Minggu, 27 Januari 2013

#ALVz3rdLetItFlow DOCUMENTASI [27/01/2013] \A/


aaaaaaaaaaah GILA!!! ganyangka ALVINOSZTA udah 3 TAHUN SOOOB!!! 
keren banget kan? 3 TAHUN RASANYA CEPEEEEEEEEET BANGET.... 
ALVINOSZTA YANG MASIH SAMPAI SEKARANG SETIA BANGEEEEEET.... 


[27/01/10] semuanya berawal dari tanggal 27 bulan pertama di tahun 2010, ALVINOSZTA community yang dibangun atas dasar rasa kagum beberapa orang ke salah satu peserta IC 3 yang namanya ALVIN JONATHAN. ALVINOSZTA dibangun atas dasar rasa kagum, berpondasi rasa sayang, dan berdiri kokoh karena kekompakan. 


sesuai prinsip >> Let It Flow << yang selalu dipegang alvinoszta, semuanya berjalan bener-bener apa adanya... gak ada kesah yang terlalu berarti, semua diterima dengan lapang dada.... alvinoszta menerima ke-apa-adaanya alvin... meskipun ada yang lebih hebat, tapi alvin tetep yang nomor satu untuk alvz... 3 tahun bener-bener Let it Flow... kata "Let It Flow" yg selalu ALVz pegang, biarin semuanya berjalan apa adanya, urusan esok, nanti, dan seterus.a adalah rencana tuhan dan kita sebagai pemain kehidupan hanya bs brharap & berdo'a agar esok & seterus.a Tuhan masih sudi memberkati kebersamaan ALVZ #ALVz3rdLetItFlow


dan, sekarang!!!


[27/01/13] hari ini, ALVINOSZTA 3 TAHUNAN SOOOOB!!! GILA KAN, kita masih aja berdiri bersama-sama untuk seorang yang punya  image GAK PEDULI dan CUEK... WOW!!! ALVINOSZTA HEBAT BANGET!!! PROUD TO BE ALVINOSZTA!!! 


"HEBAT ITU ADALAH UNTUK MEREKA YG MASIH BERTAHAN & SELALU SETIA UNTUK ORANG YG MEREKA SAYANGI, MESKIPUN APAPUN YG TERJADI #ALVz3rdLetItFlow"


dan MEREKA YANG HEBAT itu adalah KITA, ALVINOSZTA YANG MASIH ADA UNTUK ALVIN sampai sekarang, sampai 3 TAHUN ini...


MEREKA YANG HEBAT itu adalah KITA, ALVINOSZTA yang nggak pernah peduli ALVIN mau jadi arti atau nggak, yang penting ALVIN tetep jadi ALVIN -NYA ALVINOSZTA, alvin yang cuek tapi peduli, Alvin yang punya cara sendiri buat nunjukin rasa sayangnya ke ALVINOSZTA....


Saking Hebatnya nih, dari kemarin malem minggu sampai hari ini, TL isinya POOOOL ALVINOSZTA, udah berasa TL milik ALVINOSZTA, dari atas sampai bawah isinya tweetan ALVINOSZTA semua, dari tweet yang isinya ngucapin HAPPY ANNIVERSARY 2 TAHUN, yang bernostalgia tentang ALVIN di IC 3 dulu, yang ngerengek2 minta ini itu ke alvin XD, samapi tweet yang isinya harapan-harapan dan kenang-kenangan Alvinoszta tentang alvin jo.... hahaha pokoknya TL isinya ALVINOSZTA semuaaaaa #ALVz3rdLetItFlow


padahal HASTAG & AVA/PP cuma disiapin beberapa jam, gimana gak hebat tuh!!! GILA KAN, semuanya di siapin dalam waktu singkat, nggak nyampai 24 jam. buat nentuin HASTAG >> #ALVz3rdLetItFlow << aja kita harus emosi dulu, sampai hampir mau nangis -gara-gara waktu itu ngira nggak akan ada hastag dan anniversary 3 tahun kali ini akan bener-bener sepi... tapi KEAJAIBAN TUHAN datang guys :) THANKS GOD!!! waktu itu -malem minggu- salah satu anak ALVZ di grup ngusulin HASTAG >>#ALVz3rdLetItFlow << yang langsung buat gue jatuh cinta soooob!!! bener-bener suka banget sama hastag itu, ciyus deh gak bo'ong hahaha... setelah usul hastag itu, gue langsung nanyain ke ALVZ lain dan mereka setuju, jadilah hastag anniversary 3 tahun ALVZ [27/01/13] pakai hastag >> #ALVz3rdLetItFlow << yang langsung buat TL POOOOOL dan sempet jadi TTI no. 1 hahahaha XD -meskipun gaj ada yang sadar XP-



benerapa tweet #ALVz3rdLetItFlow ::: 

>> WE ARE ALVINOSZTA. WE KEEP ON FLOWING. #ALVz3rdLetItFlow 

>> kata "Let It Flow" itu buat Alvinoszta adalah prinsip yang wajib dipegang tiap ada masalah, alhasil selalu berakhir damai#ALVz3rdLetItFlow 

>> alvz sampe sekarang masih megang teguh kata "Let It Flow" apapun yang terjadi biarkan berjalan apa ada.a, selow #ALVz3rdLetItFlow 

>> alvin hebat (y) alvinoszta juga ngga kalah HEBAT, selama 3 thn selalu setia dan bisa menerima alvin apa ada.a #ALVz3rdLetItFlow

>> GO ALVIN!!! GO ALVIN!!! GO ALVINOSZTA :") #ALVz3rdLetItFlow

>> Alvin itu... Ah gak bisa didefinisikan dengan 180 kata terbatas di tweet ini yang pasti dia tuh segalanya buat Alvz #ALVz3rdLetItFlow

>> Alvin emang cuek,tapi dibalik kecuekannya itu dia masih ada rasa syng dan prhatian sm alvz:") #ALVZ3rdLetItFlow

>> Secuk-cueknya Alvin tapi aku yakin sebenernya Alvin itu sayang banget sama ALVZ dan peduli sama ALVZ. #ALVz3rdLetItFlow

>> Alvinoszta itu setia banget sama Alvin, kalian tetap bertahan dengan sifat cueknya dia selama 3 tahun lebih #ALVz3rdLetItFlow

