Minggu, 10 Juni 2012

My story of Crazy LOVE #2



­---------------------------- ALVIA’s STORY LOVE---------------------


Biarpun kisah cintaku penuh pedih, tapi sekuat tenaga kan ku pertahankan kisah Ini, tak peduli seberapa kejam nyata menusuk jiwa, yang pasti aku ingin merangkai kisah ini dengan kisah yg berbeda dari kisah para tokoh novel  SAD ENDING lainnya… aku yakin kisah ku akan berakhir SEMPURNA dengan rangkai kata HAPPY ENDING… lihat saja nanti (optimis) J

(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((^_^)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))


BERBEDA….
Setiap laki-laki pasti menginginkankan gadis yang di cintanya dapat bahagia saat jalinan-jalinan istimewa itu terjalin sempurna, tapi untuk alvin semua itu hanyalah sebuah khayalan belaka. Bagamana tidak ? selama ini hanya sedikit tawa yg di ukir alvin untuk sivia, tentu saja itu juga menandakan ada sedikit bahagia yg di rangkai alvin untuk gadisnya itu. Sivia, gadis yg di cintainya itu bahkan selalu menunjukkan senyum pedih saat melihat alvin meringis, bahkan tidak ada tawa yg terselip di sana. Semua terasa hambar dan menyakitkan !

Adapun yg membuat alvin Sesak, kala kadang tangis gadis tersebut membuncah, mebahana, melingkup di setiap peregangan-peregangan penyiksa tubuh alvin.  Jujur saja alvin merasakan, rasa sakit itu lebih menyiksa kala melihat air mata berharga gadis itu terjatuh, dari pada rasa sakit yg hanya menderu tak karuan di sekujur tubuhnya. Bila boleh memilih, alvin akan memilih untuk tidak bisa melihat dunia dari pada melihat tangis gadis itu. Menurut alvin tangis sivia adalah deritanya.

Sudahlah ! Kala kini menjejak mentari yg akan segera  menghilang di belahan bumi yg berlawanan, namun sivia masih terdiam menatap penuh harap pada kilauan-kilaun jingga yg terbias. Sejujurnya tidak ada yg sempurna di setiap warna jingga langit itu, tapi percayakah kalian kalau jingganya langit sore dapat membubuhui luka kalbu, mungkin itu yg membuat sivia betah menatapnya. “hay ! kenapa kamu masih di sini ?.” Tanya alvin sambil menjamah pundak gadisnya. Sivia tersenyum sambil mendongakkan wajahnya ke arah wajah kekasihnya.
“aku masih betah vin ! ayo sini duduk di sampingku, temani aku untuk menatap kilauan langit jingga.” Suruh sivia sambil menunjuk tempat duduk yang bersebelahan dengannya.
“hahaha ! kamu ini, kenapa tidak pernah bosan untuk melihatnya ?” Tanya alvin seraya duduk di sebelah sivia, tak lupa tangan putihnya menjamah puncak kepala sivia, lalu mengacaknya tak karuan. Kebiasaan ! -,-
“ishhh ! kamu juga gk pernah bosan mengacak rambutku seperti itu.” Kesal sivia, ia mulai memasang wajah tekuk 7 dan di tambah dengan cubitan kesal di lengan kanan alvin.
“hahaha ! iyaiya ampun aku vi.” Ringis alvin sambil mengembangkan senyum bibirnya, setelah itu mereka berdua terdiam sejenak. Kedua bibir mereka menutup Seakan mengikuti tentramnya sang jingga mengubah warna menjadi kelabu, saat-saat yg memudarkan eloknya langit sore, dan saat sang mentari benar-benar tidak terlihat lagi.
‘huh ! semoga kelak tidak ada kelabu yg mampu mengubah jinggaku.’ Batin sivia kembali menjerit, seiring dengan itu air matanya juga ikut turun mengurai di pipi cabinya, dan membuat sepasang mata sipit itu hampir terbawa dengan mata berkaca-kaca.
“bukankah kita sudah membahas semua ini berulang kali vi, ingat kamu sudah janji untuk tidak menangis karnaku.” Kata alvin lembut. laki-laki itu mengubah arah tubuh gadisnya agar benar-benar berhadapan lurus dengan dirinya dan perlahan jari-jari kekarnya mengusap lembut air mata sivia, “hahaha ! jangan PD seperti itu, siapa juga yg menangisimu.” Kata sivia sambil mengembangkan senyum ceria, sok tegar.
”ckckc ! ya sudah, yg penting kamu tidak menangis karnaku.” Kata alvin, Setelah itu mereka kembali terdiam dan membungkam. namun secara diam-diam mereka juga merajut kehangatan lewat genggaman-genggaman tangan yg semakin mengerat dan masing-masing dari mereka berusaha membuat pondasi hati untuk penegak jiwa yg membangun ketegaran.


++++++++++++++++++++))))))))))))) sweet moment with him ((((((((((((+++++++++++++++++++

-SIVIA p.O.v-

“ichi, ni, san, sh…” aku dan alvin menghitung dengan bahasa jepang –lagi- “ehhh ! LUPA AKU” aku menepok jidat, sekarang kami memang bukan di jepang melainkan di lapangan basket kecil di salah satu daerah di kota Jakarta, Indonesia.
“hahaha ! ayo ulang lagi biar kita kompak.” Ajak alvin sambil menertawakan kebodohanku dalam menghitung, maklum aku sudah lupa cara menghitung dalam bahasa jepang.
“ichi, ni, san, shi, go, roku…” kami kembali menghitung, tentu saja dengan nada yg menyatu kompak dan… “yesss ! three point. Hahaha…” kami saling berpelukan setelah bola basket yg kami lempar masuk ke dalam ring saat hitungan ke6 berakhir.

Hangat…
Sulit melepaskan pelukan hangat ini, sampai hujan mengguyur pun aku masih memeluk hangat tubuh alvin. Aku merasa tubuh kekar itu mulai bergetar, ku lepaskan perlahan pelukkan itu dan mulai menatap wajahnya. ‘arghhh ! jangan lagi.’
“aku CINTA kamu vi.” Lirihnya dengan nada bergetar, setelah itu dia kembali memelukku bersama dengan iringan nada hempasan air langit yg terjatuh di sekeliling kami. “tolong kuatkan aku vi, bantu aku untuk bertahan, jadilah nyawa hidupku, dan jadilah detak jantungku.” Lirihnya kembali dengan mengulang kalimat yg telah lalu, apa kalian mengingat kalimat ini. Tentu saja !

Aku mengangguk dan mengeratkan pelukannya, “aku akan menjadi segala-galanya untuk mu vin, aku juga CINTA sama kamu.” Kataku mantap, dia merenggangkan pelukannya dan tersenyum hangat padaku, senyuman yg sama saat dulu aku sempat mengintip senyuman manisnya dari balik kaca kecil di salah satu pintu ruang rawat di rumah sakit di jepang.


‘CUUUP’ lembutt, untuk yg pertama kalinya (semoga tidak untuk yg terakhir kalinya) dia menyentuh lembut mulutku dengan mulutnya. Kini aku dapat merasakan hangatnya dunia saat hujan masih gencar berjatuhan, tentu saja karna hangatnya FIRST KISS ku. Senang sekaliii ! semoga ini tidak untuk yg terakhir kalinya,,, ku harap masih ada sentuhan itu di hari esok,,, amiiiiin.


**********((((((((((((PART  SAD)))))))))))))***********

Kebodohanku…
Seharusnya, saat hujan turun itu aku membawanya menepi. Bukannya terlarut dengan suasana di bawah hujan, aku menyesal. Akibat kejadian itu, alvin sekarang malah kritis. Kalian tau, kondisinya down karna tidak bisa menahan dinginnya air hujan yg menghempas di tubuh kami. Saat itu memang terasa hangat, tapi hanya hangat di dalam hati. Rasa hangat itu ada karna rasa saling memiliki itu membubuh di hati kami masing-masing. Tanpa ku sadari, hangat itu kini malah membawa petaka.


“sivia ! sekarang lebih baik kamu pulang dulu, tante takut nanti kamu sakit.” Seorang wanita paruh baya berujar begitu padaku, aku hanya tersenyum lemah dan menggeleng tak mau. “ayolaaah ! jangan seperti ini sivia, kalau nanti alvin sadar pasti dia bakalan marah liat kamu yg seperti ini.” Aku masih menggeleng, wanita tersebut mulai pasrah dan membelai rambut ku perlahan. Aku jadi tak enak hati padanya. “yasudah tante ! sivia hanya bercanda, sivia pamit pulang yah.” Wanita itu mengangguk dan memelukku dengan erat seraya berkata lirih… “tetaplah tegar untuk alvin, hanya senyummu pengobat rasa sakitnya. Jangan menangis lagi !”
“iya tante !” kataku sambil tersenyum mencoba untuk setegar mungkin, walaupun nyatanya hati ini telah rapuh saat mengelihat sang penguat terbaring tak berdaya di posisi yg berbeda.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

_auther p.O.v_

“arghhhhh ! bukain pintunya pa, sivia mohon.” Erang gadis itu sambil merosotkan tubuhnya di balik pintu kamar, rasanya dia sudah lelah untuk meminta pintu kamarnya terbuka.
“tidak sivia, sudah cukup waktumu habis hanya karna laki-laki penyakitan macam alvin.” Balas suara di balik pintu, seketika tangis gadis itu semakin pecah mendengarnya. ‘jangan ! jangan lakukan ini, Ku mohon. Menemaninya adalah ketenanganku.’ Jerit sivia semakin kalut.

Hari Ini, Hari ke-3 setelah peristiwa penguncian pintu kamarnya. kini gadis itu mulai berlari tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit sesaat setelah papanya memberikan izin. Yg di rasakan sivia saat ini hanyalah penyeruakan semua rasa rindu akan kekasihnya. Dia ingin memeluk erat laki-laki itu sekarang, meraskan setiap aroma tubuh kekasihnya, dan tentu saja dia juga ingin melihat lengkungan sempurna di wajah kekasihnya.

“ALVIIIIIIN” panggil sivia dengan semangat yg menggebu-gebu penuh. “alvin, alvin, alviiin.” Panggilnya lagi, tapi tidak ada sautan di sana. ‘jangan lagi, aku tidak mau yg lalu terulang kembali.’ Jerit sivia dalam hati sambil membungkam mulutnya dengan kedua tanganya. Langkahnya mengundur setelah melihat ruangan kosong di depannya sekarang, persis sekali seperti kejadian di jepang tempo hari. Sesaat setelah itu, sivia berbalik dan berlari sambil terisak.

Apakah ini akhir dari cintaku ? apakah semua telah berakhir ? kemana dia, kemana dia membawa kisah ini ? kemana penyuguh senyuman penenang rinduku ? huh T.T

###############**********epilog*********##############

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…

Tahun ke-2 smenjak kekasihku pergi, aku tak tau apa dia masih bisa menatap dunia atau malah pentapan itu sudah menggelap bersama lenyap raganya. Apakah dia masih hidup ??? tapi kenapa dia tidak memberikan kabar padaku ? apa dia sudah melupakanku ? atau, atau, dia sudah tak di dunia lagi ? tidak dapat merasakan kerinduanku ini.

Huh ! kalian tau, dulu -2thn lalu- setelah aku tak mendapatinya menempati ruang rumah sakit itu, aku memilih untuk melupakan alvin, melupakan semua kenanganku, tapi nyatanya aku tak sanggup hingga sampai saat ini aku masih mencintainya. Dia berlaku tidak adil padaku ! sungguh perlakuan yg jahat, perlakuan yg kedua setelah hal yg lalu…

“siviiiia ! jangan melamun siang bolong begini, ayolah kita masih ada survei dengan dokternya.” Kata shilla sambil menarik kasar tanganku. Yuppp ! tempat ku sekarang adalah rumah sakit yg sempat menjadi saksi bisu kisah cintaku dulu.
“iyaaaa, tapi jangan menarik tanganku seperti ini.” Kata ku sambil meronta-ronta tak jelas, alhasil karna pemberontakanku itu aku jadi menabrak seseorang hingga orang tersebut jatuh bersamaan dengan lepasnya genggaman tangan shilla yg tadi menarikku.
“ehhh ! sorry.” Kataku sambil membantu orang tersebut bangun, dia sedikit mendongak sebelum menyambut uluran tanganku. “hah ! dia, apa dia, bu…kankah di…a, aaaaaaa” kataku gelagapan melihat orang yg tadi ku tabrak.
“hahaha ! jangan  kaget seperti itu sivia, biasa saja.” Katanya, aku mendecak kesal. Ehhh ! dasar cowok edan. Ta... tapi… dia, yah dia ! dia adalah ray, adiknya alvin.
“tunggu, kamu RAAAAY kan ?” pekikku setelah berusaha untuk mengingat namanya. “jangan teriak cantikk.” Katanya santai dan mencoba bangun dengan sendirinya.
“alvin,,, gimana kabar laki-laki itu ?” tanyaku lirih, ku lihat exspresi ray berubah menjadi muram. Membuatku harap-harap cemas, jangan katakan sesuatu yg menykitkan, ku mohoooon ! cukup air mataku mengalir selama 2 tahun belakangan ini, aku merindukkan laki-laki itu.
“hay sivia, ayoolah ! dokternya tidak akan menunggumu mengobrol dengan laki-laki gondrong itu.” Teriak shilla, aku mendengus sebal sambil menatap sahabatku itu dengan tatapan pembunuh. “tidak usah menatapku seperti itu, ayoo cepat !.” katanya lagi seraya menarik tubuhku dari hadapan ray, sebelum ku dengar jawaban bocah gondrong itu. Ishhh, shilla BEGOK !  


Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…


Aku bersandar di tiang-tiang penyangga rumah sakit, kira-kira sudah 5 jam aku di rumah sakit ini untuk mengadakan survey yg tidak kunjung usai. Sore menjejal, seperti hal lalu. Sekarang aku tengah menatap kilauan langit jingga, tapi sekarang aku sadar tidak ada alvin yg menemaniku di sini. “aku merindukanmu jinggaku.” Kataku dengan lirih, tak terasa air hangat itu jatuh dengan perlahan dan mengalir bak rintik-rintik air langit yg baru saja turun. padahal kilauan jingga itu baru saja terlihat, tapi mengapa secepat ini berganti kelam, ini bukan saatnya jinggaku berganti kelam. Hay ! bicara apa aku ini ! tapi ini sungguh tidak adil, jangan berubah dulu jinggaku… ku mohon ! arghhh…

Diam menyelimutiku, mulutku seakan membisu, bungkam kehabisan kata, dan sesak kian menyerang tanpa gentar. Suara-suara yg lalu lalang kini mengusik ku, wajar saja rumah sakit ini tempat umum. Bukan aku yg memiliki, aku tidak mungkin memboking-nya dengan egois. Hahaha ! lucu…

“hay kak ! jangan berlari seperti itu, kamu baru saja sehat.” Teriak seseorang yg terdengar bersumber dari belakang, aku tak menggubrisnya. Biarkan saja, toh apa urusanku ?
“hahaha ! biar saja, aku ingin merayakannya bersama hujan disini.” Terdengar suara yg lain membalas suara yg tadi dan…

‘BRUUUK’
“tuh kan apa ku bilang. Jangan berlari seperti itu. Dasar begokk !” omel salah satunya karna kini laki-laki yg di pringati tlah jatuh tersungkur tepat di hadapanku. Aku yg melihatnya tergelonjak kaget dan dengan sigap aku langsung bangun, mengulurkan tangan ku untuk membantu laki-laki itu.
“hay ! hati-hati donk, ayooo bangun.” Pintaku masih dengan tangan yg terulur ke arahnya, laki-laki itu mendongak dan,,,

‘JLEEEP’ ‘JDYAAAR’
“jing… ga… ehhh ! al… vin…” kataku gelagapan, seakan percaya atau tidak kalau orang yg akan ku tolong ini adalah orang yg ku rindu.

“hah ! si… siapa ya ?” tanyanya dengan tampang polos, mendengar semua itu hatiku langsung meremuk dan seakan teriris pisau tajam. TUHAN, Apa-apaan ini ? apa orang di depanku ini beneran alvin ? atau alvin memang sudah melupakanku ? arghhh, kenapa mesti begini ? Apa kisahku akan berakhir SAD ENDING ? tidak, aku tidak mau itu terjadi karna yang ku impikan adalah akhir kisah yg HAPPY ENDING. Aku tidak mau egois, tapi KENAPA JADI BEGINI ? baru saja ku rasa terharu karna pertemuan ini, tapi dengan gampangnya semua itu tertepis rasa pilu yg menyakitkan. JAHAT SEKALI !!!
“hikshikshiks !” aku berbalik dengan sejuta kecewa dan dengan kalut ku coba untuk berlari meninggalkan laki-laki ini. tapi tunggu dulu, langkah ku tercekat sebelum mulai melangkah. “hay tunggu dulu.” Katanya sambil membalik tubuhku untuk menghadap dirinya “aku hanya bercanda, aku tidak mungkin melupakanmu, sivia.”

Dia –alvin- langsung memelukku, tapi aku mencoba untuk beronta. “kamu jahat alvin, 2 thn aku menunggumu, tapi sekarang kamu datang dan dengan mudahnya kamu membuatku hancur seperti tadi.” Kataku masih dengan memberontak tak jelas, namun seperti yg kalian tau tenagaku kalah telak dengan tenaga alvin.
“ma… af… aku pergi untuk membuatmu bahagia, aku ingin seperti laki-laki normal yg bisa mengukir bahagia untuk gadisnya, aku tidak mau menjadi laki-laki PENYAKITAN yg selalu membuatmu menangis.” Katanya lembut masih dalam posisi memelukku, perlahan pemberontakkan ku melemah begitu saja. Semua dia lakukan untukku, lantas apa yg bisa ku lakukan untuknya ?
“hikshikshiks.” Aku hanya dapat terisak mendengarnya… “dan tentu saja aku melakukannya agar kamu tidak menangis lagi untukku karna...” Lirihnya, aku masih bungkam. “kamu kekuatan ku vi, kamu penopang yang membuatku untuk tetap bertahan, kamu juga yg telah rela menjadi nyawa hidupku, dan kamu juga yg telah menjadi detak jantungku. Serta kamulah kebahagiaanku…” sambung alvin lagi, kali ini isakkanku semakin menjadi-jadi. “sekarang untukmu, aku berhasil selamat dari penyakit itu vi, meski tidak sepenuhnya, tapi setidaknya aku dapat mengukir semuanya lebih lama dengan mu.”
“huaaa! Hikshikshiks. Al… vin… ak… aku… men… cintaimu…” kataku pelan, dia mengangguk dan mebalas kataku. Dasar BODOH ! kenapa hanya kata-kata itu yg keluar dari mulutku. Tapi, yasudahlah ! aku tak peduli, kini aku membalas pelukkannya dengan sangat erat, aku tidak mau dia pergi lagi. Kalian tau ALVIN HANYA UNTUKKU, UNTUK SIVIA AZIZAH.  


Akhirnya KISAHKU berakhir HAPPY ENDING, akhir kisah yg sangat ku impikan. Lihatlah, TIDAK MUDAH mempertahankan cinta ini, butuh ketegaran dan kesabaran untuk menguatkannya. Huh ! CINTA MEMANG RUMIT, TAPI TETAP MENYENANGKAN BILA AKHIRNYA HAPPY ENDING SEPERTI KISAHKU INI… ayolahhh ! kawan pertahankan cinta kalian, buat kisah kalian berbeda dari kisah CINTA yg lain karna HAL YG BERBEDA AKAN MENOREHKAN KESAN YG TERUKIR DALAM.

Heh ! bahasaku, ya sudahlahhh ! byebye ANH,,, SIVIA JUGA SAYANG KALIAN…

##########THE END OF HAPPY ENDING##########


++++++++++++BONUS PART STORY+++++++++++
++++++++++++++PART BONUS+++++++++++++++

A.T.Y.P.K.M…

Melihat tawamu, mendengar senandungmu, terlihat jelas di matakku warna warna indahmu… Menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa hatimu ANUGRAH TERIDAH yg PERNAH KUMILIKI… Hoaaaa, hoo… ooo…oooo…

“hahaha ! suarama mu baguss…” kataku dengan volume suara yg cukup besar, alvin menoyor keplaku dengan kesalnya. “huh ! bilang saja kamu hanya ingin meledek suaraku.” Ujarnya.

Heyheyhey ! aku berkata jujur, kenapa dia kesal seperti itu ? apa aku salah memuji kekasih ku seperti tadi ? Dasar kodok aneeh. “aku tidak bohong alvin, ishhh ! jangan kesal seperti itu dong.” Kataku sambil mencubit pipinya. Dia meringis dan mencoba untuk menyingkirkan tanganku dari pipinya, tapi aku menahan tangannya dengan tangan kiriku, alhasil sekarang tangan kami bertumpuk di atas pipinya dan itu membuatku mempunyai peluang banyak untk menatapnya lebih dekat. Huehhh ! asyikk sekali bisa menatap matanya sedalam ini dengan posisi wajah yg dekat pula.

Ku lihat dia sama seperti 2 thn lalu, dia masih seperti dulu. Dia tetap kekasihku yg tampan, baik, dan selalu sempurna di mataku. Semakin lama ku meratap kisahnya semakin Perlahan bayang-bayang semu itu berputar nyata saat ku menatap kedua mata alvin, terlihat jelas bahwa dia adalah anugrah terindah yg di berikan tuhan untukku. Jelas saja aku tak mau rasa takut itu datang kembali, mengingat di kehidupan yg lalu nyawanya hampir tandas karna sebuah penyakit terkutuk, tapi sadarkah kalian di kata DULU. Yuppsss ! itu dulu dan sekarang dia masih ada di sani. Penyakit itu hilang bersama tandasnya kisah pilu dan sekarang ! sekarang hanya terselip bahagia di tengah-tengah doa yg melambungkan permintaan sederhana, permintaan agar aku dan alvin dapat selalu bersama sampai mati nanti. Hmmmm ! amiiiin J


Sifatmu kan slalu ledakan ambisiku, tepikan khilafku dari bunga yg layu, saat kau di sisiku kembali dunia ceria… jelaskan bahwa kamu ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI…. Hoooo… hoooo… hoooo... Oooooo… Oo… oo…

Lucu, alvin –kekasihku- memang sangat lucu. Padahal kalau diingat-ingat dulu saat perkenalanku dngan alvin di salah satu rumah sakit di Hokkaido, jepang. Dia terkesan sangat cuek, bahkan untuk menyambut senyumku saja dia sudah enggan. Tapi saat waktu menunjukkan lebih lama kebersaan kami, dia mulai menjadi alvin yg kulihat dari balik kaca, alvin yg menyenangkan dan tentu saja alvin yg selalu membuatku terpesona dngan senyuman manissnya.

“ALVIIIIN ! kamu lucu sekali.” Kataku saat itu, mungkin ini adalah kata yg selalu ku ucapkan saat melihat tingkahnya yg selalu bisa membuatku tertawa renyah. Tak lupa, setiap aku melontarkan kata itu aku selalu mencubit lengannya karna gemas. Hahaha ! kebiasaan buruk sivia itu, tawa alvin.

1 lagi dari kisah ini, senyuman manisnya selalu menepikan khilafku dari dunia yg kadang terasa kalut dan senyuman manisnya juga yg selalu menenangkanku saat air mataku terjatuh karna menangisinya =DULU=.


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….

Alvin membelai wajahku lembut dan membuatku tersadar dari peratapan kisah yg telah berlalu. “kenapa melamun vi ?” Tanya lavin khawatir padaku, aku menggeleng cepat untuk menghapus kecemasan di wajahnya.
“tidak apa vin, jangan cemas seperti itu. Heheh” kataku sambil nyengir kearah alvin. “kamu tidak pernah berubah ya vin, kamu tetap jinggaku yg dulu.” Kataku dengan pelan, perlahan ku lepas kedua tanganku yg sempat tertumpuk dan menempel di pipinya tadi. “janji ya vin, kamu jangan pernah berubah. Kamu janji kan bakal tetap jadi jinggaku.”
“hahaha ! gimana yah ?” ujarnya pura-pura mikir, aku memanyunkan bibirku dan membuatnya terkekeh. “janji, gk ya ?” katanya lagi, sekarang dia membuatku kesal. Huh ! aku benci perlakuannya yg seperti ini. Dia selalu mengajakku bercanda, saat aku mulai mengajaknya berbicara serius. “iya vi, aku janji.”

Aku tersenyum mendengar hangat janjinya menyambut janjiku. Lagi-lagi, aku di buat bahagia olehnya, apalagi sekarang jemarinya menggenggam erat jemariku. Mau tidak mau, aku menoleh ke arahnya mencoba mencari penjelasan mengapa dia mengeratkan genggamannya.

Senyuman, hanya itu yg menjadi jawaban atas pertanyaanku. Tapi tak apalah, sejuk tatap wajhnya membuatku melupakan kebingunganku.

Alvin, alvin, alvin ! LOVE YOU FULL.. J


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….



++++++++++++++++++THE END of BONUS PART My story of Crazy LOVE++++++++++++++++++ 

My Story of Crazy Love #1



NP: SETIAP BAHASA JEPANG YG DI PAKAI DI SINI PASTI ADA ARTINYA…DENGAN KETERANGAN HURUF DAN KETERANGAN ARTI DI AKHIR KALIMAT DENGAN MENGGUNAKAN HURUF BERUKURAN KECIL DI BAGIAN ATAS… #MENGERTIKAN ??? maaf kalo bahasanya salah


My story of Crazy LOVE



‘boy, I LOVE YOU’

Pancaran sinar mentari menyembul terang di pelupuk mata, membuatku dapat melihat senyumannya yg telah terukir dengan sedikit garis lengkung di kedua matanya yg menyipit secara reflex. Hmmm ! sumpah mati, dia sangat manis jika seperti ini. aku saja dibuat cengo untuk yg kesekian kalinya. Coba saja aku mengenalnya, mungkin sekarang aku sudah mencubitnya karna gemas. Hahaha ! sudahlah,,,

Hay ! sudah berapa jam aku memandangi laki-laki tersebut dari balik pintu ini, ckck ! mungkin sudah 1 jam dan ini saatnya aku pergi sebelum para suster melihat salah satu pasiennya mengintip pasien lain. hahaha ! itu sama sekali tidak lucu kan…

Oh ya ! kenalkan namaku sivia, cukup panggil via saja. Sekarang aku telah tercatat sebagai pasien tetap di salah satu rumah sakit ternama di Hokkaido, jepang. Aku mengalami gagal ginjal, sebenarnya penyakit ini sudah ku derita semenjak aku tinggal di Indonesia dulu. Tapi baru sekarang aja nie penyakit makin parah, sampai bikin aku nginep di rumah sakit selama 2 minggu.

‘cklekkk’
Pintu kamarku terbuka lebar dan membuatku menghentikan hayalan gilaku,, “sivia,,,” kata seorang wanita berpakaian putih dan berdiri di ambang pintu. Aku menatapnya dengan alis yg bertautan “ya ane1 (1.kakak perempuan)

 “mari kita mulai.
” 
“hah ! nani3 ?” (3.apa ?)
“jangan kaget seperti itu sivia, maksudku mari kita mulai makan siang .” Kata suster itu, akupun meringis setelah mengetahui maksudnya. 
“hmmm !” aku hanya mendehem, padahal aslinya aku malas makan.
“ya sudah ! kita makannya di kamar sebelah saja karna pasien di sana tidak ada yg menjaga dan aku yakin kamu pasti bosan karna tidak punya teman. Bagaimana sivia ? apa kamu mau ?.” jelas suster tersebut. aku terbelalak mendengarnya.

bukankah kamar sebelah adalah kamar laki-laki itu, ckckck ! berarti aku bisa berkenalan dengannya. Wah ! ini kesempatan yang baik untuk mengenalnya. “apa boleh seperti itu ane ?” kataku untuk memastikan apa yg ku dengar barusan.
“mengapa tidak ?.” balas suster  tersebuut, aku langsung melepas inpusku dan berllari menuju kamar sebelah.
“sivia, tunggu aku, jangan berlari seperti itu.” Teriak suster tadi memperingatkankku, namun apa peduliku ? biar saja, toh aku tidak apa. Inikan dampak dari rasa senangku yang terlalu berlebihan.

Aku menghentikan langkahku Setelah sampai di depan kamar laki-laki tersebut, tempat yang biasa aku pijak bila melihat laki-laki itu secara diam-diam, “aku malu ane.”
“hahaha…  masuk saja, kenapa mesti malu ?.” suster tadi mengapit lenganku dan meggeretku untuk segera masuk ke dalam.

‘ckleeeek’
“hayyy ! bagaimna keadaanmu.” Ramah suster yang datang bersamaku.
“always fine.” Jawab laki-laki itu sambil mengalihkan pandangannya ke arahku dan menautkan kedua alisnya bertanda bingung.
“kenalkan dulu, ini temanmu dari kamar sebelah.” Suster itu menggerakkan tanganku untuk menyodorkannya ke laki-laki itu. “ane” liriihku, aku tersenyum malu sambil menyenggol lengan suster tersebut.
“sudahlah, cepat kalian berkenalan.” Aku mengangguk dan menyebutkan nama ku.
“eh’iya ! watashi5 azizah sivia.” (5.saya (modern))
“boku6 sindunata Alvin.” (6.saya (bahasa gaul, biasa digunakan laki-laki))

Oh ternyata namanya alvin, aku menjabat tangannya dan tersenyum semanis mungkin. Biar dia tterpesona, namun dia hanya menunjukkan tampang datar. Sepertinya tidak biasanya laki-laki ini tidak tersenyum. “youkoso7 alvin.” (7. selamat datang, senang bertemu denganmu.)
“hmmm !” dehem alvin cuek dan segera beranjak ketempat tidunya.

Idihhh, aku tidak tau dia secuek ini. Padahal kalau aku melihatnya dari balik pintu kaca Alvin tidak pernah seperti ini, apalagi bersikap cuek, bukankah alvin yg selama ini aku pandang selalu tersenyum, tapin sekarang dia beda sekali ! “sivia, alvin memang seperti itu. Jangan di masukkan ke hati. Di baik kok, ayooo makan siank.”

Aku mengangguk dan mencoba melupakkan kekesalan ku kepada si alvin. kami berdua makan siang bersama, tentu saja dengan pengawasan suster. “selesai.” Katanya pelan,sambil meletak kan mangkoknya di atas meja dan di susul denganku.
“wahhh ! sudah selesai ya. Baiklah, ane ambilkan obat kalian dulu ya ! jangan kabur, terutama kamu alvin.” Kata suster sambil berjalan keluar kamar. Setelah itu terdengar suara cibiran alvin yg mengatakan. “gak janji ye sust.” Dengan bahasa Indonesia, medok betawi.
“ehhh ! kamu bisa bahasa Indonesia juga ya. Kamua asli Indonesia to.” Tanyaku kaget, alvin hanya mengangguk dan bergeming kearah kamar mandi, entah untuk apa. Semenit kemudian alvin keluar lengkap dengan baju hangat yg super duper tebal.
“eh ! mau kemana vin.” Tanyaku sambil menghentikan langkahnya yg akan segera keluar dari ruangan.
“mau main di luar, dari pada susternya dateng dan nyuruh aku minum obat. Hueeeh ! gak deh”aku tekekeh geli mendengar perkataannya yg terdengar amburadur dengan gaya bahasa yg acak-acakkan.
“aku ikuuuut. Mau dong kabur bareng orang sipiiiit. Hehe ! boleh ye vin.” Kataku sambil masang muka melas di depan alvin.

_+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++_

“ichi, ni, san, shi, go, roku…”  sekarang aku dan alvin mulai berhitung cepat dengan bahasa jepang, dia mengajakku bermain di salah satu taman di Hokkaido. Ternyata kata suster tadi benar, alvin memang baik dan menyenangkan. Bayangkan saja setelah beberapa jam beradaptasi denganku, alvin menjadi orang yg mengasyikan. Bahkan dari tadi dia mengajakku tertawa selepas mungkin.

“ichi, ni, san, chisss…” kata kami kompak dalam menghitung bahasa jepang dan,,,  ‘ctreeet’ blits kamera menyala dan diiringi dengan suaranya. Aku dan alvin mulai berfoto ria dan mengabadikan beberapa fose yg terlihat lucu yg diiringi dengan tawa. Menyenangkan sekali ! aku ingin menghentikkan waktu saat ini juga, nggak rela kalau yg indah terlewati…

“hahaha ! kamu lucu.” Kataku sambil mencubit lenganya karna gemas sekali. “eh ! udah sore ini vin, ayo balik ke rumah sakit. Nanti kita di marah loh.”
“yahhh ! cepet banget sih, masih pengen main aku.” Katanya manja, aku tersenyum simpul dan langsung menarik tangannya untu segera balik ke rumah sakit, nanti bisa-bisa kami di kira hilang lagi, wkwkwk…
“besok kan masih ada waktu buat main.” Kataku menenangkannya.

Kamipun segera balik ke rumah sakit, tidak terasa sepanjang jalan tternyata aku dan alvin saling bergenggaman tangan, aku menoleh ke arahnya dan secara bersamaan dia juga menoleh ke arahku sambil tersenyum manis. Kami pun mempererat genggaman tersebut seakan-akan kami tidak mau terpisah.

Akhirnya kami sudah sampai di depan kamar alvin. “hhh…hhh…hhh…” deru nafas alvin terdengar jelas meski jarak kami lumayan jauh. Aku melihat ke arahnya, dia sedang mengatur nafasnya dan segera masuk ke dalam kamar rawatnya, aku sedikit bingung melihat ekspresinya tadi. Bukan ! ekspresi tadi bukan lagi ekspresi lucu yg sering membuatku gemas, tapi ekspresi yg tadi terlihat seperti orang yang…. Arghhh ! shit sudahlah, aku tidak bisa jelaskan eksperinya yg tadi. Jadi ku putuskan untuk segera balik ke kamar rawatku dan mencoba untuk melupakkan bayang-bayang alvin.


****esokknya****

Aku sedang asyik membaca buku, ntah sudah berapa banyak aku ketinggalan pelajan SMA ku yang di Jakarta. Hmmm ! aku ingin sekolah lagi. Kapan aku bisa balik ke Jakarta dan bertemu dengan sahabat-sahabatku. Arghhh ! Serasa bosan, aku pun memutuskan untuk menyudahi aktifitas membaca buku dan berencana untuk menemuinya. Ku pacukkan langkah kaki ku kekamar rawat alvin, aku ingin mengajaknya bermain lagi. Semoga dia mood untuk menemaniku harii ini.

“alvin” panggilku sambil membuka pintu kamar rawat alvin. Namun tidak ada sautan, sampai akhirnya aku menyadari ruang rawat alvin sekarang sudah kosong, tidak ada papun di kamarnya kecuali sebuah foto berfram berukuran sedang yg masih terpajang di atas meja.
“sivia,,,” aku menoleh dan mendapatkan seorang suster  tengah berdiri di ambang pintu. “alvin sudah keluar dari rumah sakit ini.” Sambungnya, aku terbelalak –tidak percaya-.
“maksud suster ?.”
“tadi pagi alvin sudah keluar dari rumah sakit ini, dia sudah tidak terdaftar sebagai pasien lagi disini, kata keluarganya semua pengobatan alvin akan di pindahkan.” Kata suster tersebut menjelaskan semuanya.
“jangan bercanda sust.”
“tidak sivia, aku tidak bercanda.” Ucap suster tersebut, aku tidak menemukan raut bercanda dari wajahnya, hanya keseriusan yg terlihat di sana.
“huaaaahikshikshiks, alvin jahat. Aku benci alviiin.” Isakku sambil mengambil fram foto yg masih tersisa di kamar rawatnya, fram tersebut berisi foto kami yg kemarin sempat diabadikan, di taman Hokkaido.
“sudahlah via, alvin tidak brmaksud meninggalkanmu. Kemarin….” Suster tersebut menceritakan semuanya dari awal, namun apa peduliku, ku katan saja pada suster tersebut kalau “AKU TIDAK PEDULI”. Aku pun berlari meninggalkan kamar alvin, masih dengan memeluk fram foto yg masih tersisa bagaikan kenangan.

‘BRUUUK’ aku menutup kasar pintu kamarku dan mulai merosotkan tubuhku yg tersandar di balik pintu. Tangisku semakin kencang tak tertahankan. sekarang aku tidak peduli dimanapun tempatku menangis, ntah di rumah sakitkah, yang penting aku merasa kecewa dengan alvin. Di dalam otakku sekarang, siapa lagi yang akan aku lihat secara diam-diam kalau tidak ada alvin, atau siapa lagi yang akan mengobati rasa kangen ku atas senyuman manisnya kalau bukan alvin juga, dan siapa lagi yang akan menemaniku serta mengajakku kabur sesaat dari rumah sakit kalau bukan alvin. Walaupun aku mengenal namanya hanya dalam waktu 1 hari, tapi aku tidak akan rela kalau alvin meninggalkan ku begitu saja. ALVIN AKU AKAN MERINDUKANMU, TAPI AKU MEMBENCIMU… huh !



^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hari terakhirku di rumah sakit setelah menjalani oprasi ginjal dan hari ini juga adalah hari terakhirku di jepang, karna beberapa menit lagi pesawat yang akan ku tumpangi akan segera membawaku pulang ke Indonesia. Huh ! mengapa sesulit ini meninggalkan jepang, aku masih mengingat-ngingat beberapa moment yg indah bersama alvin, di jepang.
“ayo sivia, pesawat kita akan segera berangkat.” Kata mama sambil menjamah pundakku, aku hanya mengangguk dan segera berbalik dan masuk ke dalam. ‘SELAMAT TINGGAL JEPANG, I’LL ALWAYS MISS YOU.’

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“huaaaaam.”
Sembulan cahaya mentari menyadarkanku dari dunia mimpi semalam. Aku baru ingat kalau hari ini aku akan memulai sekolah ku lagi, hmmmm ! aku merindukan teman-teman SMA ku. Apalagi shilla, ify, agni, cakka, rio, dan iel. Friends ! I coming, now. Hehe !

37 menit, aku sudah menapakkan kaki ku di koridor sekolah  yg akan menuntunku ke kelas kesayanganku. Hehe ! gak sabar nih ketemu sama mereka semua.
“morning all !” sapaku kepada semua penghuni kelas sambil mamerkan senyuman termanisku, tapi semua malah menatapku cengo, dan…
1 menit….
3 menit…
7 menit…
“huaaaaa… siviaaaa ! miss you…”
“siviaaa, akhirnya masuk juga kamu.”
“ohhh ! god, this not dream. What it is sivia ?”
Mereka semua berhamburan dan langsung memelukku ramai-ramai, tidak peduli cewek ataupun cowok yang penting kami bisa saling melepas rindu. “hahaha ! apa kabar nih kalaian semua ?” tanyaku sambil merenggangkan pelukan mereka.
“always fine for you. Hahaha!” kompak mereka sambil tertawa ringan, aku merindukan suasana ini. Mereka sudah seperti saudaraku, kami selalu bisa menghadirkan tawwa untuk sesuatu yang kurang menyenangkan.

‘tettetteeeeeeet’ bel masuk berbunyi nyaring di setiap peenjuru sekolah, kamipun kembali ke bangku masing-masing. Beberapa menit kemudian terdengar pengumuman dari pengeras suara (speker),,,

‘untuk semua siswa dan siswi, hari ini kalian pulang lebih awal karna semua guru akan mengadakan rapat. Terima kasih…’ penguman tersebut mendapat respon yang menyenangkan dari semua murid, bagai mana tidak cuy ? hari ini kita tidak belajar dan itu artinya kita bebas daari penjara-penjara otak.
“YEYYY ! KITA PULANG… HAHAHA !” semua berteriak kegirangan sambil meloncat-loncat yg diiringi tawa. Asyiik sekali !!! aku juga melakukan hal yang sama seperti mereka.

“eh ! ka, yo, iel, fy, agni, jadi kagak nih kita pergi ?.” tanya shilla saat semua tawa mulai menyurut.
“hmmm ! iye, jadilah. Lagian kita kan udah di pilih buat ngewakilin anak-anak yang lain.” kata cakka sambil membereskan buku-bukunya yg sempat berserakan.
“loh kalian emangnya mau kemana ?” tanyaku kebingungan, dari pada penasaran ! ya udah deh mending nanya langsung.
“eh ! iya sivia, kita mau ngejenguk murid baru. Kamu mau ikut gk ?.”
“oh’hehe ! kirainn apaan. Iya deh aku ikut. Emang ada murid baru di sini ?”
“iye ada, dia baru masuk seminggu yang lalu. yodahhh ! yuk berangkat, mumpung masih pagi.” Ajak iel sambil keluar kelas dan diikuti oleh yang lain. 

((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((^0^)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))

Kami memacu langkah ringan memasuki rumah sakit setelah beberapa menit lalu kami memarkirkan kendaraan yg kami gunakan. Mataku berkaca-kaca menatap setiap sudut rumah sakit ini, kalian tau ? sekarang yg memutar di benakku adalah kenangan saat aku di jepang, saat aku mengintip senyumannya dari balik pintu yg mempunyai kaca kecil. Arghhh ! sudahlah, sebelum air hangat itu terjatuh jadi kuputuskan untuk mencoba kembali memfokuskan langkah ku bersama yg lain.

“permisi…” koor kami semua sambil membuka pintu kamar rawat. Seorang wanita paruh baya menyambut kami dengan ramahnya.
“ehhh ! ada tamu toh, silahkan masuk.”
“iya tante, kami datang untuk menjenguk.” Sopan agni sambil menyerahkan sepaket buah-buahan.
“terimakasih ya, maaf jadi merepotkan. Silahkan, alvin lagi istirahat.” Kata wanita paruh baya tersebut, aku teperanjat kaget. Apakah akku tidak salah dengar ? tadi-tadi wanita tersebut menyebut nama ‘alvin’. Apa dia alvinku, alvin yg ku kenal di jepang. Semoga saja….

Aku berjalan pelan mendekati ranjang murid baru tersebut, semua memperhatikanku dengan raut bingung. Mungkin sekarang aku sudah di anggap lancang karna mendekat tanpa izin. Setelah memperhatikan lebih jelas wajahnya, aku langsung membekap mulutku dan mencoba menahan tangisku yang sudah siap-siap meledak.
“al…alvin” lirihku dan berhasil membuat matanya mengrjap-ngrjap bertanda dia akan mulai sadar.
“sivia…” kata alvin terdengar parau, sangat parau. Aku mundur berapa langkah dan mulai berbalik untuk pergi dari sana. Aku tidak peduli dengan tatapan sahabat-sahabatku yg menyiratkan kebingungan, yg terpenting sekarang aku mau segera pergi dari hadapan alvin. Kalian tau aku merindukannya, tapi aku juga membencinya. TOLONG AKU.

================666666666666666=================

Aku berlari sambil menangis sesenggukan di lorong-lorong rumah sakit, tak terasa seseorang menarik tanganku hingga langkahku tercekat. Aku berbalik dan mendongakkan wajahku hingga ku lihat senyuman yang sangat ku rindukkan itu. “aalviiin” lirihku.

Dia memelukku sangat erat hingga hembusan nafasnya terasa menyentuh tengkukku, aroma tubuhnya tercium khas di hidungku, sesaat setelah itu dia berujar lirih tepat di telingaku “siviia, aku merindukkanmu.”

Masih dalam pelukkannya, dengan ragu-ragu aku membalas pelukkannya. Jujur saja rasa benciku tak mampu mengalahkan rasa istimewa itu. Bak menghilang di telan waktu, semua yg terasa canggung kini mulai terasa menyenangkan. Aku merenggangkan pelukkanku dan memegang kedua pipinya seraya menghapus air mata hangat yg membuat aliran sungai kecil, sama sepertiku dia juga memegang kedua pipiku dan menghapus air mataku juga.

“kau cengeng…” aku meledeknya, tapi dia tidak menggubris hal itu sedikitpun. Malah dia kembali memelukku.
“sivia,,, aku mencintaimu.”
“aku juga vin… aku sangat mencintaimu.”
“tapi apa kamu mau menjadi seorang kekasih dari laki-laki sepertiku ?” paraunya, aku mengangguk dalam pelukkannya dan mengatakan dengan pasti kalau “aku mau, aku akan menerima kamu apa adanya.”
“terimakasih vi…” dia semakin mengeratkan pelukkannya “tolong kuatkan aku vi, bantu aku untuk bertahan, jadilah nyawa hidupku, dan jadilah detak jantungku.”  Pintanya, lagi-lagi aku mengangguk.
“aku… berjanji… aku akan selalu ada untuk menguatkanmu, aku akan berusaha menjadi nyawamu dan detak jantungmu, bahkan aku juga akan menjadi kebahagiaanmu vin.” Kataku sambil tersenyum hangat kepadanya, mencoba untuk saling menguatkan satu sama lain, dan mencoba untuk saling menautkan rasa yg akan menjadi sumber kekuatan satu sama lain jua….

CINTA…
Taukah kalian cinta hadir untuk salling melengkapi… Bahkan untuk menyadarkan kesalahan menjadi kebenaran… CINTA bukan hanya sekedar rasa… CINTA juga ada karna CINTA adalah sumber kekuatan hidup…

CINTA hadir dengan takdir… Takdir untuk saling memiliki atau hanya sekedar saling merasakkan… Tardir untuk merubah yang biasa jadi lebih luar biasa….

Kala cinta telah menyatu… Rasa akan menjadi terbiasa… Dia yg terpilih akan menjadi kekuatan… Bahkan akan menjadi setiap jawa dan detak kehidupan…

This is miracle of LOVE….
DON’T STOP BELIEV OF LOVE…. ^^


@@@@@@@@@@@@@@@@ b_e_r_s_a_m_b_u_n_g  _or_ T_H_E_ E_N_D @@@@@@@@@@@@@@@




Jumat, 01 Juni 2012

Bagaimana Bisa ? #part1




 Tahukah engkau, setiap manusia ‘TIDAK’ selamanya akan merasakan bahagia. Ada saat dimana kebahagian itu memudar dan menghempaskan tubuh kita kedalam kesedihan yang berlaru-larut. Namun nyatanya Dalam kehidupan selalu ada Satu paham yang susah dimengerti manusia, satu paham yang berhubungan telak dengan kesedihan, paham yang menjelaskan dimana setiap kesedihan pasti selalu mempunyai makna dan hikmah tersendiri. Namun Terkadang manusia menganggap setiap kesedihan sebagai penyiksaan dari tuhan atau bahkan mereka tidak pernah mau merasakan setetes pun dari kesedihan tersebut. Hmmm ! baiklah, dari sini kita dapat menyimpulkan kalau setiap manusia mempunyai sisi keegoisan yang selalu bertitik tumpu pada kenyataan yang ‘menyedihkan’, kenyataan yang menurut manusia tidak mempunyai sisi positive sedikitpun.
                Berbicara tentang kebahagian dan kesedihan, pasti setiap individu pernah mengalaminya. Pernah merasakan bagaimana rasanya kesedihan tersebut menghancurkan nurani dan menyeret setiap indra untuk tiada lagi berfungsi sesuai nalar ataupun sesuai hakikat nyata. kalaupun ada satu dari sekian ribu juta manusia tidak pernah merasakan kesedihan, maka itu adalah hal yang harus dipertanyakan. Ntah, itu hanya gurauan atau hanya sebuah alibi untuk menutupi kesedihan itu sendiri.
                Baiklah ! kurasa cukup ilustrasi dari kesedihan tersebut, apa kalian bosan ? semoga tidak. Disini, biar kutunjukan satu kisah yang akan menggerus setiap orang mengenal satu dari sekian banyak hal yang berhubungan dengan kesedihan, hal yang sungguh sangat sederhana. Namun hal ini juga sangat sering terlupa atau tercampakan, hal yang patut untuk di perhitungkan dari kesedihan itu sendiri. Mengertilah, ini hanya karangan fiksi atau buah dari hayalan tinggi yang tak berujung. Simak dan resapiiii !! HAPPY READING and GBU ^^

=================================================================================

‘hahahha’ 
Suara tawa itu terdengar lagi, seakan membawa luka untuk dia yang terabaikan. suara tawa itu masuk melalui celah-celah pintu, jendela, serta pentilasi kamarnya. Suara tawa yang berasal dari sisi berbeda di salah satu ruangan diluar sana, suara tawa yang merambat masuk dan menggema didalam kamarnya. Suara yang ntah mengapa terdengar hangat namun menimbulkan goresan-goresan kecil yang membuat hatinya terluka.
‘kenapa tawa itu tak pernah dibagai untukku ? aku juga menginginkan bagian dari tawa itu, menginginkan sisi dimana seharusnya aku dapat tertawa bersama mereka, tertawa untuk yang terindah  dan  yang terburuk sekalipun.’ Jeritan hatinya kembali menuntut, menuntut bagian untuk mendengar tawa-tawa riang itu dari sisi yang sama dengan mereka, menuntut untuk dapat tertawa bersama dengan orang-orang diluarsana.
Tidak !!! biar saja mereka tertawa, biar saja mereka terus bahagia, ada saatnya nanti mereka bersedih, ada saatnya nanti mereka terhempas dan meresakan apa yang dia rasakan sekarang. Bukannya mau menyumpahi, tapi belum saja cukup bagi mereka untuk terus tertawa dan mengabaikan salah satu dari bagian  mereka. Mereka sangat egois !!! nanti Keegoisan merekalah yang akan menuntut langkah-langkah masa depan semakin mengarah pada jurang kehancuran dan saat itulah mereka akan merasakan bagaimana rasanya menjadi salah seorang loser yang terus saja disalahkan untuk hal yang tak patut dipersalahkan untuknya.
“tetap tersenyum, abaikan apa yang mereka lakukan dan katakan. Loe bukan anak haram, loe sama kayak gue, loe bahkan lebih baik dari mereka.” Ucapan itu menjamahi telinganya ditengah kegelapan, ucapan yang ntah datang dari mana, ucapan yang akan selalu berputar kala hatinya terkoyak-koyak kenyataan. Setelah ucapan itu tak terdengar lagi, maka secara magic ia akan kembali tersenyum dan meratapi tubuh itu menghilang dibalik remang-remang jendela kamarnya yang langsung mengarah keluar kamar.

................................................................................................................................................................


‘bruuuuk’
“awwww...” rintih sivia setelah terjungkal kebelakan dan membuat tubuhnya langsung jatuh tertunduk tepat didepan kaki seseorang yang tadi menabraknya. “aduh sakiiit.” Adu sivia sambil mengelus-elus lututnya yang merah karna terbentur  lantai koridor sekolah.
“maaf.” Kata orang tersebut. Sivia mendongak untuk melihat wajah orang yang telah menabraknya tadi. Ternyata seorang pemuda tampan dengan wajah oriental mirip orang korea, perawakan tegap, tubuh tinggi, berkulit putih, serta mata sipit yang tajam.
“hmmm... tidak apa.” Sivia berdiri dan mengabaikan rasa sakit dilututnya seraya tenyum manis kepada pemuda tersebut.
‘ALVIN JONATHAN’ tanpa sadar mata sivia menatap name tag pemuda tersebut dan membaca nama yang terpampang disana, suaranya tadi cukup terdengar hingga ketelinga pemuda tersebut dan membuat sang pemuda yang bernama alvin mengangguk untuk mengiyakan namanya yang tadi disebutkan oleh sivia.
“cukup panggil alvin.” Kata pemuda tersebut.
“gue sivia.” Sivia mengulurkan tangannya pada alvin sambil kembali mengumbar senyumnya. Namun belum saja jari-jari panjang alvin menyambut tangannya, tiba-tiba rio menepis tangan alvin dengan kasar.
“jangan menjabat tangannya, sivia.” Bentak rio sambil menatap tajam kearah alvin. sivia yang mendapat teguran atau lebih tepatnya bentakkan dari rio langsung memandangnya dengan tatapan bingung yang mengisyaratkan kata ‘kenapa loe larang gue?’.
“gue gak suka dia nyentuh loe, ntar loe malah jadi ketularan sialnya.” Kata rio lagi, kali ini suaranya terdengar melembut. Namun matanya masih menatap penuh benci kearah alvin.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun alvin langsung pergi dari hadapan rio dan sivia. Malas kalau punya masalah lagi, lirihnya dalam hati. Sivia menatap punggung alvin yang semakin menjauh, hingga pada akhirnya tubuh itu hilang jua dipembelokan koridor.
“apa-apaan sih loe ?.” kesal sivia sambil berlalu meninggalkan rio.
Rio mendengus kesal, merasa tak dihargai atas jasanya tadi. “loe gak tahu siapa dia vi, suatu hari nanti loe akan tau siapa alvin ?.”  rio melangkah kearah yang berlawanan, rasanya tak ikhlas kalau tadi sivia memarahinya. seharusnya sivia mengucapkan terima kasih  karna terhindar dari kesialan jika bersentuhan dengan alvin,  gumam rio.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


“kenapa lagi loe, mukanya gitu amat ?.” alvin yang sedari tadi bengong langsung tersadar ketika suara yang kemarin malam kembali menyapanya. Ify. Gadis itu selalu datang ketika dirinya sedang bermasalah dan selalu ada ketika semua beban sudah tak dapat lagi ditanggungnya seorang diri.
“gak kenapa-napa, hehehe.” Kata alvin sambil cengir, membuat ify hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
“yah malah cengir lagi loe,” ify menoyor kepala alvin dan langsung merangkul pundak sahabatnya tersebut. Ify tahu kalau cengiran itu keluar disela kata ‘tidak kena-napa’ berarti alvin memang tidak ingin bercerita, kalau nanti alvin lelah menanggungnya sendiri pasti dia akan menceritakkan semuanya tanpa harus dipaksa ataupun diminta.
“mumpung nyengir masih gratis.” Canda alvin serasa membalas rangkulan ify. “kekantin yok fy, lapeeer.”
“hahaha, bisa juga loe laper. Emang tadi jatah sarapan loe diambil lagi sama tuh orang.” Alvin mengangguk dan kembali menggiring langkahnya dan langkah ify ke kantin sekolah. “hadeeeh, dasar tuh sodara loe emang maruk bgt.”
“hahaha, tapi loe tetep suka kan ?.” goda alvin sambil menoel dagu ify.
“hiiiiii, ogah.” Gidik ify sambil memasang muka jijik. Setelah itu mereka tertawa bersama tanpa memperdulikan tatapan heran dari para penghuni-penghuni koridor yang menatap iri kearah mereka.

Ify dan alvin duduk dibangku paling pojok kantin, tempat dimana mereka biasa menyantap mie ayam –makanan kesukaan mereka-. Seperti biasa setiap suapan mereka, pasti selalu diiringi dengan canda dan tawa, tak heran kalau suara riuh dikantin selalu tersela tawa dan ejekan-ejekan yang cukup mendominasi dari mulut alvin dan ify.
“boleh gabung.” tanya sivia menyela candaan alvin dan ify, membuat kedua orang yang tadi langsung mendongakkan kepala dan memperhatikan sivia dari atas sampai bawah, setelah itu barulah mereka mengangguk dan tersenyum hangat.
“hmmm, maaf ganggu.” Kata sivia mencoba membuka ruang percakapan ditengah keheningan sesaat setelah kedatangannya.
“ohhh, no prob.” Balas ify ramah, sementara alvin hanya fokus pada makanannya.
‘hey vin, kok loe cuek banget. Kasihan noh cewek, kayaknya mau ngomong sesuatu.’ Ify menyikut lengan alvin seraya tersenyum menggoda. Alvin mengangkat wajahnya dan menatap kesal kearah ify.
Kemudian dengan polosnya iya berkata ‘sial loe fy, kgak tau apa loe, nih jantung gue ngelunjak kayak buruh demo.’
“hahaha, kasian deh loe.” Tawa ify meledak, tangannya tanpa sadar mengacak rambut alvin. kebiasaan yang sering ify lakukan kalau dia lagi gemes sama alvin. tanpa mereka sadar, gadis yang berada diantara mereka sedang menaruh cemburu melihat adegan mereka. ‘kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih.’ Goda ify dengan suara kecil tepat ditelinga alvin, mata mereka melirik kearah sivia yang sedang cemberut dari tadi.
“hmmm, NGACO’ loe fy.” Tangkas alvin sambil berteriak ditelinga ify, membuat ify terpelonjak kaget dan segera menjauhkan telinganya dari alvin.
“sialan loe sipit, budeg nih telinga gue.”
“hahaha, elo sih ngomongnya asal banget. Ya gak mungkinlah.”
“haduuuuh, alvin sayang. Apanya sih yang gak mungkin.”  Ify menepuk pipi alvin pelan berniat untuk menggoda sahabatnya tersebut.
‘BRUUUUK’ Suara gebrakan meja kantin membuat keduanya kicep dan mendongak kearah siapa orang yang berani-beraninya menggebrak meja tempat mereka makan. Rio, huh ! bocah ini lagi, keluh ify dalam hati sambil menatap tajam mata rio yang kini berdiri anteng didepan mereka sambil melipat kedua tangannya didada.
“apa mau loe ?.” Kata ify dengan nada sinis.
“gue mau sivia.” Katanya. Sivia yang merasa namanya di panggil-panggil segera menghadap rio, mencoba mencari tau ada urusan apa si rio mencari dirinya.
“ada apa yo ?.”
“ayoo, ikut gue.” Rio menarik tangan sivia secara kasar, namun sivia tidak mau bergeming dulu. Sivia tetap duduk tanpa mau mengikuti ajakkan rio, sementara rio terus menarik tangannya secara kasar.
“hay mas, kalau sivianya gak mau, Ya gak usah dipaksa dong.” Cela ify sambil menarik tangan rio untuk menjauh dari sivia. “dan loe jangan pakek kekerasan, dia cewek.”
“gue gak punya urusan sama loe.” Bentak rio sambil menepis kasar tangan ify.
“oke, mulai sekarang loe berurusan sama gue.” Balas ify membentak rio, mereka tak sadar kalau sedari beberapa menit lalu mereka telah menjadi bahan tontonan gratis para penghuni kantin.
“males.” Kata rio tepat didepan wajah ify dengan jarak 5cm. “ayooo, vi ikut gue.” Lanjutnya lagi dan kembali memaksa sivia untuk ikut bersamanya.
Ify diam, specless dengan apa yang dilakukan rio tadi. Jantungnya berdegup cukup keras saat rio mengucapkan kata ‘males’ dengan jarak yang sangat dekat dngan wajahnya. Suatu kebahagiaan tersendiri untuk ify bisa melihat wajah pemuda yang disayanginya dari jarak yang sangat dekat, apalagi dia dapat mersakan hembusan nafas rio yang menyapa permukaan kulit wajahnya.
“stop, loe jangan paksa sivia lagi. Sini loe.” Ify menarik tangan rio untuk menjauhi sivia lagi, tapi lebih tepatnya menjauhi kantin jaga. Ntah kemana ify akan membawa rio.

“hmmm, si... via...” gugup alvin. sivia mengangkat wajahnya yang sedari tadi ditundukan sejak kepergian ify dan rio. “apa ?.”
“gak ada, mau mastiin aja kalau loe masih hidup.” Gurau alvin sambil tersenyum ramah. Sivia terkekeh pelan mendengar kata-kata alvin, ia jadi gemas terhadap pemuda yang satu ini.
“hahaha, loe kira gue udah mati apa.”
“tadinya sih gitu, habisnya loe dari tadi diem mulu. Gue malah dianggurin sampai lumutan gini.”
“biareeen, wleeek :p.” Sivia menjulurkan lidahnya, membuat pipi cuby semakin menggembung. “gantian dong, tadikan loe yang anggurin gue waktu loe sama ify.” Lirihnya seketika.
“maaf, kita emang selalu lupa susana kalau lagi bercanda.”
“hehe, udahlah gak papa. Gue maklumin kok.”

########################################TBC##########################################