(ALVIA STORY CLASIC)
Beri aku sinar… beri aku hujan… beri aku kesempatan… aku
ingin bangkit sekali lagi…
“gimana sekarang,
gue gak mau ngecewain orangtua gue. Arghhh ! bodoh…” erang rio sambil
mengacak-ngacak rambutnya, prustasi. Salah satu di antara mereka mencoba
menenangkan, yang lain mulai membereskan lembaran-lembaran hasil ulangan rio
yang berserakan di lantai kelas. Tidak banyak angka yg tertulis di sana,
beberapanya berkisaran nilai 60 ke bawah. kalau sudah begini, rio lah yang
paling prustasi. Padahal beberapa dari mereka juga bernasib sama sepertinya.
“bangun loe, sampai kapan loe mau bertingkah di sana. Lagian ini semua
salah loe sendiri, loe yang gak pernah menghargai waktu. Gilaran nilai loe
anjlok baru loe tau rasa, sudahlah ngapain loe sok-sok’an prustasi seperti
itu.” sengit alvin yang baru datang, rio yang terduduk pun langsung mendongak.
Laki-laki yang di depannya sekarang selalu membuatnya geram, tapi semua yang di
katannya adalah kenyataan yang tidak bisa di tepis lagi.
“al… vin… darimana
kamu ? bagaimana hasil semesteranmu ?.” tanya sivia, salah satu dari mereka.
“gak lebih baik
dari loe semua.” Singkat alvin, senyum tipisnya terukir sempurna di bibirnya beserta
gayanya yang stay cool, yang selalu membuatnya terlihat angkuh.
Semua yang ada di
sana langsung menunduk, mereka tau kalimat yang sejak awal di katakan alvin
merupakan sindiran telak untuk mereka, bukan hanya untuk rio. Rata-rata dari
mereka semua memang tidak pernah menghargai waktu, yang ada di pikiran mereka
hanyalah bersenang-senang dan berpoya-poya, jadi tidak heran kalau semua nilai
yang tertulis di raport mereka adalah nilai bertinta merah beserta sejuta
peringatan dari pihak sekolah.
“haha ! sekarang
baru kalian menyesal. BODOH !.”
“heh ! BODOH, nilai
loe gak lebih baik dari kami. Loe kira diri loe gak sebusuk apa yang loe
katakan.” Sindir Gabriel balik, selama ini baru pertama kalinya satu diantara
mereka berani menghujat balik alvin.
“loe selalu merasa
bener, loe lihat diri loe. loe bahkan lebih bodoh dari kami.” Cakka ikut-ikutan
menyindir alvin, yang di sindir hanya tersenyum tipis tanpa arti.
“loe terlalu angkuh
vin, loe gak bisa buktiin kalo loe lebih pinter dari kami.” Kecam agni tidak
mau kalah, sudah cukup baginya di hina oleh orang macam alvin. Meskipun berlaku
sebagai sahabat, disini alvinlah yang terlihat paling sombong dan tertutup.
“sudah ! apa-apaan
kalian ini. Jangan memojokkan alvin seperti itu. kita semua sama !” sivia yang pada awalnya ha ya diam kini
kembali berbicara untuk membela kekasihnya.
“cihhh ! sudi apa
gue di bilang sama kayak cowok loe itu. gue gk seangkuh dia.” Sengit shilla
sambil menunjuk Alvin.
“sudah Jangan di lanjutin
lagi. Percuma tau gak debat kayak gini. Loe semua sama –sama sombong, alvin
bener kita memang gak pernah ngehargain waktu, nilai-nilai semesternya gak
serendah yang kita pikirkan. Di antara kita cuman alvin yang nilainya berata-rata
…”
“sudah vi, loe diem
aja. Sekarang loe semua jangan banyak bacot. Duduk di tempat masing-masing,
sebentar lagi bel bunyi dan test tahunan perkelas akan di mulai.” Titah alvin
lagi.
Meskipun tadi
sempat terjadi perdebatan sengit, tapi tetap saja tidak ada yang berani
mebangkang segala perintah alvin. Bukannya mereka di perintah seperti budak,
tapi semua yang di perintahkan alvin adalah hal yang terbaik untuk mereka
sendiri. Mereka sadar seangkuh-angkuhnya alvin, tapi tetap saja alvin yang
paling berarti di antara sahabat yang lainnya. Aneh ! tapi itu adanya.
‘tettetteeet’ bel
masuk berbunyi nyaring, test tahunan perkelas akan segera di mulai. Semua telah
duduk siap di bangku masing-masing. mereka yang tadi berdebat tidak menampilkan seuntai senyuman pun setelah
perdebatan tadi. Rio yang sebangku dengan alvin hanya terdiam, ia menyadari
kalau alvin selalu membuatnya tersadar akan segala kehilafannya.
Beberapa menit
kemudian seorang guru datang, tampang muda dan berwibawa cukup membuatnya
terkenal di kalangan para guru, namun tampaknya hanya alvin yang berani
membangkang guru tersebut. Bahkan di mata alvin, guru tersebut benar-benar
berstatus rendah dengan kepura-puraannya.
“baiklah test
tahunan perkelas saya mulai sekarang. kelas ini mendapat test tentang pelajaran
biologi, jadi sekarang buka buku paket kalian halaman 43, bab IV, teori
protista.” Kata guru yang mengawasi test mereka. “baiklah, saya tidak akan
banyak bicara. Begini
testnya, Salah satu di
antara kalian harus menghafal bab IV dalam jangka waktu 2 jam. kalau satu di
antara kalian tidak bisa menghafal satu bab, maka nilai kalian pada semester
selanjutnya akan saya pastikan di bawah KKN.” Jelas kembali guru tersebut,
semua terperanjat kaget. Tidak satupun yang tau kalau peraturan test tersebut
akan berdampak pada nilai mereka pada semester depan. “ya sudah ! waktunya di
mulai dari sekarang.”
30 menit,,, 60
memit,,, 90 menit,,, dan 120 menit,,,
‘BRUUUK’ guru muda tersebut menggebrak meja dan
berhasil membuat semua murid terperanjat kaget. “baiklah, waktunya habis. Semua buku paket di tutup dan
kumpulkan kedepan.” Perintah guru tersebut, semua siswa langsung mengumpulkan
buku mereka. Tergambar jelas raut
penuh keputus asaan diwajah mereka,
bahkan banyak yang terlihat prustasi, dan ujung-ujungnya mereka menyerah pada
takdir serta merta menunggu sebuah keajaiban dari TUHAN.
“saya berikan waktu 5 menit untuk kalian, kalau tidak ada yang maju. Maka
nilai kalian sudah berada di bawak KKN, seperti peraturan tadi.”
“baiklah sejauh ini
tidak ada yang mau maju, saya hitung mundur. 5,4,3,2,sa…”
“saya…” alvin
angkat tangan, semua langsung menumpukkan pandangannya kearah alvin. Bahkan
cakka, Gabriel, rio, shilla, agni, dan ify, menatap tidak percaya. Sedangkan
sivia, hanya tersenyum melihat kekasihnya yang akan segera menjadi penyelamat
nilai satu kelas.
“hmmm ! ALVIN
JONATHAN, baiklah. Apa kamu yakin ?” tanya guru tersebut meragukan, alvin mengangguk dan menatap sinis guru tersebut.
“hahaha, ternyata
kamu berani juga. Baiklah, karna kamu menantang. Saya akan memberi peraturan
baru untukmu, bagaimana ?” tanya guru itu lagi, tak mau kalah dengan alvin.
Guru tersebut menunjukkan senyum piciknya. Sekarang antara alvin dan gurunya
terlihat seperti musuh yang akan segera beradu pengetahuan.
“cihhh ! guru picik
model loe gak bakalan bisa ngancurin gue. Siapa takuttt !” tantang alvin,
sekarang keangkuhannya semakin menggelora. Tatapan tajam alvin mulai
menyiratkan kebencian terhadap guru tersebut. teman-teman satu kelasnya hanya
bisa bungkam melihat adegan tersebut, mereka bingung ‘mengapa kebencian
terlihat jelas dari alvin dan guru mereka’
“hahaha, kamu
memang tidak pernah berubah ALVIN JONATHAN. Kalau kamu tidak hafal bab IV
dengan sempurna, maka kamu akan saya keluarkan dari sekolah ini, tapi
sebaliknya kalau kamu bisa menghafalnya maka nilai kamu saya pastikan
berata-rata 90 di raport semester depan.”
“bawel loe, gue
terima semua peraturan yang loe ajuin. Loe bakalan gue permaluin di sini.”
Sengit alvin sambil maju ke depan kelas, semua cengo mendengar perdebatan murid
dan guru tersebut.
“protista di
kelompokkan menjadi 3, yang pertama protozoa, alga, dan mirip jamur……………” alvin
menjelaskan semua tentang bab IV.
sempurna. Yah !
semua berjalan lancer, tidak ada satupun kata yang terlewat olehnya, dan semua
itu membuat siswa satu kelas cengo. Pikir mereka ‘bagaimana mungkin alvin yang
terkenal angkuh dan selalu tertutup akan perolehan nilai ulangannya, bisa
menghafal bab IV dengan sempurna ?
dan kenyataan yg lebih tidak masuk akal, seorang ALVIN JONATHAN telah
menyelamatkan nilai 1 kelas.’
“sempurna !” kata
guru tersebut sambil menepuk tangannya, beberapa dari sisawa masih
terbengong-bengong dan sebagian ikut bertepuk tangan. “hahaha ! seperti janji
saya. Nilaimu semester depan rata-rata Sembilan. Mustahil kan ?”
“apa tampang loe
bisa di percaya, heh ! begok.” Kecam alvin lagi, tatapan sinis kembali di
layangkannya ke guru tersebut.
“hehe ! lihat saja
nanti, Kamu dan teman-temanmu itu tidak akan saya biarkan lolos gitu saja. Ada
kejutan baru untukmu.” Sinis
guru muda tersebut sambil melangkah pergi, tersirat jelas dendam yang belum
tersampaikan dari setiap ucapan guru tersebut. Sementara alvin menatap punggung
guru tersebut dengan tatapan tajam dan kemudian berlalu meninggalkan kelas yang
sudah mulai gaduh karna sorak-sorai para murid yang meneriakkan kemenangan atas
test tahunan ini.
^-^
^^ ^-^
Alvin
berdiri tegap di belakang sekolah, lama tatapannya pertumpuk pada sisa-sisa
hujan beberapa menit yang lalu. Dengan begini sedikit kerisauan hatinya mulai
terkikis, hanya dengan menatap dunia yang terkhias langit cerah bercamur rintik
hujan kecil. Bau tanah basahpun membuat bagian pernapasannya yang tadi sesak,
kembali merenggang normal.
“alviiin...”
panggil seseorang lembut sambil memeluknya dari belakang. Alvin sedikit melirik
dan tersenyum tipis mendapati gadisnnya yang sedang merengkuhnya dalam. Sesuatu
kenyamanan yang baru untuk sebuah pelukkan mesra.
“kamu
mengagetkanku lagi.” Kata alvin dengan suara dinginnya, gadis yang memeluknya
hanya memanyunkan bibirnya, namun masih dengan posisi memeluk alvin dari
belakang.
“biar
saja, aku tahu sekarang kamu lagi gelisah.” Kata gadis tersebut pelan dan
sekarang malah merenggangkan pelukkannya dan berjalan kehadapan alvin.
“kalau
kamu sudah tahu, terus mau apa ?”
“ahhh
! alvin jangan berkata dingin padaku.” Rengek gadis tersebut dengan manjanya,
alvin tersenyum tipis sambil berkata... “maaf viaku, aku lagi labil.” Kemudian
Alvin memegang pipi gadis tersebut yang ternyata adalah sivia.
“baiklah,
permintaan maaf diterima. Oh ya ! apa guru tadi mengancammu lagi ?” tanya
sivia, alvin mengangguk pelan.
Tatapannya meredup begitu saja seraya tangannya terlepas dari pipi sivia.
“aku
selalu disampingmu vin, kita akan melewatinya. Kamu tidak sendiri.” Kata sivia
sambil memberi semangat ke alvin, alvin hanya mengangguk dan memeluk tubuh
sivia. Perlahan semua tumpah ruah dipunggung gadisnya, air mata alvin menetes
begitu saja. Bukannya cengen ! tapi semua memang terasa berat untuk alvin
tanggung sendiri.
Tidak
ada yang tahu kalau seorang alvin yang terkenal angkuh ternyata dengan mudahnya
menangis di hadapan gadisnya, sivia. Peluh alvin pun ikut ambil bagian bersama
air matanya untuk membasahi pundak sivia. Aneh ! tapi apa yang di rasakan lebih menyakitkan daripada apa yang terlihat.
“alvin,
sudahlah ! semuanya akan baik-baik saja. Lagian siapa suruh jadi orang genius.”
Cibir sivia merutuki nasib kekasihnya yang terlahir genius. Bukan tak menerima,
tapi kalau kegeniusan membuatnya menderita, maka lebih baik jadi anak biasa
yang punya IQ sederhana, namun masih bisa dipakai berfikir. “alvin, ayodong
jangan nangis lagi, jangan putus asa seperti ini.”
Alvin
merenggangkan pelukkannya dan mencoba menyeka air matanya kasar, “ehhh’ aku kok
cengeng gini sih ?.” kata alvin cengengesan, sivia melengos kesal.
“nyadar
sekarang...”
“hehehe...
yaudah turun yok, kita ngebut ” ajak alvin sambil mengacak rambut sivia.
Tampaknya tampa penjelasan panjang, sivia sudah mengerti maksud kekasihnya.
Kalau sudah begini, maka artinya hanya satu,,,
^-^
^-^
Pasangan
tergila dari yang lebih gila, sekarang alvin dan sivia sudah berada diparkiran
sekolah. Rencananya mereka akan bolos untuk jam terakhir ini. Tampa mereka
sadari seseorang menatap mereka dari kejauhan, terlihat dari wajah orang
tersebut telah terkhias senyum tipis dengan tatapan tajam. “permainan akan
segara dimulai.” Katanya pelan setelah itu orang tersebut menutup jendala ruang
atas.
Sementara
alvin dan sivia masih menyiapkan mental untuk hal gila yang akan mereka
lakukan, sudah terjelas tadi kalau sekarang mereka memang pasangan tergila.
“alvin,,, sudah siap ?” tanya sivia basa basi.
“sejak
kapan kekasihmu ini tidak siap vi.” Kata alvin dingin, sivia berjalan kehadapan
alvin dan menyenderkan telinganya didada alvin. Setelah merasa detakan jantung
kekasihnya masih terdengar normal, siviapun kembali keposisi semula.
“dasar
kamu ini susah sekali percaya padaku.” Kata alvin sambil memasangkan sivia
helm,
“huh
! aku tidak mau yang dulu terulang lagi alvin.”
“hahaha
! iya deh. Yaudah ayo naik.”
Alvin
memepersilahkan sivia naik ke atas jok motornya, sebelum memulai sivia
mengeratkan pelukkannya pada alvin. Setelah merasa sempurna, alvinpun mengegas
motornya dan memasukkan gigi motor, tanpa menunda-nunda waktu alvin langsung
menaikkan kecepan motornya dan melaju kearah gerbang sekolah yang masih
tertutup rapat tanpa gembok dan yupssss....
Dengan
kecepan diatas standar, alvin berhasil menerobos gerbang sekolah. Ini saatnya
yang paling gila, sivia mengeratkan pelukkannya, tampak lebih keras dari
pelukkan yang sebelumnya, alvin tersenyum nakal menatap kekasihnya yang sudah
memejamkan mata namun tidak tidur.
Motor
alvin melaju kenjang menerobos ramainya jalanan, dengan konsentrasi penuh yang
menumpuk pada satu titik, alvin mulai menambah kecepan motornya dengan
bersambut hujan yang kembali turun. Gerakkan motor yang super duper lincah dan
meliuk-liuk sempurna diantara beberapa pengendara lainnya, membuat semua
pengguna jalan mengucapkan seperangkat kutukkan dan sumpah serapah untuk alvin
dan sivia. Hahaha ! tapi lihatlah sepasang kekasih ini, mereka tak peduli
apapun, biar saja yang nantinya celaka juga mereka sendiri dan orang yang ikut
terlibat. Jikapun terjatuh dan masih sanggup bernafas, toh alvin akan tetap
melaksanakan aksinya.
‘CITZZZZZZZZZZZ’
Alvin
mengerem motornya, ntah dimana. Mengingat tadi alvin melajukan motornya tanpa
arah dan tujuan. Jadi tak heran sekarang motornya juga berhenti ditempat yang
ia sendiri tidak tahu.
“via,
ayo turun. Sesek nih.” Kata alvin sambil merenggangkan pelukkan sivia.
“eh’hehehe.
Udah nyampai ya. Haduhhh ! maaf ya vin.”
“iya-iya,
yaudah ayo turun.” Ajak alvin dan merekpun turun dari motor. sivia melihat
sekelilingnya, jalanan yang sepi dengan hamparan rumput disamping kiri dan
kanannya, serta hutan gelap tepat didepannya. “kita dimana vin ?” tanya sivia,
alvin hanya menggelengkan kepala.
“kesasar
ini vin.” kata sivia, alvin hanya mengangguk dan menunjukkan senyum polosnya.
“haduhhh ! gmana dong kita pulangnya ?” tanya sivia, lagi-lagi alvin hanya
menggeleng.
“alviiin,
kamu ngebut gk pakek otak ye. IQ tinggi, tapi kok bisa nyasar gini. Dasar
genius begok.” Cibir sivia, alvin hanya diam sambil menunjukkan wajah WATADOS.
Sivia merengut kesal dan berjalan kebagian kiri jalanan, diikuti oleh alvin
dari belakang.
Sejenak
mereka terdiam, perlahan alvin meringkuk dan menidurkan dirinya dengan posisi
kepalanya disenderkan dipundak sivia. sementara sivia, gadis tersebut hanya
merengkuh tubuh alvin, dia tahu kalau sudah begini maka sesuatu akan terjadi,
sesuatu yang buruk. “kamu gak papa kan vin ?” tanya sivia, alvin menggeleng.
“sesuatu
akan terjadi vi. Sesuatu yang buruk, sesuatu yang akan menimpak kita dan
mereka.” Jelas alvin, sivia mengangguk. Lagi-lagi dia paham maksud alvin ini.
3thun merajud cinta membuat sivia tahu luar dan dalam alvin, mulai dari
kebiasaan, sifat, bahkan semua tentang alvin.
“tenanglah.
Kita akan baik-baik saja.” Kata sivia menenangkan. Mereka berduapun memejamkan
mata dan tertidur bersama Dengan posisi duduk, kepala alvin menyender dipundak
sivia, kepala sivia ditumpukkan diatas kepala alvin. Beginilah mereka, mereka
memang tercipta untuk saling melengkapi, hubungan sempurna dengan karakter yang
bertolak belakang.
^-^
^_^ ^-^
Sivia
bangun dari tidurnya, lirikan pertamanya jatuh pada alvin yang masih tertidur
disebelahnya. Perlahan sivia mengubah lirikkannya kesekeliling, sivia membelalakkan
mata ketika melihat hal yang berbeda sebelum ia tertidur tadi. Hutan ?
“vin
bangun... alviiiiin” kata sivia menggoyang-goyangkan sedikit tubuh alvin.
Alvinpun terbangun, mengucek-ngucek matanya, melirik ke sivia, mengubah
lirikkannya ke sekeliling tempatnya tertidur tadi, dan...
Hutan...
“vi
kok kita dihutan ?.” tanya alvin bingung sambil bangun dari duduknya, sivia
hanya mengangkat bahu bertanda dia juga tidak tahu, dan sivia ikut bangun
mengikuti alvin.
“arghhhh
! vi, kurasa semuanya sudah dimulai.” Kata alvin mencoba menebak keadaan.
“iya
vin, aku juga ngerasa gitu. Trus yang lain...”
“hmmm
! i don know.” Cuek alvin sambil berjalan dan mendekat kearah sebuah pohon
rindang dan dengan mata terpicing, alvin menyentuh permukaan kulit pohon tersebut.
Namun belum saja tersentuh suara teriakkan sivia mengurungkan aksinya.
“aaaaaaaaaa....”
teriak sivia dan hilang begitu saja setelh tertrik sesuatu yang kasat mata,
alvin menoleh dan mendapati gadisnya sudah tidak ada.
“siviaaa.”
Teriak alvin, namun nihil. Sivia tak menjawab. “huh ! gak sanggup.” Keluh alvin
setelah itu.
##########sivia
p-0-v############
Aku
bangun mengikuti alvin, kulihat kekasihku ingin menyentuh kulit pohon besar
yang permukaannya telah terukir sebuah kata ‘ALVIA’ dengan bagian tengah kata
sudah tersirat garis lurus yang membentang dari huruf A sampai huruf A lagi (ALVIA).
tak hanya itu, anehnya lagi ! aku melihat sebuah tetesan darah menetes sempurna
dipundak alvin. Untuk memastikkan noda darah tersebut, akupun mencoba untuk menyentuh
pundak alvin. Namun belum sempat tanganku menyentuh pundaknya, tubuhku malah
terasa ditarik paksa dari belakang dan refleks aku teriak.
“aaaaaaaaaa....”
teriakku histeris dan ‘BRUUUK’ tiba-tiba tubuhku terhempas begitu saja di salah
satu pohon yang berada tepat di depan sebuah gubuk kecil.
“alviiiin.”
Teriakku lagi, berharap kekasihku akan datang untuk menenangkan ketakutanku
ini, namun nihil. Alvin tak datang juga, sekarang kami benar-benar terpisah
untuk sementara. “huh ! gak sanggup.” Keluhku setelah itu. (bebarengan sama
alvin tadi, heheh)
aku
kembali bangun, tepat saat sebuah kabut mengepul dihadapanku dan saat itu juga
rasanya beberapa hantaman telak mengarah tepat pada lenganku. “arghhhh” aku
mengerang kesakitan di saat kakiku terasa disayat benda tajam dan berhasil
membuatku terjatuh, aku tak sanggup berdiri lagi. Apalagi kedua tanganku terasa
dicekal kuat dan kakikupun terasa di ikat kuat, sangat kuat bahkan. Kabut tak
kunjung memudar, aku takut. “alviiiin, bantu aku.”
++++++++++++++++auther
_pov_+++++++++++++++++++
Sepeninggal
sivia, alvin pun perlahan terus berjalan memutari hutan. Pikirannya melambung
tinggi pada nasib gadisnya yang
tiba-tiba menghilang, alvin juga berfikir bahwa disini juga terdapat
sahabat-sahabatnya yang lain, seperti gabriel, shilla, cakka, agni, rio, dan
ify. Selain itu, alvin juga dapat menebak siapa yang menjadi dalang dibalik
semua ini.
‘drrtttttttdrrttttttttdrrttttttttt’
Alvin
merogoh saku celananya, dan melihat heran kearah handponenya yang berdering. Matanya
terfokus pada sinyal kartunya yang terpampang pada bagian kanan layar. Mungkin
kalian tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran alvin sekarang.
Beberapa
menit kemudian, alvin melirik kearah gambar surat dilayar tengah handponenya
dan menekan pilahan buka pada tombol kanan.
‘from : s*** fu**’
Permainan sudah dimulai ALVIN
JONATHAN,
Semua teman-temanmu dalam
masalah, termasuk kekasihmu...
Hahaha... :D
Baiklah, ALVIN ! permainan
pertama untuk meyelamatkan 2 nyawa...
Selamat menikmati...
Begitulah
isi pesan yang dikirim oleh orang berinisial S di PB handpone alvin.
“arghhhh... SH*T !” umpat alvin seraya memasukkan hanponenya. sepersekian detik
kemudian, alvin melihat kearah tanah yang iya pijak, diatas tanah tersebut
telah tergambar kolom dengan ukuran kotak 3X3 dan terdapat angka 5 ditengah
kotak.
“patokan angka 5 untuk menyelamat 2 nyawa, permainan angka dengan memasukkan beberapa angka berbeda pada kolom 3X3 yang sudah tersedia, dari angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9, setiap angka yang terpakai harus dapat dijumlahkan sampai menghasilkan angka 15, dengan menjumlahkan beberapa angka yang berbeda, dLam permainan ini kamu tidak diperkenankan memakai angka yang sama,setiap angka yang dijumlahkan baik pada kolom mendatar, menyamping, dan menurun harus menghasilkan angka 15, sekali pasang angka maka kamu tidak bisa menghapusnya lagi, jika salah masuk berarti 2 nyawa hilang dalam waktu yang bersamaan, sepasang nyawa dari shilla dan gabriel.” Alvin membaca petunjuk pertama yang terpasang di bagian samping kolom.
#Nb :
permainan angka ini bisa kalian lihat di bagian bawah cerpen dalam bentuk foto,
maaf kalau membingungkan, kalau kalian penasaran silahkan ikuti intruksi yang
dibaca alvin. Permainan sederhana untuk mengasah otak.. yaudah ! LANJUT#
Alvin
mencoba berfikir untuk memasukkan angka pertama, keringat terus bercucuran
deras dari pelipisnya. Salah masuk angka, maka 2 nyawa akan hilang begitu saja,
sekarang semua ada ditangan alvin. Perlahan alvin menutup matanya, sampai menit
ke 5 alvin sudah siap memasukkan angka-angka yang dipilihnya... “angka 8
dikolom pertama, terus angka 3 dikolom ke2, disambung angka 4.” Kata alvin
pelan dan berhasil, hasil 15 untuk ke3 angka
(8+3+4=15). Kemudian alvin kembali berfikir untuk angka selanjutnya
dibarisan ke2 mendatar. “angka 1 dibawah angka 8, disampingnya sudah terpatok
angka 5 yang memang sudah ada sebagai petunjuk awal, dan angka 9 disampingnya.”
Alvin kembali memasukkan angka sambil menyeka keringatnya, lagi-lagi hasil 15
untuk deretan kolom ke2 (1+5+9=15).
“barisan paaling bawah dari yang terbawah adalah angka 6, dilanjutkan angka 7
dikolom samping, dan terpojok oleh angka 2.” Hasil 15 juga untuk penjumlahan
kolom ketiga/kolom terbawah (6+7+2=15),
Ket
:::::
#mendatar
kolom pertama (8+3+4=15)
#mendatar
kolom kedua (1+5+9=15)
#mendatar
kolom ketiga (6+7+2=15)
#perhatikan angka pertama sampai kebawah,
jika dijumlahkan secara menurun juga menghasilkan angka 15 (8+1+6=15)...
Dari Angka 3 sampai kebawah juga
menghasilkan angka 15 jika di jumlahkan secara menurun (3+5+7=15),,,
angka 4 kebawah juga menghasilkan angka
15, (4+9+2=15),,, penjumlahan silang juga dapat menghasilkan 15, lihat angka 8
silang kekiri sampai angka 2 (8+5+2=15) dan penjumlahan silang untuk 4
menyilang kekanan sampai angka 6 (4+5+6=15), jadi permainan angka ini akan
selalu mengasilkan angka 15 untuk setiap penjumlahan baik kolom yang mendatar,
menurun, dan menyilang,... NGERTI NGGAK
SAMA PENJELASANNYA ??? hmmm, YANG NGGAK NGERTI NTAR BISA LIHAT GAMBAR
PERMAINANNYA DIBAGIAN BAWAH CERPEN...
yaudah LANJUT !!
yaudah LANJUT !!
“huh
!” alvin menghela nafas ringan dan mengunci semua angka yang terpasang dan...
“yesss
! berhasil, 2 nyawa selamat...” girang alvin dan setalah itu alvin kembali
berjalan, sampai akhirnya langkahnya terhenti kembali saat keganjilan pada
suasana hutan yang sekarang dipijaknya.
Alvin
mendekat kembali kearah pohon yang berukuran tanggung, “tiang penyangga...”
kata alvin sambil memegang permukaan pohon yang halus. Seteleh itu alvin
tersenyum miring, sedikit demi sedkit semua mulai jelas.
“SEMU.”
Teriak alvn dan Tiba-tiba hutan berubah menjadi gedung besar, perwujudan asli
dari hutan tersebut. Heh ! alvin tersenyum miring, sebuah kata kunci ‘semu’
yang tadi diucapkannya berhasil menunjukkan wujud asli hutan tadi. Ternyata
dari awal alvin sudah menebak kalau tempatnya bukan dihutan, melainkan sebuah gedung
yang diberi efek 3Dimensi untuk
mengelabui alvin. Kecurigaan alvin pertama, saat sinyal dihandponenya tidak
berkurang sedikitpun, kan biasanya kalau dihutan tidak ada sinyal untuk kartu
handpone apapun. Kecurigaan kedua muncul saat permainan angka yang terpatok
pada angka 5 yang bisa berarti huruf S untuk huruf pertama pada kata ‘S-e-m-u’,
terus sisa huruf yang terdapat dari kata ‘semu’ seperti huruf ‘e-m-u’ terkhias jelas pada setiap tanda yang
ada pada pohon-pohon yang alvin lalui, dan terbukti, kata ‘semu’ adalah kunci
utama untuk mengembalikkan wujud hutan ke wujud gedung. Hehehe ! alvin
pinteeeer.... (yang gak ngerti... sabarr #plak...)
Setelah
mengerti jalan permainan yang dibuat oleh si biang keroknya, alvinpun kembali
mencari teman-temannya, termasuk gadisnya si sivia. Tinggal 5 nyawa untuk
permainan ini. Huh ! alvin kembali berjalan karna sekarang yang dilewati alvin
adalah lorong-lorong gedung, jadi alvin lebih mudah untuk melanjutkan
permainan...
‘drttttdrttttdrtttt’
Alvin
merogoh saku celananya lagi, biasanya setelah permainan pertama berhasil pasti
akan ada petunjuk untur permainan selanjutnya, dan betul saja...
‘from : s*** fu**’
Hahaha...
Kamu memang tidak pernah berubah
ALVIN JONATHAN...
Permainan pertama berhasil dan
lihatlah lebih dekat untuk permainan selanjutnya...
15 menit untuk 2 nyawa dalam
permainan ini...
Rasakan...
Pahami,,,
Pikirkan...
Ahhh
! alvin menaruh kembali handponenya, kemudian mengacak-acak rambutnya seperti
orang prustasi. Hal yang tidak disukai akan segera menghampirinya saat ini.
Bukannya
pertindakan putus asa atau menyerah, perlahan alvin duduk menyender didinding
tembok, matanya kian terpejam. meski sejenak namun alvin mencoba untuk menenangkan
perasaan serta otaknya, jauh dibenaknya kata terakhir dalam sms tadi terus
berkelebat... ‘Rasakan... Pahami,,,
Pikirkan...’.
“arghhhh !” alvin berteriak kencang, setelah
itu dia mencoba berfikir untuk 3 kata
petunjuk tersebut (‘Rasakan... Pahami,,,
Pikirkan...’). sedetik kemudian
alvin mendongak dan melihat setiap pojok gedung ini, bukan melihat tapi lebih
tepatnya melirik setias pojok gedung, hingga alvin tahu apa yang harus
dilakukan, meskipun melenceng dari permainan selanjutnya dan mempunyai resiko
berat untuk melakukannya. Tapi mungkin ini akan menjadi jalan keluar terbaik
selama tidak ada yang tahu.
“rasakan...”
alvin berdiri dan kembali memejamkan matanya. “pahami...” alvin mundur dan
menyenderkan punggungnya ditembok, lebih mendesak. Setelah itu tatapannya
mengarah tajam kearah benda yang berada di langit-langit pojok gedung.
“pikirkan...” dan...
Yupsss,,,
alvin meloncat tinggi untuk merusak pengintaian dengan media CCTV pertama,
kemudian tendangan telak untuk arah bidik CCTV kedua, dan yang terakhir sebuah
hantaman untuk CCTV ketiga...
“heh
! semua akan berakhir.” Alvin tersenyum miring untuk langkah peratama
kemenangannya, alvin menghancurkan 3 CCTV untuk mengelabui orang yang menjadi
dalang semuanya kaerna dengan hancurnya 3 CCTV itu maka orang tersebut tidak
akan tahu apa yang akan dilakukan alvin untuk langkah selanjutnya...
--------------^^
^-^ ^^-------------
“grrrrr
! sh*t...” umpat seseorang sampil menedang monitor CCTV yg sedari tadi
dipandangnya. “alvin, kau memang terlalu pintar. Tapi ini belum berakhir, lihat
saja nanti.” Kata orang tersebut, perlahan kakinya melangkah kearah beberapa
orang yang menjadi tawanannya.
“sivia
Azizah” katanya sambil memandang wajah cantik sivia yang tengah pingsan dengan
posisi kaki dan tangan terikat.
“heh
! ALVIN JONATHAN, mati ditanganku atau memilih melihat kekasihmu mati
dihadapanmu.” Kata orang tersebut, lagi. Ia kemudian tersenyum tipis sambil
menggeret tubuh sivia, ntah kemana.
-----------^^-^^-^^----------------
Alvin
berjongkok sambil mendekatkan kupingnya kelantai. Perlahan ia mencoba merasakan
dan memahami semua yang ada digedung ini melalui media gema suara, perantara
permukaan tempat berpijak sesorang akan
memberikan sinyal getar suara atau sinyal tanpa perantara atau lebih tepatnya gelombang
longitudinal dan gelombang tranversal. Sehingga alvin sendiri dapat mengetahiu
tempat yang masih mempunyai kehidupan aktiv dari aktifitas manusia yang dicari,
“di
sini masih ada kehidupan” kata alvin setelah terbangun dari aksi menempelkan kupingnya
kelantai, setelah itu alvin kembali mendekatkan kupingnya di tembok tebal yang
menjadi pembatas ruang. “dinding kedap suara dengan berlapiskan cat untuk
mengelabui.” Kata alvin lagi, kali ini ia terdengar berdecak. Pantas saja
teriakkan sivia tidak bisa didengar olehnya.
Cahaya
mereh yang berbentuk gari-garis tipis tampak didepan alvin, ini jebakan yang
akan dilalui alvin sekarang. alvin mengambil ancang-ancang untuk menerjang
jebakan selnjutnya. Ia berlari kencang melewati cahaya merah yang berbentuk
garis-garis tipis tanpa celah kosong, cahayatersebut adalah laser merah yang
tidak kasat mata.
‘BRUUUUK’
tanpa mengerem laju larinya, alvin langsung mendobrak pintu yang didepannya
tadi terpasang banyak jebakkan cahaya laser tipis.
“sioon”
teriak alvin saat melihat adegan dibalik pint yang baru saja didobraknya.
Seorang laki-laki yang cukup dikenalnya kini sedang menodongkan pisau tepat dibagian
leher sivia. Laki-laki yang tadi disebut namanya, hanya tersenyum tipis.
“hahaha
! tarnyata anak genius sudah datang ya ?” kata laki-laki yang dipanggil sion
tadi. Sion adalah laki-laki yang sama
dengan laki-laki yang beberap jam lalu berperan sebagai guru yang menantangnnya
tadi pagi.
“LEPASKAN
SIVIA, Dia tidak ada urusan denganmu, dia tidak tahu apa-apa !”
“hahaha
! alvin, alvin, saya tahu dia tidak ikut campur dalam masalah kita. Tapi aku
tahu dia adalah kelemahanmu,” kata sion sambil menampikkan senyum tipsinya,
tampak menyeramkan.
“jangan
bawa-bawa orang lain yon. LEPASKAN SIVIA, SEKARAAANG !”
“lepaskan
sivia ? heh, bagimana kalau aku membunuh sivia ? atau kau bisa menukarkannya
dengan nyawamu sendiri.” Kata sion sambil megajukkan penawaran untuk alvin.
Sementara
itu rio, shilla, ify, cakka, agni, dan gabriel, masih asik mencoba melepaskan
diri masing-masing. Cukup terdengar oleh mereka, penawaran yang diajukkan guru
laki-laki tersebut untuk sahabatnya. Tidak butuh waktu lama, Satu dari mereka
berhasil terlepas dari pengikatnya. Setelah itu, dia melepaskan pengikat lain
yang mengikat tangan dan kaki teman-temannya.
“ALVIIIIN”
teriak mereka bersmaan sambil berlari memasuki ruangan yang terdapat dua sahabat mereka, (alvin-sivia).
Mengenaskan,
sekarang semua berubah 90%. Sivia yang tadi terbekap oleh pisau kini terlihat
sedang menangis histeris, sementara alvin sekarang malah menggantikan posisinya
setelah beberapa menit lalu dia memilih menukar sivia dengan nyawanya sendiri.
“alviiin...”
lirih sivia, yang dipanggil hanya tersenyum miris. Wajah pasrah terlihat
mengiringi setiap ketulusan pengorbanannya untuk kekasih dan sahabat-sahabatnya
yang lain.
“kalian
semua, pergiii sekarang atau saya akan membunuh alvin tepat dihadapan kalian.”
Kata sion masih dengan pisau yang diacungkannya pada alvin. Namun, mereka yang
diancam tetap bertahan dengan posisi masing-masing. Mana ada sahabat yang akan
rela meninggalkan sahabatnya sendiri yang nyawanya terancam. Lebih baik mati
bersama, daripada hidup dengan gelar pecundang. Setidaknya itulah yang pantas
disebut sahabat, selalu ada disaat suasana apapun. Seorang sahabat tidak akan
bisa bergeming sedikitpun dari langkah sahabatnya sendiri.
“pergilahhh
! tunggu aku pulang.”kata alvin ditengah nafas yang mulai tersenggal-senggal.
Mereka yang disana menatap alvin dengan tatapan melas, namun alvin kemabali
tersenyum untuk mengisyaratkan kalau ‘semuanya akan baik-baik saja.’
Perlahan
mereka mulai bergemiing, Ntah dibumbui apa ucapan tersebut hingga membuat
mereka berani bergeming. Mereka seakan percaya dengan ucapan alvin, 3thun
bersahabat membuat mereka mempercai alvin. Bahkana tidak ada yang pernah
membangkang perintahnya selama ini. Alvin memang selalu mampu meyakinkan
mereka, meskipun keangkuhanya selalu membawa kesal luar biasa.
=========!!!^^-^^!!!=========
“baiklah,
kamu bisa membunuhku sekarang yon.” Kata alvin pelan.
Setetes
darah jatuh dari leher alvin, namun itu masih dalam bentuk goresan tipis. Alvin
tersenyum miris, beberapa menit yang lalu ia sudah pasrah dengan semua yang
akan terjadi setelah ini. Dendam tetaplah dendam ! kalimat yang sekarang menjadi
gambaran kenapa semua ini terjadi.
“tanpa
disuruh, aku juga akan membunuhmu sekarang.” Kata sion. “sebelum kamu mati, apa
ada kata terakhir yang akan kau ucapkan sekarang ?.”
“aku
hanya ingin mengatakan selamat untuk kemenanganmu. Kau kakak yang hebat
untukku, aku berharap bertemu denganmu dineraka.” Alvin tersenyum tipis,
kata-kata yang tadi ia lontarkan sungguh diluar keinginannya.”aku harap setelah
membunuhku, dendam mu itu langsung hilang.”
Sion
diam, apa benar yang dikatakan alvin ?, apa benar semua ini dilakukannya hanya
karna dendam yang lalu ?, apa ia benar-benar ingin membunuh adik kandungnya ?,
tapi hati kecilnya berkata, kalau ia tidak akan melakukan pembunuhan ini,
meskipun rasa benci itu ada.
“hanya
itu yang ingin kau katakan ?.” alvin mengangguk, “baiklah, sudah saatnya kau
mati.” Kata sion sungguh-sungguh. Alvin memejamkan matanya karna hanya itu yang
ia bisa lakukan. Segenius apapun otaknya, namun kalau sudah begini ia sendiri
tidak bisa melakukan apapun. Tidak untuk melawan ataupun melakukan
pemberontakkan, itu hanya hal percuma.
“heh,
orang genius sepertimu tidak pantas menyerah.” Kata sion, ia belum juga
menggoreskan pisaunya untuk membunuh
alvin. rasa berat dan kata-kata pembrontakkan dari dirinya tidak mampu
membuatnya melakukan itu pada alvin. apalagi alvin adalah adiknya sendiri,
mungkin lebih tepatnya adik kandungnya. tapi rasa benci yang masih saja belum
menguap membuatknya ragu untuk menghentikan semua ini. “lawan saja aku. Aku
tahu kau bisa melawan dan balas membunuhku.”
Alvin
membuka matanya yang tadi tertutup. Ia mendongak menghadap sion yang masih saja
mengacungkan pisau di lehernya. ‘melawan’,
apa yang bisa ia lakukan untuk melawan sion. Sudut pandang mata alvin berubah
menatap tangan sion yang memegang pisau dan mengacungkan pisau tersbut tepat
dilehernya, ditangan yang satunya lagi ada pistol yang kapan saja bisa menembus
kulit tubuhnya.
Tapi Setidaknya
kalau alvin memilih untuk melawan, maka ia akan menerima resikonya. Tidak
melawan pasti mati, tapi kalau melawan ada sedikit peluang untuk selamat,
pikirnya. Otak genius alvin tetap berkerja untuk membuat rencana perlawanan.
‘baiklah’,
alvin menemukan cara. Tapi tetap saja resikonya, mati atau hidup. Semenit
kemudia dia menatap mata sion, mencari titik lemah sion dari sudut matanya. Dan
ketemu, saat mata itu sedikit berkedip, saat itu juga secara bersamaan alvin
memukul tangan kanan sion sampai pisau yang dipegangnya terjatuh dan dalam satu
gerakkan alvin juga menendang tangan kiri sion sampai pistol tersebut juga terjatuh
namu tidak jauh. Dengan langkah seribu, alvin langsung berlari menjauh. Belum
sampai keluar pintu tangan kanan sion sudah mengambil pistol yang hanya jatuh
beberapa cm dari kakinya dan.....
‘DOOOOR’
‘DOOOOR’
‘DOOOOR’
“Arghhhhhh”
^^
sivia mendesah berat, kepalanya pusing sekali karena tak henti-hentinya memikirkan alvin. kekasihnya itu belum kembali juga, sudah hampir satu jam setelah ia dan teman-temannya lolos dari sion. Lalu alvin. alvin belum juga kembali, sivia masih menunggu sampai saat ini, sivia masih percaya pada kata-kata alvin yang menyuruhnya menunggu, alvin pasti pulang, alvin pasti kembali dan sivia pasti akan tetap menunggunya.
sivia mendesah berat, kepalanya pusing sekali karena tak henti-hentinya memikirkan alvin. kekasihnya itu belum kembali juga, sudah hampir satu jam setelah ia dan teman-temannya lolos dari sion. Lalu alvin. alvin belum juga kembali, sivia masih menunggu sampai saat ini, sivia masih percaya pada kata-kata alvin yang menyuruhnya menunggu, alvin pasti pulang, alvin pasti kembali dan sivia pasti akan tetap menunggunya.
“sivia,
kamu sebaiknya istirahat dulu.” Kata ify.
Sivia
menggeleng enggan, “aku mau nunggu alvin.” balasnya.
“aku tau,
tenang saja, alvin pasti pu...”
‘BRAAAAK.’
Pintu
utama rumah sivia tiba-tiba terbuka secara kasar. Sivia dan yang lainnya
langsung terpelonjak kaget. Mereka langsung lari tunggang langgang untuk
memastikan apa yang terjadi didepan.
“ALVIN.”
mereka kaget melihat siapa yang datang dengan bersimbah darah.
“al.”
Panggil sivia.
Sivia
berlari menghampiri alvin, segera dipelukanya tubuh alvin yang sudah lemas tak
berdaya. “ak... aku... p... pulang.” Kata alvin terbata-bata, setelah itu ntah
apa yang terjadi lagi.
Tangis
sivia langsung pecah seketika, dipeluknya semakin erat tubuh alvin. alvin
pulang, tapi bukan sepenuhnya pulang untuk menemani sivia, tapi alvin pulang
untuk kemabali kerumah tuhan. Nafasnya yang tadi terdengar bergemuruh, kini
lenyap bersama jiwanya. Nyatanya peluru yang ditembakan sion tadi berhasil
menembus telak bagian bawah ulu hatinya.
--------------THE
END__________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar