Rabu, 25 April 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part3




Alvin terus mendengar pekikan-pekikan itu dan menuntunnya untuk masuk keruang biologi. Meskipun enggan, namun alvin terus masuk dan…
”BRAAAAK !!!” ”JLEK” ”AAAAAAAAAAAAAAAA”
Pintu ruangan lab. biologi tertutup seketika, alvin menjerit-jerit, pasalnya sekarang di depan wajahnya terdapat sebuah boneka pocong yg menggelantung, dan wajah boneka tersebut benar-benar buruk dengan cahaya lampu merah yg menyembul dari lehernya, menambah kesan seram.
“hmmmm.... haaaaaa…. Hmmmmm…” terdengar tembang kuntilanak dari arah sebelah kanan alvin, kaki kirinya terasa di cekal keras oleh sebuah tangan yg terasa dingin, dan pundaknya di sentuh lembut oleh kuku-kuku tangan panjang.  alvin merinding bukan main, tubuhnya melemas dan keringat dingin bercucuran dari tubuhnya, termasuk tangannya. Tak sampai di sana, lampu lab. Juga mati bahkan tidak ada celah sedikitpun yg menyembulkan cahaya.
“to… to… long…” kata alvin terbata-bata, sambil meraba-raba di tengah gelapnya ruangan.
“CETREET” lampu blit kamera tiba-tiba menyala dari pojok ruangan, alvin sadar di ruangan ini dia tidak sendiri. Bahkan terdapat lebih dari satu orang yg ada di sini, bersamanya.
“si…sia..pa ?” Tanya alvin masih dengan nada terbata-bata, inilah yg menjadi pobianya selama ini.

GELAP, seorang alvin jonathan memang sudah takut gelap. Jangankan gelap, kamar yg di terangi dengan nyala lampu hias pun dia masih tidak berani.
Tak lama, alvin terduduk tak kuasa. Ia benar-benar takut dan tidak hanya itu, gelapnya ruangan ini juga membuat alvin mengingat kejadian 10 thn lalu.
Saat dimana kepobiaannya itu timbul karna peristiwa menyeramkan waktu itu,,,

 seorang wanita paruh baya yg di panggilnya dengan sebutan mama menjerit di tengah gelapnya ruangan kamar alvin di masa lalu. Alvin kecil yg juga ada di sana pun menangis sejadi-jadinya, dia benar-benar takut. Tiba-tiba sebuah tangan kekar membekap alvin dan menyeretnya menjauh dari mamanya. Sejujurnya ini bukan perampokan atau penculikkan, tapi yg terjadi sekarang hanyalah pertikaian dalam gelap yg sudah direncanakan sebelumnya.
“jangan mendekati anak ku lagi.” Tegas suara si pembekap, zevana -mama alvin- menjerit tak terima. Dia tahu bahwa suara itu adalah suara suaminya sendiri.
“ta…tapi… dia anak ku juga.” Isak zevana sambil berusaha meraba-raba tempat keberadaan alvin yg masih di bekap.
“kamu tidak pantas di panggil mama oleh alvin, seharusnya sejak awal aku tidak meniikahi wanita penghibur sepertimu.”
“aku bukan wanita penghibur, aku hanya seorang musisi.”
“musisi dan penghibur sama saja, sama-sama nggak bener. Jadi, mulai sekarang aku putuskan untuk menceraikanmu dan setelah itu kau boleh pergi bersama anak dan suamimu yg sebelumnya, jangan mendekati aku ataupun alvin lagi.” Bentak laki-laki itu, zevana kembali terisak mendengar pernyataan suaminya itu. ‘Ini memang salahku !’ kecamnya dan menjerit layaknya orang prustasi.
Alvin kecil yg mendengar pertengkaran itu tidak bisa berbuat apa-apa, kala itu dia masih sangat kecil untuk mengerti apa yg terjadi.

‘arghhhhh’ erang alvin sambil menjambaki rambutnya sendiri, ia mulai sadar dan ingin cepat-cepat melupakan kejadian menyedihkan iitu. Seseorang di dekatnya malah tertawa terbahak-bahak, hanya satu orang saja yg tertawa, yg lain malah menautkan alisnya dan mendengar laki-laki itu ttertawa. Wajah mereka benar-benar tidak terlihat oleh alvin, semenit kemudia seseorang menarik lengan alvin dan membawanya ke suatu tempat.
Pintu lab. Terbuka, alvin masih meringis dan berusaha melupakan memori masa llalunya. Ternyata yg menarik lengannya itu adalah seorang gadis cantik. Gadis itu membawa alvin masuk kedalam ruangan yg berada di sebelah lab. Biologi tadi.
Roomstric, gadis itu membawa alvin masuk keruangan music tersebut. Dia melihat alvin dengan tatapan kasihan, seharusnya dia tidak melakukan ini. Dia baru menyadari kalo hatinya sangat sakit melihat alvin meringis seperti ini.
“maafkan aku.” Lirihnya dan mendudukan tubuh alvin di kursi panjang yg ada di sudut ruangan, dia mmelihat alvin masih memejamkan matanya dan sesekali terdengar meringis ketakutan.
“buka matamu, disini sudah ada cahaya.” Bisik gadis itu sambil membelai rambut alvin.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“arggghhhh, BODOH ! kenapa dia membantu alvin. Silla cepat cari sivia dan bawa dia pergi dari sini, rio kamu bisa membantu silla kan. CEPATLAH !!!” titah Gabriel sambil keluar dari lab. Biologi. Silla dan rio dengan cepat melangkah pergi mencari sivia yg tadi membawa alvin kabur.
“sill , ku rasa sivia ada di dalam, ayo masuk. “ ajak rio, silla mengangguk dan membuka pintu roomstric.

‘CKLEEEK’
“kenapa loe bantuin dia ?” Tanya rio yg melihat sivia duduk bersama alvin.
kalau gue tahu begini jadinya, gue nggak akan ngebiarin gabriel ngejalanin rencanya. Ini terlalu berlebihan.” Kata sivia terdengar sengit.
“sudahlah ! ayo kita pergi vi, jangan sampai alvin menyadari kalo kita yg mengerjainya samppai seperti ini, bisa-bisa kita di DO dari sekolah ini.” Silla menarik tangan sivia paksa, namun sivia berusaha memberontah dengan sangat keras. Rio ambil bagian dan ikut menarik sivia agar cepet-cepat bergeming.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

‘Drrrtdrrrtdrrrrt’ HP ify bergetar , lalu di angkatnya telpon tersebut.
‘alvin ada di roomstric, dia butuh kamu. Cepatlah’ suara di sebrang sana terdengar bergetar menahan tangis dan membuat ify bingung sekaligus panic.
‘apa yg terjadi pada al… ?’
‘tuuuuttuuuuttuuuuut’ belum ify melanjutkan pertanyaannya, tapi orang tersebut sudah mematikan sambungan teleponnya.

Ify segera bergegas ke sekolah, mobil BMW silvernya melaju dengan cepat. Sekarang kepanikannya semakin memuncak.
Di depan gerbang sekolah ify berpapasan dengan laki-laki manis, ‘DUGDUGDUG’ jantung ify berdetak lebih kencang dari sebelumnya, dia sedikit melupakan tujuannya kesini. Ify mulai tersadar ketika laki-laki itu membalas tatapannya dengan tatapan sinis ‘aku membencimu…’ kata laki-laki tadi dengan suara yg terdengar seperti melirih penuh benci. Ify tersentak kaget dan memilih untuk melanjutkan langkahnya.

