---------------------------- ALVIA’s STORY LOVE---------------------
Biarpun
kisah cintaku penuh pedih, tapi sekuat tenaga kan ku pertahankan kisah Ini, tak
peduli seberapa kejam nyata menusuk jiwa, yang pasti aku ingin merangkai kisah
ini dengan kisah yg berbeda dari kisah para tokoh novel SAD ENDING lainnya… aku yakin kisah ku akan
berakhir SEMPURNA dengan rangkai kata HAPPY ENDING… lihat saja nanti (optimis) J
(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((^_^)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
BERBEDA….
Setiap laki-laki pasti menginginkankan
gadis yang di cintanya dapat bahagia saat jalinan-jalinan istimewa itu terjalin
sempurna, tapi untuk alvin semua itu hanyalah sebuah khayalan belaka. Bagamana
tidak ? selama ini hanya sedikit tawa yg di ukir alvin untuk sivia, tentu saja
itu juga menandakan ada sedikit bahagia yg di rangkai alvin untuk gadisnya itu.
Sivia, gadis yg di cintainya itu bahkan selalu menunjukkan senyum pedih saat
melihat alvin meringis, bahkan tidak ada tawa yg terselip di sana. Semua terasa
hambar dan menyakitkan !
Adapun yg membuat alvin Sesak, kala kadang
tangis gadis tersebut membuncah, mebahana, melingkup di setiap
peregangan-peregangan penyiksa tubuh alvin. Jujur saja alvin merasakan, rasa sakit itu
lebih menyiksa kala melihat air mata berharga gadis itu terjatuh, dari pada
rasa sakit yg hanya menderu tak karuan di sekujur tubuhnya. Bila boleh memilih,
alvin akan memilih untuk tidak bisa melihat dunia dari pada melihat tangis gadis
itu. Menurut alvin tangis sivia adalah deritanya.
Sudahlah ! Kala kini menjejak mentari yg akan
segera menghilang di belahan bumi yg
berlawanan, namun sivia masih terdiam menatap penuh harap pada kilauan-kilaun
jingga yg terbias. Sejujurnya tidak ada yg sempurna di setiap warna jingga
langit itu, tapi percayakah kalian kalau jingganya langit sore dapat membubuhui
luka kalbu, mungkin itu yg membuat sivia betah menatapnya. “hay ! kenapa kamu
masih di sini ?.” Tanya alvin sambil menjamah pundak gadisnya. Sivia tersenyum
sambil mendongakkan wajahnya ke arah wajah kekasihnya.
“aku masih betah vin ! ayo sini duduk di
sampingku, temani aku untuk menatap kilauan langit jingga.” Suruh sivia sambil
menunjuk tempat duduk yang bersebelahan dengannya.
“hahaha ! kamu ini, kenapa tidak pernah
bosan untuk melihatnya ?” Tanya alvin seraya duduk di sebelah sivia, tak lupa
tangan putihnya menjamah puncak kepala sivia, lalu mengacaknya tak karuan.
Kebiasaan ! -,-
“ishhh ! kamu juga gk pernah bosan mengacak
rambutku seperti itu.” Kesal sivia, ia mulai memasang wajah tekuk 7 dan di
tambah dengan cubitan kesal di lengan kanan alvin.
“hahaha ! iyaiya ampun aku vi.” Ringis
alvin sambil mengembangkan senyum bibirnya, setelah itu mereka berdua terdiam
sejenak. Kedua bibir mereka menutup Seakan mengikuti tentramnya sang jingga
mengubah warna menjadi kelabu, saat-saat yg memudarkan eloknya langit sore, dan
saat sang mentari benar-benar tidak terlihat lagi.
‘huh
! semoga kelak tidak ada kelabu yg mampu mengubah jinggaku.’ Batin sivia kembali menjerit, seiring dengan itu air matanya juga
ikut turun mengurai di pipi cabinya, dan membuat sepasang mata sipit itu hampir
terbawa dengan mata berkaca-kaca.
“bukankah kita sudah membahas semua ini
berulang kali vi, ingat kamu sudah janji untuk tidak menangis karnaku.” Kata alvin
lembut. laki-laki itu mengubah arah tubuh gadisnya agar benar-benar berhadapan
lurus dengan dirinya dan perlahan jari-jari kekarnya mengusap lembut air mata
sivia, “hahaha ! jangan PD seperti itu, siapa juga yg menangisimu.” Kata sivia
sambil mengembangkan senyum ceria, sok tegar.
