Sabtu, 05 Mei 2012

DENDAM (action story)



(ALVIA STORY CLASIC)



Beri aku sinar… beri aku hujan… beri aku kesempatan… aku ingin bangkit sekali lagi…

“gimana sekarang, gue gak mau ngecewain orangtua gue. Arghhh ! bodoh…” erang rio sambil mengacak-ngacak rambutnya, prustasi. Salah satu di antara mereka mencoba menenangkan, yang lain mulai membereskan lembaran-lembaran hasil ulangan rio yang berserakan di lantai kelas. Tidak banyak angka yg tertulis di sana, beberapanya berkisaran nilai 60 ke bawah. kalau sudah begini, rio lah yang paling prustasi. Padahal beberapa dari mereka juga bernasib sama sepertinya.

bangun loe, sampai kapan loe mau bertingkah di sana. Lagian ini semua salah loe sendiri, loe yang gak pernah menghargai waktu. Gilaran nilai loe anjlok baru loe tau rasa, sudahlah ngapain loe sok-sok’an prustasi seperti itu.” sengit alvin yang baru datang, rio yang terduduk pun langsung mendongak. Laki-laki yang di depannya sekarang selalu membuatnya geram, tapi semua yang di katannya adalah kenyataan yang tidak bisa di tepis lagi.

“al… vin… darimana kamu ? bagaimana hasil semesteranmu ?.” tanya sivia, salah satu dari mereka.

“gak lebih baik dari loe semua.” Singkat alvin, senyum tipisnya terukir sempurna di bibirnya beserta gayanya yang stay cool, yang selalu membuatnya terlihat angkuh.

Semua yang ada di sana langsung menunduk, mereka tau kalimat yang sejak awal di katakan alvin merupakan sindiran telak untuk mereka, bukan hanya untuk rio. Rata-rata dari mereka semua memang tidak pernah menghargai waktu, yang ada di pikiran mereka hanyalah bersenang-senang dan berpoya-poya, jadi tidak heran kalau semua nilai yang tertulis di raport mereka adalah nilai bertinta merah beserta sejuta peringatan dari pihak sekolah.

“haha ! sekarang baru kalian menyesal. BODOH !.”

“heh ! BODOH, nilai loe gak lebih baik dari kami. Loe kira diri loe gak sebusuk apa yang loe katakan.” Sindir Gabriel balik, selama ini baru pertama kalinya satu diantara mereka berani menghujat balik alvin.

“loe selalu merasa bener, loe lihat diri loe. loe bahkan lebih bodoh dari kami.” Cakka ikut-ikutan menyindir alvin, yang di sindir hanya tersenyum tipis tanpa arti.

“loe terlalu angkuh vin, loe gak bisa buktiin kalo loe lebih pinter dari kami.” Kecam agni tidak mau kalah, sudah cukup baginya di hina oleh orang macam alvin. Meskipun berlaku sebagai sahabat, disini alvinlah yang terlihat paling sombong dan tertutup.

“sudah ! apa-apaan kalian ini. Jangan memojokkan alvin seperti itu. kita semua sama !” sivia yang pada awalnya ha ya diam kini kembali berbicara untuk membela kekasihnya.

“cihhh ! sudi apa gue di bilang sama kayak cowok loe itu. gue gk seangkuh dia.” Sengit shilla sambil menunjuk Alvin.

sudah  Jangan di lanjutin lagi. Percuma tau gak debat kayak gini. Loe semua sama –sama sombong, alvin bener kita memang gak pernah ngehargain waktu, nilai-nilai semesternya gak serendah yang kita pikirkan. Di antara kita cuman alvin yang nilainya berata-rata …”

“sudah vi, loe diem aja. Sekarang loe semua jangan banyak bacot. Duduk di tempat masing-masing, sebentar lagi bel bunyi dan test tahunan perkelas akan di mulai.” Titah alvin lagi.

Meskipun tadi sempat terjadi perdebatan sengit, tapi tetap saja tidak ada yang berani mebangkang segala perintah alvin. Bukannya mereka di perintah seperti budak, tapi semua yang di perintahkan alvin adalah hal yang terbaik untuk mereka sendiri. Mereka sadar seangkuh-angkuhnya alvin, tapi tetap saja alvin yang paling berarti di antara sahabat yang lainnya. Aneh ! tapi itu adanya.

‘tettetteeet’ bel masuk berbunyi nyaring, test tahunan perkelas akan segera di mulai. Semua telah duduk siap di bangku masing-masing. mereka yang tadi berdebat  tidak menampilkan seuntai senyuman pun setelah perdebatan tadi. Rio yang sebangku dengan alvin hanya terdiam, ia menyadari kalau alvin selalu membuatnya tersadar akan segala kehilafannya.

Beberapa menit kemudian seorang guru datang, tampang muda dan berwibawa cukup membuatnya terkenal di kalangan para guru, namun tampaknya hanya alvin yang berani membangkang guru tersebut. Bahkan di mata alvin, guru tersebut benar-benar berstatus rendah dengan kepura-puraannya.

“baiklah test tahunan perkelas saya mulai sekarang. kelas ini mendapat test tentang pelajaran biologi, jadi sekarang buka buku paket kalian halaman 43, bab IV, teori protista.” Kata guru yang mengawasi test mereka. “baiklah, saya tidak akan banyak bicara. Begini testnya, Salah satu di antara kalian harus menghafal bab IV dalam jangka waktu 2 jam. kalau satu di antara kalian tidak bisa menghafal satu bab, maka nilai kalian pada semester selanjutnya akan saya pastikan di bawah KKN.” Jelas kembali guru tersebut, semua terperanjat kaget. Tidak satupun yang tau kalau peraturan test tersebut akan berdampak pada nilai mereka pada semester depan. “ya sudah ! waktunya di mulai dari sekarang.”