“ALVIN,,, ALVIN,,, KAMU DI MANA ?” teriak ify di koridor sekolah yg menjalar ke roomsztric. setelah berada di depan ruangan itu, ify memutar ganggang pintu dan menatap ruangan tersebut untuk mencari keberadaan alvin, namun nihil. Ruangan tersebut sangat kosong.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“ray, kakak datang untuk menjengukmu. Kamu baik-baik saja kan disana ?.” suara paraunya terdengar lagi di atas gundukan makam yg masih memerah. Ntahlah, sudah berapa kali dia menangis di atas makam adiknya ini. Rasanya baru kemarin dia mellihat senyuman adiknya itu terkembang manis membentuk lengkungan sempurna, namun nyatanya sekarang  tidak ada lagi senyuman manis itu karna sang empunya sudah tertimbun dalam di bawah permukaan.
“kakak, belum bisa merelakanmu ray, Kakak sangat menyayangimu. kakak janji, kakak akan membalas gadis itu karna telah mengabaikan cintamu.” Kalimat-kalimat itu terdengar penuh dendam, “ya sudah ray, kakak mau pulang dulu. Kapan-kapan kakak datang lagi untuk menjengukmu.”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

KE ESOKAN HARINYA….
Matahari menyembul di belahan bumi pertiwi, semakin lama semakin meninggi dan semakin terang terik penyinarannya. Bel masuk telah lama berbunyi, namun sivia malah masih mondar mandir di depan kelasnya. Seperti ada yg di tunggu atau ada kepentingan lain, yg jelas di wajahnya terdapat guratan kegelisahan, yg ntah tak tau apa yg membuatnya gelisah. ‘Huh ! kenapa dia tidak datang juga ?’, lirih sivia semakin kalut.
“sivia, apa yang kamu tunggu disini ?.” Tanya guru lian mengagetkan sivia, alhasil siviapun tergelonjak dan tanpa sngaja menyebut nama… “ALVIIN, upss” guru lian tersenyum jahil dan menatap sivia dengan kedua alis yg di turun naikkan dengan sengaja.
“hahaha, hari ini alvin tidak masuk vi. Tadi papanya telfon dan bilang kalau alvin sekarang tidak masuk.” Kata guru lian, sivia mangap gk jelas dan bertanya –lagi- dengan nada kagetnya “hah ! KENAPA PAK ???” sivia keceplosan dan menuutup mulutnya dengan keras, tanpa izin sivia berlari masuk kedalam kelasnya dengan ke2 tangan masih membekap mulutnya sendiri.
‘ishhhh ! apa-apaan sih ini, kok aku nanyain alvin mulu sich !!! ckckcck’

__________________*************************____________________

Ify berjalan menelusuri koridor sekolah, bel istirahat baru saja berbunyi dan membuat gadis ini memacu langkah tak karuan. Hari ini terasa aneh tanpa ada sahabatnya si alvin, ntah mengapa sahabtnya itu tidak memberi kabar apapun atas ketidak hadirannya di sekolah dengan keterangan izin di buku absen.
‘huuh ! secuek apapun sie alvin, tapi dia memang ngangenin.’ Desahnya pasrah sambil berjalan menunuduk di depan kelas sahabatnya, XI-IPA 1.
“Hay !” sapa seseorang sambil menyentuh pundak ify dari belakang. Ify menoleh dan menatap laki-laki hitam manis yg kini menyejajarkan langkahnya.

Langkah ify tercekat melihat laki-laki yg kini di sampingnya, bukan karna apa ? namun kenapa laki-laki ini menyapa dan menyeringai senyum kepadanya ?, bukankah laki-laki ini kemarin telah menatapmya dengan tatapan sinis dan sempat mengatakan kata ‘aku membencimu…’.
“jangan takut, aku membutuhkanmu.” Kata laki-laki itu sambil terus menebar senyum kepada ify, manis sekali senyumannya.
“jangan macam-macam.” Ancam ify sambil berusaha menjauhkan diri untuk menjaga jarak.
“hahaha, tenang saja cantik. Mana mungkin aku melukai gadis sepertimu.” 
“apa maumu.” Sengit ify dan tetap cuek.
‘aku mau lusa nanti kamu datang ke alamat ini. Kalau kamu tidak datang, lihat saja nanti apa yg akan aku lakukan ke sahabat tercintamu.” Ify diam di tempat, laki-laki tadi hanya terkekeh melihat ekspresi wajah ify. “aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku.” Sambung laki-laki itu sambil meraih tangan ify dan menaruh secarik kertas yg berisi alamat di atasnya.

+++++++++++++++++++++++**********************+++++++++++++++++++++++

‘Tetteeetteeet’ bel pulang sekolah berbunyi, semua sisiwa langsung berhamburan keluar ruang kelas masing-masing, tanpa terkecuali sivia. Gadis itu berjalan cepat menuju gerbang sekolah, untuk hari ini tampaknya sivia benar-benar enggan untuk bertemu dengan ke3 sahabatnya. Mungkin keengganan sivia masih berhubungan kental dengan masalah kemarin, tapi bukankah seharusnya gadis itu harus mebela sahabat2nya bukan musuhnya. Tapi ini bukan kemauannya, ini kemauan hatinya. Sivia lebih memilih kata hatinya, dari pada sesuatu pikiran yg menyeruak membentuk fakta di otaknya. Huh ! aneh sekali.
“non sivia, ayo masuk.” Sebuah mobil mewah berhenti di depan sivia. Jendela mobil terbuka dan tampak seorang pria membukakan pintu untuknya.
“aku mau jalan saja mang, Aku bosen naik mobil.” Kata sivia sambil menatap supirnya itu dengan tatapan memohon.
“tidak bisa non, sekarang nona harus mamang anter ke kantor tuan besar. Kata tuan, non sivia harus ikut meeting hari ini.” Sivia melengos sebal, akhirnya dia pun masuk kedalam mobil. Sivia tau untuk urusan yg satu ini, dia tidak bisa melawan ataupun menolak perintah papanya.

15 menit, sivia sudah sampai di kantor papanya. Semua karyawan menyambut sivia dengan ramah dan salah satu di antara mereka mengantarkan sivia ke tempat meeting.
“silahkan vi, kamu langsung aja masuk ke dalam.”  Kata karyawan yg mengantar sivia.
“huh ! ya sudah terimakasi kak cakka.” Sivia tersenyum lemah dan masuk keruang meeting.

‘CKLEEEK’
“maaf membuat anda semua menunggu lama.” Kata sivia sopan sambil membungkukkan sedikit badannya sebagai bertanda hormat, sekalligus permmintaan maafnya.
“cckckck ! dasar lelet, tidak sopan membuat para investor menunggu lama.” Sengit laki-laki yg sedang asyik mengotak atik laptopnya untuk membunuh rasa bosan.
Sivia melengos kesal, dia menatap tajam laki-laki tadi. Namun setelah melihat jelas laki-lai tersebut, sivia malah memasang wajah tak percaya, mulutnya pun mengatup rapat, di sertai tampang cengo seperti orang bodoh.
‘DUGDUGDUG’ jantung sivia berdetak kencang, dia mentapa laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun. ‘aku tak percaya’ rintih sivia dalam hati, jantungnya masih melincat-loncat di tempat. ckckck
Sivia teresona dengan penampilan Laki-laki yg tadi menyindirnya, karna jujur saja laki-laki yg di tatap sivia sekarang benar-benar tampan dengan menggunakan jas hitam pekat, berpadu dengan kemeja bermotif garis-garis tipis berwarna hitam juga, dan di kakinya terpasang kukuh sepatu pantofel hitam mengkilap. Ckckck ! dewasa sekali, padahal dari tampangnya, laki-laki itu masih seumuran dengan sivia.

+++++++++++++++++++++++BERSAMBUNG++++++++++++++++++

A LITTLE PEACE FOR YOU #part2




Sivia semakin mendekat, memastikan laki-laki yang masih di bentak-bentak itu adalah orang yg sangat di kenalnya..
“ehem, permisi.” Kata sivia semakin mendekat dan membungkukkan badannya bertanda memberikan hormat kepada pria paruh baya yg –mungkin- adalah teman papanya.
Sejenak anak laki-laki dan pria tersebut langsung mengubah arah pandangnya kearah sivia yg sudah stand by dengan senyuman manisnya. ”sivia, apa kamu sivia anak pak riko ?.” Tanya pria itu seraya menghentikan bentakannya, sekaligus menghentikan perdebatan yg sepempat terjadi dengan anak laki-lakinya tadi.
 ”iy…iya pak. Saya ke sini cuman mau mengantar document-dokument titipan papa.”
”ohh… sini nak biar om periksa dulu document nya.” Sivia mendekat sambil melirik ke anak laki-laki tadi.
”huh !!!” desah anak laki-laki itu sambil berjalan keluar rumah, melewati sivia. Sivia yang di lewati hanya tersenyum tipis sambil berkata pelan. ”hidup loe ngenes banget, ckckck.” Sengit sivia pelan, namun masih bisa terdengar di telinga laki-laki itu.
”baiklah om, sivia izin keluar sebentar dulu. Nanti sivia balik dan memastikan document-document itu tidak salah.” Izin sivia sambil berjalan keluar mengikuti langkah anak laki-laki itu dari belakang.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

GABRIEL HOME’s

Angin malam berhembus menerpa kulit Gabriel, wanita paruh baya yang sedang  terduduk di kursi rodanya juga dapat merasakan hembusan angin malam itu. Hmmm ! sejuk sekali.
”mama, iel sudah bertemu dengannya. Iel tahu, mama pasti kangen sama dia. Tapi ma, nggak tau kenapa iel sangat membencinya ma, iel pengen sekali membuat perhitungan sama dia karna dia dulu sempat merebut mama dari iel.” Kata iel terdengar parau, iel berjongkok di hadapan wanita paruh baya yg di panggilnya mama tadi. “heh ! iel memang salah ma, seharusnya iel ngejagain dia buat mama. Bukan melukai dia, tapi iel gk sanggup ma. Rasa benci iel terlalu besar dari pada rasa sayang iel untuk dia, tapi iel janji bakal mempertemukan mama sama dia dan iel akan berusaha menghapus kebencian ini, demi mama.” Lanjut iel sambil mencium tangan mamanya dan tak terasa air matanya kian mengalir membentuk sungai kecil di kedua pipinya.
Aneh memang jika anak laki-laki menangis, namun ingatlah laki-laki juga sama seperti wanita, mereka manusia biasa, Mereka juga bisa meneteskan air mata ketika rasa sakit itu datang menjamahi jiwa mereka. (manusiawi)

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

”ngapain loe ngikutin gue ?.” Tanya laki-laki itu dengan dinginnya.
”hahaha ! suka-suka gue donk. Mau ngapain kek, yg jelas gue pengen nertawain nasib loe yg suram seperti itu.” Kata sivia sambil duduk di sebelah laki-laki itu.
”heh ! gk ada kerjaan banget loe jadi cewek. Gk di sekolah, gk di luar, loe emang pengganggu.” Cibirnya.
”hahaha ! ayolah vin, loe mikir dikit napa. Gue itu tercipta memang untuk ganggu hidup loe dan buat hidup loe menderita.” Kata sivia lagi sambil menyeringaikan senyuman lepasny. ”BTW, gue gak nyangka ternyata loe adalah anak om dayat. Anak tunggal lagi, ckckck” decak sivia sambil menyambung kata-katanya.
Alvin hanya tersenyum tipis dan menoleh kearah sivia yang ada di sebelahnya, ”hidup memang tak akan selalu sama seperti apa yang terlihat oleh pengelihatan mata. Menyangka atau tidak menyangka, inilah nyata kehidupan.” Kata lavin, sivia cengo mendengar kalimat yg terlontar dari mulut Alvin. Hmm ! terkesan dewasa sekali. ”heh ! sudahlah, sebaiknya loe pulang dan anggap semua in tidak pernah terjadi dalam hidup loe.” Kata Alvin lagi, sambil bangkit dari tempat duduknya dan segera melangkah meninggalkan sivia yg masih cengo.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sambut mentari kala aktifitas sudah di mulai, di sudut kantin terlihat ify, Gabriel, rio dan sivia sedang asyik-asyiknya bercanda gurau. ”haha’eh. Iel rencana loe gimana ?” Tanya rio mengakhiri tawanya.
”sips, pulang sekolah ya. Eh ! loe vi udah siap jadi umpan ?.” Kata iel seraya melemparkan pertanyaan kearah sivia.
Bukannya menjawab, Sivia malah terdiam sejenak dan ingatannya pun kembali ke kejadian malam kemarin. Alhasil sivia pun jadi melamun, tak menggubris pertanyaan Gabriel tadi. ‘huh ! dia bukan seperti Alvin yg gue kenal, kemarin dia dewasa sekali.’ Lamun sivia sambil menyeringai senyum tipis, yg lain hanya bingung menatapnya.
”woiii !!! lamunin apa loe ?.” Tanya silla sambil menepuk pundak sivia.
”hah ! ap.. anu.. iy,, eh ! apa lloe bilang ?.” kata sivia gak nyambung, yg lainpun nepok jidat sambil kompak bilang ‘GUBRAAAK’ kearah sivia.
“cipia, loe itu yah ! ishhh.”rio geregetan sambil mencubit pipi sivia dengan gemasnya.
“hehehe, gue khilaf cuy.” Cengir sivia, masang muka polos, alias WATADOS.
 “ckckck, gue nanyak sama loe. Huh ! sepia bakpia, LOE UDAH SIAP BELOM JADI UMPANNYA ?” kata iel lagi, sivia tergelonjak kaget, dan mengangguk paham, meskipun gk terlalu paham sih keliatannya, wkwkwwwk.


”TETTETTEEEEEEEEET” bel pulang tiba-tiba berbunyi, bel syurganya anak sekolah. Sivia, iel, silla, dan rio yg sebenarnya bolos pada jam pelajaran terakhir pun langsung beranjak dari kantin untuk mengmbil tas mereka di kelas masing-masing.
“heh, loe pade ngumpul disini dulu ye. Baru kita beraksi.” Seru iel dan mendapat anggukan dari teman-temanya, bertanda setuju.

%#$#$%@$#@#$%ALVINOSZTA + SIVIAHOLIC%#$#$%@$#@#$%

Ify meninggalkan Alvin yg juga berjalan kearah yg berlawanan. Rencananya hari ini Alvin ingin bermain music di roomstrick sekolah, sedangkan ify hari ini tidak bisa menemaninya karna ada urusan lain. tentu saja itu tidak jadi masalah buat alvin, malah itulah yg diingikannya ‘berada di roomstrick tanpa siapapun, hanya dia dan dunianya saja.’
“aaaaaaaa, toloooong ! woiii, siapa saja tolongin gue. Hikshiks.” Teriakan seseorang terdengar memekakkan telinga dan membuat langkah Alvin terhenti. Semenit kemudian, alvin menautkan langkahnya menuju sumber suara yg ternyata berasal dari ruangan yg ada di sebelah roomstrick, lab biologi –tepatnya-.
“tolooongin gue.  please !” teriak gadis itu lagi, beserta suara paraunya.
Alvin terus mendengar pekikan-pekikan itu dan menuntunnya untuk masuk keruang biologi. Meskipun enggan, namun alvin terus masuk dan…
”BRAAAAK !!!” ”JLEK” ”AAAAAAAAAAAAAAAA”

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! BERSAMBUNG !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

A LITTLE PEACE FOR YOU #part1



“jangan melukainya !!!”
“why ??? jangan bilang loe mulai suka sama tu cowok.”
“arghhh !!! ntahlah,”

“””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””

Sivia dan 3 sahabatnya lagi-lagi berbuat ulah, sasaran utama mereka tak lain dan tak bukan adalah ify dan Alvin. Ntah sejak kapan mereka memulai permusuhan yg seakan-akan tidak berujung perdamaian.
‘dugdugdug’ suara pantulan bola basket terdengar dari dribeling  yg di lakukan rio, salah satu sahabat sivia. Lapangan basket ALTRIEL ACADEMIC SCHOOL pun mulai full dengan para penonoton yg di dominasi oleh siswa dan siswi sekolah tersebut, mereka semua kini sudah terbebas dari belenggu pelajaran-pelajaran pemusing otak. 
“haha !!! dua anak cupu ternyata sudah datang.” Gabriel tertawa ringan menyambut kedatangan seorang laki-laki dan seorang gadis yg sebenarnya sudah di tunggu-tunggu kedatangannya.
“apa lagi mau kalian ?” Tanya gadis tersebut yg ternyata adalah ify.
“mungkin sedikit bermain-main akan buat loe ngerti keinginan kami.” Kata rio masih dengan aktivitasnya mendribel bola, dia tersenyum tipis dan mengedipkan sebelah matanya kearah Gabriel, silla, serta sivia.
“maaf kami tidak ada waktu untuk menerima tantangan kalian, kami masih ada urusan yg lebih penting.” Alvin yg ada di sebelah ify juga ikut angkat bicara seraya melangkahkan kakinya berniat ntuk pergi, tapi tampaknya tak semudah itu untuk pergi dari hadapan sivia dan teman-temannya.
“hah ! gk semudah itu loe bisa pergi, PECUNDANG.” Sivia menjulurkan kakinya disaat kaki Alvin mulai melangkah, alhasil Alvin pun jatuh tersungkur di hadapan sivia. Semua tertawa melihat hal memalukan itu.
“haha ! loe…” kata silla terpotong karna pak guru Lian tina-tiba sudah berada di belakangnya. “apa yang kalian lakukan pada Alvin dan ify ?” kata guru itu.
“huh ! shit, ayo pergi.” Umpat Gabriel, mereka pun pergi dari sana. Nyali mereka langsung down melihat pak Lian, guru BP klas 9.
“urusan kita belum berakhir, PECUNDANG.” Sengit sivia seperti memberi peringatan utuk Alvin dan ify.  sambil menunjuk Alvin.

Alvin hanya tersenyum tipis mendengar peringatn sivia. Bagaimana bisa seorang gadis cantik memberikan peringatan sekeras itu pada dirinya, tahukah sivia ? semua yg ia katakana tadi hanya bermakna geretakan kecil untuk laki-laki macam Alvin.

 Alvin terduduk lama di tempat sivia menjatuhkanya tadi. Alvin mulai sadar dari lamunanya setelah gadis cuby itu sudah benar-benar jauh dari hadapannya. Dengan senyum tipis yg masih terkembang, alvinpun  bangun dari tempatnya jatuh tadi dan kemudian di bungkukan badannya bersama ify untuk mengucapkan terimkasih kepada guru kesayangan mereka. “terima kasih pak.”
“hmmm !!! iya sama-sama. Sekarang kalian lebih baik langsung pulang, terutama kamu Alvin.” Kata guru lian sambil mengusap rambut Alvin dan ify secara bergantian.
“siap pak !” kata ify sambil memberikan hormat, seperti seorang prajurid.
“haha ! ya sudah, pak guru duluan ya.”
“iya pak. Lagi sekali kami ucapkan terimakasi.” Kata Alvin sambil kembali membungkukan badanya, guru tersebut hanya menyeringaikan senyumannya seraya melangkah pergi.
 Setelah itu Alvin dan ify pun ikut mengambil langkah kecil untuk segera beranjak dari lapangan basket menuju gerbang depan sekolah. Seperti biasa, Alvin menemani ify untuk menunggu jemputan sahabatnya itu.
“sampai kapan loe mau pakek sepatu itu.” Tanya ify membuka percakapan di sela aktivitasnya meneguk air mineral yg selalu tersedia di dalam tasnya.
“sampai kapanpun gue mau. Itu bukan urusan loe.” Kata Alvin dengan nada dinginnya, seperti biasa.
“haha ! loe emang gk bisa berubah ya, tetep dingin kayak dulu.”
“so, masalah buat loe.”
“huhh -,-! Gak lah, emank susah ngemeng sama orang kyak loe ishhh !.” kata ify gemes sambil mencubit pipi Alvin dan langsung ngacir kearah mobilnya yg baru datang.
“awww !!! ifyyy, GUE BENCI LOE.” Teriak Alvin, ify pun berbalik dan menjulurkan lidahnya.

Alvin tersenyum tipis setelah kepergian sahabatnya itu, kini dia harus kembali kerumah dan siap-siap memasang sepatu roda yg selalu menemaninya kemanapunia ia pergi.

+++++++++++++++++  +++++++++++++++++  +++++++++++++++++  +++++++++++++++++  +++++++++++++++++ 

“bagaimana rencana gue ?, gue yakin deh pasti rencana gue berhasil.” Kata iel mengakhiri hasil deskripsinya tentang rencana yg akan mereka lakukan untuk mengerjai Alvin.
“idiiih ! nafsu banget loe iel ngerjain Alvin. Lagian dari mana loe tau tu bocah pobia sama yg begituan.” Kata sivia sambil mendaratkan teloyoran gratis ke kepala iel.
“awww, sakit atu vi, dasar begok loe. Pokoknya kalian percaya aja deh sama gue, pasti berhasil.” PDiel sambil mebusungkan dadanya.
“haha ! sadis loe iel, tapigue bingung deh sama loe, giliran buat rencana untuk ngerjain Alvin, sumpah otak loe encer banget, coba deh giliran pelajaran, ckckc “ rio mendecak sambil menggelengkan kepalanya, di sertai anggukan silla yg menyetujuinya.
“etdaahhh,,, jangan salah loe. Gue gini juara satu balapan karung tingkat SD. Hahaha !”
“woiii !!! gk nyambung begok.” Kata sivia sambil menoyor kepala iel untuk yg ke2 kalinya. “ehh !! gue cabut duluan ya. Bokap gue nyuruh gue ke rumah temennya untuk nganterin document-documen penting. “
“hmm ! yaudah deh. Bye vi.” Silla melambaikan tangannya serta ikut melangkah dan pulang bersama rio. Acara ngumpul bareng mereka pun selesai dan waktunya mereka kembali kemasalah hidup mereka masing-masing di dalam keluarga.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Alvin melepas sepatu rodanya tepat sebelum sampai di depan rumah mewahnya. Ini memang kebisaan yg selalu di lakukan Alvin, baik sebelum berangkat maupun pulang sekolah dia selalu mamasang dan melepaskan sepatu rodanya sebelum sampai di perkarangan rumahnya. Kemudian Alvin menyimpan sepatu rodanya di tas dan berjalan kaki memasuki rumah megahnya sebelum ada orang yg melihatnya.
“Alvin, kenapa kamu telat pulang ?.” Tanya laki-lai paruh baya itu sambil melepaskan kaca mata bacanya.
“ada tambahan pelajaran pa. “ bohongnya dan kembali melangkah menuju kamarnya.
Hanya pertanyaan tak penting itu yg di ajukan papanya ? huh, tidak adakah pertanyaan yg lebih berarti atau jangan bertanya sekalian, dumel Alvin dalam hati sambil merebahkan tubuhnya di atas badcovernya tanpa mengganti baju terlebih dahulu.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia baru saja memarkirkan mobilnya di bagasi dan setelah itu dia masuk kedalam rumah dengan langkah gontai. ‘bertemu papa lagi, huh ! males sekali.’ Dengusnya dalam hati masih sambil berjal.
“siviaaa…” panggil seseorang dengan suara beratnya. “iya pa !” balas sivia ogah-ogahan.
“papa butuh bantuan mu untuk mengantar document-document ini ke rumsh teman papa. Apa kamu mau ?” Tanya papanya tanpa tau kalau sivia sangat lelah untuk saat ini.
“iya sivia bisa pa, tapi nanti malem saja.” Kata sivia sivia sambil kembali melangkah ke dalam kamarnya.
Huh ! kenapa selalu aku yg di jadikan kacungnya, mengantar ini itu tanpa mementingkan keadaanku yg sangat lelah, kesal sivia sambil menghempaskan tubuhnya di badcovernya sama seperti yg di lakukan Alvin.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Malam hari, sivia sudah melajukan motornya untuk segera berangkat mengantarkan document-document penting yg di suruh papanya tadi. Di lihatanya alamat yg menjadi tujuan utamanya.
‘jln. Airlangga no. 79’ setidaknya hanya itu yg tertulis di bagian depan map coklat yg di berikan papanya.
“ini dia, huh ! ketemu juga.” Gerbang depan rumah tersebut terbuka secara otomatis dan sivia pun langsung memasukkan mobilnya kedalam halaman.
“non sivia ?” Tanya pria berbadan tegap dan kekar seperti bodyguard.
“ya.”
“oh, silahkan masuk. Nona sudah di tunggu di dalam.” Kata pria itu sopan dan menutup kembali pintu mobil sivia.
“trimakasi” sivia melangkah meninggalkan mobilnya dan mulai menjejakkan kakinya di dalam rumuh megah yg pintunya sudah terbuka secara otomatis juga.
“pokoknya sampai kapanpun kamu tidak akan pernah papa izinkan menjadi musisi, penyanyi atupun semua hal yg berhubungan dengan dunia hiburan.” Bentak pria paruh baya tersebut kepada anak laki-lakinya. Sivia yg melihat adegan itupu hanya terbelalak melihat anak laki-laki yg di bentak tadi. “perasaan aku mengenalnya.” Piker sivia sambil mengingat-ngingat laki-laki yg di bentak-bentak tadi dan.,…

_______________________BERSAMBUNG_____________________

Rabu, 18 April 2012

GABRIEL DEARY, SIVIA and AVIN story (cerpen)






 Huiiiiiiii ! gue balik lagi, bawa cerpen nih...
tentunya cerpen gaje, ehhh ! ini gue nulis sebelum belajar...
rasanya gatel kalau gak nulis sekali seminggu...
yah ajdi inilah hasilnya, tulisan gaje yang terpengaruh oleh polusi omelan ortu yang nyuruh belajar,... wkwkwkwk

yaudah ! CAPCUS aja deh !!!



GABRIEL DEARY, SIVIA and AVIN story


‘Srek, srek, srek’ angin bagai tangan-tangan kecil si pembalik halaman-halaman buku kosong yang tampaknya tak terjamah sedikitpun dan tergeletak tak berdaya diatas lantai. Tampak Debu menumpuk tebal disetiap lipatan-lipatan buku tersebut, menghantarkan angin kembali untuk menerbangkan sisa-sisa kusam pemudar barisan-barisan huruf yang tampak semakin melenyap dibawah debu. Gesekan serta suara balikan lembaran buku tersebut semakin jelas terdengar dikeheningan malam, hingga akhirnya balikan terhenti pada halaman kesepuluh setelah halama-halaman yang penuh akan gambar dan pose-pose sepasang anak manusia dengan senyuman manis mereka.
Huruf-huruf berjejer rapi dengan berbagai warna tinta yang menghiasinya, gambar-gambar kecil bagai ekspresi wajah si penulis waktu mengukir huruf-huruf kapital tersebut. Di pojok kiri terdapat tanggal-tanggal lampau yang semakin memperjelas waktu pristiwa-pristiwa sederhana itu terjadi...

-14 februari 2002-

Gabriel, haha... Kau tahu, hari ini aku telah membuka hadiah kecilmu. Aku sedikit bingung akan benda yang kau berikan dihari ini, tampaknya benda ini berbeda dari benda-benda yang sering kau berikan padaku sebelumnya. A small Deary, yah !!! kau memberiku sebuah deary kecil, lucu, dan manis. Bukannya ingin mengeluh, tapi bukankah kau tahu aku tidak suka menulis agenda dan kau juga tahu aku bukan tipikal gadis yang selalu mencurahkan isi hatiku kedalam benda  mati macam deary ini.
Tapi akan ku coba mengisi deary ini, apalagi saat aku melihat tulisan kecil tanganmu didalamnya. Tulisan yang tertata rapi dan aku tahu kau menulisnya dengan hati gembira, apalagi saat aku menemukan simbol smile pada bagian akhir tulisanmu.

“sivia, isilah buku ini sampai bagian akhir. Meskipun aku tahu buku kecil ini tidak akan mampu menuliskan semua cerita tentangmu selama aku tidak disisimu lagi, namun kau tahu ? aku tetap ingin kau menulis semua ceritamu dibuku deary ini, setidaknya kau dapat menulis sesuatu hal yang kau anggap menyenagkan dan setidaknya kau juga dapat menceritakkan seorang penggantiku dikemudian hari. Kalau kau mau, ceritakanlah semua tentang penggantiku itu,bagaimana rupanya, bagaimana sikapnya, dan bagaimana perasaanmu terhadapnya atau bagaimana perasaannya terhadapmu.
Sivia, suatu hari nanti aku akan melihat deary ini. aku akan membacanya dan meminta angin sebagai tanganku untuk membalik setiap lembar-lembar ceritamu. Sivia, yakinlah kau dapat bahagia meski tanpa aku disisimu.mungkin sekarang kau tidak mengerti mengapa aku memberi buku deary inipadamu, tapi satu hal yang harus kau tahu, aku memberi deary ini agar kau dapat berbagi cerita denganku. Yaaaah ! meskipun ku tahu, kalau aku kini bukan siapa-siapa mu laggi, meskipun kini aku telah menjadi milik gadis lain, tapi setidaknya kau bisa menggapku sebagai kakak laki-laki idaman yang selama ini kau impikan.baiklah sivia, kini aku telah menjadi kakakmu. J

 Tersenyumlah karna senyummu adalah senyumku. :’) ”

GABRIEL, aku akan mengisi buku deary ini untukmu. Aku akan menceritakan semua kisahku selama kau tak disisiku lagi, maka bahagialah karna bahagiamu adalah bahagiaku. Ohh, ya gabriel ! sebelum aku menutup deary ini, maka izinkan aku untuk memberi nama Gabriel untuk buku deary ini agar aku merasa aku sedang bercerita kepada kakak idamanku.


-17 Februari 2002-

GABRIEL, aku datang...
Hari ini akanku mulai ceritaku, hehe. Tampaknya sekarang aku sedang mengalami proses jatuh cinta. Mungkin terlalu awal karna aku baru bertemu dengannya. dia seorang laki-laki tampan, hmmm ! sepertinya dia berbanding terbalik denganmu. Biar kuceritakan rupa-rupa laki-laki tersebut, dia tinggi sepertimu, putih, sipit, dan cool. Sifatnya, OMG ! gabriel, kau tahu aku tidak mengenal pribadinya, bahkan untuk mengenal namanya saja aku kuga tidak tahu. Ohh, baiklah gabriel ! walaupun aku tidak mengenalnya tapi dia cukup menarik perhatianku. Begini ceritanya,,,
Tadi aku berkunjung kerumah sakit, hmmmm ! tentu saja aku kesana untuk menemui ray, sepupu gondrongku. Dimasuk rumah sakit lagi  karna ginjalnya mengalami sedikit gangguan. Dan saat aku berjalan dilorong-lorong rumah sakit, tanpa sengaja seorang laki-laki menabrakku hingga kami terjatuh dengan posisi tubuhku menindih tubuhnya.
Pristiwa itu membuat mataku beradu pandang dengan matanya, sampai kurasakan desiran-desiran aneh itu merayap merasuki hatiku dan menimbulkan benih-benih aneh yang sudah siap tumbuh dan membentuk cinta.

“ALVIIIIIIIIN” teriakan itu menggema disekita kami, kulihat seorang wanita paruh baya berkacak pinggang tak jauh dari tempat kami terjatuh tadi. Hingga beberapa menit kemudian aku tersadar dan memilih untuk tetap berdiri dan membantu laki-laki tersebut.
“alvin, kau nakal sekali. Bisakah kau tidak kabur saat minum obat, kau sungguh sangat amat nakal, bagaimana kalau pe...”
“mama, sudahlah. Aku lelah, jangan memarahiku lagi. Aku tidak mau meminum obat itu sebelum aku pulang dan kembali bersekolah.” Suara laki-laki yang bernama –alvin- itu memotong ucapan wanita paruh baya tadi. Beberapa menit setelah itu, alvin berjalan santai meninggalkan wanita tersebut, termasuk meninggalkan aku juga. semantara wanita paruh baya yang tadi langsung tertunduk, kurasa wanita itu sudah menangis, isakkannya perlahan terdengar.

Gabriel, begitu ceritanya. Setelah pertemuan itu aku merasa merindukkan laki-laki itu –alvin-. seperti yang kubilang tadi aku tertarik padanya, aku berharap bisa bertemu dengan alvin lagi. Aku ingin mengenalnya lebih dekat. Do’a kan aku ya, iel. Semoga aku bisa bertemu dengan pemuda itu lagi, hehehe !!!

ya sudaaaah, aku ingin tidur dulu ya...
Sampai disini dulu ceritaku, kapan hari akan kulanjutkan lagi...
Jangan penasaran karna ini masih rahasia ilahi, hahaha.
Good night, Mampirlah kebunga tidurku, iel...
Aku merindukkanmu, sungguh !


-09 Maret 2002-

GABRIEEEEL, aku mau cerita...
Apa kau tahu, iel ? HARI INI akku bahagia sekali. Tadi pagi disoklahku ada murid baru, dia laki-laki. Kau tahu siapa dia ? OMG, dia alvin, dia laki-laki yang aku jumpai di rumah sakit. Ternyata dia satu  sekolah denganku, atau lebih tepatnya lagi dia satu kelas denganku, hmmm ! mungkin lebih rincinya lagi dia sebangku denganku. I think it just dream ! hahahha

“alvin” ia memperkenalkan namanya dengan singkat padat dan jelas, suaranya yang tadi terus terngiang-ngiang ditelingaku, suaranya lembut sepertimu. Tapi kau tahu, dia tetap saja berbeda denganmu, jika kau ramah maka dia malah sangat dingin, jika kau peduli maka dia sangat cuek, jika kau selalu tersenyum maka jangan harap ia mempertontonkan senyumannya, sungguh ! dia berbeda denganmu, tapi aku tetap menyukainya.
“aku sivia.” Aku mengulurkan tanganku padanya saat dia sudah mendudukan dirinya disampingku, tapi dia malah mengabaikan tanganku, dia lebih fokus pada penjelasan guru yang sedang nenerangkan materi minggu ini. ohh ! baiklah, dia membuatku jengkel untuk saat ini.

Gabriel, kejadian hari ini belum selesai sampai disana. Tadi pada saat jam istirahat , aku tidak melihatnya bergeming, dia hanya diam dan menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya, aku dibuat bingung oleh tingkahnya itu, tapi ya sudahlaaah ! aku tidak berhak bertanya-tanya apapun terhadapnya. Aku lebih memilih diam dan mengamatinya dari tempat dudukku.

“sivia.” Dia memanggil namaku dengan nada lirih, aku menoleh dan merasa terkejut mendenga r suaranya. Ohhh, gabriel ! dia memanggil namaku, maka dengan cepat aku memabalas panggilannya dan menunggu kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut alvin.
“kau gadis yang ada dirumah sakit itukan ?.” tanya alvin saat itu, aku mengiyakannya dan dia kembali berkata. “maaf, aku sudaah menabrakmu waktu itu. Aku tidak sengaja.” Katanya lagi, suaranya terdengar pelan, bahkan lebih pelan dari sebuah desahan.
“hehe, no prob. Aku sudah melupakannya.” Balasku dengan riang, setelah itu suasana kembali hening dan membuatku kembali memperhatikannya. Hingga bel masuk dan bel pulang berbunyi kami tidak lagi berbicra apapun.

Huh ! gabriel, sebenarnya aku tidak ingin waktu itu terlewati karena semua yang terjadi begitu sangat indah baggiku. Mungkin sangat Indah untuk terlewati, aku menikmati saat dia ada disampingku, meskipun bukan untuk menggantikanmu.

Iel, kurasa cukup sampai disini...
Lain kali aku akan melanjutkan tulisan ini, aku akan menceritakkan bagaimana hubunganku dengan alvin... aku minta do’anya ya ! kau kan kakak ku yang paling baik, hehee..
Ohhh ya, satu lagi sebelum aku menutup buku ini, aku ingin mengtakan kalau aku masih menunggumu untuk mampir ditidurku, aku merindukkan senyumanmu, hehe

Good night !!!


-29 maret 2002-

Gabriel, hari ini aku sedih sekali...
Ingin rasanya aku menangis dalam pelukkanmu, aku ingin menumpahkan semuanya kepadamu. Kau tahu, kenapa aku bisa begini ? gabriel, aku begini bukan karna dia menolakku tapi karena hari ini baru kuterima kenyataan pahit tentang dirinya. Kurasa kenyataan ini lebih menykitkan dari pada kenyataan aku harus kehilanganmu. Gabriel, ingin rasanya aku mati sekarang karena ini sungguh sangat menyakitkan.
Tadi, sepulang sekolah tanpa sengaja aku melewati toilet laki-laki. Sebuah suara erangan menyambutlangkah keduaku saat meliwati toilet tersebut dan sura eranga itu juga yang membuatku menghentikkan langkah dan berjalan mundur untuk memastikkan suara erangan siapa itu.
Mataku terbelalak ketika aku melihat alvin bersandar didinding toilet dengan air mata yang menetes serta mata yang terpejam, kurasa dia sedang menahan sakit. Tanpa banyak berfikir lagi aku mengahampirinya dan menggenggam tangan dinginnya sampai dimana dia membuka matanya dan menatapku dengan mata memerah.

“si...via..” katanya terbata-bata. “to...tolong... am..bilkan obatku ditas.” Pintanya dengan suara hampir menghilang. Dengan beringsutan aku merogoh tas punggungnya yang tergeletak dilantai toilet dan mengambil sebotol obat yang dimaksud alvin.
“alvin, apa yang terjadi ?.” tanyaku saat semua terlihat lebih baik, sambil memapah tubuh alvin dan berjalan keluar toilet aku menanyakan apa yang terjadi padanya. Tapi bukannya menjawab alvin malah tersenyum tipis, senyuan yang baru kali ini menyapa mataku.
“aku tidak apa.” Jawabnya enteng.
“kau sakit apa vin ? jujur saja, aku tahu itu obat apa.” Tanyaku pada alvin, dia kembali tersenyum dan mengatakan kalau dia hanya mengalami sedikit masalah pada jantungnya, tapi aku tidak percaya itu. Aku tahu obat apa itu ? obat itu sama seperti obat papa, obat yang selalu menenangkan papa ketika penyakit jantung koronisnya kambuh, apa alvin juga mengalami penyakit jantung seperti papa.
“kau bohong.” Kecamku tanpa ampun, kudengar alvin mendesah panjang dan kembali tersenyum hangat.
“tidak apa-apa sivia. ini hanya PJB ringan, tidak begitu mengkhawatirkan.” Katanya menjelaskan, aku memilih mengalah dan memeluknya tiba-tiba. Entah atas dorongan apa yang membuatku berani memeluknya, aku hanya takut kehilangan alvin,  hanya itu. Eh, BUKAN ! bukan hanya itu, aku juga sudah benar-benar mencintainya dan aku ingin selalu bersamanya.

GABRIEL, aku minta do’amu. Aku ingin kau berdo’a agar dia selalu bersamaku.
Aku tidak mau dia meniggalkanku seperti kau meninggalkanku...
Sudah cukup kau  yang pergi, jangan dia...


-29 Maret 2002-

GABRIEL, suprise!!!
Tadi siang alvin mengajakku jalan-jalan kepantai, meskipun rada panas Tapi aku tetap menikmatinya. Saat dipantai aku baru mengetahui satu kepribadiannya lagi, sisi lain yang berbeda dari diri alvin. dan treeetet teteeeeeet (?), ternyata ALVIN ADALAH LAKI-LAKI YANG ROMANTIS. Selain mengajakku kepantai, dia juga menyanyikkan lagu untukku.
bersamamu kulewati
lebih dari seribu malam
bersamamu yang kumau
namun kenyataannya tak sejalan
reff: tuhan bila masih ku diberi kesempatan
ijinkan aku untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biar cinta hidup sekali ini saja
repeat *
repeat reff
tak sanggup bila harus jujur
hidup tanpa hembusan nafasnya
tuhan bila waktu dapat kuputar kembali
sekali lagi untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biarkan cinta ini, biarkan cinta ini
hidup untuk sekali ini saja
(gleend fredli )

alvin menutup lagu tersebut dengan melayangankan sebuah kecupan manis dikeningku, rasanya hangat sekali. Wish me !!! semoga masih ada kecupan sehangat ini dilain waktu... amiiiin J
gabriel, kau tahu. Hari itu belum berakhir sampai disana karna ternyata alvin telah menyiapkan banyak kejutan untukku, ntah itu mengajakku bermain air dipantai, menunjukkan sebagian sisi dari kehidupan, memperlihatkan betapa manis senyumannya, mendengarkan merdu suaranya, dan yang terakhir alvin menunjukkan betapa indahnya lembayung senja.
Gabriel, hari ini adalah hari terbahagia untukku. Andaikan kau disini, pasti akanku baggi sedikit kebahagiaan ini, agar kau dapat merasakan betapa senagnya hatiku dan betapa beruntungnya aku mengenal alvin. sungguh gabriel, aku sangat bahagia !
Oh ya, gabriel ! kau tahu, aku juga ingin berbagi gambar denganmu. aku dapat foto berdua dengannya, aku dapat mengabadikan senyumannya, dan aku dapat satu foto aneh dengan berbagai penjelan didalamnya. Biar nanti ku tempel foto-foto itu dihalaman akhir, agar kau dapat melihatnya.

Ya sudah, bye gabriel...
malem ini aku mau mengucapkan selamat tidur untuknya juga,,,,
Good nigt, mimpikan aku yah karna kau tak kunjung mampir dalam tidurku...
I’LL LOVE MISS YOU AND LOVE YOU J


-02 Mei 2002-

Gabriel, tadi pagi ntah apa yang membuatku dan alvin berada dalam satu ruangan yang luas. Di sana kami hanya diam dan sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Suasana yang hening sempat membuatku kesal, tapi ntah kenapa aku jadi mati rasa bersamanya. Baru kali ini aku dan dia diam seperti itu dan baru kali itu aku tak memperhatikan wajahnya, aku hanya menunduk dan sibuk smenenangkan hatiku yang terus bergejolak karna rasa takut kian merayap dan membuatku mati rasa.

“sivia” panggil alvin dengan suara paraunya, aku mendongak dan memperhatikan alvin. dia tampak sedang menahan sakit, kenapa aku baru menyadarinya ?,  ku lihat tangan kanannya mencengram erat dada kirinya, matanya merah dan kulihat nafasnya timbul tenggelam.
“alvin keu kenapa ?.” tanyaku adanya, namun dia hanya menggeleng dan mengtakan. “tolo,,,ng... hhh... pelu...k a...ku vi.”
Aku berjalan menghampirinya dan memeluk tubuh bergetar alvin dari belakang. Kurasakan tubuh itu semakin dingin, sampai akhirnya tubuh alvin melemas dan dia tak sadarkan diri dalam pelukkanku.
“al,,,vin... hik hiks hiks, bangun al...”

Arghhhh ! gabriel, setelah itu aku berteriak untuk meminta tolong, sampai akhirnya beberapa siswa dan guru menyeruak dari balik pintu dan menanyakan apa yang terjadi. Aku hanya menggeleng menjawab pertanyaan mereka, aku tida tahu mau menjawab apa ? aku hanya menangis dan meneriaki nama alvin, setelah itu aku menyuruh merka membantuku membawa alvin kerumah sakit...
GABRIEL, DO’A KAN DIA SUPAYA CEPAT SADAR DAN DO’A KAN AGAR DIA TIDAK MENINGGALKANKU... sudah dulu ya iel, aku senang bercerita banyak kepadamu, hari ini aku masuh menunggu alvin sadar, dia tidur lelap sekali !!! :0


-09 Mei 2002-

GABRIEL, dia belom sadarkan diri, ini sudah hari ke7 dia terlelap dan tak kunjung membuka matanya. Aku sedih yel, aku merindukkan alvin, aku ingin melihat dia tersenyum dan bernyanyi untukku. Oh ya, iel ! satu lagi, tadi pagi dokter berkata kalau alvin tidak bisa bertahan hidup dengan jantungnya yang sekarang. Hampir lebih dari 50% kinerja jantungnya melemah dan kata dokter kita harus ikhlas atas apapun yang terjadi nantinya.
Aku tak terima dia pergi, aku masih ingin bersamanya, tolong aku !!! tolong do’a kan dia, iel. Aku sudah banyak berdo’a, tapi tampaknya tuhan masih enggan membalas do’a ku. Mungkin jika kau yang mendo’a kannya maka tuhan akan segera membalas do’amu dan menyembuhkannya...


_10 Mei 2002_

Kapan nada-nada pilu ini akan bergeming ?
menyisakan bahagia meskipun hanya sedikit...
aku hanya ingin melihatnya tersenyum laggi,
ingin mendengar tawanya...

Jujur saja, aku bukan ingin mengkecam takdir Tuhan,
Aku hanya belum terima jika nanti takdir yang tertulis malah membawanya pergi,
Bukan ingin memarahimu Tuhan...
Tapi aku tidak ingin takdirmu mebawa jiwanya...

TUHAN !!! bukannya aku menentangmu.
Bukan inginku menghujat takdirmu,
Bukan maukumengusik titahmnu,

TAPI AKU HANYA INGIN DIA KEMBALI DISISIKU,
KARNA AKU MENCINTAINYA... :’(


-11 Mei 2002-

GABRIEL, tuhan mendengar do’a ku. Eh ! maksudku do’a kita...
Alvin sudah sadar, dia sudah kembali tersenyum meskipun kondisinya tak kunjung membaik. Aku senang sekali. Oh ya ! tadi ma ku memintanya bernyanyi dan dia menyanyikan lagu kesedihanku milik Sammy. Suarnya pelan sekali, tapi aku masih bisa mendengarnya. Ahhh ! dia memang hebat, aku semakin menyayanginya...


-12 Mei 2002-

GABRIEL... Arghhhh ! nada pilu itu merambat dan menusuk jantungku. Makhluk dunia lain telah merenggutnya dan membawanya kembali kesisi tuhan. Gabriel, aku tak terima itu. Aku telah terjerumus kedalam jurang cinta semu ini dan kini aku telah putus asa, aku tak bisa hidup tanpa alvin.
Aku ingat saat terakhirnya, dia menyebut namaku dengan susah payah dan dia menyuruhku bernyanyi lagu cinta. Aku menurutinya, namun sebelum bernyanyi aku melihat kearah wanita paruh baya yang waktu itu menyuruhnya minum obat. Wanita itu menangis dan menganggu, tampaknya dia sudah mengikhlaskan apapun yang terjadi pada alvin –anaknya-.
Aku bernyanyi dengan nada serak, tangisku pecah ketika ditengah lagu tanganya yang menggenggam tanganku melemah dan semakin  dingin. Beberapa menit dari itu, matanya sudah terpejam dan menyisakkan senyum manis dibibirnya. Saat itulah kutahu dia sudah pergi dan aku tak terima itu. Aku masih bernyanyi sambil memeluk tubuhnya, seskali ku kecup keningnya seraya berharap dia masih hidup, masih bernafas, dan masih bisa melihatku. Tapi nyatanya itu TIDAK MUNGKIN ! dia benar-benar telah pergi...


-12  juli 2002-

Gabriel, ini mungkin tulisan terakhirku karna tidak adak lagi sosok alvin yang akan kuceritakan padamu. Hari in tepat 2bulan alvin pergi dan kurasa ini juga saatnya aku pergi. Oh ya ! aku lupa menceritakkan bagian ini, ternyata aku telah divonis mati muda karna kanker otakku sudah memasuki stadium akhir. Kau tahu saat vonis itu disampaikan aku malah tertawa bahagia karna sebentar lagi aku akan menemani alvin disisi dunia yang sama. Maafkan aku iel, aku tidak pernah menceritakan penyakit ku karna kurasa itu tidak penting.
Tepatnya setahun lalu, iel. Sebulan setelah kamu pergi bersama gadis itu, akumasuk rumah sakit karna aku sempat mengeluh mengalami sakit yang sangat amat menyiksa dikepalaku dan saat itu juga dokter mevonisku terkena penyakkit kanker otak dan berumur tak lebih dari setahu, tapi aku tahu dokter bukan tuhan, ternyata kehadiran alvin membawa keajaiban itu kepadaku. Karna kehadirannyalah aku dapat bertahan sampai sekarang dan karna dia aku jadi ingin terus hidup sebelum mengetahui penyakitnya yang biadap itu juga akan merenggutnya lebih cepat dariku...
Hahaha, ini kisah miris gabriel. Kurasa ini memang takdir yang sempurna untukku. Do’a kan aku biar bertemu dengan alvin dialam sana, do’a kan aku agar tuhan membawaku kembali bersama alvin...

Sudah dulu ya, iel. Sudah kubulatkan ini ENDING dari ceritaku...
Ohhh ya jangan lupa lihat fotoku bersama alvin...
Yakinlah, dia lebih tampan darimu... hahahaha J

GOOD BYE BROTHER...
I’LL ALWAYS LOVE YOU....
THE END...


###

Srek,srek,srek !!! Suara angin kembali membalik lembar demi lembar buku deary tersebut... membawa setiap lembar segera berakhir dibagian lembar paling ujung dan menampakkan sebuah foto aneh yang hanya mengabadikan bagian mata kiri berwarna coklat (mata ALVIN) dan mata kanan yang berwarna hitam pekat (mata SIVIA), dibagian bawah poto terdabat barisan kata yang mengatakan...

(SIVIA p-o-v)
Saat aku mengatakan foto ini aneh, dia malah berkata kalau foto ini dapat mengungkap sisi lain cinta. Dia berkata

‘kalau cinta seperti dua mata yang berbeda ini. kedua mata itu tetap indah meskipun berasal dari tubuh yang berbeda, dua mata itu tetap terlihat elagan meskipun berbeda warna, sama halnya seperti cinta. Cinta itu meskipun berbeda tetaplah indah, malah kalau cinta dipasangkan dan disatukan seperti foto ini pasti akan lebih terlihat indah... cinta juga menyimpan seribu warna, bukan hanya dua warna seperti dua ewarna mata difoto itu, kalau setiap warna dicampur adukkan maka cinta akan terasa lebih menyenangkan, kita bisa bermain dengan seribu warna cina’


--------------The end-----------


Bagaimana-bagaimana ? ancurkan ? pasti GAJE ?
Haha, yaudah deh ! gue minta maaf kalau kalian gak suka, kurang serek dan gak banget bacanya...
Ohhh ! sekali lagi gue mau minta maaf buat yang kena tag... hehehe

good bye and good afternoon...
Don’t miss me, hihihihi