”ckckc ! ya sudah, yg penting kamu tidak
menangis karnaku.” Kata alvin, Setelah itu mereka kembali terdiam dan
membungkam. namun secara diam-diam mereka juga merajut kehangatan lewat
genggaman-genggaman tangan yg semakin mengerat dan masing-masing dari mereka
berusaha membuat pondasi hati untuk penegak jiwa yg membangun ketegaran.
++++++++++++++++++++))))))))))))) sweet
moment with him ((((((((((((+++++++++++++++++++
-SIVIA p.O.v-
“ichi, ni, san, sh…” aku dan alvin
menghitung dengan bahasa jepang –lagi- “ehhh ! LUPA AKU” aku menepok jidat,
sekarang kami memang bukan di jepang melainkan di lapangan basket kecil di
salah satu daerah di kota Jakarta, Indonesia.
“hahaha ! ayo ulang lagi biar kita
kompak.” Ajak alvin sambil menertawakan kebodohanku dalam menghitung, maklum
aku sudah lupa cara menghitung dalam bahasa jepang.
“ichi, ni, san, shi, go, roku…” kami
kembali menghitung, tentu saja dengan nada yg menyatu kompak dan… “yesss !
three point. Hahaha…” kami saling berpelukan setelah bola basket yg kami lempar
masuk ke dalam ring saat hitungan ke6 berakhir.
Hangat…
Sulit melepaskan pelukan hangat ini,
sampai hujan mengguyur pun aku masih memeluk hangat tubuh alvin. Aku merasa
tubuh kekar itu mulai bergetar, ku lepaskan perlahan pelukkan itu dan mulai
menatap wajahnya. ‘arghhh ! jangan lagi.’
“aku CINTA kamu vi.” Lirihnya dengan nada
bergetar, setelah itu dia kembali memelukku bersama dengan iringan nada
hempasan air langit yg terjatuh di sekeliling kami. “tolong kuatkan aku vi, bantu aku untuk bertahan, jadilah nyawa
hidupku, dan jadilah detak jantungku.” Lirihnya kembali dengan mengulang
kalimat yg telah lalu, apa kalian mengingat kalimat ini. Tentu saja !
Aku mengangguk dan mengeratkan
pelukannya, “aku akan menjadi segala-galanya untuk mu vin, aku juga CINTA sama
kamu.” Kataku mantap, dia merenggangkan pelukannya dan tersenyum hangat padaku,
senyuman yg sama saat dulu aku sempat mengintip senyuman manisnya dari balik
kaca kecil di salah satu pintu ruang rawat di rumah sakit di jepang.
‘CUUUP’ lembutt, untuk yg pertama kalinya
(semoga tidak untuk yg terakhir kalinya) dia menyentuh lembut mulutku dengan
mulutnya. Kini aku dapat merasakan hangatnya dunia saat hujan masih gencar
berjatuhan, tentu saja karna hangatnya FIRST KISS ku. Senang sekaliii ! semoga ini tidak untuk yg terakhir
kalinya,,, ku harap masih ada sentuhan itu di hari esok,,, amiiiiin.
**********((((((((((((PART
SAD)))))))))))))***********
Kebodohanku…
Seharusnya, saat hujan turun itu aku
membawanya menepi. Bukannya terlarut dengan suasana di bawah hujan, aku
menyesal. Akibat kejadian itu, alvin sekarang malah kritis. Kalian tau,
kondisinya down karna tidak bisa menahan dinginnya air hujan yg menghempas di
tubuh kami. Saat itu memang terasa hangat, tapi hanya hangat di dalam hati.
Rasa hangat itu ada karna rasa saling memiliki itu membubuh di hati kami
masing-masing. Tanpa ku sadari, hangat itu kini malah membawa petaka.
“sivia ! sekarang lebih baik kamu pulang
dulu, tante takut nanti kamu sakit.” Seorang wanita paruh baya berujar begitu
padaku, aku hanya tersenyum lemah dan menggeleng tak mau. “ayolaaah ! jangan
seperti ini sivia, kalau nanti alvin sadar pasti dia bakalan marah liat kamu yg
seperti ini.” Aku masih menggeleng, wanita tersebut mulai pasrah dan membelai
rambut ku perlahan. Aku jadi tak enak hati padanya. “yasudah tante ! sivia
hanya bercanda, sivia pamit pulang yah.” Wanita itu mengangguk dan memelukku
dengan erat seraya berkata lirih… “tetaplah tegar untuk alvin, hanya senyummu
pengobat rasa sakitnya. Jangan menangis lagi !”
