangkah, taku
salah melangkah dan mengakibatkan hal yang fatal untuk dirinya, seperti saat
itu saat ia salah melangkah dan akhirnya terjatuh hingga sedalam ini. Terjatuh hingga
tak bisa bangun kembali meski dalam waktu yang lama.
“saat itu
ada seorang gadis yang berkata kepada saya ‘meskipun
kau bukan bintang yang bersinar terang,tapi kau tetap menjadi bintang yang kami nantikan
meskipun cahayanya hanya setitik’.”
Sivia tertegun ditempatnya. Ia mengenal
suara itu, ia bahkan mengenal kata-kata itu.
“dimanapun
gadis itu sekarang, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. terimakasi
atas segala yang terjadi pada malam itu, terimakasih juga untuk alvinoszta yang
masih setia sampai tahun ketiga ini. saya menyayangi kalian seperti kalian
menyayangi saya.”
Dengan ragu sivia melangkah mendekati layar
TV yang terpajang di sebuat etalase toko elektronik. Dapat dilihatnya layar
tersebut menampilkan figuran seseorang yang sangat amat dirindukannya. Alvin Jo.
Laki-laki tersebut berdiri disebuah panggung
megah dan mewah, dikelilingi beribu orang yang terus meneriaki namanya dengan
histeris, beberapa yelyel terdengar disana sini. Alvinoszta.
Setetes air mata sivia terjtuh kembali, ia
memejamkan mata berusaha menikmati air mata yang rasanya sama seperti malam
itu. Begitu hangat dan melegakan.
“untuk gadis
tersebut, lagu ini saya persembahkan untukmu. Thanks for everything at night”
You're
not alone
Together we stand
I'll be by your side, you know I'll take your hand
When it gets cold
And it feels like the end
There's no place to go
You know I won't give in
No I won't give in
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
So far away
I wish you were here
Before it's too late, this could all disappear
Before the doors close
And it comes to an end
With you by my side I will fight and defend
I'll fight and defend
Yeah, yeah
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Hear me when I say, when I say I believe
Nothing's gonna change, nothing's gonna change destiny
Whatever's meant to be will work out perfectly
Yeah, yeah, yeah, yeah
La da da da
La da da da
La da da da da da da da da
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Keep holding on
Keep holding on
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Together we stand
I'll be by your side, you know I'll take your hand
When it gets cold
And it feels like the end
There's no place to go
You know I won't give in
No I won't give in
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
So far away
I wish you were here
Before it's too late, this could all disappear
Before the doors close
And it comes to an end
With you by my side I will fight and defend
I'll fight and defend
Yeah, yeah
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Hear me when I say, when I say I believe
Nothing's gonna change, nothing's gonna change destiny
Whatever's meant to be will work out perfectly
Yeah, yeah, yeah, yeah
La da da da
La da da da
La da da da da da da da da
Keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Just stay strong
'Cause you know I'm here for you, I'm here for you
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
Keep holding on
Keep holding on
There's nothing you could say
Nothing you could do
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
'Cause you know we'll make it through, we'll make it through
(KEEP HOLDING ON - AVRIL LAVIGNE)
“alvin
hebat (y) alvinoszta juga ngga kalah HEBAT, selama 3 thn selalu setia dan bisa
menerima alvin apa adanya”
“Secuk-cueknya
Alvin tapi aku yakin sebenernya Alvin itu sayang banget sama ALVZ dan peduli
sama ALVZ.”
“Alvinoszta
itu setia banget sama Alvin, kalian tetap bertahan dengan sifat cueknya dia
selama 3 tahun lebih”
“jangan
remehin waktu 3thn, karena ALVZ HEBAT BANGET bertahan selama itu cuma buat
seorang yg punya image gapeduli dan cuek”
“alvinoszta
selalu bikin gua ngerasa damai, community tertutup yg hampir dibilang hilang tp
tetep yg paling jaya!”
“sayang
alvinoszta semua, walaupun kita beda-beda tapi ALVz dan Alvin adalah pemersatu
kita”
WE ARE
ALVINOSZTA. WE KEEP ON FLOWING. GO ALVIN!!! GO ALVIN!!! GO ALVINOSZTA!!!
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar