Jumat, 09 November 2012

Bagaimana Bisa ? #part2


Rio menepis kasar tangan ify, mendorong ify agar menjauh dari dekatnya. “apa-apaan sih loe.” Marah rio sambil menunjuk-nunjuk wajah ify.
“biasa aja kali mas.” Ify menepis jari telunjuk rio dari hadapannya. “lagian elo sih yang duluan maksa-maksa sivia.”
Tak terima disalahkan, rio langsung mendorong ify ketembok pembatas sekolah dengan jalanan. Mencekal ruang gerak ify dengan menghimpit tubuh ify diantara dua tangannya dan langsung membuat ify merasa terpojok. “loe mau berurusan sama gue, hahaha. Gak salah tuh niat.”
Ify menelan ludah, mengumpulkan beberapa keberaniannya yang tadi sempat memudar karna mendapat perlakuan yang spontan dari pemuda hitam manis dihadapannya ini. “minggir loe, gue gak salah. Gue mau berurusan sama loe kek, sama siapapun, itu urusan gue. BUKAN URUSAN LO.” Ify mendorong tubuh rio, namun sia-sia karna rio tak sedikitpun bergeming dari hadapannya.
“haha, baiklah. Loe yang mulai, jangan salahin gue kalau loe dapet masalah.” Sinis rio sambil berbalik dan meninggalkan ify.
“GUE GAK TAKUT, GUE TERIMA TANTANGAN LOE.” Teriak ify agar rio dapat mendengarnya. Tapi walaupun rio mendengar  teriakkannya, pemuda itu tetap mengacuhkannya.
Tak dapat dipungkiri lagi, ancaman rio tadi cukup untuk memusnahkan benteng pertahanan ify dan membuat ify merasakan ketakutan. Bagaimana bisa seorang rio bisa membuat pondasinya yang kuat kini kian meroboh, membuat ify membutuhkan pondasi yang lain dari alvin. sekarang ify butuh alvin, ia ingin bercerita kepada alvin. pasti alvin mempunyai cara tersendiri untuk menenangkan hatinya yang mendadak gelisah.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Matahari kembali menjelmakan sinarnya menjadi sinar rembulan. Keheningan kembali melanda disekeliling kamarnya hingga suara anginpun dapat terdengar dari celah-celah jendela yang masih terbuka lebar. Ia benci suasana yang hening seperti ini, apalagi kelengangan yang tercipta dari gelap gulita kamarnya sendiri. Tak ada cahaya lampu atau cahaya penerang selain cahaya-cahaya yang keluar dari pentilas-pentilasi kamarnya, cahaya dari celah-celah pintu, cahaya rembulan, serta cahaya Hpnya yang beberapa menit sekali menyala. Namun Beberapa cahaya tersebut Lantas tak dapat mengusik keRemang-remangan sudut dan sisi-sisi gelap kamarnya, serta tetap tak bisa mengusik kesepian yang selalu menyergap hatinya.
‘tap, tap, tap.’ Akhirnya suasana yang mencekam itu terusik juga. Suara dari arah jendela membuatnya  menyadari kehadiran sahabatnya, ia tersenyum senang lantas berdiri dan menghampiri sahabatnya tersebut. “bagaimana  keadaan loe ?.” pertanyaan yang tak pernah absen jika si pemilik suara bertandang kekamar ini. sementara si empunya kamar hanya tersenyum sambil meraba wajah sahabatnya.
“ayo pergi, papa sama mama kangen sama loe. gue juga mau cerita banyak soal kejadian tadi pagi disekolah.” Ajak suara tersebut. Suara yang nyatanya adalah milik ify. Alvin yang merupakan si empunya kamar hanya mengangguk. Dan merekapun keluar kamar gelap tersebut melewati jendela yang masih saja terbuka, jendela yang sedari dulu menjadi saksi bagaimana dua sahabat tersebut selalu kabur jiika malam mendera dan saksi ditengah malam bagaimana cara pemiliknya kembali lagi.

“alviiiin.” Panggilan itu menyambut mereka ketika sampai didepan rumah ify. Diberanda rumah telah duduk anteng seorang pria dan wanita muda yang umurnya berkisar 35 thn keatas.
“papa, mama, alvin kangen.” Manjanya sambil memeluk dua tubuh kekar tersebut. Ify yang melihat pemandangan tersebut hanya tersenyum haru, pemandangan yang sudah berlangsung sejak beberapa tahun silam.
“udahdeh, pelukannya. Manja banget sih loe vin.” Kesal ify sambil ikut duduk disebelah mama dan papanya.
“yeeee, sirik loe. Gue kan kangen sama om dan tante.” Alvin menoyor kepala ify.
“alviiiiin, jangan panggil om, tante dong. Panggil mama, papa aja.” Pria yang dipanggil papa tadi pura-pura marah sambbil menjewer telinga alvin cukup keras.
“hehehe, iya pa. Ampun deh, alvin minta maaf. Tadi alvin khilaf.” Alvin meringis sambil memegang telinganya yang merah karna jeweran papa ify.
“haha, rasain loe. Emang enak dijewer.” Ejek ify, lidahnya dikeluarkan dan kedua tangannya mengacak rambut alvin, gemes.
“mama, kak ify nakal.” Manjanya lagi, kali ini ia merengek meminta pembelaan dari mama ify yang sudah dianggapnya sebagai mamanya sendiri.
“hahahaha.” Mereka tertawa bersamaan melihat tingkah alvin.
beginilah malam mereka sepanjang tahun, membagi sedikit tawa pada pemuda yang mereka temukan dulu, pemuda yang tanpa sadar telah menjelma menjadi salah satu dari bagian yang berarti dalam hidup mereka.

Ify bercerita tentang apa yang terjadi dengan dirinya dan rio. Kedua orang tuanya sudah masuk duluan dan membiarkan alvin dan ify berbicara berdua diberanda. Terdengar jelas nada ketakutan dari suara ify yang sedari tadi bercerita dengan alvin. “loe jangan takut fy, gue selalu ada disamping loe. Gue gak akan biarin loe kenapa-napa, gue janji.” Alvin memeluk ify sangat erat, mencoba memberi ketenangan untuk gadis yang 8bulan lebih tua darinya ini.
“makasih vin, gue pegang janji loe.” Alvin merenggangkan pelukannya dan menatap ify untuk mempercayai apapun yang ia katakan.
“percaya sama gue, gue janji.” Alvin mencubit hidung ify seraya tertawa riang.

**********************************************************************************

                Jejak-jejak langkahnya tak lagi dapat berpacu pelan, waktu kembali menuntutnya untuk menembus jalanan menuju sekolahnya. Jam kini menunjukkan pukul yang tak memungkinkannya untuk bisa datang tepat waktu. Kilah-kilah cahaya seakan menuntutnya untuk menyambut hari pertamanya datang terlamabat, sementara Dari tepi timur mentari sudah menebarkan tawa mengejek melalui cahanya yang kian menerang.
‘hoshoshosh’ deru nafasnya memburu seraya memandang hampa kearah gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Tau akan percuma memaksa satpam untuk  membuka pintu gerbang, ia berbalik dan melangkah gontai menjauhi sekolahnya. Ntah kemana lagi langkah itu akan  menuntutnya, ia tak mungkin berjalan pulang, nanti bisa-bisa kena omelan lagi. Untuknya sudah cukup tadi pagi amarah mamanya menyambut lelap tidurnya, apalagi amarah mamanya mengandung hinaan-hinaan yang sangat, hmmm ! hinaan yang sangat atau cukup membuat hatinya terluka.
“alvin.” langkahnya terhenti ketika mendengar suara lain memanggilnya.
“eh, kok loe ada disini ?.” tanyanya tak percaya.
“hehe, biasa aja kali vin. Gue tadi telat dateng, niatnya mau pulang sih, tapi karna ngeliat loe ya jadi nyamperin deh.” Adu sivia, gadis yang tadi menyapanya. “terus, loe sendiri kok bisa ada disisni ?.” tanya sivia balik.
“gue juga telat.” Alvin kembali berbalik dan berjalan meninggalkan sivia yang masih mengangguk-angguk. “eh, loe mau kemana ?.”
“mau ngikut loe lah, kenapa ? gak boleh ?.”
“hhh, terserah loe aja sih.” Gumam alvin dan kembali mengacuhkan sivia.

Alvin dan sivia terus berjalan dalam diam, tak tau kemana lagi langkah-langkah itu  akan  membawa mereka pergi. “loe mau kemana sih vin ?.” tanya sivia sedikit kesal.
“gak tau.” Jawab alvin enteng, setelah itu ia kembali  diam.
Beberapa menit dari jawaban tadi, alvin namapak memikirkan tempat yang sudah jarang ia  kunjungi, tempat yang bisa ia datangi. “gue tau kita harus kemana.” Seru alvin girang.
Alvin menarik tangan sivia, membawa gadis itu berlari kearah matahari terbenam. Sesekali ia menoleh dan tersenyum melihat wajah sivia yang ikut berlari dibelakanganya. “loe harus liat tempatnya vi, gue yakin loe suka.” Kata alvin disela langkahnya yang semakin cepat.
Lorong gelap dan memanjang terlihat didepan mereka, alvin dan sivia mengubah kecepan langkahnya menjadi lebih pelan dan tak lagi terkesan berlari. “loe mau bawa gue kemana vin, gelap banget.” Nada ketakutan terdengar dari setiap kata yang keluar dari mulut sivia.
Alvin diam sebentar dan tersenyum hangat kearah sivia. “loe tenang aja vi, gue gak akan macem-macem. Gue janji akan ngelindungin loe, selama loe ada disamping gue.” Kalimat itu meluncur pelan dari mulut alvin, seketika membuat perasaan sivia menjadi lebih tenang.
Sivia menggenggam tangan alvin lebih erat dari genggaman sebelumnya. Ada rasa nyaman yang melingkupi ruang geraknya, Rasa nyaman yang selalu muncul ketika ia bersama alvin.
Ternyata ujung lorong yang bercahaya menjadi tujuan utama mereka, cahaya yang mungkin letaknya masih beberapa centi dari mereka. “nah ! bentar lagi kita sampai, gue yakin pasti loe suka banget sama tempatnya.” Kata alvin membuka ruang percakapan yang sedari tadi menyepi dan hanya beriring suara langkah kaki.
“emang tempat apaan sih vin. Seneng banget deh kayaknya.”
“tempat rahasia yang gue temuin sendiri.”
“tempat rahasia kok bilang-bilang.”
alvin terekekeh mendengar ucapan sivia, lantas berkata kembali. “haha, rahasia untuk umum, tapi tempat terbuka untuk orang-orang yang gue sayang.” Katanya lagi.
Sivia terpelonjak, merasa senang kalau dirinya termasuk dalam daftar orang-orang yang disayangi alvin. “berarti loe juga sayang sama gue dong.” Tanyanya sivia jahil.
“hmm, gimana ya ? gue pikir-pikir dulu deh.” Balas alvin jahil. Hal itu cukup membuat mulut sivia maju, menunjukkan kalau dia tak terima dengan kata jahil dari alvin tadi. “hehe, udah gak usah ngambek. Loe pikir aja sendiri.” Kata alvin, tangan kirinya yang menjuntai kini mengacak-acak rambut sivia.

“huaaaa, keren banget vin.” Takjub sivia setelah melihat pemandangan dibalik cahaya yang tadi hanya berupa titik kecil. “sumpah, gue suka banget.”
“hehe, iya dong. Siapa dulu yang nemuin, alviiin.” Kata alvin bangga.
“ckckck, gitu aja bangga.” Cibir sivia sambil menoyor kepala alvin. “Gue juga bisa nemuin tempat yang sebagus ini. wleeek :p.”
“gak mungkin, kalau dijakarta cuman tempat ini yang paling bagus menurut gue.”
“halaaaah, ntar kapan-kapan kalau gue nemuin tempet yang bagus bakalan gue tunjukin deh ke elo.”
“iye, gue pegang dah omongan loe vi.”
Mereka terdiam setelah pembicaraan singkat tersebut. Baik alvin maupun sivia tampaknya tak ingin mengusik suasana hangat yang terjalin dalam diam ini. tanpa sepengetahuan siapapun kedua tangan mereka masih saja bergenggaman, tidak ada dari mereka yang rela melepaskan genggaman tersebut, mereka masih mau mersakan sensasi kehangatan lebih lama.
“alvin, mmm.” Sapa sivia ragu. “kenapa loe ngajak gue kesini ?.” tanya sivia dengan wajah serius.
Alvin tersenyum pedih mendengar jawaban sivia, ia sendiri merasa bodoh untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kalau boleh jujur, alvin sendiri tidak tahu mengapa dia mengajak sivia kesini, atau bahkan kenapa nalurinya membawanya ketempat ini lagi, padahal hampir satu tahun alvin tidak pernah mendatangi tempat ini.
“loe lagi sedih ya, vin ?.” tanya sivia lagi tanpa menunggu pertanyaan sebelumnya untuk dijawab oleh alvin.
“hahahaha.” Alvin hanya tertawa hambar, dadanya tiba-tiba sesak begitu mendengar pertanyaan kedua yang diajukan oleh sivia. “gue gak pernah sedih, vi.” lirih alvin.
Sivia menelan ludah ketika melihat ekspresi alvin yang tiba-tiba berubah dingin. Apa yang dikatakan alvin tadi tak begitu masuk kelogikanya, ‘gue gak pernah sedih’ kalimat itu seakan menjadi suatu kesalahan yang sangat menyimpang dari kenyataan. Tidak mungkin ada manusia yang tidak pernah merasakan kesedihan, apalagi kesedihan adalah hal yang sangat lazim bagi setiap individu.
Kesedihan jelas terpeta diwajah alvin. sivia tahu itu karna wajah itu tiba-tiba mengeras dan meredupkan pesona yang selalu ditawarkan alvin untuknya. “bohong, gue tau loe bohong vin. Jelas-jelas loe bawa gue kesini karna loe lagi sedih dan butuh temen untuk berbagi. Iya kan ?.”
Alvin menoleh dan tersenyum seperti awal mereka berada disini, senyuman yang lebiih menyejukan hati siapapun yang melihatnya. “gue gak pernah sedih, vi. kesedihan gue cuman saat gue harus kehilangan orang yang sangat berarti bagi gue dan hidup gue.” Ucapnya tegar.
“apa kesedihan loe juga berlaku untuk gue ?.” tanya sivia pelan. Ntah dari mana keberaniannya untuk mengajukan pertanyaan yang, hmmm ! pertanyaan yang bisa dibilang pertanyaan bodoh untuk siapapun yang mendengaranya.
Alvin kembali diam, menjawab hanya dengan anggukan kecil. “tergantung loe-nya ke-gue. Kalau loe bersedia jadi salah satu orang yang berarti di hidup gue, ya gue pastiin kalau kesedihan itu juga berlaku untuk loe.” Balas alvin sambil menepuk-nepuk pipi sivia.
Kalimat yang dikatakan alvin tadi seperti menyimpan sebuah penawaran untuk sivia. Kebahagiaan tiada tara memenuhi hatinya, jika kalimat itu beneran tawaran alvin untuknya, maka dengan gerakkan cepat sivia akan mengangguk pasti.
 Sivia mau menjadi sesuatu yang berharga untuk alvin, sivia mau menjadi bagian kesedihan alvin jika dia pergi nanti. “bagaimana, loe mau gak ?.” tanya alvin. sivia yang baru saja berandai-andai langsung terkesiap mendengar kalimat alvin yang benar-benar menjadi sebuah penawaran.
“g... gue... mau vin.” Kata sivia tanpa ragu. “jadi sekarang kita...”
“iya, mulai sekarang kita pacaran.” Potong alvin. “loe jadi bagian hidup gue dan gue udah jadi bagian hidup loe.”
Sivia mengangguk lagi, air mata harunya menetes begitu saja. Segera ia memeluk tubuh alvin dan menumpahkan kebahagiaannya disana. Rasa tak percaya menguap saat pelukkan itu akhirnya terbalaskan juga. Sivia tak percaya kalau alvin, orang yang beberapa minggu lalu dikenalnya melalui tabrakan tak disengaja kini menjadi kekasihnya.
“sivia, jangan kecewain gue ya.” Pinta alvin parau. Sebuah Permintaan pertamanya untuk kekasih barunya, sivia.
“iya vin, gue gak akan ngecewain loe. Loe juga jangan kecewain gue ya.” Alvin mengangguk, mengiyakan permintaan sivia yang sama dengan permintaannya yang tadi. “janji”
Alvin merenggangkan pelukan sivia, mengajungkan kelingkingnya tepat beberapa centi dari wajah sivia. “janji.” Sivia mengaitkan kelingkingnya dikelingking alvvin dan tersenyum semanis mungkin untuk kekasih barunya.

****

Dari kejauhan rio melihat ify yang sedang duduk bersandar bawah pohon, selintas ide jahilnya untuk mengerjai ify langsung muncul. “mampus loe sekarang.” gumam rio sambil berjalan mendekati ify.
“woiiiii, loe dicari noh sama si cakka.”  Ify mendongak dan menatap tajam kearah rio yang berdiri tepat didepannya.
“yang sopan dikit dong, gue kakak kelas loe.” Sinis ify.
“suka-suka gue dong, loe mau guru kek, kakak kelas kek, emang gue pikirin. Udah sono, keburu lama si cakka nunggu loe.” Kata rio nyolot.
“emangnya mau ngapain si cakka nyari gue ? loe bohong ya ?.” selidik ify yang mulai menaruh curiga kalau-kalau si rio ngebohongin dia.
“ah, banyak bacot loe fy. Tadi si cakka bilang ada pertemuan mendadak buat senior ekschool jurnalistik.” Bohong rio lagi. Ify mengangguk dan segera bangkit dari tempat duduknya. “awas aja kalau loe bohongin gue.” Ancam ify dan berjalan meninggalkan rio.
Setelah ify berjalan keruang jurnalis, ternyata rio mengikutinya dari belakang. Begitu sampai diruang jurnalis ify mendekat kearah cakka yang sibuk melihat sterofom yang memajang konsep tentang rencana mading bulan ini. “cakka.” Panggil ify.
Cakka berbalik ketika mendengar namanya dipanggil. “apa fy ?.” tanyanya.
“katanya loe, ma...”
‘CUUUP’
Sebelum ify menyelesaikan kata-katanya, seseorang mendorong ify dari belakan dan membuat ify terdorong kedepan hingga akhirnya bibir ify mendarat mulus dipipi cakka. Tinggi ify dan cakka yang hanya berbeda sedikit membuat rencana rio berhasil.
“hahahaha. Rasain loe.” Tawa rio meledak melihat ify mencium cakka, belom lagi kemunculan agni –pacar cakka- yang tiba-tiba dan melihat adegan cium pipi  itu semakin membuat rencana rio semakin berjalan sempurna. Setelah tertawa puas, rio langsung lari meninggalkan ruangan tersebut sebelum ada yang memergokinya.
“s... sorry.” Kata ify sambil menjauhkan wajahnya dari wajah cakka.
“ify, loe...” agni mendekat dan hampir menampar ify sebelum sebuah tangan menahan tangan agni yang sudah semakin dekat dengan pipi ify.
“ini salah paham ag, gak kayak yang loe lihat.” Kata orang tersebut, agni yang terkejut langsung menoleh dan melihat alvin dibelakangnya. “ify gak mungkin cium cakka sembarangan, apalagi ify tahu kalau cakka pacar loe.”
Ify yang tadi ketakutan langsung berlari dan bersembunyi dibalik punggung alvin. “g... gue didorong vin.” Adu ify.
“iya fy, gue tau. Gue lihat kok.” Kata alvin menenangkan ify. “kalau loe gak percaya, loe bisa lihat CCTV diruangan ini.” kata alvin ke agni, tangannya menunjuk pintu ruangan yang berada dinding bagian barat ruang jurnal.

^^
“thanks al, loe emang pahlawan gue.” Kata ify saat mereka berdua berjalan dikoridor sekolah.
“iya fy, kan gue udah bilang ke elo kalau gue akan selalu lindungin loe.” Alvin tersenyum senang, senang bisa melindungi ify yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri.
“eh, iya. Gue mau nanyak, kemaren kenapa loe kgak masuk pin ? gue kan khawatir banget.” Tanyak ify penuh selidik.
“gak usah sekhawatir gitu dong, fy. Udah segede ini juga.” Kata alvin cengengesan, “kemaren gue telat. dari pada pulang terus dimarahin, ya lebih mending gue keujung lorong bereng sivia.”
“hah ! sivia. Kok bisa loe bareng dia ?.”
“kemaren dia juga telat bareng gue.” Jawab alvin enteng.
“terus-terus, disana loe sama dia ngapain aja ?.”
Alvin yang mulai risih ditanya macem-macem, langsung aja noyor kepala ify dan mengejeknya. “mau tau aja sih loe, wleeek.”
“aaaaa,,, alviiiiin.”
“hahaha...”
Setelah percakapan sederhana itu, mereka malah asik bercanda tanpa menghiraukan tatapan sinis seseorang yang sedari tadi mengamati mereka dari kejauhan. Senyum sinis orang tersebut  jelas menggambarkan kebencian.

-------------------------------------------------------------TBC---------------------------------------------------

Kamis, 08 November 2012

TITIK (.)


aku bukan garis-garis lurus
memanjang hingga menyentuh langit
atau melebar sampai bentangan akhir

aku bukan linkaran sempurna
yang membulat tanpa ujung
atau selalu menyatu tanpa tepi

bahkan aku bukan lengkungan bersimbol
melengkung karena mempunyai arti
atau berpeluang untuk membengkok dilain waktu

aku? siapa aku?

aku hanya sebuah titik
berbentuk kecil ditengah warna putih
tak memiliki struktur yang berarti

namun karena aku hanya sebuah titik
aku dapat menjadi penghakhir kalimat
aku bisa menjadi pengawal sesuatu yang baru

aku adalah titik kecil tanpa bentuk
tidak bisa memanjang atau memendek
tidak mungkin melengkung atau berbelok

aku? titik yang tak jelas.
aku bisa jahat karena bisa memisahkan
aku bisa baik karena bisa menjadi awal
bahkan aku bisa menjadi lemah karena kecil

ketahuilah aku adalah titik
tidak berbentuk tapi bisa membentuk
tidak berarti namun bermakna

aku titik
kecil (.)

WAKTU


Waktu

Bukan untuk mengerti mengapa terdiam...
Aku tidak ingin memahami mengapa berhenti...
Biar aku seperti ini...

Bisu untuk mengerti
Berhenti untuk memahami
Dan aku akan selalu seperti ini...

selalu menginginkan waktu,
meminta waktu untuk melihatku,
karena aku butuh waktu,

tapi lihatlah!

waktu malah selalu bersikap egois
Tidak mau berhenti meski sakit ini melumpuhkan
Tidak bisa berkompromi meski sesak menyekat nafas

aku hanya butuh waktu untuk berhenti
meski tidak akan berhenti
bergulir menghiraukan segalanya

dia? waktu itu! waktu yang ku pinta penuh...
waktu yang seakan lupa masih ada persakitan
tidak mengerti bagaimana persakitan
tidak mau memahami rasanya persakitan

bahkan waktu itu, waktu yang ku nanti.....
waktu yang ku harapkan belas kasihannya,
waktu yang mau menerima keterlambatanku...

waktu yang bahkan kuinginkan untuk memberi....
beri sedikit celah kosong untukku menarik nafas...
beri peluang untukku berfikir sebentar...
beri aku kesempatan untuk menghapus peluh...

namun, bukankah tidak gampang untuk memberi?
bukankah menerima selalu lebih mudah?
sama seperti waktu.....
waktu adalah dia yang tidak mau memberi peluang,
namun selalu menerima pehaman telak dari kita...

pemahaman bahwa waktu tidak akan berhenti,
pemahaman bahwa waktu memang diciptakan untuk keegoisan,
pemahaman bahwa waktu tidak akan kembali,
dan waktu bukan dia yang mempunyai belas kasihan....


                                        #########################################


#Untuk sang waktu#
bisakah kau berhenti di waktu dulu, dulu sebelum kau menggerusnya dan menghilangkannya diantara kenyataan... kenyataan yang sulit kucerna dan kuterima dengan kesadaran penuh... bahkan sekarang aku masih merasa aku sedang terlelap sampai nanti dia akan membangunkan tepat di pagi itu... pagi itu... dimana dia membuatku dapat merasakan indahnya pagi untuk dicintai dan hangatnya mencintai sampai senja tak terasa didepan mata dan membuatnya tidur lagi hingga batas waktu yang tak terjangkau olehku....

Rabu, 17 Oktober 2012

Anggap saja sudah mati (???)

setelah perang dingin itu, kami tidak pernah berbicara lagi. dia dengan tingkah masa bodohnya dan aku dengan sikap biasaku. kami memang seperti ini, berkelakuan tak jelas untuk hal yang tidak jelas juga.

aku melihat punggungnya yang ada didepanku, memperhatikan langkah lebarnya yang seperti berlari kecil. kami sekarang sedang menyusuri lorong-lorong bangunan yang bercat putih pucat. inni kebiasaan kami sejak beberapa hari yang lalu, sejak kami menginjakkan kaki di negara yang terpaksa kami pijaki hanya untuk seseorang.

langkahnya terhenti, matanya menatap sepasang orang dewasa yang berada kurang lebbih 10 langkah dari tempatnya berhenti. aku yang tidak tahu menahu langsung berdiri sejajar dengannya, melihat apa yang dia lihat. 'sepasang orang dewasa yang sedang beradu mulut. saling melempar hinaan dan saling menyalahkan.' 

aku mematung, diapun sama sepertiku. kami hanya diam, mendengar perdebatan bodoh yang dilakukan dua orang dihadapan kami ini. sesekali kulirik dia yang ada disampingku. jelas, emosinya sedang tersulut hebat melihat tingkah orang2 dewasa yang memperdebatakan cara untuk 'memperbaiki sesuatu yang entah kapan akan kembali baik.'

tanpa ragu, aku menggenggam tangannya, berusaha untuk meredam emosinya dan menenangkannya. dia balas menggenggam tanganku lebih erat sampai akhirnya ia menariku untuk memasuki salah satu ruangan yang pintunya tertutup rapat. kami berjalan melewati sepasang orang dewasa tadi, mengacuhkan tingkah bodoh mereka yang seperti anak kecil.

perlahan genggamannya melonggar ketika kami duduk disamping ranjang seorang laki-laki yang menjadi alasan kami menginjakan kaki disini. laki-laki itu, laki-laki yang selalu kami tunggu responnya, laki-laki yang kami tunggu matanya terbuka, laki-laki yang kami tunggu keaktifannya dalam hidup kami lagi.

aku terlarut, terlena melihat laki-laki yang terbaring diranjang bersepray putih dihadapan kami. sesekali aku tersenyum melihat betapa damainya laki-laki itu tertidur. bukankah lebih baik melihatnya seperti ini? melihatnya tidur nyenyak dengan wajah damainya yang polos.tapi tidak, mungkin belum, aku belum siap melihatnya terus tertidur seperti itu, tapi -lagi sekali- bukankah lebih baik melihatnya seperti ini? melihatnya tanpa persakitan. :")

kurasa sesuatu bergerak disampingku, aku hampir melupakannya. melupakan laki-laki yang tadi ku genggam tangannya. ku perhatikan bahunya sedikit terguncang, apa dia menangis? sepertinya iya. dia memang benar-benar menangis. laki-laki ini menangis? adik kecilku menangis? 

lihatlah, lihat apa yang kamu lakukan. kamu membuatnya menangis. cepatlah bangun dan ejek wajah jelek adik kita yang cengeng ini ketika menangis. hahaha.... ehem... kau tau, dia menangisimu, menangisi kenapa kakaknya yang paling berharga tidak merespon sedikitpun. kau tau, senakal2nya adik kita ini, dia tetaplah seorang bocah kecil yang takut kehilangan kakaknya^^

ku rengkuh tubuhnya, mengelus pelan pundaknya meskipun aku juga rasanya ingin ikut meangis tapi kuurungkan. aku tidak mau menangis, kalau aku menangis siapa yang akan menghapus airmatanya, siapa yang akan menghapus airmataku jika kamupun tidak bergerak.

kau tahu, seharusnya aku mengikuti fase manusiawiku. menangis karena takut kehilangan, menangis karena menyerah pada takdir, menangis karena sesuat yang tidak pasti. Tapi lagi sekali, AKU TIDAK MAU MENANGIS, SEJAK KECIL AKU TIDAK DIAJARKAN UNTUK MENANGIS JADI AKU TIDAK MAU MENANIS^^

"KAMU BISA MENGANGGAPNYA MATI." kudengar teriakan dari balik pintu yang menjadi pembatas ruangan dalam dan ruangan luar. dua orang dewasa itu ternyata belum selesai berdebat. mereka memang bodoh, bertingkah egois padahal mereka sama-sama takut kehilangan anak tunggal mereka. ciiiiih orang tua macam apa mereka.

"APA KAMU BILANG? DIA ANAKKU MANA MUNGKIN MENGANGGAPNYA MATI BEGITU SAJA DAN BLA BLA BLA...." masih banyak lagi teriakan yang kudengar dari balik pintu. aku yakin laki-laki yang kupeluk juga mendengarnya. adik kita mendengarnya, ada dia mengerti? tentu saja, dia bukan lagi adik kecil yang tidak tahu apa2, dia sudah cukup besar untuk mengerti arti dari semua yang terjadi.

ku longgarkan pelukanku dan mencoba menutup telinga adik kita, aku tidak ingin dia mendengar kata-kata yang akan merusak optimismennya untuk melihatmu bangun. tapi lihatlah tingkahnya, dia menepis tanganku dan berjalan keluar, berdiri diambang pintu sambil menatap datar dua orang dewasa yang tidak tau malu. 

"anggap saja dia sudah mati." katanya pelan, tapi aku  yang dibelakangnnya cukup mendengar kalimat yang cukup menohok tersebut. dua orang dewasa itu menatap kami dengan pandangan bersalah, menyadari kebodohan mereka yang benar2 lebih bodoh dari orang tidak punya otak.

"anggap saja dia sudah mati." ulangnya sambil berjalan masuk mendekati tubuh laki-laki yang sama sekal tidak merespon apapun. 

beberapa lama terdiam, dia melengang keluar ruangan tanpa memperduliakan dua orang dewasa yang masih berdiri di samping pintu. aku mengikutinya sampai apartemen dan melihat apa yang dilakukannya. mengemas barang2nya. sudah kuduga. 

dan hari itu juga, 2 hari sebelum rencana pencabutan alat2 penopang hidupmu dicabut, aku dan dia kembali pulang. melupakan apa yang terjadi, dia seolah2 benar2 menganggapmu sudah mati. kau tau? semua file tentangmu di hapus habis dan menyisakan "no brother, no momories"

sementara aku! aku masih percaya keajaiban, aku masih menunggu hari diamana kau membuka mata.kau tidak akan tidur terus menerus seperti itu, aku yakin kau akan bangun, SECEPATNYA^^


bangunlah, kumohon. kami menunggu...

Rabu, 15 Agustus 2012

Terbenam (Puisi)


terbit seakan melupakan nanti kita akan terbenam
seperti kehangatan sinar matahari diufuk timur
merayap lenyap menyisakan dingin diufuk barat
terbit membuat terbenam terlupa...

terlupa...
pada matahari ketika di ufuk timur
pada warna jingga berkilau menghiasi awan
pada dingin ditengah pekat

seperti hal terluapa...
pada kehilangan setelah mendapatkan
pada perpisahan setelah pertemuan
pada kesedihan setelah kesenangan

hingga waktu berjalan...
melambai pada hari kemarin
menetap dihari ini
menyambut hari esok

tak tau apa yang akan terjadi
tak mengerti untuk apa terjadi
tak menyesal setelah apa yang terjadi

dan mengertilah setelah tau apa yg terjadi...
terbenam bukan untuk melupakan
lantas terbenam untuk meninggalkan :"

terbenamlah dengan alasan...
terbenam untuk yang lebih baik...
terbenam untuk alasan 'aku MEMBENCIMU'...


HAY KITA LUPA!!!! SETELAH BERTEMU DISAAT MATAHARI TERBIT, KITA JUGA AKAN BERPISAH KETIKA MATAHARI TERBENAM SAMPAI ESOK MATAHARI AKAN KEMBALI TERBIT LAGGI DAN TERBENAM LAGI...

Selasa, 14 Agustus 2012

Dibawah Langit (Puisi)


mengertilah....
yang ku tapak bukan aspal mulus
melainkan jalanan berbatu tidak menentu
langkahku terhuyung hampir terjatuh
berkali-kali menopang tubuh di pepohonan

sesekali ku menengadah
menatap hamparan langit diatas sana
berharap langit pekat mengerti arti hidupku
sedikitnya mengerti hidupku sepekat warnanya

bukannya mengerti...
langit malah menjatuhkan airnya
aku menundukan wajahku...
menatap krikil-krikil kecil yang kupijak...
tersenyum miris mendapati langitpun tak ingin mengertiku...

lantas semasih aku dibawah langit,,,
Siapa yang akan mengertiku ?
jalanan pun memberi kerikilnya
langit menjatuhkan airnya

hanya tersisa pepohonan dipinggir jalan
memberiku dahannya untuk berpegangan
sudi menopang tubuhku tanpa berkata
mau menyelimutiku dengan daunnya yang berguguran

Pepohonan...
dibawah langit...
adalah sandaranku...
ditengah kepekatan...


Jumat, 10 Agustus 2012

Sajak-Sajak di -cerbung- MIRIS (Puisi)

+++MIRIS (Akhir Cerita/Kisah)+++

MIRIS #Part1

dikala takdir bertanya...
apakah kamu bisa membedakkan ‘cerita dan kisah’ ???
apakah kamu bisa memilih awal CERITA ? dan... apakah kamu tahu cara mengakhiri sebuah KISAH ???
atau, apakah kamu tahu cara mengawali KISAH ? dan... apakah kamu dapat memilih akhir CERITA ???
KURASA, TIDAK !!! nyatanya manusia tidak mempunyai hak untuk memilih awal maupun akhir dari pertanyaan diatas...



MIRIS #Part2 

Cerita akan berawal dan berakhir pada suatu saat nanti...
Sayap-sayap kokoh harus siap bila nanti bulu-bulu lembutnya akan meluruh begitu saja di telan rasa MIRIS...
Satu dari jiwa akan lepas, terbang, melayang, dan hilang setelah lama terjebak dalam persetan dunia...
Maka sesungguhnya cinta bukan satu-satunya kekuatan yang maha dasyat untuk membuatnya tetap tinggal...
Kepergian yang terjadi disini bukanlah sebuah pengorbanan, namun sebuah takdir yang tergores sempurna untuk suatu hal yang terbaik sebagai penekan setiap rasa sakit...
Sesungguhnya ini adalah cerita bukan kisah, cerita miris yang tiada berujung hingga raga bagaikan di remas kuat hingga semua runtuh, MIRIS.... :’( Di ikhlaskan atau meng-ikhlaskan dia....


MIRIS #Part3 

Pilihan...
Tidak selamanya pilihan akan berujung kebimbangan...
Yang dibutuhkan hanyalah kemantapan hati,,,
Setelah itu apapun yang terjadi, maka ikhlaskanlah...
Karna hanya itu yang dapat kita lakukan,,,
Tapi ingat setiap pilihan pasti ada resiko yang harus ditanggung sendiri....
Memilih atau dipilih ??? heh.... :*


MIRIS #Part4 

Ada cinta saat bersama...
Saat hasrat itu datang, Merambat masuk, menenangkan jiwa, dan menghangatkan raga...
Membawa Nada-nada kehidupan menjadi nada cinta, serta melambungkan dua hati...
Memikit 2 jiwa menjadi satu cinta, menjadikan 2 kasih berpadu dalam satu asa...
Mengubah derita menjadi bahagia, serta mebawa semerbak tawa untuk dua raga...
Menghubah cerita menjadi kisah manis, antara... Merebut atau direbut !!! :*


MIRIS #Part5

Semua cerita terlukis sempurna..
terajut takdir dengan sejuta cinta,,,
Terulas bahagia bersama derita...
Mempersempit ruang, menyisakan kisah...
Kala Semakin jauh dan semua akan hilang,,,
Tak tersisa namun tak berakhir jua...
Bahagia atau derita ??? :'|



MIRIS #Part6

Kebahagiaan adalah pilihan,
Apapun yang kau lakukan juga adalah pilihan,
pilihan bila nanti akhir HAPPY ENDING membuatmu bahagia,
Namun di lain sisi pilihan tersebut membuat orang yang kau sayangi lebih menderita,
Maka lebih baik kau memilih cerita SAD ENDING yang akan membuat semua MATI RASA...
Tidak ada rasa, hanya sebuah pengorbanan yang tersisa dan tidak akan ada yang sia-sia..
Kebahagiaanku atau penderitaanmu ???
HAPPY or SAD ENDING,,, (sivia POV)



MIRIS #LastPart 

(someone P_O_V)
ini bagian dari akhir kisahku...
atau bagian dari ending ceritamu...
bila pada bagian ini, aku masih dapat memilih...
maka yang kupilih adalah akhir yang menyenangkan (HAPPY ENDING)

tapi sadarku,,,
bukan hanya aku pemeran utama dari cerita ini...
kau juga, kau adalah pemeran utama dari yang paling pertama...
bahkan semua akhir telah di serahkan padamu...
jadi akhir mana yang akan kau pilih di ceritamu ini ???
akhir apa yang akan kau tentukkan untuk bagian penentu ini ???
pilihlah, aku telah pasrah pada akhir yang ingin kau tuangkan pada kisah ini...

akan kubiarkan kau yang memilih,
jika pilihan ini adalah pilihan terakhir untuk hidupmu,
maka biarkan aku menangis bila nanti iini memang akan menjadi akhir dari segala kisah cinta kita...
namun jika pilihan ini adalah pilihan awal dari segala kisah kita,
maka biarkan aku menangis bahagia di dalam pelukkan hangatmu...

 pilihlah kasih...
HAPPY ENDING or SAD ENDING :|

Kamis, 09 Agustus 2012

AKU HUJANMU (Puisi by I)

apa yang kau sukai dari pelangi ?
apa yang kau sukai dari hujan ?

keindahan mereka selalu memikat...
Mereka selalu tampak sempurna dari sudut yang sama...

Pelangi dengan warna mejikunya...
Hujan dengan derai airnya...

Namun apa kau lihat...
Disana, jauh dibalik keindahan itu...
Tersimpan sejuta rahasia...

Pelangi tanpa hujan tak akan ada...
Hujan tak berarti tanpa kehadiran pelangi...

Jika kau menyukai pelangi...
Izinkan aku menjadi hujan...

Hujan yang senan tiasa membawa lengkungan mejiku untuk kebahagiaanmu...
Hujan yang akan turun ketika kau membutuhkan keindahan pelangi...
Hujan yang akan menemanimu ketika kau merindukan sang mejiku...

Hujan dengan pelanginya...

LENGKUNGAN BERMAKNA (Puisi by I)


ketika kau ingin terdiam...
Pastikan aku, diammu bukan amarah...
Setidaknya masih ada sisa lengkungan tipis disana :)
tersenyum...

tersenyumlah...
Pastikan lengkungan itu tidak akan punah...
Meski diri ini bermasalah...
Meski kelak kecewamu karenaku...

tersenyumlah...
Pastikan lengkungan itu tetap secerah langit...
Tidak akan memekat meski terkepung awan hitam...
Tidak akan memudar walau tanpa matahari...

Tersenyumlah....
Karena dapat kupastikan senyummu adalah keindahan tertahta didunia...

UNTUK SENJAKU^^ (Puisi)


dia berkata kamu indah karena warna...
dia berkata kamu sempurna karena warna...
dia berkata kamu berarti karena warna...

apa jika tidak bewarna, kamu tidak indah?
apa jika tidak berwarna, kamu tidak sempurna?
apa jjika tidak berwarna, kamu tidak berarti?

senja...
jika warna adalah keindahanmu,
apa aku pantas menjadi warna itu?
ajarkan aku menjadi titik warna jingga didekatmu.

senja...
jika warna menyempurnakanmu,
sebagaimana pantasnya aku menjadi warna itu?
tidak masalah segores warna kuning
asalkan aku dapat menyempurnakanmu.

senja...
jika warna membuatmu berarti,
kapan aku pantas memiliki warna itu?
bukan muluk menjadi warna berkilau
yang terpenting senjaku tetap arti yang berarti.


UNTUK SENJAKU^^ : senja dibelahan bumi manapun tempatmu berada sekarang, kau tetap senja kami. senja yang paling berarti untuk kami. kau tau? kami merindukanmu, merindukan senja yang selalu bersama hujan untuk membuat biasan warna-warna pelangi^^ UNTUK SENJAKU^^ KAMI MENUNGGU KAU TERLIHAT DIARAH TIMUR HIDUP KAMI, DEKAT GARIS CAKRAWALA KERINDUAN :* 
(?)

UNTUK SENJA^^ CEPAT BALIK :)

KITA (Puisi)


KITA

Aku, kamu dan dia...
terlahir dengan gumpalan darah yg sama
Hidup dibawah atap-atap yg serupa
mengikat seglanya dengan janji kesetiaan

Aku, kamu dan dia...
saling merengkuh menghadapi dunia
Menantang hidup dengan saling menggenggam
melupakan apa itu kesendirian

Tidak akan terpisah,
Tidak akan berkhianat,
Tidak akan menjauh,

Aku, kamu dan dia adalah kita...
kita yang berjalan ditapak kebersamaan...
kita yang mengalir dalam alur kesetiaan...
Kita yang menjalin kata persaudaran...

KITA YANG BERDIRI ATAS AKU KAMU DAN DIA
KITA SATU SAMA
 KITA...



Kita (Zhian, Ayu, Inkga)

Jumat, 06 Juli 2012

Menjauh (puisi)

melepaskanmu bukan perkara gampang,
menjauhuimu bukan secepat mengedipkan mata,

kau tau? tentu saja.
semua yg kita lakukan bukan hanya mengukir nama diatas pasir,
semua yg kita lakukan bukan hanya mengedipkan mata sekilas,

tapi apa yg kita lakukan lebih dari apa yg dapat terpikirkan,
semua yang kita lakukan terlalu indah untuk dilepaskan,
semua yang kita lakukan terlalu manis untuk dicampakan,
tapi apa yg kita lakukan tidak akan mampu membuatmu bertahan,

maka menjauhlah,
menjauh sesuai dengan apa yang kau pikirkan,
menjauh untuk yang kau rasa lebih baik,
menjauh lebih dari yang tak terlihat,
menjauh tanpa rasa sesal,

tinggalkan yang kau rasa menyakitkan,
lupakan apa yang kau genggam dulu,
hilangkan semua yang meberatkanmu,

setelah apa yang kau pikirkan,
setelah apa yang kau hilangkan,
setelah apa yang kau jauhi,
maka terbanglah, terbang sesuka hatimu,
terbang tanpa beban, terbang lebih tinggi, tinggi, tinggi, jauh dan tinggalkan aku dan semua tentang kita :"""'

Minggu, 10 Juni 2012

My story of Crazy LOVE #2



­---------------------------- ALVIA’s STORY LOVE---------------------


Biarpun kisah cintaku penuh pedih, tapi sekuat tenaga kan ku pertahankan kisah Ini, tak peduli seberapa kejam nyata menusuk jiwa, yang pasti aku ingin merangkai kisah ini dengan kisah yg berbeda dari kisah para tokoh novel  SAD ENDING lainnya… aku yakin kisah ku akan berakhir SEMPURNA dengan rangkai kata HAPPY ENDING… lihat saja nanti (optimis) J

(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((^_^)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))


BERBEDA….
Setiap laki-laki pasti menginginkankan gadis yang di cintanya dapat bahagia saat jalinan-jalinan istimewa itu terjalin sempurna, tapi untuk alvin semua itu hanyalah sebuah khayalan belaka. Bagamana tidak ? selama ini hanya sedikit tawa yg di ukir alvin untuk sivia, tentu saja itu juga menandakan ada sedikit bahagia yg di rangkai alvin untuk gadisnya itu. Sivia, gadis yg di cintainya itu bahkan selalu menunjukkan senyum pedih saat melihat alvin meringis, bahkan tidak ada tawa yg terselip di sana. Semua terasa hambar dan menyakitkan !

Adapun yg membuat alvin Sesak, kala kadang tangis gadis tersebut membuncah, mebahana, melingkup di setiap peregangan-peregangan penyiksa tubuh alvin.  Jujur saja alvin merasakan, rasa sakit itu lebih menyiksa kala melihat air mata berharga gadis itu terjatuh, dari pada rasa sakit yg hanya menderu tak karuan di sekujur tubuhnya. Bila boleh memilih, alvin akan memilih untuk tidak bisa melihat dunia dari pada melihat tangis gadis itu. Menurut alvin tangis sivia adalah deritanya.

Sudahlah ! Kala kini menjejak mentari yg akan segera  menghilang di belahan bumi yg berlawanan, namun sivia masih terdiam menatap penuh harap pada kilauan-kilaun jingga yg terbias. Sejujurnya tidak ada yg sempurna di setiap warna jingga langit itu, tapi percayakah kalian kalau jingganya langit sore dapat membubuhui luka kalbu, mungkin itu yg membuat sivia betah menatapnya. “hay ! kenapa kamu masih di sini ?.” Tanya alvin sambil menjamah pundak gadisnya. Sivia tersenyum sambil mendongakkan wajahnya ke arah wajah kekasihnya.
“aku masih betah vin ! ayo sini duduk di sampingku, temani aku untuk menatap kilauan langit jingga.” Suruh sivia sambil menunjuk tempat duduk yang bersebelahan dengannya.
“hahaha ! kamu ini, kenapa tidak pernah bosan untuk melihatnya ?” Tanya alvin seraya duduk di sebelah sivia, tak lupa tangan putihnya menjamah puncak kepala sivia, lalu mengacaknya tak karuan. Kebiasaan ! -,-
“ishhh ! kamu juga gk pernah bosan mengacak rambutku seperti itu.” Kesal sivia, ia mulai memasang wajah tekuk 7 dan di tambah dengan cubitan kesal di lengan kanan alvin.
“hahaha ! iyaiya ampun aku vi.” Ringis alvin sambil mengembangkan senyum bibirnya, setelah itu mereka berdua terdiam sejenak. Kedua bibir mereka menutup Seakan mengikuti tentramnya sang jingga mengubah warna menjadi kelabu, saat-saat yg memudarkan eloknya langit sore, dan saat sang mentari benar-benar tidak terlihat lagi.
‘huh ! semoga kelak tidak ada kelabu yg mampu mengubah jinggaku.’ Batin sivia kembali menjerit, seiring dengan itu air matanya juga ikut turun mengurai di pipi cabinya, dan membuat sepasang mata sipit itu hampir terbawa dengan mata berkaca-kaca.
“bukankah kita sudah membahas semua ini berulang kali vi, ingat kamu sudah janji untuk tidak menangis karnaku.” Kata alvin lembut. laki-laki itu mengubah arah tubuh gadisnya agar benar-benar berhadapan lurus dengan dirinya dan perlahan jari-jari kekarnya mengusap lembut air mata sivia, “hahaha ! jangan PD seperti itu, siapa juga yg menangisimu.” Kata sivia sambil mengembangkan senyum ceria, sok tegar.
”ckckc ! ya sudah, yg penting kamu tidak menangis karnaku.” Kata alvin, Setelah itu mereka kembali terdiam dan membungkam. namun secara diam-diam mereka juga merajut kehangatan lewat genggaman-genggaman tangan yg semakin mengerat dan masing-masing dari mereka berusaha membuat pondasi hati untuk penegak jiwa yg membangun ketegaran.


++++++++++++++++++++))))))))))))) sweet moment with him ((((((((((((+++++++++++++++++++

-SIVIA p.O.v-

“ichi, ni, san, sh…” aku dan alvin menghitung dengan bahasa jepang –lagi- “ehhh ! LUPA AKU” aku menepok jidat, sekarang kami memang bukan di jepang melainkan di lapangan basket kecil di salah satu daerah di kota Jakarta, Indonesia.
“hahaha ! ayo ulang lagi biar kita kompak.” Ajak alvin sambil menertawakan kebodohanku dalam menghitung, maklum aku sudah lupa cara menghitung dalam bahasa jepang.
“ichi, ni, san, shi, go, roku…” kami kembali menghitung, tentu saja dengan nada yg menyatu kompak dan… “yesss ! three point. Hahaha…” kami saling berpelukan setelah bola basket yg kami lempar masuk ke dalam ring saat hitungan ke6 berakhir.

Hangat…
Sulit melepaskan pelukan hangat ini, sampai hujan mengguyur pun aku masih memeluk hangat tubuh alvin. Aku merasa tubuh kekar itu mulai bergetar, ku lepaskan perlahan pelukkan itu dan mulai menatap wajahnya. ‘arghhh ! jangan lagi.’
“aku CINTA kamu vi.” Lirihnya dengan nada bergetar, setelah itu dia kembali memelukku bersama dengan iringan nada hempasan air langit yg terjatuh di sekeliling kami. “tolong kuatkan aku vi, bantu aku untuk bertahan, jadilah nyawa hidupku, dan jadilah detak jantungku.” Lirihnya kembali dengan mengulang kalimat yg telah lalu, apa kalian mengingat kalimat ini. Tentu saja !

Aku mengangguk dan mengeratkan pelukannya, “aku akan menjadi segala-galanya untuk mu vin, aku juga CINTA sama kamu.” Kataku mantap, dia merenggangkan pelukannya dan tersenyum hangat padaku, senyuman yg sama saat dulu aku sempat mengintip senyuman manisnya dari balik kaca kecil di salah satu pintu ruang rawat di rumah sakit di jepang.


‘CUUUP’ lembutt, untuk yg pertama kalinya (semoga tidak untuk yg terakhir kalinya) dia menyentuh lembut mulutku dengan mulutnya. Kini aku dapat merasakan hangatnya dunia saat hujan masih gencar berjatuhan, tentu saja karna hangatnya FIRST KISS ku. Senang sekaliii ! semoga ini tidak untuk yg terakhir kalinya,,, ku harap masih ada sentuhan itu di hari esok,,, amiiiiin.


**********((((((((((((PART  SAD)))))))))))))***********

Kebodohanku…
Seharusnya, saat hujan turun itu aku membawanya menepi. Bukannya terlarut dengan suasana di bawah hujan, aku menyesal. Akibat kejadian itu, alvin sekarang malah kritis. Kalian tau, kondisinya down karna tidak bisa menahan dinginnya air hujan yg menghempas di tubuh kami. Saat itu memang terasa hangat, tapi hanya hangat di dalam hati. Rasa hangat itu ada karna rasa saling memiliki itu membubuh di hati kami masing-masing. Tanpa ku sadari, hangat itu kini malah membawa petaka.


“sivia ! sekarang lebih baik kamu pulang dulu, tante takut nanti kamu sakit.” Seorang wanita paruh baya berujar begitu padaku, aku hanya tersenyum lemah dan menggeleng tak mau. “ayolaaah ! jangan seperti ini sivia, kalau nanti alvin sadar pasti dia bakalan marah liat kamu yg seperti ini.” Aku masih menggeleng, wanita tersebut mulai pasrah dan membelai rambut ku perlahan. Aku jadi tak enak hati padanya. “yasudah tante ! sivia hanya bercanda, sivia pamit pulang yah.” Wanita itu mengangguk dan memelukku dengan erat seraya berkata lirih… “tetaplah tegar untuk alvin, hanya senyummu pengobat rasa sakitnya. Jangan menangis lagi !”
“iya tante !” kataku sambil tersenyum mencoba untuk setegar mungkin, walaupun nyatanya hati ini telah rapuh saat mengelihat sang penguat terbaring tak berdaya di posisi yg berbeda.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

_auther p.O.v_

“arghhhhh ! bukain pintunya pa, sivia mohon.” Erang gadis itu sambil merosotkan tubuhnya di balik pintu kamar, rasanya dia sudah lelah untuk meminta pintu kamarnya terbuka.
“tidak sivia, sudah cukup waktumu habis hanya karna laki-laki penyakitan macam alvin.” Balas suara di balik pintu, seketika tangis gadis itu semakin pecah mendengarnya. ‘jangan ! jangan lakukan ini, Ku mohon. Menemaninya adalah ketenanganku.’ Jerit sivia semakin kalut.

Hari Ini, Hari ke-3 setelah peristiwa penguncian pintu kamarnya. kini gadis itu mulai berlari tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit sesaat setelah papanya memberikan izin. Yg di rasakan sivia saat ini hanyalah penyeruakan semua rasa rindu akan kekasihnya. Dia ingin memeluk erat laki-laki itu sekarang, meraskan setiap aroma tubuh kekasihnya, dan tentu saja dia juga ingin melihat lengkungan sempurna di wajah kekasihnya.

“ALVIIIIIIN” panggil sivia dengan semangat yg menggebu-gebu penuh. “alvin, alvin, alviiin.” Panggilnya lagi, tapi tidak ada sautan di sana. ‘jangan lagi, aku tidak mau yg lalu terulang kembali.’ Jerit sivia dalam hati sambil membungkam mulutnya dengan kedua tanganya. Langkahnya mengundur setelah melihat ruangan kosong di depannya sekarang, persis sekali seperti kejadian di jepang tempo hari. Sesaat setelah itu, sivia berbalik dan berlari sambil terisak.

Apakah ini akhir dari cintaku ? apakah semua telah berakhir ? kemana dia, kemana dia membawa kisah ini ? kemana penyuguh senyuman penenang rinduku ? huh T.T

###############**********epilog*********##############

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…

Tahun ke-2 smenjak kekasihku pergi, aku tak tau apa dia masih bisa menatap dunia atau malah pentapan itu sudah menggelap bersama lenyap raganya. Apakah dia masih hidup ??? tapi kenapa dia tidak memberikan kabar padaku ? apa dia sudah melupakanku ? atau, atau, dia sudah tak di dunia lagi ? tidak dapat merasakan kerinduanku ini.

Huh ! kalian tau, dulu -2thn lalu- setelah aku tak mendapatinya menempati ruang rumah sakit itu, aku memilih untuk melupakan alvin, melupakan semua kenanganku, tapi nyatanya aku tak sanggup hingga sampai saat ini aku masih mencintainya. Dia berlaku tidak adil padaku ! sungguh perlakuan yg jahat, perlakuan yg kedua setelah hal yg lalu…

“siviiiia ! jangan melamun siang bolong begini, ayolah kita masih ada survei dengan dokternya.” Kata shilla sambil menarik kasar tanganku. Yuppp ! tempat ku sekarang adalah rumah sakit yg sempat menjadi saksi bisu kisah cintaku dulu.
“iyaaaa, tapi jangan menarik tanganku seperti ini.” Kata ku sambil meronta-ronta tak jelas, alhasil karna pemberontakanku itu aku jadi menabrak seseorang hingga orang tersebut jatuh bersamaan dengan lepasnya genggaman tangan shilla yg tadi menarikku.
“ehhh ! sorry.” Kataku sambil membantu orang tersebut bangun, dia sedikit mendongak sebelum menyambut uluran tanganku. “hah ! dia, apa dia, bu…kankah di…a, aaaaaaa” kataku gelagapan melihat orang yg tadi ku tabrak.
“hahaha ! jangan  kaget seperti itu sivia, biasa saja.” Katanya, aku mendecak kesal. Ehhh ! dasar cowok edan. Ta... tapi… dia, yah dia ! dia adalah ray, adiknya alvin.
“tunggu, kamu RAAAAY kan ?” pekikku setelah berusaha untuk mengingat namanya. “jangan teriak cantikk.” Katanya santai dan mencoba bangun dengan sendirinya.
“alvin,,, gimana kabar laki-laki itu ?” tanyaku lirih, ku lihat exspresi ray berubah menjadi muram. Membuatku harap-harap cemas, jangan katakan sesuatu yg menykitkan, ku mohoooon ! cukup air mataku mengalir selama 2 tahun belakangan ini, aku merindukkan laki-laki itu.
“hay sivia, ayoolah ! dokternya tidak akan menunggumu mengobrol dengan laki-laki gondrong itu.” Teriak shilla, aku mendengus sebal sambil menatap sahabatku itu dengan tatapan pembunuh. “tidak usah menatapku seperti itu, ayoo cepat !.” katanya lagi seraya menarik tubuhku dari hadapan ray, sebelum ku dengar jawaban bocah gondrong itu. Ishhh, shilla BEGOK !  


Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…


Aku bersandar di tiang-tiang penyangga rumah sakit, kira-kira sudah 5 jam aku di rumah sakit ini untuk mengadakan survey yg tidak kunjung usai. Sore menjejal, seperti hal lalu. Sekarang aku tengah menatap kilauan langit jingga, tapi sekarang aku sadar tidak ada alvin yg menemaniku di sini. “aku merindukanmu jinggaku.” Kataku dengan lirih, tak terasa air hangat itu jatuh dengan perlahan dan mengalir bak rintik-rintik air langit yg baru saja turun. padahal kilauan jingga itu baru saja terlihat, tapi mengapa secepat ini berganti kelam, ini bukan saatnya jinggaku berganti kelam. Hay ! bicara apa aku ini ! tapi ini sungguh tidak adil, jangan berubah dulu jinggaku… ku mohon ! arghhh…

Diam menyelimutiku, mulutku seakan membisu, bungkam kehabisan kata, dan sesak kian menyerang tanpa gentar. Suara-suara yg lalu lalang kini mengusik ku, wajar saja rumah sakit ini tempat umum. Bukan aku yg memiliki, aku tidak mungkin memboking-nya dengan egois. Hahaha ! lucu…

“hay kak ! jangan berlari seperti itu, kamu baru saja sehat.” Teriak seseorang yg terdengar bersumber dari belakang, aku tak menggubrisnya. Biarkan saja, toh apa urusanku ?
“hahaha ! biar saja, aku ingin merayakannya bersama hujan disini.” Terdengar suara yg lain membalas suara yg tadi dan…

‘BRUUUK’
“tuh kan apa ku bilang. Jangan berlari seperti itu. Dasar begokk !” omel salah satunya karna kini laki-laki yg di pringati tlah jatuh tersungkur tepat di hadapanku. Aku yg melihatnya tergelonjak kaget dan dengan sigap aku langsung bangun, mengulurkan tangan ku untuk membantu laki-laki itu.
“hay ! hati-hati donk, ayooo bangun.” Pintaku masih dengan tangan yg terulur ke arahnya, laki-laki itu mendongak dan,,,

‘JLEEEP’ ‘JDYAAAR’
“jing… ga… ehhh ! al… vin…” kataku gelagapan, seakan percaya atau tidak kalau orang yg akan ku tolong ini adalah orang yg ku rindu.

“hah ! si… siapa ya ?” tanyanya dengan tampang polos, mendengar semua itu hatiku langsung meremuk dan seakan teriris pisau tajam. TUHAN, Apa-apaan ini ? apa orang di depanku ini beneran alvin ? atau alvin memang sudah melupakanku ? arghhh, kenapa mesti begini ? Apa kisahku akan berakhir SAD ENDING ? tidak, aku tidak mau itu terjadi karna yang ku impikan adalah akhir kisah yg HAPPY ENDING. Aku tidak mau egois, tapi KENAPA JADI BEGINI ? baru saja ku rasa terharu karna pertemuan ini, tapi dengan gampangnya semua itu tertepis rasa pilu yg menyakitkan. JAHAT SEKALI !!!
“hikshikshiks !” aku berbalik dengan sejuta kecewa dan dengan kalut ku coba untuk berlari meninggalkan laki-laki ini. tapi tunggu dulu, langkah ku tercekat sebelum mulai melangkah. “hay tunggu dulu.” Katanya sambil membalik tubuhku untuk menghadap dirinya “aku hanya bercanda, aku tidak mungkin melupakanmu, sivia.”

Dia –alvin- langsung memelukku, tapi aku mencoba untuk beronta. “kamu jahat alvin, 2 thn aku menunggumu, tapi sekarang kamu datang dan dengan mudahnya kamu membuatku hancur seperti tadi.” Kataku masih dengan memberontak tak jelas, namun seperti yg kalian tau tenagaku kalah telak dengan tenaga alvin.
“ma… af… aku pergi untuk membuatmu bahagia, aku ingin seperti laki-laki normal yg bisa mengukir bahagia untuk gadisnya, aku tidak mau menjadi laki-laki PENYAKITAN yg selalu membuatmu menangis.” Katanya lembut masih dalam posisi memelukku, perlahan pemberontakkan ku melemah begitu saja. Semua dia lakukan untukku, lantas apa yg bisa ku lakukan untuknya ?
“hikshikshiks.” Aku hanya dapat terisak mendengarnya… “dan tentu saja aku melakukannya agar kamu tidak menangis lagi untukku karna...” Lirihnya, aku masih bungkam. “kamu kekuatan ku vi, kamu penopang yang membuatku untuk tetap bertahan, kamu juga yg telah rela menjadi nyawa hidupku, dan kamu juga yg telah menjadi detak jantungku. Serta kamulah kebahagiaanku…” sambung alvin lagi, kali ini isakkanku semakin menjadi-jadi. “sekarang untukmu, aku berhasil selamat dari penyakit itu vi, meski tidak sepenuhnya, tapi setidaknya aku dapat mengukir semuanya lebih lama dengan mu.”
“huaaa! Hikshikshiks. Al… vin… ak… aku… men… cintaimu…” kataku pelan, dia mengangguk dan mebalas kataku. Dasar BODOH ! kenapa hanya kata-kata itu yg keluar dari mulutku. Tapi, yasudahlah ! aku tak peduli, kini aku membalas pelukkannya dengan sangat erat, aku tidak mau dia pergi lagi. Kalian tau ALVIN HANYA UNTUKKU, UNTUK SIVIA AZIZAH.  


Akhirnya KISAHKU berakhir HAPPY ENDING, akhir kisah yg sangat ku impikan. Lihatlah, TIDAK MUDAH mempertahankan cinta ini, butuh ketegaran dan kesabaran untuk menguatkannya. Huh ! CINTA MEMANG RUMIT, TAPI TETAP MENYENANGKAN BILA AKHIRNYA HAPPY ENDING SEPERTI KISAHKU INI… ayolahhh ! kawan pertahankan cinta kalian, buat kisah kalian berbeda dari kisah CINTA yg lain karna HAL YG BERBEDA AKAN MENOREHKAN KESAN YG TERUKIR DALAM.

Heh ! bahasaku, ya sudahlahhh ! byebye ANH,,, SIVIA JUGA SAYANG KALIAN…

##########THE END OF HAPPY ENDING##########


++++++++++++BONUS PART STORY+++++++++++
++++++++++++++PART BONUS+++++++++++++++

A.T.Y.P.K.M…

Melihat tawamu, mendengar senandungmu, terlihat jelas di matakku warna warna indahmu… Menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa hatimu ANUGRAH TERIDAH yg PERNAH KUMILIKI… Hoaaaa, hoo… ooo…oooo…

“hahaha ! suarama mu baguss…” kataku dengan volume suara yg cukup besar, alvin menoyor keplaku dengan kesalnya. “huh ! bilang saja kamu hanya ingin meledek suaraku.” Ujarnya.

Heyheyhey ! aku berkata jujur, kenapa dia kesal seperti itu ? apa aku salah memuji kekasih ku seperti tadi ? Dasar kodok aneeh. “aku tidak bohong alvin, ishhh ! jangan kesal seperti itu dong.” Kataku sambil mencubit pipinya. Dia meringis dan mencoba untuk menyingkirkan tanganku dari pipinya, tapi aku menahan tangannya dengan tangan kiriku, alhasil sekarang tangan kami bertumpuk di atas pipinya dan itu membuatku mempunyai peluang banyak untk menatapnya lebih dekat. Huehhh ! asyikk sekali bisa menatap matanya sedalam ini dengan posisi wajah yg dekat pula.

Ku lihat dia sama seperti 2 thn lalu, dia masih seperti dulu. Dia tetap kekasihku yg tampan, baik, dan selalu sempurna di mataku. Semakin lama ku meratap kisahnya semakin Perlahan bayang-bayang semu itu berputar nyata saat ku menatap kedua mata alvin, terlihat jelas bahwa dia adalah anugrah terindah yg di berikan tuhan untukku. Jelas saja aku tak mau rasa takut itu datang kembali, mengingat di kehidupan yg lalu nyawanya hampir tandas karna sebuah penyakit terkutuk, tapi sadarkah kalian di kata DULU. Yuppsss ! itu dulu dan sekarang dia masih ada di sani. Penyakit itu hilang bersama tandasnya kisah pilu dan sekarang ! sekarang hanya terselip bahagia di tengah-tengah doa yg melambungkan permintaan sederhana, permintaan agar aku dan alvin dapat selalu bersama sampai mati nanti. Hmmmm ! amiiiin J


Sifatmu kan slalu ledakan ambisiku, tepikan khilafku dari bunga yg layu, saat kau di sisiku kembali dunia ceria… jelaskan bahwa kamu ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI…. Hoooo… hoooo… hoooo... Oooooo… Oo… oo…

Lucu, alvin –kekasihku- memang sangat lucu. Padahal kalau diingat-ingat dulu saat perkenalanku dngan alvin di salah satu rumah sakit di Hokkaido, jepang. Dia terkesan sangat cuek, bahkan untuk menyambut senyumku saja dia sudah enggan. Tapi saat waktu menunjukkan lebih lama kebersaan kami, dia mulai menjadi alvin yg kulihat dari balik kaca, alvin yg menyenangkan dan tentu saja alvin yg selalu membuatku terpesona dngan senyuman manissnya.

“ALVIIIIN ! kamu lucu sekali.” Kataku saat itu, mungkin ini adalah kata yg selalu ku ucapkan saat melihat tingkahnya yg selalu bisa membuatku tertawa renyah. Tak lupa, setiap aku melontarkan kata itu aku selalu mencubit lengannya karna gemas. Hahaha ! kebiasaan buruk sivia itu, tawa alvin.

1 lagi dari kisah ini, senyuman manisnya selalu menepikan khilafku dari dunia yg kadang terasa kalut dan senyuman manisnya juga yg selalu menenangkanku saat air mataku terjatuh karna menangisinya =DULU=.


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….

Alvin membelai wajahku lembut dan membuatku tersadar dari peratapan kisah yg telah berlalu. “kenapa melamun vi ?” Tanya lavin khawatir padaku, aku menggeleng cepat untuk menghapus kecemasan di wajahnya.
“tidak apa vin, jangan cemas seperti itu. Heheh” kataku sambil nyengir kearah alvin. “kamu tidak pernah berubah ya vin, kamu tetap jinggaku yg dulu.” Kataku dengan pelan, perlahan ku lepas kedua tanganku yg sempat tertumpuk dan menempel di pipinya tadi. “janji ya vin, kamu jangan pernah berubah. Kamu janji kan bakal tetap jadi jinggaku.”
“hahaha ! gimana yah ?” ujarnya pura-pura mikir, aku memanyunkan bibirku dan membuatnya terkekeh. “janji, gk ya ?” katanya lagi, sekarang dia membuatku kesal. Huh ! aku benci perlakuannya yg seperti ini. Dia selalu mengajakku bercanda, saat aku mulai mengajaknya berbicara serius. “iya vi, aku janji.”

Aku tersenyum mendengar hangat janjinya menyambut janjiku. Lagi-lagi, aku di buat bahagia olehnya, apalagi sekarang jemarinya menggenggam erat jemariku. Mau tidak mau, aku menoleh ke arahnya mencoba mencari penjelasan mengapa dia mengeratkan genggamannya.

Senyuman, hanya itu yg menjadi jawaban atas pertanyaanku. Tapi tak apalah, sejuk tatap wajhnya membuatku melupakan kebingunganku.

Alvin, alvin, alvin ! LOVE YOU FULL.. J


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….



++++++++++++++++++THE END of BONUS PART My story of Crazy LOVE++++++++++++++++++