30 menit,,, 60 memit,,, 90 menit,,, dan 120 menit,,,

‘BRUUUK’ guru muda tersebut menggebrak meja dan berhasil membuat semua murid terperanjat kaget. “baiklah, waktunya habis. Semua buku paket di tutup dan kumpulkan kedepan.” Perintah guru tersebut, semua siswa langsung mengumpulkan buku mereka. Tergambar jelas raut penuh keputus asaan diwajah mereka, bahkan banyak yang terlihat prustasi, dan ujung-ujungnya mereka menyerah pada takdir serta merta menunggu sebuah keajaiban dari TUHAN.

“saya berikan waktu 5 menit untuk kalian, kalau tidak ada yang maju. Maka nilai kalian sudah berada di bawak KKN, seperti peraturan tadi.”

“baiklah sejauh ini tidak ada yang mau maju, saya hitung mundur. 5,4,3,2,sa…”

“saya…” alvin angkat tangan, semua langsung menumpukkan pandangannya kearah alvin. Bahkan cakka, Gabriel, rio, shilla, agni, dan ify, menatap tidak percaya. Sedangkan sivia, hanya tersenyum melihat kekasihnya yang akan segera menjadi penyelamat nilai satu kelas.

“hmmm ! ALVIN JONATHAN, baiklah. Apa kamu yakin ?” tanya guru tersebut meragukan, alvin mengangguk dan menatap sinis guru tersebut.

“hahaha, ternyata kamu berani juga. Baiklah, karna kamu menantang. Saya akan memberi peraturan baru untukmu, bagaimana ?” tanya guru itu lagi, tak mau kalah dengan alvin. Guru tersebut menunjukkan senyum piciknya. Sekarang antara alvin dan gurunya terlihat seperti musuh yang akan segera beradu pengetahuan.

“cihhh ! guru picik model loe gak bakalan bisa ngancurin gue. Siapa takuttt !” tantang alvin, sekarang keangkuhannya semakin menggelora. Tatapan tajam alvin mulai menyiratkan kebencian terhadap guru tersebut. teman-teman satu kelasnya hanya bisa bungkam melihat adegan tersebut, mereka bingung ‘mengapa kebencian terlihat jelas dari alvin dan guru mereka’

“hahaha, kamu memang tidak pernah berubah ALVIN JONATHAN. Kalau kamu tidak hafal bab IV dengan sempurna, maka kamu akan saya keluarkan dari sekolah ini, tapi sebaliknya kalau kamu bisa menghafalnya maka nilai kamu saya pastikan berata-rata 90 di raport semester depan.”

“bawel loe, gue terima semua peraturan yang loe ajuin. Loe bakalan gue permaluin di sini.” Sengit alvin sambil maju ke depan kelas, semua cengo mendengar perdebatan murid dan guru tersebut.

“protista di kelompokkan menjadi 3, yang pertama protozoa, alga, dan mirip jamur……………” alvin menjelaskan semua tentang bab IV.

sempurna. Yah ! semua berjalan lancer, tidak ada satupun kata yang terlewat olehnya, dan semua itu membuat siswa satu kelas cengo. Pikir mereka ‘bagaimana mungkin alvin yang terkenal angkuh dan selalu tertutup akan perolehan nilai ulangannya, bisa menghafal bab IV dengan sempurna ? dan kenyataan yg lebih tidak masuk akal, seorang ALVIN JONATHAN telah menyelamatkan nilai 1 kelas.’

“sempurna !” kata guru tersebut sambil menepuk tangannya, beberapa dari sisawa masih terbengong-bengong dan sebagian ikut bertepuk tangan. “hahaha ! seperti janji saya. Nilaimu semester depan rata-rata Sembilan. Mustahil kan ?”

“apa tampang loe bisa di percaya, heh ! begok.” Kecam alvin lagi, tatapan sinis kembali di layangkannya ke guru tersebut.

“hehe ! lihat saja nanti, Kamu dan teman-temanmu itu tidak akan saya biarkan lolos gitu saja. Ada kejutan baru untukmu.” Sinis guru muda tersebut sambil melangkah pergi, tersirat jelas dendam yang belum tersampaikan dari setiap ucapan guru tersebut. Sementara alvin menatap punggung guru tersebut dengan tatapan tajam dan kemudian berlalu meninggalkan kelas yang sudah mulai gaduh karna sorak-sorai para murid yang meneriakkan kemenangan atas test tahunan ini.


^-^ ^^ ^-^

Alvin berdiri tegap di belakang sekolah, lama tatapannya pertumpuk pada sisa-sisa hujan beberapa menit yang lalu. Dengan begini sedikit kerisauan hatinya mulai terkikis, hanya dengan menatap dunia yang terkhias langit cerah bercamur rintik hujan kecil. Bau tanah basahpun membuat bagian pernapasannya yang tadi sesak, kembali merenggang normal.

“alviiin...” panggil seseorang lembut sambil memeluknya dari belakang. Alvin sedikit melirik dan tersenyum tipis mendapati gadisnnya yang sedang merengkuhnya dalam. Sesuatu kenyamanan yang baru untuk sebuah pelukkan mesra.

“kamu mengagetkanku lagi.” Kata alvin dengan suara dinginnya, gadis yang memeluknya hanya memanyunkan bibirnya, namun masih dengan posisi memeluk alvin dari belakang.

“biar saja, aku tahu sekarang kamu lagi gelisah.” Kata gadis tersebut pelan dan sekarang malah merenggangkan pelukkannya dan berjalan kehadapan alvin.

“kalau kamu sudah tahu, terus mau apa ?”

“ahhh ! alvin jangan berkata dingin padaku.” Rengek gadis tersebut dengan manjanya, alvin tersenyum tipis sambil berkata... “maaf viaku, aku lagi labil.” Kemudian Alvin memegang pipi gadis tersebut yang ternyata adalah sivia.

“baiklah, permintaan maaf diterima. Oh ya ! apa guru tadi mengancammu lagi ?” tanya sivia, alvin mengangguk  pelan. Tatapannya meredup begitu saja seraya tangannya terlepas dari pipi sivia.

“aku selalu disampingmu vin, kita akan melewatinya. Kamu tidak sendiri.” Kata sivia sambil memberi semangat ke alvin, alvin hanya mengangguk dan memeluk tubuh sivia. Perlahan semua tumpah ruah dipunggung gadisnya, air mata alvin menetes begitu saja. Bukannya cengen ! tapi semua memang terasa berat untuk alvin tanggung sendiri.

Tidak ada yang tahu kalau seorang alvin yang terkenal angkuh ternyata dengan mudahnya menangis di hadapan gadisnya, sivia. Peluh alvin pun ikut ambil bagian bersama air matanya untuk membasahi pundak sivia. Aneh ! tapi apa yang di rasakan lebih menyakitkan daripada apa yang terlihat.

“alvin, sudahlah ! semuanya akan baik-baik saja. Lagian siapa suruh jadi orang genius.” Cibir sivia merutuki nasib kekasihnya yang terlahir genius. Bukan tak menerima, tapi kalau kegeniusan membuatnya menderita, maka lebih baik jadi anak biasa yang punya IQ sederhana, namun masih bisa dipakai berfikir. “alvin, ayodong jangan nangis lagi, jangan putus asa seperti ini.”

Alvin merenggangkan pelukkannya dan mencoba menyeka air matanya kasar, “ehhh’ aku kok cengeng gini sih ?.” kata alvin cengengesan, sivia melengos kesal.

“nyadar sekarang...”

“hehehe... yaudah turun yok, kita ngebut ” ajak alvin sambil mengacak rambut sivia. Tampaknya tampa penjelasan panjang, sivia sudah mengerti maksud kekasihnya. Kalau sudah begini, maka artinya hanya satu,,,

^-^ ^-^

Pasangan tergila dari yang lebih gila, sekarang alvin dan sivia sudah berada diparkiran sekolah. Rencananya mereka akan bolos untuk jam terakhir ini. Tampa mereka sadari seseorang menatap mereka dari kejauhan, terlihat dari wajah orang tersebut telah terkhias senyum tipis dengan tatapan tajam. “permainan akan segara dimulai.” Katanya pelan setelah itu orang tersebut menutup jendala ruang atas.

Sementara alvin dan sivia masih menyiapkan mental untuk hal gila yang akan mereka lakukan, sudah terjelas tadi kalau sekarang mereka memang pasangan tergila. “alvin,,, sudah siap ?” tanya sivia basa basi.

“sejak kapan kekasihmu ini tidak siap vi.” Kata alvin dingin, sivia berjalan kehadapan alvin dan menyenderkan telinganya didada alvin. Setelah merasa detakan jantung kekasihnya masih terdengar normal, siviapun kembali keposisi semula.

“dasar kamu ini susah sekali percaya padaku.” Kata alvin sambil memasangkan sivia helm,

“huh ! aku tidak mau yang dulu terulang lagi alvin.”

“hahaha ! iya deh. Yaudah ayo naik.”

Alvin memepersilahkan sivia naik ke atas jok motornya, sebelum memulai sivia mengeratkan pelukkannya pada alvin. Setelah merasa sempurna, alvinpun mengegas motornya dan memasukkan gigi motor, tanpa menunda-nunda waktu alvin langsung menaikkan kecepan motornya dan melaju kearah gerbang sekolah yang masih tertutup rapat tanpa gembok dan yupssss....

Dengan kecepan diatas standar, alvin berhasil menerobos gerbang sekolah. Ini saatnya yang paling gila, sivia mengeratkan pelukkannya, tampak lebih keras dari pelukkan yang sebelumnya, alvin tersenyum nakal menatap kekasihnya yang sudah memejamkan mata namun tidak tidur.

Motor alvin melaju kenjang menerobos ramainya jalanan, dengan konsentrasi penuh yang menumpuk pada satu titik, alvin mulai menambah kecepan motornya dengan bersambut hujan yang kembali turun. Gerakkan motor yang super duper lincah dan meliuk-liuk sempurna diantara beberapa pengendara lainnya, membuat semua pengguna jalan mengucapkan seperangkat kutukkan dan sumpah serapah untuk alvin dan sivia. Hahaha ! tapi lihatlah sepasang kekasih ini, mereka tak peduli apapun, biar saja yang nantinya celaka juga mereka sendiri dan orang yang ikut terlibat. Jikapun terjatuh dan masih sanggup bernafas, toh alvin akan tetap melaksanakan aksinya.


‘CITZZZZZZZZZZZ’

Alvin mengerem motornya, ntah dimana. Mengingat tadi alvin melajukan motornya tanpa arah dan tujuan. Jadi tak heran sekarang motornya juga berhenti ditempat yang ia sendiri tidak tahu.