“iya tante !” kataku sambil tersenyum
mencoba untuk setegar mungkin, walaupun nyatanya hati ini telah rapuh saat
mengelihat sang penguat terbaring tak berdaya di posisi yg berbeda.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
_auther p.O.v_
“arghhhhh ! bukain pintunya pa, sivia
mohon.” Erang gadis itu sambil merosotkan tubuhnya di balik pintu kamar,
rasanya dia sudah lelah untuk meminta pintu kamarnya terbuka.
“tidak sivia, sudah cukup waktumu habis
hanya karna laki-laki penyakitan macam alvin.” Balas suara di balik pintu,
seketika tangis gadis itu semakin pecah mendengarnya. ‘jangan ! jangan lakukan
ini, Ku mohon. Menemaninya adalah ketenanganku.’ Jerit sivia semakin kalut.
Hari Ini, Hari ke-3 setelah peristiwa
penguncian pintu kamarnya. kini gadis itu mulai berlari tergopoh-gopoh di
lorong rumah sakit sesaat setelah papanya memberikan izin. Yg di rasakan sivia
saat ini hanyalah penyeruakan semua rasa rindu akan kekasihnya. Dia ingin memeluk
erat laki-laki itu sekarang, meraskan setiap aroma tubuh kekasihnya, dan tentu
saja dia juga ingin melihat lengkungan sempurna di wajah kekasihnya.
“ALVIIIIIIN” panggil sivia dengan
semangat yg menggebu-gebu penuh. “alvin, alvin, alviiin.” Panggilnya lagi, tapi
tidak ada sautan di sana. ‘jangan lagi, aku tidak mau yg lalu terulang
kembali.’ Jerit sivia dalam hati sambil membungkam mulutnya dengan kedua
tanganya. Langkahnya mengundur setelah melihat ruangan kosong di depannya
sekarang, persis sekali seperti kejadian di jepang tempo hari. Sesaat setelah
itu, sivia berbalik dan berlari sambil terisak.
Apakah ini
akhir dari cintaku ? apakah semua telah berakhir ? kemana dia, kemana dia
membawa kisah ini ? kemana penyuguh senyuman penenang rinduku ? huh T.T
###############**********epilog*********##############
Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg
takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku
dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…
Tahun ke-2
smenjak kekasihku pergi, aku tak tau apa dia masih bisa menatap dunia atau
malah pentapan itu sudah menggelap bersama lenyap raganya. Apakah dia masih
hidup ??? tapi kenapa dia tidak memberikan kabar padaku ? apa dia sudah
melupakanku ? atau, atau, dia sudah tak di dunia lagi ? tidak dapat merasakan
kerinduanku ini.
Huh ! kalian
tau, dulu -2thn lalu- setelah aku tak mendapatinya menempati ruang rumah sakit
itu, aku memilih untuk melupakan alvin, melupakan semua kenanganku, tapi
nyatanya aku tak sanggup hingga sampai saat ini aku masih mencintainya. Dia berlaku tidak adil padaku ! sungguh
perlakuan yg jahat, perlakuan yg kedua setelah hal yg lalu…
“siviiiia !
jangan melamun siang bolong begini, ayolah kita masih ada survei dengan
dokternya.” Kata shilla sambil menarik kasar tanganku. Yuppp ! tempat ku
sekarang adalah rumah sakit yg sempat menjadi saksi bisu kisah cintaku dulu.
“iyaaaa, tapi
jangan menarik tanganku seperti ini.” Kata ku sambil meronta-ronta tak jelas,
alhasil karna pemberontakanku itu aku jadi menabrak seseorang hingga orang
tersebut jatuh bersamaan dengan lepasnya genggaman tangan shilla yg tadi
menarikku.
“ehhh !
sorry.” Kataku sambil membantu orang tersebut bangun, dia sedikit mendongak
sebelum menyambut uluran tanganku. “hah ! dia, apa dia, bu…kankah di…a,
aaaaaaa” kataku gelagapan melihat orang yg tadi ku tabrak.
“hahaha !
jangan kaget seperti itu sivia, biasa
saja.” Katanya, aku mendecak kesal. Ehhh ! dasar cowok edan. Ta... tapi… dia,
yah dia ! dia adalah ray, adiknya alvin.
“tunggu, kamu
RAAAAY kan ?” pekikku setelah berusaha untuk mengingat namanya. “jangan teriak
cantikk.” Katanya santai dan mencoba bangun dengan sendirinya.
“alvin,,,
gimana kabar laki-laki itu ?” tanyaku lirih, ku lihat exspresi ray berubah
menjadi muram. Membuatku harap-harap cemas, jangan katakan sesuatu yg
menykitkan, ku mohoooon ! cukup air mataku mengalir selama 2 tahun belakangan
ini, aku merindukkan laki-laki itu.
“hay sivia,
ayoolah ! dokternya tidak akan menunggumu mengobrol dengan laki-laki gondrong
itu.” Teriak shilla, aku mendengus sebal sambil menatap sahabatku itu dengan
tatapan pembunuh. “tidak usah menatapku seperti itu, ayoo cepat !.” katanya
lagi seraya menarik tubuhku dari hadapan ray, sebelum ku dengar jawaban bocah
gondrong itu. Ishhh, shilla BEGOK !
Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg
takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku
dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…
Aku bersandar
di tiang-tiang penyangga rumah sakit, kira-kira sudah 5 jam aku di rumah sakit
ini untuk mengadakan survey yg tidak kunjung usai. Sore menjejal, seperti hal
lalu. Sekarang aku tengah menatap kilauan langit jingga, tapi sekarang aku
sadar tidak ada alvin yg menemaniku di sini. “aku merindukanmu jinggaku.”
Kataku dengan lirih, tak terasa air hangat itu jatuh dengan perlahan dan
mengalir bak rintik-rintik air langit yg baru saja turun. padahal kilauan
jingga itu baru saja terlihat, tapi mengapa secepat ini berganti kelam, ini
bukan saatnya jinggaku berganti kelam. Hay
! bicara apa aku ini ! tapi ini sungguh tidak adil, jangan berubah dulu
jinggaku… ku mohon ! arghhh…
Diam
menyelimutiku, mulutku seakan membisu, bungkam kehabisan kata, dan sesak kian
menyerang tanpa gentar. Suara-suara yg lalu lalang kini mengusik ku, wajar saja
rumah sakit ini tempat umum. Bukan aku yg memiliki, aku tidak mungkin
memboking-nya dengan egois. Hahaha ! lucu…
“hay kak !
jangan berlari seperti itu, kamu baru saja sehat.” Teriak seseorang yg terdengar
bersumber dari belakang, aku tak menggubrisnya. Biarkan saja, toh apa urusanku
?
“hahaha ! biar
saja, aku ingin merayakannya bersama hujan disini.” Terdengar suara yg lain
membalas suara yg tadi dan…
‘BRUUUK’
“tuh kan apa
ku bilang. Jangan berlari seperti itu. Dasar begokk !” omel salah satunya karna
kini laki-laki yg di pringati tlah jatuh tersungkur tepat di hadapanku. Aku yg
melihatnya tergelonjak kaget dan dengan sigap aku langsung bangun, mengulurkan
tangan ku untuk membantu laki-laki itu.
“hay !
hati-hati donk, ayooo bangun.” Pintaku masih dengan tangan yg terulur ke
arahnya, laki-laki itu mendongak dan,,,
‘JLEEEP’
‘JDYAAAR’
“jing… ga…
ehhh ! al… vin…” kataku gelagapan, seakan percaya atau tidak kalau orang yg
akan ku tolong ini adalah orang yg ku rindu.
“hah ! si…
siapa ya ?” tanyanya dengan tampang polos, mendengar semua itu hatiku langsung
meremuk dan seakan teriris pisau tajam. TUHAN, Apa-apaan ini ? apa orang di
depanku ini beneran alvin ? atau alvin memang sudah melupakanku ? arghhh, kenapa
mesti begini ? Apa kisahku akan berakhir SAD ENDING ? tidak, aku tidak mau itu
terjadi karna yang ku impikan adalah akhir kisah yg HAPPY ENDING. Aku tidak mau
egois, tapi KENAPA JADI BEGINI ? baru saja ku rasa terharu karna pertemuan ini,
tapi dengan gampangnya semua itu tertepis rasa pilu yg menyakitkan. JAHAT
SEKALI !!!
“hikshikshiks
!” aku berbalik dengan sejuta kecewa dan dengan kalut ku coba untuk berlari
meninggalkan laki-laki ini. tapi tunggu dulu, langkah ku tercekat sebelum mulai
melangkah. “hay tunggu dulu.” Katanya sambil membalik tubuhku untuk menghadap
dirinya “aku hanya bercanda, aku tidak mungkin melupakanmu, sivia.”
Dia –alvin-
langsung memelukku, tapi aku mencoba untuk beronta. “kamu jahat alvin, 2 thn
aku menunggumu, tapi sekarang kamu datang dan dengan mudahnya kamu membuatku
hancur seperti tadi.” Kataku masih dengan memberontak tak jelas, namun seperti
yg kalian tau tenagaku kalah telak dengan tenaga alvin.
“ma… af… aku
pergi untuk membuatmu bahagia, aku ingin seperti laki-laki normal yg bisa
mengukir bahagia untuk gadisnya, aku tidak mau menjadi laki-laki PENYAKITAN yg
selalu membuatmu menangis.” Katanya lembut masih dalam posisi memelukku,
perlahan pemberontakkan ku melemah begitu saja. Semua dia lakukan untukku,
lantas apa yg bisa ku lakukan untuknya ?
“hikshikshiks.”
Aku hanya dapat terisak mendengarnya… “dan tentu saja aku melakukannya agar
kamu tidak menangis lagi untukku karna...” Lirihnya, aku masih bungkam. “kamu kekuatan ku vi, kamu
penopang yang membuatku untuk tetap bertahan, kamu juga yg telah rela menjadi
nyawa hidupku, dan kamu juga yg telah menjadi detak jantungku. Serta kamulah
kebahagiaanku…” sambung alvin lagi,
kali ini isakkanku semakin menjadi-jadi. “sekarang untukmu, aku berhasil
selamat dari penyakit itu vi, meski tidak sepenuhnya, tapi setidaknya aku dapat
mengukir semuanya lebih lama dengan mu.”
“huaaa! Hikshikshiks. Al… vin… ak… aku…
men… cintaimu…” kataku pelan, dia mengangguk dan mebalas kataku. Dasar BODOH !
kenapa hanya kata-kata itu yg keluar dari mulutku. Tapi, yasudahlah ! aku tak
peduli, kini aku membalas pelukkannya dengan sangat erat, aku tidak mau dia pergi
lagi. Kalian tau ALVIN HANYA UNTUKKU, UNTUK SIVIA AZIZAH.
Akhirnya KISAHKU berakhir HAPPY ENDING,
akhir kisah yg sangat ku impikan. Lihatlah, TIDAK MUDAH mempertahankan cinta
ini, butuh ketegaran dan kesabaran untuk menguatkannya. Huh ! CINTA MEMANG
RUMIT, TAPI TETAP MENYENANGKAN BILA AKHIRNYA HAPPY ENDING SEPERTI KISAHKU INI…
ayolahhh ! kawan pertahankan cinta kalian, buat kisah kalian berbeda dari kisah
CINTA yg lain karna HAL YG BERBEDA AKAN MENOREHKAN KESAN YG TERUKIR DALAM.
Heh ! bahasaku, ya sudahlahhh ! byebye
ANH,,, SIVIA JUGA SAYANG KALIAN…
##########THE END OF HAPPY
ENDING##########
++++++++++++BONUS PART STORY+++++++++++
++++++++++++++PART BONUS+++++++++++++++
A.T.Y.P.K.M…
Melihat
tawamu, mendengar senandungmu, terlihat jelas di matakku warna warna indahmu… Menatap
langkahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa hatimu ANUGRAH TERIDAH
yg PERNAH KUMILIKI… Hoaaaa,
hoo… ooo…oooo…
“hahaha ! suarama mu baguss…” kataku
dengan volume suara yg cukup besar, alvin menoyor keplaku dengan kesalnya. “huh
! bilang saja kamu hanya ingin meledek suaraku.” Ujarnya.
Heyheyhey ! aku berkata jujur, kenapa dia
kesal seperti itu ? apa aku salah memuji kekasih ku seperti tadi ? Dasar kodok
aneeh. “aku tidak bohong alvin, ishhh ! jangan kesal seperti itu dong.” Kataku
sambil mencubit pipinya. Dia meringis dan mencoba untuk menyingkirkan tanganku
dari pipinya, tapi aku menahan tangannya dengan tangan kiriku, alhasil sekarang
tangan kami bertumpuk di atas pipinya dan itu membuatku mempunyai peluang
banyak untk menatapnya lebih dekat. Huehhh ! asyikk sekali bisa menatap matanya
sedalam ini dengan posisi wajah yg dekat pula.
Ku lihat dia sama seperti 2 thn lalu, dia
masih seperti dulu. Dia tetap kekasihku yg tampan, baik, dan selalu sempurna di
mataku. Semakin lama ku meratap kisahnya semakin Perlahan bayang-bayang semu
itu berputar nyata saat ku menatap kedua mata alvin, terlihat jelas bahwa dia
adalah anugrah terindah yg di berikan tuhan untukku. Jelas saja aku tak mau
rasa takut itu datang kembali, mengingat di kehidupan yg lalu nyawanya hampir
tandas karna sebuah penyakit terkutuk, tapi sadarkah kalian di kata DULU.
Yuppsss ! itu dulu dan sekarang dia masih ada di sani. Penyakit itu hilang
bersama tandasnya kisah pilu dan sekarang ! sekarang hanya terselip bahagia di
tengah-tengah doa yg melambungkan permintaan sederhana, permintaan agar aku dan
alvin dapat selalu bersama sampai mati nanti. Hmmmm ! amiiiin J
Sifatmu
kan slalu ledakan ambisiku, tepikan khilafku dari bunga yg layu, saat kau di
sisiku kembali dunia ceria… jelaskan bahwa kamu ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH
KUMILIKI…. Hoooo… hoooo… hoooo... Oooooo… Oo… oo…
Lucu, alvin –kekasihku- memang sangat
lucu. Padahal kalau diingat-ingat dulu saat perkenalanku dngan alvin di salah
satu rumah sakit di Hokkaido, jepang. Dia terkesan sangat cuek, bahkan untuk
menyambut senyumku saja dia sudah enggan. Tapi saat waktu menunjukkan lebih
lama kebersaan kami, dia mulai menjadi alvin yg kulihat dari balik kaca, alvin
yg menyenangkan dan tentu saja alvin yg selalu membuatku terpesona dngan
senyuman manissnya.
“ALVIIIIN ! kamu lucu sekali.” Kataku
saat itu, mungkin ini adalah kata yg selalu ku ucapkan saat melihat tingkahnya
yg selalu bisa membuatku tertawa renyah. Tak lupa, setiap aku melontarkan kata
itu aku selalu mencubit lengannya karna gemas. Hahaha ! kebiasaan buruk sivia
itu, tawa alvin.
1 lagi dari kisah ini, senyuman manisnya
selalu menepikan khilafku dari dunia yg kadang terasa kalut dan senyuman
manisnya juga yg selalu menenangkanku saat air mataku terjatuh karna
menangisinya =DULU=.
Belaian
jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH
TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….
Alvin membelai wajahku lembut dan
membuatku tersadar dari peratapan kisah yg telah berlalu. “kenapa melamun vi ?”
Tanya lavin khawatir padaku, aku menggeleng cepat untuk menghapus kecemasan di
wajahnya.
“tidak apa vin, jangan cemas seperti itu.
Heheh” kataku sambil nyengir kearah alvin. “kamu tidak pernah berubah ya vin,
kamu tetap jinggaku yg dulu.” Kataku dengan pelan, perlahan ku lepas kedua
tanganku yg sempat tertumpuk dan menempel di pipinya tadi. “janji ya vin, kamu
jangan pernah berubah. Kamu janji kan bakal tetap jadi jinggaku.”
“hahaha ! gimana yah ?” ujarnya pura-pura
mikir, aku memanyunkan bibirku dan membuatnya terkekeh. “janji, gk ya ?”
katanya lagi, sekarang dia membuatku kesal. Huh ! aku benci perlakuannya yg
seperti ini. Dia selalu mengajakku bercanda, saat aku mulai mengajaknya
berbicara serius. “iya vi, aku janji.”
Aku tersenyum mendengar hangat janjinya
menyambut janjiku. Lagi-lagi, aku di buat bahagia olehnya, apalagi sekarang
jemarinya menggenggam erat jemariku. Mau tidak mau, aku menoleh ke arahnya
mencoba mencari penjelasan mengapa dia mengeratkan genggamannya.
Senyuman, hanya itu yg menjadi jawaban
atas pertanyaanku. Tapi tak apalah, sejuk tatap wajhnya membuatku melupakan
kebingunganku.
Alvin, alvin, alvin ! LOVE YOU FULL.. J
Belaian
jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH
TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….
++++++++++++++++++THE END of BONUS PART My story of
Crazy LOVE++++++++++++++++++