Alvin terus
mendengar pekikan-pekikan itu dan menuntunnya untuk masuk keruang biologi.
Meskipun enggan, namun alvin terus masuk dan…
”BRAAAAK !!!” ”JLEK” ”AAAAAAAAAAAAAAAA”
Pintu ruangan
lab. biologi tertutup seketika, alvin menjerit-jerit, pasalnya sekarang di
depan wajahnya terdapat sebuah boneka pocong yg menggelantung, dan wajah boneka
tersebut benar-benar buruk dengan cahaya lampu merah yg menyembul dari
lehernya, menambah kesan seram.
“hmmmm.... haaaaaa…. Hmmmmm…” terdengar
tembang kuntilanak dari arah sebelah kanan alvin, kaki kirinya terasa di cekal
keras oleh sebuah tangan yg terasa dingin, dan pundaknya di sentuh lembut oleh
kuku-kuku tangan panjang. alvin
merinding bukan main, tubuhnya melemas dan keringat dingin bercucuran dari
tubuhnya, termasuk tangannya. Tak sampai di sana, lampu lab. Juga mati bahkan
tidak ada celah sedikitpun yg menyembulkan cahaya.
“to… to… long…” kata alvin terbata-bata,
sambil meraba-raba di tengah gelapnya ruangan.
“CETREET” lampu blit kamera tiba-tiba
menyala dari pojok ruangan, alvin sadar di ruangan ini dia tidak sendiri.
Bahkan terdapat lebih dari satu orang yg ada di sini, bersamanya.
“si…sia..pa ?” Tanya alvin masih dengan
nada terbata-bata, inilah yg menjadi pobianya selama ini.
GELAP, seorang
alvin jonathan memang sudah takut gelap. Jangankan gelap, kamar yg di terangi
dengan nyala lampu hias pun dia masih tidak berani.
Tak lama, alvin
terduduk tak kuasa. Ia benar-benar takut dan tidak hanya itu, gelapnya ruangan
ini juga membuat alvin mengingat kejadian 10 thn lalu.
Saat dimana kepobiaannya itu timbul karna
peristiwa menyeramkan waktu itu,,,
seorang wanita paruh baya yg di panggilnya dengan sebutan mama
menjerit di tengah gelapnya ruangan kamar alvin di masa lalu. Alvin kecil yg
juga ada di sana pun menangis sejadi-jadinya, dia benar-benar takut. Tiba-tiba
sebuah tangan kekar membekap alvin dan menyeretnya menjauh dari mamanya.
Sejujurnya ini bukan perampokan atau penculikkan, tapi yg terjadi sekarang
hanyalah pertikaian dalam gelap yg sudah direncanakan sebelumnya.
“jangan
mendekati anak ku lagi.” Tegas suara si pembekap, zevana -mama alvin- menjerit
tak terima. Dia tahu bahwa suara itu adalah suara suaminya sendiri.
“ta…tapi…
dia anak ku juga.” Isak zevana sambil berusaha meraba-raba tempat keberadaan
alvin yg masih di bekap.
“kamu
tidak pantas di panggil mama oleh alvin, seharusnya sejak awal aku tidak
meniikahi wanita penghibur sepertimu.”
“aku
bukan wanita penghibur, aku hanya seorang musisi.”
“musisi
dan penghibur sama saja, sama-sama nggak bener. Jadi, mulai sekarang aku
putuskan untuk menceraikanmu dan setelah itu kau boleh pergi bersama anak dan
suamimu yg sebelumnya, jangan mendekati aku ataupun alvin lagi.” Bentak
laki-laki itu, zevana kembali terisak mendengar pernyataan suaminya itu. ‘Ini
memang salahku !’ kecamnya dan menjerit layaknya orang prustasi.
Alvin
kecil yg mendengar pertengkaran itu tidak bisa berbuat apa-apa, kala itu dia
masih sangat kecil untuk mengerti apa yg terjadi.
‘arghhhhh’ erang
alvin sambil menjambaki rambutnya sendiri, ia mulai sadar dan ingin cepat-cepat
melupakan kejadian menyedihkan iitu. Seseorang di dekatnya malah tertawa
terbahak-bahak, hanya satu orang saja yg tertawa, yg lain malah menautkan
alisnya dan mendengar laki-laki itu ttertawa. Wajah mereka benar-benar tidak
terlihat oleh alvin, semenit kemudia seseorang menarik lengan alvin dan
membawanya ke suatu tempat.
Pintu lab.
Terbuka, alvin masih meringis dan berusaha melupakan memori masa llalunya.
Ternyata yg menarik lengannya itu adalah seorang gadis cantik. Gadis itu
membawa alvin masuk kedalam ruangan yg berada di sebelah lab. Biologi tadi.
Roomstric, gadis
itu membawa alvin masuk keruangan music tersebut. Dia melihat alvin dengan
tatapan kasihan, seharusnya dia tidak melakukan ini. Dia baru menyadari kalo
hatinya sangat sakit melihat alvin meringis seperti ini.
“maafkan aku.” Lirihnya dan mendudukan
tubuh alvin di kursi panjang yg ada di sudut ruangan, dia mmelihat alvin masih
memejamkan matanya dan sesekali terdengar meringis ketakutan.
“buka matamu, disini sudah ada cahaya.”
Bisik gadis itu sambil membelai rambut alvin.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
“arggghhhh, BODOH ! kenapa dia membantu
alvin. Silla cepat cari sivia dan bawa dia pergi dari sini, rio kamu bisa
membantu silla kan. CEPATLAH !!!” titah Gabriel sambil keluar dari lab.
Biologi. Silla dan rio dengan cepat melangkah pergi mencari sivia yg tadi
membawa alvin kabur.
“sill , ku rasa sivia ada di dalam, ayo
masuk. “ ajak rio, silla mengangguk dan membuka pintu roomstric.
‘CKLEEEK’
“kenapa loe bantuin dia ?” Tanya rio yg
melihat sivia duduk bersama alvin.
“kalau
gue tahu begini jadinya, gue nggak akan ngebiarin gabriel ngejalanin rencanya. Ini terlalu
berlebihan.” Kata sivia terdengar sengit.
“sudahlah ! ayo kita pergi vi, jangan
sampai alvin menyadari kalo kita yg mengerjainya samppai seperti ini, bisa-bisa
kita di DO dari sekolah ini.” Silla menarik tangan sivia paksa, namun sivia
berusaha memberontah dengan sangat keras. Rio ambil bagian dan ikut menarik
sivia agar cepet-cepat bergeming.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
‘Drrrtdrrrtdrrrrt’ HP ify bergetar , lalu
di angkatnya telpon tersebut.
‘alvin ada di roomstric, dia butuh kamu.
Cepatlah’ suara di sebrang sana terdengar bergetar menahan tangis dan membuat
ify bingung sekaligus panic.
‘apa yg terjadi pada al… ?’
‘tuuuuttuuuuttuuuuut’ belum ify melanjutkan
pertanyaannya, tapi orang tersebut sudah mematikan sambungan teleponnya.
Ify segera
bergegas ke sekolah, mobil BMW silvernya melaju dengan cepat. Sekarang
kepanikannya semakin memuncak.
Di depan gerbang
sekolah ify berpapasan dengan laki-laki manis, ‘DUGDUGDUG’ jantung ify berdetak
lebih kencang dari sebelumnya, dia sedikit melupakan tujuannya kesini. Ify
mulai tersadar ketika laki-laki itu membalas tatapannya dengan tatapan sinis
‘aku membencimu…’ kata laki-laki tadi dengan suara yg terdengar seperti melirih
penuh benci. Ify tersentak kaget dan memilih untuk melanjutkan langkahnya.
“ALVIN,,, ALVIN,,, KAMU DI MANA ?” teriak
ify di koridor sekolah yg menjalar ke roomsztric. setelah berada di depan
ruangan itu, ify memutar ganggang pintu dan menatap ruangan tersebut untuk
mencari keberadaan alvin, namun nihil. Ruangan tersebut sangat kosong.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“ray, kakak datang untuk menjengukmu. Kamu
baik-baik saja kan disana ?.” suara paraunya terdengar lagi di atas gundukan
makam yg masih memerah. Ntahlah, sudah berapa kali dia menangis di atas makam
adiknya ini. Rasanya baru kemarin dia mellihat senyuman adiknya itu terkembang
manis membentuk lengkungan sempurna, namun nyatanya sekarang tidak ada lagi senyuman manis itu karna sang
empunya sudah tertimbun dalam di bawah permukaan.
“kakak, belum bisa merelakanmu ray, Kakak
sangat menyayangimu. kakak janji, kakak akan membalas gadis itu karna telah
mengabaikan cintamu.” Kalimat-kalimat itu terdengar penuh dendam, “ya sudah
ray, kakak mau pulang dulu. Kapan-kapan kakak datang lagi untuk menjengukmu.”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
KE ESOKAN HARINYA….
Matahari
menyembul di belahan bumi pertiwi, semakin lama semakin meninggi dan semakin
terang terik penyinarannya. Bel masuk telah lama berbunyi, namun sivia malah
masih mondar mandir di depan kelasnya. Seperti ada yg di tunggu atau ada
kepentingan lain, yg jelas di wajahnya terdapat guratan kegelisahan, yg ntah
tak tau apa yg membuatnya gelisah. ‘Huh ! kenapa dia tidak datang juga ?’,
lirih sivia semakin kalut.
“sivia, apa yang kamu tunggu disini ?.”
Tanya guru lian mengagetkan sivia, alhasil siviapun tergelonjak dan tanpa
sngaja menyebut nama… “ALVIIN, upss” guru lian tersenyum jahil dan menatap
sivia dengan kedua alis yg di turun naikkan dengan sengaja.
“hahaha, hari ini alvin tidak masuk vi.
Tadi papanya telfon dan bilang kalau alvin sekarang tidak masuk.” Kata guru
lian, sivia mangap gk jelas dan bertanya –lagi- dengan nada kagetnya “hah !
KENAPA PAK ???” sivia keceplosan dan menuutup mulutnya dengan keras, tanpa izin
sivia berlari masuk kedalam kelasnya dengan ke2 tangan masih membekap mulutnya
sendiri.
‘ishhhh ! apa-apaan sih ini, kok aku
nanyain alvin mulu sich !!! ckckcck’
__________________*************************____________________
Ify berjalan
menelusuri koridor sekolah, bel istirahat baru saja berbunyi dan membuat gadis
ini memacu langkah tak karuan. Hari ini terasa aneh tanpa ada sahabatnya si
alvin, ntah mengapa sahabtnya itu tidak memberi kabar apapun atas ketidak
hadirannya di sekolah dengan keterangan izin di buku absen.
‘huuh ! secuek apapun sie alvin, tapi dia
memang ngangenin.’ Desahnya pasrah sambil berjalan menunuduk di depan kelas
sahabatnya, XI-IPA 1.
“Hay !” sapa seseorang sambil menyentuh
pundak ify dari belakang. Ify menoleh dan menatap laki-laki hitam manis yg kini
menyejajarkan langkahnya.
Langkah ify
tercekat melihat laki-laki yg kini di sampingnya, bukan karna apa ? namun
kenapa laki-laki ini menyapa dan menyeringai senyum kepadanya ?, bukankah
laki-laki ini kemarin telah menatapmya dengan tatapan sinis dan sempat
mengatakan kata ‘aku membencimu…’.
“jangan takut, aku membutuhkanmu.” Kata
laki-laki itu sambil terus menebar senyum kepada ify, manis sekali senyumannya.
“jangan macam-macam.” Ancam ify sambil
berusaha menjauhkan diri untuk menjaga jarak.
“hahaha, tenang saja cantik. Mana mungkin
aku melukai gadis sepertimu.”
“apa maumu.” Sengit ify dan tetap cuek.
‘aku mau lusa nanti kamu datang ke alamat
ini. Kalau kamu tidak datang, lihat saja nanti apa yg akan aku lakukan ke
sahabat tercintamu.” Ify diam di tempat, laki-laki tadi hanya terkekeh melihat
ekspresi wajah ify. “aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku.” Sambung
laki-laki itu sambil meraih tangan ify dan menaruh secarik kertas yg berisi
alamat di atasnya.
+++++++++++++++++++++++**********************+++++++++++++++++++++++
‘Tetteeetteeet’
bel pulang sekolah berbunyi, semua sisiwa langsung berhamburan keluar ruang
kelas masing-masing, tanpa terkecuali sivia. Gadis itu berjalan cepat menuju
gerbang sekolah, untuk hari ini tampaknya sivia benar-benar enggan untuk bertemu
dengan ke3 sahabatnya. Mungkin keengganan sivia masih berhubungan kental dengan
masalah kemarin, tapi bukankah seharusnya gadis itu harus mebela sahabat2nya
bukan musuhnya. Tapi ini bukan kemauannya, ini kemauan hatinya. Sivia lebih
memilih kata hatinya, dari pada sesuatu pikiran yg menyeruak membentuk fakta di
otaknya. Huh ! aneh sekali.
“non sivia, ayo masuk.” Sebuah mobil mewah
berhenti di depan sivia. Jendela mobil terbuka dan tampak seorang pria
membukakan pintu untuknya.
“aku mau jalan saja mang, Aku bosen naik
mobil.” Kata sivia sambil menatap supirnya itu dengan tatapan memohon.
“tidak bisa non, sekarang nona harus mamang
anter ke kantor tuan besar. Kata tuan, non sivia harus ikut meeting hari ini.”
Sivia melengos sebal, akhirnya dia pun masuk kedalam mobil. Sivia tau untuk
urusan yg satu ini, dia tidak bisa melawan ataupun menolak perintah papanya.
15 menit, sivia
sudah sampai di kantor papanya. Semua karyawan menyambut sivia dengan ramah dan
salah satu di antara mereka mengantarkan sivia ke tempat meeting.
“silahkan vi, kamu langsung aja masuk ke
dalam.” Kata karyawan yg mengantar
sivia.
“huh ! ya sudah terimakasi kak cakka.”
Sivia tersenyum lemah dan masuk keruang meeting.
‘CKLEEEK’
“maaf membuat anda semua menunggu lama.”
Kata sivia sopan sambil membungkukkan sedikit badannya sebagai bertanda hormat,
sekalligus permmintaan maafnya.
“cckckck ! dasar lelet, tidak sopan membuat
para investor menunggu lama.” Sengit laki-laki yg sedang asyik mengotak atik
laptopnya untuk membunuh rasa bosan.
Sivia melengos
kesal, dia menatap tajam laki-laki tadi. Namun setelah melihat jelas laki-lai
tersebut, sivia malah memasang wajah tak percaya, mulutnya pun mengatup rapat,
di sertai tampang cengo seperti orang bodoh.
‘DUGDUGDUG’
jantung sivia berdetak kencang, dia mentapa laki-laki itu tanpa berkedip
sedikit pun. ‘aku tak percaya’ rintih sivia dalam hati, jantungnya masih
melincat-loncat di tempat. ckckck
Sivia teresona
dengan penampilan Laki-laki yg tadi menyindirnya, karna jujur saja laki-laki yg
di tatap sivia sekarang benar-benar tampan dengan menggunakan jas hitam pekat,
berpadu dengan kemeja bermotif garis-garis tipis berwarna hitam juga, dan di
kakinya terpasang kukuh sepatu pantofel hitam mengkilap. Ckckck ! dewasa
sekali, padahal dari tampangnya, laki-laki itu masih seumuran dengan sivia.
+++++++++++++++++++++++BERSAMBUNG++++++++++++++++++