“via, ayo turun. Sesek nih.” Kata alvin sambil merenggangkan pelukkan sivia.

“eh’hehehe. Udah nyampai ya. Haduhhh ! maaf ya vin.”

“iya-iya, yaudah ayo turun.” Ajak alvin dan merekpun turun dari motor. sivia melihat sekelilingnya, jalanan yang sepi dengan hamparan rumput disamping kiri dan kanannya, serta hutan gelap tepat didepannya. “kita dimana vin ?” tanya sivia, alvin hanya menggelengkan kepala.

“kesasar ini vin.” kata sivia, alvin hanya mengangguk dan menunjukkan senyum polosnya. “haduhhh ! gmana dong kita pulangnya ?” tanya sivia, lagi-lagi alvin hanya menggeleng.

“alviiin, kamu ngebut gk pakek otak ye. IQ tinggi, tapi kok bisa nyasar gini. Dasar genius begok.” Cibir sivia, alvin hanya diam sambil menunjukkan wajah WATADOS. Sivia merengut kesal dan berjalan kebagian kiri jalanan, diikuti oleh alvin dari belakang.

Sejenak mereka terdiam, perlahan alvin meringkuk dan menidurkan dirinya dengan posisi kepalanya disenderkan dipundak sivia. sementara sivia, gadis tersebut hanya merengkuh tubuh alvin, dia tahu kalau sudah begini maka sesuatu akan terjadi, sesuatu yang buruk. “kamu gak papa kan vin ?” tanya sivia, alvin menggeleng.

“sesuatu akan terjadi vi. Sesuatu yang buruk, sesuatu yang akan menimpak kita dan mereka.” Jelas alvin, sivia mengangguk. Lagi-lagi dia paham maksud alvin ini. 3thun merajud cinta membuat sivia tahu luar dan dalam alvin, mulai dari kebiasaan, sifat, bahkan semua tentang alvin.

“tenanglah. Kita akan baik-baik saja.” Kata sivia menenangkan. Mereka berduapun memejamkan mata dan tertidur bersama Dengan posisi duduk, kepala alvin menyender dipundak sivia, kepala sivia ditumpukkan diatas kepala alvin. Beginilah mereka, mereka memang tercipta untuk saling melengkapi, hubungan sempurna dengan karakter yang bertolak belakang.


^-^ ^_^ ^-^


Sivia bangun dari tidurnya, lirikan pertamanya jatuh pada alvin yang masih tertidur disebelahnya. Perlahan sivia mengubah lirikkannya kesekeliling, sivia membelalakkan mata ketika melihat hal yang berbeda sebelum ia tertidur tadi. Hutan ?

“vin bangun... alviiiiin” kata sivia menggoyang-goyangkan sedikit tubuh alvin. Alvinpun terbangun, mengucek-ngucek matanya, melirik ke sivia, mengubah lirikkannya ke sekeliling tempatnya tertidur tadi, dan...

Hutan...

“vi kok kita dihutan ?.” tanya alvin bingung sambil bangun dari duduknya, sivia hanya mengangkat bahu bertanda dia juga tidak tahu, dan sivia ikut bangun mengikuti alvin.

“arghhhh ! vi, kurasa semuanya sudah dimulai.” Kata alvin mencoba menebak keadaan.

“iya vin, aku juga ngerasa gitu. Trus yang lain...”

“hmmm ! i don know.” Cuek alvin sambil berjalan dan mendekat kearah sebuah pohon rindang dan dengan mata terpicing, alvin menyentuh permukaan kulit pohon tersebut. Namun belum saja tersentuh suara teriakkan sivia mengurungkan aksinya.

“aaaaaaaaaa....” teriak sivia dan hilang begitu saja setelh tertrik sesuatu yang kasat mata, alvin menoleh dan mendapati gadisnya sudah tidak ada.

“siviaaa.” Teriak alvin, namun nihil. Sivia tak menjawab. “huh ! gak sanggup.” Keluh alvin setelah itu.


##########sivia p-0-v############


Aku bangun mengikuti alvin, kulihat kekasihku ingin menyentuh kulit pohon besar yang permukaannya telah terukir sebuah kata ‘ALVIA’ dengan bagian tengah kata sudah tersirat garis lurus yang membentang dari huruf A sampai huruf A lagi (ALVIA). tak hanya itu, anehnya lagi ! aku melihat sebuah tetesan darah menetes sempurna dipundak alvin. Untuk memastikkan noda darah tersebut, akupun mencoba untuk menyentuh pundak alvin. Namun belum sempat tanganku menyentuh pundaknya, tubuhku malah terasa ditarik paksa dari belakang dan refleks aku teriak.

“aaaaaaaaaa....” teriakku histeris dan ‘BRUUUK’ tiba-tiba tubuhku terhempas begitu saja di salah satu pohon yang berada tepat di depan sebuah gubuk kecil.

“alviiiin.” Teriakku lagi, berharap kekasihku akan datang untuk menenangkan ketakutanku ini, namun nihil. Alvin tak datang juga, sekarang kami benar-benar terpisah untuk sementara. “huh ! gak sanggup.” Keluhku setelah itu. (bebarengan sama alvin tadi, heheh)

aku kembali bangun, tepat saat sebuah kabut mengepul dihadapanku dan saat itu juga rasanya beberapa hantaman telak mengarah tepat pada lenganku. “arghhhh” aku mengerang kesakitan di saat kakiku terasa disayat benda tajam dan berhasil membuatku terjatuh, aku tak sanggup berdiri lagi. Apalagi kedua tanganku terasa dicekal kuat dan kakikupun terasa di ikat kuat, sangat kuat bahkan. Kabut tak kunjung memudar, aku takut. “alviiiin, bantu aku.”