>> Di TL penuh dengan Alvinozta yg tetap ngeidolain alv *syajuga*:D walaupun cueknya selangit, salut dah sama Alvinozta#ALVz3rdLetItFlow ♥

>> gak peduli banyak artis yg lebih keren dari Alvin. yg terpenting Alvin tetap menjadi prioritas buat gue dan tentunya ALVz#ALVz3rdLetItFlow

>> padahal dia jarang balas mention krn dia hanya ingin berlaku adil. dan gak mau bikin Alvinoszta yg gak dibales menjadi iri#ALVz3rdLetItFlow

>> bahagia itu sederhana, sesederhana kata "Let It Flow" yang buat ALVZ KEEP CALM :) #ALVz3rdLetItFlow

>> jangan remehin waktu 3thn, karena ALVZ HEBAT BANGET bertahan selama itu cuma buat seorang yg punya image gapeduli dan cuek#ALVz3rdLetItFlow

>> cepat banget waktu berlalu, semoga cinta gue buat Alvin and Alvinoszta gak bakal berlalu juga(??) #ALVz3rdLetItFlow

>> alvinoszta selalu bikin gua ngerasa damai, community tertutup yg hampir dibilang hilang tp tetep yg paling jaya! #ALVz3rdLetItFlow

>> Happy anniv alvinosztaaaa \(´▽`)/ semoga makin kompak, makin syang alv, selalu dukung alv, adem2 aja sama com lain. Amin!#ALVz3rdLetItFlow

>>sayang alvinoszta semua, walaupun kita beda-beda tapi ALVz dan Alvin adalah pemersatu kita #ALVz3rdLetItFlow

>>#ALVz3rdLetItFlow #ALVz3rdLetItFlow #ALVz3rdLetItFlow #ALVz3rdLetItFlow #ALVz3rdLetFlow


DAN MASIH BANYAK LAGI!!! mau baca noh, klik aja hastag #ALVz3rdLetItFlow di twitter, pasti nongol semua kata2 ALVINOSZTA buat ALVZ and ALVIN :")


THANKS FOR EVERYTHING ALVINOSZTA and @Iamalvinjo_, No matter how long be ALVZ!!! I am ALVINOSZTA NOW, and i hope i always be ALVZ :))

#ALVz3rdLetItFlow





Sabtu, 12 Januari 2013

BEST FRIENDS #part6 (the last)


BEST FRIENDS (cerpen CRAG) #part6 (ending)



Sorak sorai terdengar dilapangan basket indoor, teriakan penyemangat menggema dan berbaur dengan suara pantulan bola basket. Ditengah lapangan sudah berdiri cakka dan alvin, babak pertama sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu.

Permainan dimulai dengan sengit, tidak ada celah untuk menyeka keringat ataupun mengatur nafas. Gerakan-gerakan lincah mereka menjadi daya tarik  tersendiri untuk mengundang dukungan. Tidak ada yang kuat ataupun lemah, yang ada hanyalah siapa yang menang dan yang kalah. Sampai sejauh ini alvin masih memimpin dengan score 23-19, hingga babak pertama berakhirpun alvin tetap memimpin dan keluar sebagai pemenang.

Pada babak kedua Nafasnya kian memburu, peluh-peluh mulai membanjiri wajahnya, kelelahan sudah jelas tergambar dari setiap bahasa tubuhnya yang kian bergerak melemah, namun tampaknya laki-laki keras kepala macam alvin tidak akan pernah berhenti sebelum apa yang dia inginkan tercapai. Rio kalah.  tinggal gabriel yang berdiri dihadapannya. Gabriel, laki-laki yang dulu selalu mengertinya, yang dulu selalu menjadi sandaran kehidupannya, namun laki-laki itu juga yang dulu menghancurkan kepercayaanya, dia akan selalu mengingat gabriel, meskipun gabriel termasuk dalam nama-nama orang yang sudah menghancurkan masa lalunya juga.

“gue akan menang demi mendapat maaf dari loe.” Kata gabriel sebelum permainan dimulai. Tarikan kedua sudut bibirnya menggambarkan betapa tulusnya kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya, kata-kata itu juga menggambarkan betapa rindu dirinya akan sosok alvin. ntah bagaimana, ketika berhadapan sedekat ini dengan alvin, rasa kecewa itu menguap dan menggantinya dengan segelintir rindu.

“buktikan.” Sinis alvin sambil menatap tajam mata gabriel, tersirat jelas kebencian dimata itu.

Babak ketiga akhirnya dimulai, baik gabriel maupun alvin sama-sama pintar dalam memainkan si bola orange. Tidak mudah untuk memasukan si orange kedalam ring lawan, score yang mereka dapatkan pun masih dapat dihitung dengan jari, score  8 untuk gabriel dan 7 untuk alvin.

“HENTIKAN ALVIN !!!.” tiba-tiba suara gadis menggema diantara teriakan-teriakan pendukung mereka. meskipun terkesan keras, namun suara lengkingan tadi tetap tidak didengarkan sedikitpun, alvin yang menjadi objek dari teriakan tersebut masih asik dengan bolanya. “ALVIN.” gadis itu berlari ketengah lapangan, menerobos beberapa siswa yang menghalangai jalan masuk.

“HENTIKAN” teriaknya lagi. Kali ini langkah alvin dan gabriel terhenti, teriakan-teriakan para pendukung  juga senyap seketika. “hentikan, please.” Kata gadis itu lagi, namun suaranya lebih terdengar seperti permohonan.

Alvin melihat gadis tersebut, gadis itu gadisnya yang dulu, yang beberapa hari lalu menemaninya dan memeluknya. Sivia azizah. ia tersenyum lemah ke sivia tanpa memperdulikan kesadarannya yang tiba-tiba menipis, dadanya terasa sesak sekarang, nafasnya menderu tak karuan, tidak ada lagi gerakan-gerakan setelah itu. “BRUUUK” tubuhnya tiba-tiba jatuh seiring dengan kesadarannya yang kian menipis. Sivia, gadis itu berlari menghampiri tubuh alvin, kepanikkannya kian memuncak. 

“al, bangun. Please, jangan kayak gini.” Sivia mengguncang tubuh alvin, mencoba untuk menyadarkan alvin.

Gabriel cakkal, rio yang tersentak kaget melihat alvin tiba-tiba pingsan langsung mendekat. Mereka tidak tinggal diam, dengan sigap mereka mengangkat tubuh alvin dan membawanya ke rumah sakit dengan mobil gabriel. Sementara sivia hanya mengikuti mereka dari belakang, air matanya sudah menetes sedari tadi. Tidak ada kata kuat ketika melihat alvin seperti ini, terlalu sakit.

^^

Tuhan !!! kupanjatkan doa,
Sadarkan dia yang terpejam,
Berikan sedikit waktu untuknya,
Aku ingin dia masih bisa bernafas untukku.
Aku masih ingin dengannya,
Aku mau dia ada didekatku, selamanya...

^^

Kecemasan itu masih tertinggal didiri mereka, selama sepersekian menit dari kejadian dilapangan basket tadi cukup membuat mereka shock. Terlebih pada sivia. Gadis itu masih saja menangis, tatapannya kosong, namun pikirannya  melayang-layang jauh keraga kekasihnya yang didalam.

“CKLEEEK” sivia mendongak dan menatap pintu ICU.  Sivia lantas bangun dan menghampiri pria paruh baya dengan jas putihnya. Dibelakang sivia, rio gabriel dan cakka ikut menghampiri pria tersebut.

“Om dayat, gimana keadaan alvin ??.” tanya sivia pada dokter tersebut.

Dokter yang dipanggil ‘Om’ oleh sivia tadi langsung menatap sivia. Beliau menarik nafas berat dan tersenyum lemah tanpa arti. “ sivia.” Panggilnya ringan. “apa mereka ?.” tanya dokter tersebut tanpa menjawab pertanyaan sivia, beliau menatap sivia dan beralih melihat rio, gabriel, dan cakka. 

“iya om, mereka semua sahabat terbaik alvin. yang sering alvin ceritain, yang alvin bilang orang-orang yang paling dikangenin. Heeee.” Kata sivia nyengir. “terus gimana keadaan alvin ?.” tanya sivia lagi yang mulai kembali pada topik awalnya.

“tenanglah sivia, mungkin obat-obatan itu sudah merusak sebagian sistem saraf otak alvin dan melumpuhkan kinerja anggota tubuhnya yang lain, tapi sepertinya alvin melakukan sesuatu dalam setahun belakangan ini.” kata dokter dayat masih dengan senyumannya.

“maksud om ?.”

“ntahlah sivia. Tapi om rasa alvin sudah melakukan sesuatu selama setahun belakangan ini.” kata doketr dayat mengulang kalimat terakhirnya yang tadi. “mungkin, alvin mulai mengurangi konsumsi obat-obatan tersebut selama setahun belakangan dan itu membuat tidak ada kerusakan saraf yang terlalu menghawatirkan, tapi tampaknya batinnya yang banyak mengalami tekanan karna efek dari sakau yang dialaminya.”

“terus kita harus lakuin apa om ?.”

“hmmm, om rasa kamu harus membantunya untuk benar-benar terlepas dari kecanduannya dan om rasa dia juga membutuhkan kalian semua untuk mensuportnya.”

“yasudah, om tinggal dulu ya, sebentar lagi alvin akan dipindahkan keruang inap.”


+++++++++++

“sivia.” Panggil rio. “lo bisa jelasin semuanya. Apa yang terjadi.”

Rio mendekati sivia dan duduk disampingnya. sivia menoleh, ditatapanya rio dengan wajah enggan. Setelah itu sivia kembali menerawang dengan pikirannya. Rio yang melihat reaksi sivia langsung mendesah pasrah, tak lagi mau mendesak sivia untuk berbicara.

“pecandu.” Gumam sivia.

“apa ?” tanya rio yang cukup mendengar gumaman sivia.

Mata rio melebar hampir keluar, tidak percaya dengan apa yang dikatakan sivia tadi. sementara gabriel dan cakka langsung mendekat dan berdiri dihadapan rio dan sivia, mereka ingin memastikan kalau telinga mereka tidak salah dengar dengan gumaman sivia yang tadi.

“alvin seorang pecandu narkoba.” Terang sivia dengan jelas. “sejak ke2 orang tuanya meninggal 5thn lalu, alvin mulai mengkonsumsi narkoba. Dia jadi pecandu berat jauh sebelum lo semua kenal dia.” Cerita sivia.

“gue sendiri udah kenal alvin sebelum dia pindah ke jakarta, gue dikenalin sepupunya waktu gue liburan kemalang. Gue sama alvin udah saling mengenal sebelum dia pindah kejakarta, gue tau jelas semua latar kehidupan alvin. bahakan gue tau alvin dimana waktu lo semua ngomongin dia dan dia tiba-tiba hilang.”

“lo tau, awalnya setelah alvin kenal lo semua, gue rasa kehidupan dia akan jauh lebih daik, tapi gue salah...” sivia menghela nafas berat. “lo semua malah sia-siaiin dia dan buat masalah lalunya semakin hancur, asalkan lo semua tau semenjak lo semua bilang nggak butuh dia, dia ngerasa jadi orang nggak berguna dan semakin larut dalam dunia-dunia gelap. Dan gara-gara kalian semua, alvin jadi semakin hancur.”

“tapi seperti yang lo denger tadi, ternyata alvin udah mulai ninggalin tuh barang-barang haram.” Sivia mendelik kearah rio. “dan ggue harap lo semua nggak bakalan hancurin dia lagi.”

rio, gabriel, dan cakka mengangguk pasti. Tidak mungkin mereka melakukan kesalahan yang sama. “terus maksud dokter tadi yang nanyain kita-kita.”

“dokter itu namanya om dayat, dia dokter keluarga gue dan om alvin. alvin memang sering cerita-cerita tentang kalian sama om dayat,  dari setiap cerita alvin, dia pasti ngebesar-besarin kalian, dia nggak peduli meskipun kalian udah nyakitin dia dan ngehancurin masalalunya dia. Meskipun alvin dingin di sekolah, tapi percaya nggak percaya. Alvin tetep nganggep kalian sahabat terbaiknya, terutama elo iel.” sivia mendelik kearah gabriel, setelah itu ia berjalan memasuki kamar inap alvin yang berada dikamar VVIP II.


============


Mata itu mengerjap-ngerjap pelan. perlahan titik fokusnya mulai terlihat jelas. Dilihatnya sekeliling ruangan hingga tatapannya jatuh pada gadis yang menyambutnya dengan senyuman hangat. Sivia. Desahnya dan membalas senyuman gadis tersebut.

“bagaimana keadaanmu ?.” tanya sivia.

“baik.” Jawab alvin seadanya.

“syukurlah, aku senang melihatmu sadar dan kemabli tersenyum.”  Sivia menatap dalam mata alvin. “ ada yang mau bertemu denganmu.”

Alvin hampir membuaka suara ketika pintu kamar inapnya terbuka. 3 laki-laki sepantaran dengannya menyembul dari balik pintu. Rio, gabriel, dan cakka. Mereka berjalan menghampiri alvin setelah salah satu dari mereka menutup pintu lagi.

“ngapain lo semua disini ?.” tanya alvin sedikit teriak.

“calm vin, seperti perjanjian kita kemarin. Kalo salah satu dari kita menang, lo bakalan maafin kita.” Kata gabriel mengingat kan alvin. sejenak alvin terdiam.

“menang ??.”

“iya, gue menang. Lo nggak inget apa scor sebelum lo pingsan kemaren. Gue 8 dan lo 7.” Kata gabriel meningatkan lagi. “jadi lo harus maafin kitasekarang.”

Alvin masih diam, setelah itu ia membuang wajahnya kearah yang berlawanan, tanpa harus melihat wajah ke-4 orang disamping kanannya.

“al,,,” panggil rio pelan. “kalo lo belum siep maafin kita, kita terima kok.” Lanjut cakka.

“yaudah, kayaknya kita ganggu lo hari ini.” kata gabriel sambil berbalik, diikuti dengan cakka dan rio. mereka hendak keluar kamar inap, namun tampaknya suara alvin menghentikanm langkah mereka.

“gue maafin kalian.” Katanya pelan. “gue udah maafin kalian jauh sebelum kalian minta maaf.”

Gabriel, cakka, dan rio berbalik lagi dan melempar tatapan senang. “jadi...”

“iya, gue udah maafin kalian.”

“yeaaaaah.”

“cieeeey, yang udah baikan. Gue malah dikacangin. Udah lumutan nih.” Kata sivia sambil menekuk wajahnya.

“hahhahaa.”




-----------------------THE END-----------------------


Nah karna endingnya hancuuuur, kalian boleh mendemo saya. Makasiiiih, and see you next time....

BEST FRIENDS #part5


BEST FRIENDS (cerpen CRAG) #part5


Sivia menarik tangan rio untuk mendekati gerbang kokoh disebuah rumah mewah, mobil yang tadi menjadi alat transfortasi mereka sudah terparkir rapi dikejauhan 50m. “ini rumahnya alvin yang sekarang yo.” Kata sivia sambil menunjuk halaman rumah tersebut. “gue yakin alvin ada dikamarnya.”

“lo tau kamarnya ?.” tanya rio sambil berharap sepupunya –sivia- akan mengangguk. Namun tampaknya sivia malah menggeleng dan menampilkan deretan gigi-gigi putihnya tanpa rasa dosa.

“terus ?”

“mmmm, nggak tau deh.”

“ishhhh, lo begooook banget sih. Terus sekarang mau ngapain ?.”

Sivia mengatupkan mulutnya dan mencoba berfikir hal apa yang akan dilakukannya untuk bisa masuk kedalam dan menemukan kamar alvin. “kita manjat yo.” Seru sivia girang sambil menunjuk pohon besar yang berada disalah satu sisi gerbang rumah alvin. pohon tersebut menjulang tinggi hingga melewati tinggi gerbang  rumah alvin. selain itu pohon tersebut lumayan dekat dengan gerbang rumah dan itu akan memudahkan sivia dan rio untuk memanjat.

“haaah ! gila lo, nggak mau gue. Ntar kita dikira maling lagi.”

“udahlah yo, bawel banget lo. Gue kawatir banget nih sama alvin. ayolaaah kita manjat aja. Yayayyaa.” Sivia merengek sambil menggoyang-goyangkan lengan rio.

“ta...”

“please.”

“huh !!! terserah deh.”

Rio dan sivia kahirnya memanjat pohon besar tersebut. beberapa detik kemudian mereka sudah berada dibalik gerbang. Dengan senyum kemenangan sivia menatap sekeliling halaman rumah milik alvin, pandangan jatuh pada kamar gelap dengan balkon menghadap arah matahari tenggelam.  

“yo, kayaknya itu kamarnya alvin.” kata sivia sambil menunjuk kamar yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi, kamar gelap dengan balkon menghadap matahari tenggelam.

“lo yakin vi ?.” tanya rio.

“yakinlah, lo nggak inget apa dulu.” Sivia menerawang masa lalu, mengingat sedikit tentang alvin. “dulu alvin itu paling demen sama matahari tenggelam, terus setiap kerumahnya yang dulu, pasti kamarnya itu selalu gelap.” kata sivia sambil tersenyum hangat.

“haah ?? tau banget lo soal alvin.”

“iyadong, eh’ yaudah ayooo yo kita masuk. Kayaknya mesti manjat lagi deh.” Sivia melihat balkon kamar tersebut dan tersenyum kearah rio lagi seperti mengatakan tantang untuk sepupun yang berbunyi ‘berani nggak lo ?.’

“terserah lo deh.”


+++++

“sejak kelas 8 SMP.  Seminggu Sebelum lo cerita ke Alvin kalo lo juga cinta sama gue dan 17 hari sebelum alvin hilang dari kehidupan kita.”

Kalimat-kalimat itu terus memutar ditelinga gabriel, wajah sinis sivia ketika mengatakannya masih terbayang-bayang dengan jelas. Terlebih ketika melihat bola mata gadis itu yang sangat berbeda, tampak seperti menyimpan sejuta rahasia dengan nada-nada minor yang membuatnya penasaran.

Namun jelasnya Rasa penasaran itu tidak juga mengalahkan kerisauannya, sakit hatinya dan kekecewaanya. Semuanya masih terasa mengiris dan menyesakkan. Masih tidak ada kata terima ketika mengetahui sivia sudah menjadi milik alvin, milik sahabatanya, eheeem !! mungkin milik –MANTAN SAHABATANYA-. Tapi gabriel sadar mau tidak mau, terima tidak terima, ikhlas tidak ikhlas, ia harus tetap merelakan sivia dengan laki-laki yang disayanginya, yaitu alvin.

Sebagai pecinta yang tulus, gabriel juga mau melihat sivia bahagia, Meskipun hatinya tersakiti. Mungkin terdengan MUNAFIK dan BASI, tapi gabriel memang menginginkan itu. sivia bahagia dan alvin mungkin juga akan bahagia, Pikir gabriel.

“vin, gue mau cerita. GUE SUKA SAMA SIVIA, dia cantik banget, aaaaaaa !! senyumnya ituloh manis kayak gula. Hadoooh ! makin cinta gue sama dia.” Cerita gabriel saat itu menggebu-gebu. Alvin yang ada disebelahnya langsung tersentak kaget.

“kenpa lo vin ? kok mukanya gitu banget denger gue cerita tentang sivia.” Tanya gabriel yang melihat perubahan air muka alvin.

“eeeh’ gpp kok. Cieeee, yang jatuh cinta.” Ejek alvin sambil berusaha terlihat biasa saja.

Gabriel yang masa bodoh dengan alvin, ikut tertawa. Sebenarnya dia merasa aneh mendengar alvin yang tertawa seperti sekarang, tawanya terdengar sumbang dan terkesan aneh, tidak seperti tawa lepas alvin yang selalu bisa membuatnya merasa bahagia.

“lo bodoh gabriel, kenpa lo nggak peka sih.” Cerca gabrie pada dirinya sendiri. Ia baru menyadari kalau dulu alvin juga sangat mencintai sivia, terlihat jelas ketika bayang-bayang masa lalu itu berpusar dikepalanya, bayang-bayang wajah alvin saat itu terlihat hambar ketika mendengar  dirinya menyukai sivia.

“BODOH !!!.”

------------------------


Sivia dan rio mendesah lega ketika mereka berhasil memanjat ke balkon kamar alvin –mungkin-. Sekali-kali mereka melihat kearah tangga kayu yang mereka temukan didekat balkon dan tangga tersebutlah yang mengantarkan mereka hingga bisa berada dibalkon saat ini.

“vi, gimana sekarang ?.” tanya rio.

Tanpa menjawab sivia berjalan kearah pintu balkon, dibukanya pintu tersebut yang ternyata tidak dikunci sama sekali. kamar gelap tersebut tak menampakan apapun kecuali warna hitam, gelap, dan pekat. Sauara deruan nafas menyambut langkahnya ketika memasuki kamar tersebut lebih dalam lagi.

“alvin.” panggilnya pelan. namun tidak ada suara.

Cahaya kecil tiba-tiba menerangkan sedikit sisi kegelapan tersebut. sivia melengok kearah cahaya tersebut, ternyata cahaya itu berasal dari senter kecil yang dibawa oleh rio. sivia tersenyum lantaran seperti mengatakan ‘terima kasi; pada sepupunya itu.

Rio menyorot bagian-bagian kamar tersebut, hingga pada menit ke7 cahaya lampu senter yang dibawanya menyorot tubuh bergetar yang berada dipojokan kamar. Tubuh itu menekuk dengan kedua tangan yang memeluk lutut, wajahnya terbenam tak karuan, desah nafasnya terdengar menderu seperti seorang atlit yang baru saja berlari jauh.

“vi...” panggil rio sambil menyeret tangan sivia untuk mendekati tubuh itu.

Sivia terbelalak melihat si empunya tubuh. Alvin. pekiknya khawatir.

“al, lo kenapa ?.” tanya sivia seraya mengangkat wajah alvin. sementara rio hanya berdiri sambil terus mengarahkan sorotan senternya kearah alvin, tampaknya saat ini ia juga hanya menjadi penonton malam  pada adegan ini. 

“dingin vi.” sahut alvin, tubuhnya semakin bergetar. Wajahnya terlihat pucat ketika cahaya menyorot wajahnya.

Dengan sigap dan tanpa berfikir panjang sivia langsung memeluk tubuh alvin. mencoba menghangatkan tubuh alvin. dulu, sivia juga sering melakukan ini, memeluk tubuh alvin pada kejadian yang sama. Ini tersa de javu untuknya. Sebelum benar-benar menghilang dari masa lalunya, alvin juga sering seperti ini. dan hanya satu barang yang dapat menenangkannya.

“yo, coba lo bongkar laci meja belajar alvin. tolong cariin obatnya.” Suruh sivia tanpa melepaskan pelukannya.

Rio yang bingung hanya menurut. Dibongkarnya laci meja alvin dan ia menemukan beberapa bat yang entah obat apa. “ini vi.” rio menyerahkan obat-obat tersebut.

“lo minum dulu ya vin, belum saatnya lo berhenti.” Kata sivia sambil melepaskan pelukannya.

Sivia menjejalkan obat-obat tersebut kemulut alvin. beberapa menit kemudian tubuh alvin melemas, tak lagi ada getaran hebat seperti tadi. sivia langsung menuntun alvin ketempat tidurnya. Tanpa rasa jijik, sivia juga mengelap keringat dingin yang membasahi wajah alvin. dipandangnya wajah itu dengan tatapan miris.

“vi pulang yok, udah pagi nih.” Kata rio angkat bicara, ia menyorot jam dinding yang menunjukan pukul 02.45 pagi. Sivia mengangguk seraya kembali menatap wajah alvin yang sudah tertidur. meskipun hanya dengan sorotan cahaya kecil, wajah itu tetaplah terlihat sempurna dimatanya.

“lo harus bisa berhenti, gue pasti bantu lo. Gue sayang sama lo.” Sivia mencium kening alvin dan mengacak rambut alvin pelan. 

+++++++


Keesokan paginya, keributan terdengar dikoridor sekolah. Ntah ada apa, yag jelas dikoridor berdiri empat orang siswa, satu dari mereka menatap tajam tiga orang didepannya. Mereka adalah alvin, rio, gabriel dan cakka.

Rio menatap tak percaya kearah alvin. tak percaya kalau alvin terlihat biasa saja, padahal kemarin malam ia melihat alvin dengan keadaan ngenes.

“lo jangan cari masalah vin.” Kata cakka sambil menahan emosinya ketika melihat alvin menatap dirinya dengan tatapan membunuh. Sebenarnya apa yang dilakukan alvin, padahal mereka tidak pernah mempunyai masalah dengan pemuda tersebut, kecuali masalah masa lalu mereka.

“gue nggak cari masalah.” Kata alvin. “tapi kalian yang cari masalah.” Lanjutnya sambil beralih dari menatap cakka jadi menatap gabriel.

“kita, emang kita punya masalah apa vin ?.” tanya rio berusaha santai.

“masalah ini.” alvin memperlihatkan robekan kertas hasil ulangan alvin yang tidak sengaja digunting cakka jum’at kemarin gara-gara aslan memainkan gunting.

“gue nggak sengaja.” Kata cakka membela diri.

“halaaah... alesan aja lo.”

“udah deh vin, kita minta maaf, lagian cakka kan udah bilang nggak sengaja.” Timbrung gabriel yang membela cakka. Alvin mendelik tajam kearah gabriel.

“ciiiih, emang kata maaf lo bisa ngembaliin kertas ulangan gue.” Kata alvin sengit.

“terus mau lo apa ?.” tantang cakka.

“gue mau tanding basket sama lo semua.” Kata alvin menantang 3 orang dihadapannya.  “one by one.” Ujarnya lebih pada memperjelas tantanganya.

empat tubuh itu masih berdiri tegak dikoridor sekolah, mengundang siswa-siswi lain untuk menatap tingkah laku mereka. Perang dingin masa lalu, begitulah pernyataan akhir yang menggambarkan apa yang terjadi.

“ka... kami bertiga.” Gugup gabriel mencoba membuka suara untuk membalas tantangan sosok masa lalu itu.

“kalian bertiga tanding sama gue, dibagi tiga babak.” jelasnya lagi, “loe yang pertama.” Jari telunjuk alvin mengarah ke cakka. “loe yang terakhir.” Lalu jari telunjuknya beralih kedepan wajah gabriel. Setelah itu ia berjalan melewati ketiga tubuh lawannya sambil melempar senyum tipis, senyum yang berbeda dengan masa lalu.

“alvin.” lirih gabriel ketika tubuh alvin hampir hilang dibalik pintun kelas, “maafin kita.” Gabriel mendengus pasrah, Akhirnya kata maaf itu tersampaikan –lagi- secara langsung meskipun tidak mendapat respon dengan baik.

“ciiih, kata maaf akan keluar dari mulut gue kalau salah satu dari kalian menang dipertandingan besok.”





^^ BERSAMBUNG ^^

BEST FRIENDS #part4


BEST FRIENDS (cerpen CRAG) #part4

Gabriel memutar-mutar gelang putih alvin ditengah jari telunjuknya. Penampilannya benar-benar awut-awutan dan tak karuan saat ini, tak dipungkiri lagi dari penampilannya saja setiap orang yang melihatnya pasti tau kalo pikiran pemuda itu benar-benar sedang kacau.

“udahlah iel, jangan mikir macem-macem. Lo yang tenang dong, semuanya belom pasti terjadi dan mereka belom tentu...” rio menggantungkan perkataannya ketika sebuah kantong pelastik hitam mendarat dipangkuannya. Mereka yang sedang duduk-duduk digazebo rumah rio pun langsung peranjat kaget atas prihal kantong plastik hitam yang tiba-tiba jatuh tersebut.

“itu punya lo kan, yo ?.” tanya sivia yang ternyata menjadi si pelempar kantong pelastik tersebut.

Rio yang tidak mengerti hal tersebut, langsung memeriksa isi kantong pelastin. dan Dilihatnya sebuah jaket hitam yang kapan hari digunakannya saat ingin audisi di cafe. “kok bisa ada di lo, bukannya...”

“gue nggak tau, tuh jaket tiba-tiba ada dikolong meja tempat gue duduk, tau deh siapa yang naroh.” Kata sivia memotong perkataan rio –lagi-. “emangnya tuh jaket kemana aja, sampai bisa nyangkut dikolong meja gue ?.” tanya sivia yang sebenrnya ingin tahu kenapa jaket  itu bisa ada di alvin beberapa hari yang lalu.

“nggak tau deh, udahlah nggak penting. Mau tau aja lo.”

“dasar pelit.” Cibir sivia sambil mengalihkan pandangannya kearah cakka dan gabriel yang diam. Sivia memicingkan matanya ketika melihat penampilan gabriel yang tumben-tumbenan terlihat kacau seperti saat ini. “iel, lo kenapa ? kok muka ditekuk tujuh gitu ?” tanya sivia.

“emmmm, gue mau nanyak vi, boleh ??.” kata gabriel yang sebenernya nggak nyambung dari pertanyaan sivia  yang tadi.

Sivia mengangguk ragu. “apa ?.” tanya sivia balik.

Gabriel beranjak dari gazebo sambil menggenggam erat gelang putih yang beberapa menit lalu telah berhenti ia putar-putarkan. Gabriel berjalan mendekati sivia yang masih berdiri dihadapan rio. sorot matanya tampak terlihat lelah setelah semalam penuh tidak tidur karna pikirannya yang masih kacau.

“ada hubungan apa lo sama alvin ?.” tanya gabriel setelah dekat dengan sivia.

“nggak ada, gue sama dia cuman temenan doang kok.” Kata sivia sambil gelagapan. Kalau boleh jujur, sivia akan lebih memilih untuk menghilang sekarang juga, apa lagi dengan mendengar pertanyaan gabriel tersebut benar-benar mampu membuat Dadanya penuh sesak, ditambah dengan keringat dingin yang entah sejak kapan mulai mebanjiri wajahnya.

“jujur vi, ada hubungan apa lo sama alvin.” tanya gabriel lagi, ditatapnya mata sivia dengan sangat tajam.

Sivia membuang wajahnya, lantaran tidak mau menatap mata tajam gabriel. Semampunya dia ingin menghindari tatapan mata gabriel. Selain itu ia juga berusaha menghindar dari pertanyaan gabriel yang tadi, tapi jauh didalam hatinya ia benar-benar ingin jujur sejujur jujurnya tentang hubungan dia dan alvin.

“jangan bilang gabriel tentang hubungan kita, aku nggak mau gabriel sakit hati gara-gara hal ini. apalagi gabriel cinta sama kamu.” Kata alvin saat dirinya masih menggunakan baju seragam SMP.

“tapi sampai kapan kita mau sembunyi-sembunyi kayak gini.” Tanya sivia melas. Saat itu, sivia benar-benar tidak mengerti dengan jalan hubungannya dengan alvin yang terkesan sembunyi-sembunyi.

Sivia dan alvin saat itu masih bisa dibilang bocah ingusan, seragam sekolahnya pun masih berwarna putih biru.  mereka yang waktu itu baru menginjak bangku kelas 8 SMP tidak bisa melakukan apa-apa ketika hubungan mereka harus terancam dengan sahabat alvin yang juga mencintai sivia.

“sampai nanti kalau aku udah punya keberanian untuk bilang ke gabriel tentang hubungan kita.” Kata alvin sambil membawa kepala sivia untuk bersandar dibahunya. perlahan digenggamnya tangan sivia sambil memberikan kekuatan kepada gadisnya itu untuk sama-sama menghadapi masalah cinta  yang  terlalu rumit untuk ukuran anak berseragam SMP seperti mereka.

Namun belum saja alvin memberitahukan tentang hubungan mereka, alvin sudah keburu menghilang dari peradaban, tidak meninggalkan kabar apapun dengan membawa separuh hati sivia. Setelah saat itu, setelah saat dimana alvin benar-benar menghilang, sivia pun menjadi pendiam dan menutup rapat-rapat hatinya untuk siapapun, termasuk untuk gabriel. Masa SMPnya yang masih tersisa saat itu, di habiskannya untuk menunggu alvin, menanti kedatangan separuh hatinya yang dibawa alvin, hingga samapai saat dimana sivia bertemu dengan alvin lagi, namun bukan dengan alvin dimasa lalunya, melainkan alvin dengan dirinya yang baru, yang jauh dari kata ramah seperti dulu.

“SIVIA AZIZAH, APA HUBUNGAN LO SAMA ALVIN ?.” tanya gabriel lagi, kali ini gabriel bertanya sambil membentak sivia.

Sivia tersadar dari bayang-bayang masa lalunya, seketika keping-keping masalalunya itu membuyar dan menyisakan sedikit alasan kenapa sivia belum mau jujur tentang hubungannya dengan alvin. “apa urusan lo ?.” tanya sivia sinis untuk mengalihkan pertanyaaan gabriel lagi.

Namun sepertinya gabriel yang keras kepala sangat susah untuk dialihkan, gabriel mengeluarkan gelang putih milik alvin sambil tersenyum sinis kearah sivia. “APA HUBUNGAN LO SAMA ALVIN ?.” tanyanya lagi.

Mata sivia membelalak penuh ketika mendapati gelang tersebut berada ditangan gabriel. Kenapa bisa di gabriel ?. tanya sivia dalam hati. “bukan urusan lo.” Sengit sivia sambil berusaha untuk tenang.

Gabriel mendesah kecil sambil menatap sivia malas. Apa susahnya sih jujur ?. gumamnya dalam hati. “oke kalo lo nggak mau jujur.” Kata gabriel. Kali ini tangannya mengayun keatas dan melempar gelang outih tersebut ketengah kolam renang yang berada didekat gazebo.

Mata sivia melotot ketika gelang tersebut dilempar gabriel ke tengah kolam renang. Sivia menatap gabriel tajam lalu mendorong tubuh pemuda tersebut cukup keras. Apa-apaan ini ?. dengus sivia kesal. Sivia berbalik dan berlari kearah kolam, tanpa pikir panjang ia menceburkan dirinya dan berusaha menggapai gelang putih yang dilempar gabriel.

Sementara cakka dan rio hanya melengo mendapati reaksi sivia yang langsung nyebur kekolam hanya untuk mengambil gelang putih tersebut. gabriel sendiri hanya tersenyum sinis tanpa merasa bersalah sedikitpun.

setelah mendapatkan gelang itu kembali, sivia langsung naik dan berusaha menahan dingin yang kian menjalar karena sekujur tubuhnya basah, serta seluruh pakainnya yang juga jauh dari kata kering.

“APA HUBUNGAN LO SAMA ALVIN ?.” tanya gabriel lagi, dicekalnya langkah sivia dengan mencengram kuat-kuat pergelangan tangan sivia yang menjuntai.

Sivia menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kearah sivia. Ditatapnya mata gabriel seperti ingin menerkam pemuda itu. “lo mau tau ?.” tanya sivia sinis.

“gue sama alvin pacaran.” Akunya sambil tersenyum sinis.

Darah gabriel seakan membeku saat itu juga, nafasnya terasa tersumbat ditenggorokannya, rasanya tidak lagi dirinya dapat merasakan terik matahari atau hembusan kehidupan dari angin. Semuanya benar-benar terasa dingin dan sepi, kenyataan menggesernya lebih kearah pojokan-pojokan jurang ketidak percayaan. Gabriel benar-benar shock dengan hal ini.

Cakka dan rio yang dari tadi menjadi penonton hanya dapat melengo lagi, tidak percaya juga mereka dengan pengakuan sivia. Kapan ? kapan alvin dan sivia pacaran ? kenapa tidak ada yang tahu, tidak ada kabar beritanya. Alvin dan sivia pacaran adalah HAL YANG TIDAK MUNGKIN TERJADI UNTUK MEREKA. TIDAK MUNGKIN !!!. sebenarnya sebarapa rapatkah kanyataan tersebut tertutup sehinggak tidak ada yang tahu, atau seberapa tidak peka kah mereka akan kemungkinan-kemungkinan sekecil ini, arghhh !!! membingungkan.

Cengkraman tangan gabriel mengedur saat itu juga, membuat sivia tidak mau menyiak-nyiakan kesempatan ini untuk melepaskan dirinya dari cengkraman gabriel. Setelah menepis tangan gabriel hingga cengkramannya terlepas, sivia kembali beranjak meninggalkan 3 bersahabat tersebut.

“sejak kapan ?.” tanya gabriel pelan, namun masih bisa terdengar oleh sivia.

Sivia kembali mengentikan langkahnya, “sejak kelas 8 SMP.  Seminggu Sebelum lo cerita ke Alvin kalo lo juga cinta sama gue dan 17 hari sebelum alvin hilang dari kehidupan kita.” Balas sivia enteng. Lagi-lagi gabriel membeku, ia semakin shock dengan semua ini. bagaimana bisa ?


++++


Sivia berjalan keluar rumah rio sebelum sebuah tangan kembali mencekal langkahnya dengan memegang pundak sivia. “sivia.” Panggil orang yang mencekal langkahnya. “lo harus jelasin semuany.” Pinta orang tersebut.

Sivia tidak bergeming, sedetik kemudian ditepisnya tangan yang memegang pundaknya. “nggak ada yang perlu dijelasin, semua udah cukup.” Kata sivia dingin. Tanpa berbalik pun sivia tahu siapa orang yang ada dibelakangnya.

“nggak vi, ini belum cukup. Gue tau lo terlalu banyak nyimpen rahasia tentang alvin. gue tau alvin selalu terbuka sama lo, dari dulu sampai sekarang.”

“heh !!! sok tau.” Sengit sivia dan kembali berjalan meninggalkan orang tersebut. “ohya, satu lagi. Bilangin sama sahabat lo. Bilang TERIMA KASIH dari gue,  Terima kasi karna udah suka sama gue.” Kata sivia sebelum benar-benar hilang dibalik pintu utama.

Rio mendesah pelan, dihembuskannya nafas berat setelah menerima perlakuan dari sivia tadi. sivia adalah sepupu rio, jadi tak heran kalau sivia tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi tanpa izin seperti tadi. sivia, sepupu yang paling sulit dimengerti oleh rio. namun rio cukup dekat dengan sivia, dia tau segalanya tentang sivia. saat mengetahui sivia dan alvin pacaranpun dia sebenarnya tidak terlalu kaget karna rio sudah tau hal itu sejak SMP, bahkan rio juga tau bagaimana kedekatan sivia dan alvin, rio juga tau kalau sampai sekarang alvin dan sivia masih mempunyai status ‘berpacaran’ karna dari dulu sampai detik ini tidak ada kata putus dari alvin dan sivia.  jadi tidak heran kalau hanya rio yang mampu berkutik saat sivia mengakui kalau dirinya berpacaran dengan alvin.


++++

Sivia menatap layar ponselnya, melihat beberapa dijit nomor yang sebenarnya ingin di hubunginya.‘telpon, nggak, telpon, nggak, telpon,’  kata sivia bimbang, setelah menemukan jawaban yang cukup nekat, akhirnya sivia menekan tombol hijau yang bergambar icon telpon.

“hallo.” Sapanya ketika telponnya dianggat orang disebrang sana.

Nihil. Lagi-lagi tidak dijawab, sivia mendesah kecewa. Setiap kali ia menelpon orang tersebut, pasti tidak ada suara yang akan membalas sapaannya. Selalu sepi seperti suasana malam ini. “hallo.” Sapa sivia lagi.

“si... sivia...” suara disebrang sana memanggil namanya. Seketika Sivia tersenyum lebar mendengarnya.

“alvin.” sivia membalas panggilannya.

“sivia, gu... gue... hhhh... bu... tuh... lo...”  kata orang disebrang sana dan orang tersebut ternyata adalah alvin. suranya terdengar melirih, desahan nafasnya yang tidak teratur menjadi pengiring suaranya.

“al....”

‘tuuuuuuut tuuuuuuut tuuuuuut’ sambungan telpon terputus lagi. Membuat sivia mengumpat kesal, salnya lagi ia harus menelan rasa khawatir setelah mendengar suara alvin yang sepert tadi. pasti ada sesuatu yang terjadi. Kata sivia sambil bangun dar pembaringannya.

Sivia beringsutan mencari cara untuk bisa menemui alvin yang diyakininya sedang barada dalam masalah. Sivia memutar otaknya untuk berfikir lebih cepat. Matanya memutari ruang kamarnya dan tatapannya terhenti pada jendela yang langsung terhubung ke halaman rumahnya. Dengan cepat ia menuju jendela dan langsung meloncati jendela tersebut dan berjalan mengendap-endap kepos satpam rumahnya.

“pak, tolong bukain pintu dong.” Kata sivia sambil celngukan, sekalian berjaga-jaga kalo kedua orang tuanya memergokinya akan kabur selarut ini.

“loh emang nnon via mau kemana selarut ini ?.” tanya satpam rumahnya.

“jangan banyak nanyak deh pak, ayo cepet buka.” Suruh sivia.

Namun pak satpam rumahnya tidak bereming sedikitpun, satpam tersebut hanya memperhatikan sivia dari atas kebawah. “ini deh pak, untuk tutup mulut.” Kata sivia sambil mengeluarkan dua lembar uang kertas berwarna biru -50.000-.

Pak satpan tersebut langsung nyengir dan membukakan sivia gerbang, “tapi non...”

“udahlah pak, sivia nggak papa, sivia pergi sama temen kok.” Katanya menenangkan satpam tersebut. “eh iya, ntar pak satpam jangan tidur ya, mungkin sivia pulangnya subuh.” Kata sivia lagi. Satpam tersebut hanya mengangguk.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil hitam berhenti didepan gerbang rumah sivia. Sebenarnya sebelum keluar jendela sivia sudah mengubungi orang tersebut untuk menjemputnya dan mengantarkannya kerumah alvin dengan sogokan menjelaskan semua hal yang belum diketahui orang tersebut.

“rumah alvin yang lama yo.” Suruh sivia pada sosok rio yang berada disampingnya. hanya riolah yang ada dipikirannya untuk mengantarnya kerumah alvin. sepupunya yang satu ini memang selalu menuruti keinginan sivia, selalu. Setidaknya selama masih ada imbalan untuk pemuda hitam manis tersebut. DASAR !!!


=======

Dibalik remang,
Dia terdiam,
Tersudut diantara kesepian,
Meringis bersama suara malam,
                Tidak ada cahaya,
                Tidak ada celah.
                Hanya hitam, pekat,
                Hanya sepi, sunyi.
Tidak akan ada yang mengusiknya,
Semua seakan terpendar pada rapuhnya,
Hanya dia, dia yang menahan rasa,
Hanya dirinya, dirinya dengan kata bisu,
                Tidak akan ada yang lain,
                Sebelum yang dinantinya datang,
                Menjemputnya dari kesendirian,
                Membanya ke dunia terang esok hari.

---------------------BERSANBUNG---------------------------



@AyuaDianoszta97