++++++++++++++++auther _pov_+++++++++++++++++++


Sepeninggal sivia, alvin pun perlahan terus berjalan memutari hutan. Pikirannya melambung tinggi pada nasib  gadisnya yang tiba-tiba menghilang, alvin juga berfikir bahwa disini juga terdapat sahabat-sahabatnya yang lain, seperti gabriel, shilla, cakka, agni, rio, dan ify. Selain itu, alvin juga dapat menebak siapa yang menjadi dalang dibalik semua ini.

‘drrtttttttdrrttttttttdrrttttttttt’
Alvin merogoh saku celananya, dan melihat heran kearah handponenya yang berdering. Matanya terfokus pada sinyal kartunya yang terpampang pada bagian kanan layar. Mungkin kalian tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran alvin sekarang.

Beberapa menit kemudian, alvin melirik kearah gambar surat dilayar tengah handponenya dan menekan pilahan buka pada tombol kanan.

‘from : s*** fu**’
Permainan sudah dimulai ALVIN JONATHAN,
Semua teman-temanmu dalam masalah, termasuk kekasihmu...
Hahaha... :D
Baiklah, ALVIN ! permainan pertama untuk meyelamatkan 2 nyawa...
Selamat menikmati...

Begitulah isi pesan yang dikirim oleh orang berinisial S di PB handpone alvin. “arghhhh... SH*T !” umpat alvin seraya memasukkan hanponenya. sepersekian detik kemudian, alvin melihat kearah tanah yang iya pijak, diatas tanah tersebut telah tergambar kolom dengan ukuran kotak 3X3 dan terdapat angka 5 ditengah kotak.



“patokan angka 5 untuk menyelamat 2 nyawa, permainan angka dengan memasukkan beberapa angka berbeda pada kolom 3X3 yang sudah tersedia, dari angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,  setiap angka yang terpakai harus dapat dijumlahkan sampai menghasilkan angka 15, dengan menjumlahkan beberapa angka yang berbeda, dLam permainan ini kamu tidak diperkenankan memakai angka yang sama,setiap angka yang dijumlahkan baik pada kolom mendatar, menyamping, dan menurun harus menghasilkan angka 15,  sekali pasang angka maka kamu tidak bisa menghapusnya lagi, jika salah masuk berarti 2 nyawa hilang dalam waktu yang bersamaan, sepasang nyawa dari shilla dan gabriel.” Alvin membaca petunjuk pertama yang terpasang di bagian samping kolom.

#Nb : permainan angka ini bisa kalian lihat di bagian bawah cerpen dalam bentuk foto, maaf kalau membingungkan, kalau kalian penasaran silahkan ikuti intruksi yang dibaca alvin. Permainan sederhana untuk mengasah otak.. yaudah ! LANJUT#

Alvin mencoba berfikir untuk memasukkan angka pertama, keringat terus bercucuran deras dari pelipisnya. Salah masuk angka, maka 2 nyawa akan hilang begitu saja, sekarang semua ada ditangan alvin. Perlahan alvin menutup matanya, sampai menit ke 5 alvin sudah siap memasukkan angka-angka yang dipilihnya... “angka 8 dikolom pertama, terus angka 3 dikolom ke2, disambung angka 4.” Kata alvin pelan dan berhasil, hasil 15 untuk ke3 angka (8+3+4=15). Kemudian alvin kembali berfikir untuk angka selanjutnya dibarisan ke2 mendatar. “angka 1 dibawah angka 8, disampingnya sudah terpatok angka 5 yang memang sudah ada sebagai petunjuk awal, dan angka 9 disampingnya.” Alvin kembali memasukkan angka sambil menyeka keringatnya, lagi-lagi hasil 15 untuk deretan kolom ke2 (1+5+9=15). “barisan paaling bawah dari yang terbawah adalah angka 6, dilanjutkan angka 7 dikolom samping, dan terpojok oleh angka 2.” Hasil 15 juga untuk penjumlahan kolom ketiga/kolom terbawah (6+7+2=15),

Ket :::::
#mendatar kolom pertama (8+3+4=15)
#mendatar kolom kedua      (1+5+9=15)
#mendatar kolom ketiga      (6+7+2=15)
#perhatikan angka pertama sampai kebawah, jika dijumlahkan secara menurun juga menghasilkan angka 15 (8+1+6=15)...
Dari Angka 3 sampai kebawah juga menghasilkan angka 15 jika di jumlahkan secara menurun (3+5+7=15),,,
angka 4 kebawah juga menghasilkan angka 15, (4+9+2=15),,, penjumlahan silang juga dapat menghasilkan 15, lihat angka 8 silang kekiri sampai angka 2 (8+5+2=15) dan penjumlahan silang untuk 4 menyilang kekanan sampai angka 6 (4+5+6=15), jadi permainan angka ini akan selalu mengasilkan angka 15 untuk setiap penjumlahan baik kolom yang mendatar, menurun, dan menyilang,...  NGERTI NGGAK SAMA PENJELASANNYA ??? hmmm, YANG NGGAK NGERTI NTAR BISA LIHAT GAMBAR PERMAINANNYA DIBAGIAN BAWAH CERPEN...

yaudah LANJUT !!


“huh !” alvin menghela nafas ringan dan mengunci semua angka yang terpasang dan...

“yesss ! berhasil, 2 nyawa selamat...” girang alvin dan setalah itu alvin kembali berjalan, sampai akhirnya langkahnya terhenti kembali saat keganjilan pada suasana hutan yang sekarang dipijaknya.

Alvin mendekat kembali kearah pohon yang berukuran tanggung, “tiang penyangga...” kata alvin sambil memegang permukaan pohon yang halus. Seteleh itu alvin tersenyum miring, sedikit demi sedkit semua mulai jelas.

“SEMU.” Teriak alvn dan Tiba-tiba hutan berubah menjadi gedung besar, perwujudan asli dari hutan tersebut. Heh ! alvin tersenyum miring, sebuah kata kunci ‘semu’ yang tadi diucapkannya berhasil menunjukkan wujud asli hutan tadi. Ternyata dari awal alvin sudah menebak kalau tempatnya bukan dihutan, melainkan sebuah gedung yang diberi efek 3Dimensi  untuk mengelabui alvin. Kecurigaan alvin pertama, saat sinyal dihandponenya tidak berkurang sedikitpun, kan biasanya kalau dihutan tidak ada sinyal untuk kartu handpone apapun. Kecurigaan kedua muncul saat permainan angka yang terpatok pada angka 5 yang bisa berarti huruf S untuk huruf pertama pada kata ‘S-e-m-u’, terus sisa huruf yang terdapat dari kata ‘semu’ seperti huruf  ‘e-m-u’ terkhias jelas pada setiap tanda yang ada pada pohon-pohon yang alvin lalui, dan terbukti, kata ‘semu’ adalah kunci utama untuk mengembalikkan wujud hutan ke wujud gedung. Hehehe ! alvin pinteeeer.... (yang gak ngerti... sabarr #plak...)

Setelah mengerti jalan permainan yang dibuat oleh si biang keroknya, alvinpun kembali mencari teman-temannya, termasuk gadisnya si sivia. Tinggal 5 nyawa untuk permainan ini. Huh ! alvin kembali berjalan karna sekarang yang dilewati alvin adalah lorong-lorong gedung, jadi alvin lebih mudah untuk melanjutkan permainan...

‘drttttdrttttdrtttt’
Alvin merogoh saku celananya lagi, biasanya setelah permainan pertama berhasil pasti akan ada petunjuk untur permainan selanjutnya, dan betul saja...

‘from : s*** fu**’
Hahaha...
Kamu memang tidak pernah berubah ALVIN JONATHAN...
Permainan pertama berhasil dan lihatlah lebih dekat untuk permainan selanjutnya...
15 menit untuk 2 nyawa dalam permainan ini...
Rasakan...
Pahami,,,
Pikirkan...

Ahhh ! alvin menaruh kembali handponenya, kemudian mengacak-acak rambutnya seperti orang prustasi. Hal yang tidak disukai akan segera menghampirinya saat ini.

Bukannya pertindakan putus asa atau menyerah, perlahan alvin duduk menyender didinding tembok, matanya kian terpejam. meski sejenak namun alvin mencoba untuk menenangkan perasaan serta otaknya, jauh dibenaknya kata terakhir dalam sms tadi terus berkelebat... ‘Rasakan... Pahami,,, Pikirkan...’.

“arghhhh !” alvin berteriak kencang, setelah itu dia  mencoba berfikir untuk 3 kata petunjuk tersebut (‘Rasakan... Pahami,,, Pikirkan...’).  sedetik kemudian alvin mendongak dan melihat setiap pojok gedung ini, bukan melihat tapi lebih tepatnya melirik setias pojok gedung, hingga alvin tahu apa yang harus dilakukan, meskipun melenceng dari permainan selanjutnya dan mempunyai resiko berat untuk melakukannya. Tapi mungkin ini akan menjadi jalan keluar terbaik selama tidak ada yang tahu.

“rasakan...” alvin berdiri dan kembali memejamkan matanya. “pahami...” alvin mundur dan menyenderkan punggungnya ditembok, lebih mendesak. Setelah itu tatapannya mengarah tajam kearah benda yang berada di langit-langit pojok gedung. “pikirkan...” dan...

Yupsss,,, alvin meloncat tinggi untuk merusak pengintaian dengan media CCTV pertama, kemudian tendangan telak untuk arah bidik CCTV kedua, dan yang terakhir sebuah hantaman untuk CCTV ketiga...

“heh ! semua akan berakhir.” Alvin tersenyum miring untuk langkah peratama kemenangannya, alvin menghancurkan 3 CCTV untuk mengelabui orang yang menjadi dalang semuanya kaerna dengan hancurnya 3 CCTV itu maka orang tersebut tidak akan tahu apa yang akan dilakukan alvin untuk langkah selanjutnya...



--------------^^ ^-^ ^^-------------

“grrrrr ! sh*t...” umpat seseorang sampil menedang monitor CCTV yg sedari tadi dipandangnya. “alvin, kau memang terlalu pintar. Tapi ini belum berakhir, lihat saja nanti.” Kata orang tersebut, perlahan kakinya melangkah kearah beberapa orang yang menjadi tawanannya.

“sivia Azizah” katanya sambil memandang wajah cantik sivia yang tengah pingsan dengan posisi kaki dan tangan terikat.

“heh ! ALVIN JONATHAN, mati ditanganku atau memilih melihat kekasihmu mati dihadapanmu.” Kata orang tersebut, lagi. Ia kemudian tersenyum tipis sambil menggeret tubuh sivia, ntah kemana.

-----------^^-^^-^^----------------

Alvin berjongkok sambil mendekatkan kupingnya kelantai. Perlahan ia mencoba merasakan dan memahami semua yang ada digedung ini melalui media gema suara, perantara permukaan tempat berpijak  sesorang akan memberikan sinyal getar suara atau sinyal tanpa perantara atau lebih tepatnya gelombang longitudinal dan gelombang tranversal. Sehingga alvin sendiri dapat mengetahiu tempat yang masih mempunyai kehidupan aktiv dari aktifitas manusia yang dicari,

“di sini masih ada kehidupan” kata alvin setelah terbangun dari aksi menempelkan kupingnya kelantai, setelah itu alvin kembali mendekatkan kupingnya di tembok tebal yang menjadi pembatas ruang. “dinding kedap suara dengan berlapiskan cat untuk mengelabui.” Kata alvin lagi, kali ini ia terdengar berdecak. Pantas saja teriakkan sivia tidak bisa didengar olehnya.

Cahaya mereh yang berbentuk gari-garis tipis tampak didepan alvin, ini jebakan yang akan dilalui alvin sekarang. alvin mengambil ancang-ancang untuk menerjang jebakan selnjutnya. Ia berlari kencang melewati cahaya merah yang berbentuk garis-garis tipis tanpa celah kosong, cahayatersebut adalah laser merah yang tidak kasat mata.

‘BRUUUUK’ tanpa mengerem laju larinya, alvin langsung mendobrak pintu yang didepannya tadi terpasang banyak jebakkan cahaya laser tipis.

“sioon” teriak alvin saat melihat adegan dibalik pint yang baru saja didobraknya. Seorang laki-laki yang cukup dikenalnya kini sedang menodongkan pisau tepat dibagian leher sivia. Laki-laki yang tadi disebut namanya, hanya tersenyum tipis.

“hahaha ! tarnyata anak genius sudah datang ya ?” kata laki-laki yang dipanggil sion tadi. Sion adalah  laki-laki yang sama dengan laki-laki yang beberap jam lalu berperan sebagai guru yang menantangnnya tadi pagi.

“LEPASKAN SIVIA, Dia tidak ada urusan denganmu, dia tidak tahu apa-apa !”

“hahaha ! alvin, alvin, saya tahu dia tidak ikut campur dalam masalah kita. Tapi aku tahu dia adalah kelemahanmu,” kata sion sambil menampikkan senyum tipsinya, tampak menyeramkan.

“jangan bawa-bawa orang lain yon. LEPASKAN SIVIA, SEKARAAANG !”

“lepaskan sivia ? heh, bagimana kalau aku membunuh sivia ? atau kau bisa menukarkannya dengan nyawamu sendiri.” Kata sion sambil megajukkan penawaran untuk alvin.

Sementara itu rio, shilla, ify, cakka, agni, dan gabriel, masih asik mencoba melepaskan diri masing-masing. Cukup terdengar oleh mereka, penawaran yang diajukkan guru laki-laki tersebut untuk sahabatnya. Tidak butuh waktu lama, Satu dari mereka berhasil terlepas dari pengikatnya. Setelah itu, dia melepaskan pengikat lain yang mengikat tangan dan kaki teman-temannya.

“ALVIIIIN” teriak mereka bersmaan sambil berlari memasuki ruangan yang terdapat  dua sahabat mereka, (alvin-sivia).


Mengenaskan, sekarang semua berubah 90%. Sivia yang tadi terbekap oleh pisau kini terlihat sedang menangis histeris, sementara alvin sekarang malah menggantikan posisinya setelah beberapa menit lalu dia memilih menukar sivia dengan nyawanya sendiri.

“alviiin...” lirih sivia, yang dipanggil hanya tersenyum miris. Wajah pasrah terlihat mengiringi setiap ketulusan pengorbanannya untuk kekasih dan sahabat-sahabatnya yang lain.

“kalian semua, pergiii sekarang atau saya akan membunuh alvin tepat dihadapan kalian.” Kata sion masih dengan pisau yang diacungkannya pada alvin. Namun, mereka yang diancam tetap bertahan dengan posisi masing-masing. Mana ada sahabat yang akan rela meninggalkan sahabatnya sendiri yang nyawanya terancam. Lebih baik mati bersama, daripada hidup dengan gelar pecundang. Setidaknya itulah yang pantas disebut sahabat, selalu ada disaat suasana apapun. Seorang sahabat tidak akan bisa bergeming sedikitpun dari langkah sahabatnya sendiri. 

“pergilahhh ! tunggu aku pulang.”kata alvin ditengah nafas yang mulai tersenggal-senggal. Mereka yang disana menatap alvin dengan tatapan melas, namun alvin kemabali tersenyum untuk mengisyaratkan kalau ‘semuanya akan baik-baik saja.’

Perlahan mereka mulai bergemiing, Ntah dibumbui apa ucapan tersebut hingga membuat mereka berani bergeming. Mereka seakan percaya dengan ucapan alvin, 3thun bersahabat membuat mereka mempercai alvin. Bahkana tidak ada yang pernah membangkang perintahnya selama ini. Alvin memang selalu mampu meyakinkan mereka, meskipun keangkuhanya selalu membawa kesal luar biasa.


=========!!!^^-^^!!!=========

“baiklah, kamu bisa membunuhku sekarang yon.” Kata alvin pelan.

Setetes darah jatuh dari leher alvin, namun itu masih dalam bentuk goresan tipis. Alvin tersenyum miris, beberapa menit yang lalu ia sudah pasrah dengan semua yang akan terjadi setelah ini. Dendam tetaplah dendam ! kalimat yang sekarang menjadi gambaran kenapa semua ini terjadi.

“tanpa disuruh, aku juga akan membunuhmu sekarang.” Kata sion. “sebelum kamu mati, apa ada kata terakhir yang akan kau ucapkan sekarang ?.”

“aku hanya ingin mengatakan selamat untuk kemenanganmu. Kau kakak yang hebat untukku, aku berharap bertemu denganmu dineraka.” Alvin tersenyum tipis, kata-kata yang tadi ia lontarkan sungguh diluar keinginannya.”aku harap setelah membunuhku, dendam mu itu langsung hilang.”

Sion diam, apa benar yang dikatakan alvin ?, apa benar semua ini dilakukannya hanya karna dendam yang lalu ?, apa ia benar-benar ingin membunuh adik kandungnya ?, tapi hati kecilnya berkata, kalau ia tidak akan melakukan pembunuhan ini, meskipun rasa benci itu ada.

“hanya itu yang ingin kau katakan ?.” alvin mengangguk, “baiklah, sudah saatnya kau mati.” Kata sion sungguh-sungguh. Alvin memejamkan matanya karna hanya itu yang ia bisa lakukan. Segenius apapun otaknya, namun kalau sudah begini ia sendiri tidak bisa melakukan apapun. Tidak untuk melawan ataupun melakukan pemberontakkan, itu hanya hal percuma.

“heh, orang genius sepertimu tidak pantas menyerah.” Kata sion, ia belum juga menggoreskan pisaunya  untuk membunuh alvin. rasa berat dan kata-kata pembrontakkan dari dirinya tidak mampu membuatnya melakukan itu pada alvin. apalagi alvin adalah adiknya sendiri, mungkin lebih tepatnya adik kandungnya. tapi rasa benci yang masih saja belum menguap membuatknya ragu untuk menghentikan semua ini. “lawan saja aku. Aku tahu kau bisa melawan dan balas membunuhku.”

Alvin membuka matanya yang tadi tertutup. Ia mendongak menghadap sion yang masih saja mengacungkan pisau di lehernya. ‘melawan’, apa yang bisa ia lakukan untuk melawan sion. Sudut pandang mata alvin berubah menatap tangan sion yang memegang pisau dan mengacungkan pisau tersbut tepat dilehernya, ditangan yang satunya lagi ada pistol yang kapan saja bisa menembus kulit tubuhnya.

Tapi Setidaknya kalau alvin memilih untuk melawan, maka ia akan menerima resikonya. Tidak melawan pasti mati, tapi kalau melawan ada sedikit peluang untuk selamat, pikirnya. Otak genius alvin tetap berkerja untuk membuat rencana perlawanan.

‘baiklah’, alvin menemukan cara. Tapi tetap saja resikonya, mati atau hidup. Semenit kemudia dia menatap mata sion, mencari titik lemah sion dari sudut matanya. Dan ketemu, saat mata itu sedikit berkedip, saat itu juga secara bersamaan alvin memukul tangan kanan sion sampai pisau yang dipegangnya terjatuh dan dalam satu gerakkan alvin juga menendang tangan kiri sion sampai pistol tersebut juga terjatuh namu tidak jauh. Dengan langkah seribu, alvin langsung berlari menjauh. Belum sampai keluar pintu tangan kanan sion sudah mengambil pistol yang hanya jatuh beberapa cm dari kakinya dan.....

‘DOOOOR’
‘DOOOOR’
“Arghhhhhh”

^^

sivia mendesah berat, kepalanya pusing sekali karena tak henti-hentinya memikirkan alvin. kekasihnya itu belum kembali juga, sudah hampir satu jam setelah ia dan teman-temannya lolos dari sion. Lalu alvin. alvin belum juga kembali, sivia masih menunggu sampai saat ini, sivia masih percaya pada kata-kata alvin yang menyuruhnya menunggu, alvin pasti pulang, alvin pasti kembali dan sivia pasti akan tetap menunggunya.

“sivia, kamu sebaiknya istirahat dulu.” Kata ify.

Sivia menggeleng enggan, “aku mau nunggu alvin.” balasnya.

“aku tau, tenang saja, alvin pasti pu...”

‘BRAAAAK.’

Pintu utama rumah sivia tiba-tiba terbuka secara kasar. Sivia dan yang lainnya langsung terpelonjak kaget. Mereka langsung lari tunggang langgang untuk memastikan apa yang terjadi didepan.

“ALVIN.” mereka kaget melihat siapa yang datang dengan bersimbah darah.

“al.” Panggil sivia.

Sivia berlari menghampiri alvin, segera dipelukanya tubuh alvin yang sudah lemas tak berdaya. “ak... aku... p... pulang.” Kata alvin terbata-bata, setelah itu ntah apa yang terjadi lagi.

Tangis sivia langsung pecah seketika, dipeluknya semakin erat tubuh alvin. alvin pulang, tapi bukan sepenuhnya pulang untuk menemani sivia, tapi alvin pulang untuk kemabali kerumah tuhan. Nafasnya yang tadi terdengar bergemuruh, kini lenyap bersama jiwanya. Nyatanya peluru yang ditembakan sion tadi berhasil menembus telak bagian bawah ulu hatinya.


--------------THE END__________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar