Senin, 23 Desember 2013

Rasanya Kasihmu (Re-post)

Secercah kilau rembulan menyeruak masuk kedalam ruangan dan mulai berpadu dengan cahaya lampu ruangan yang sedari tadi menjadi penerang, membuat laki-laki tampan yang menjadi pemilik satu-satunya ruanyan tersebut dapat melihat dengan jelas isi album foto yang ada dihadapannya. Album lama yang terabaikan keberadaannya, hingga kusam dan debu menumpuk pada bagian atas sampul.

Labirin-labirin waktu tidak akan pernah bisa menandingi panjang kasihnya,
Elok senja tidak akan mampu mengalahkan indah senyumannya,
Bahkan batu karang tidak dapat melawan kekuatan cintanya,

Beberapa kalimat tersebut sempat ia baca pada halaman pertama album foto. Ntah sejak kapan kalimat-kalimat tersebut menjadi kalimat pembuka album pada halaman utama. seingatnya kalimat-kalimat tersebut terangkai sempurna dari mulut kakak pertamanya, ia juga ingat kalimat-kalimat tersebut ditulis langsung oleh kakak keduanya, sementara ia hanya diam ketika kalimat tersebut terikrar dan tertulis.

Arghhhh ! ingatan itu berputar kembali tanpa bisa ia tahan atau remove langsung dari saraf-saraf otaknya. Semuanya begitu menyakitkan ketika kematian wanita itu datang dan membuatnya terasingi begitu saja dari keluarganya. tidak dianggap dan dicampakkan secara langsung, membuat sakit hati itu menjalar selama bertahun-tahun namun tidak dijadikan dendam olehnya.

Kekuatan diri yang tidak berpondasi, serta ketegaran yang nyatanya rapuh untuk hati. Bila tidak mengingat kasih tulus itu, maka mungkin sekarang ia sudah menjadi pembunuh berantai yang sudah siap membunuh semua orang yang mencampakannya atau semua orang yang sudah menghinanya. Toh buat apa semua kesalahan dilimpahkan untuk dirinya, lagi pula waktu itu ia masih pantas dalam gendongan wanita yang disebutnya Mama dan bukan salah dirinya kalau semua itu terjadi. Ia bukan satu-satunya pendosa kecil yang akan rela membiarkan semuanya terjadi dan malah membuat wanita itu untuk kembali pada yang kuasa.


******

“pagi mama !” sapa alvin pagi ini.

Kendati Tidak ada jawaban dari yang disapanya alvin malah tetap tersenyum seraya mendekat dan mencium permukaan datar yang menjadi pelindung tinta-tinta penggambar wajah orang yang disapa.

“mama, sekarang alvin ada ujian praktik Bahasa Indonesia. Alvin minta doa mama dari alam sana ya, hehe. Alvin sayang mama.”

Ciuman hangat alvin terlepas dari bingkai foto tersebut, lalu ditaruhnya kembali diatas meja. Perlahan alvin tersenyum miris, menyadari mungkin kegiatan yang satu ini bisa disebut kegiatan gila. Namun hanya ini yang bisa dilakukan alvin setiap hari untuk meminta izin kepada orang yang telah tiada. Menyapa, mencium permukaan datar kaca bingkai, menarik seuntai senyum, dan mengucapkan permintaan izin untuk menjalani hari ini, hal-hal tersebut sudah menjadi kegiatan rutin bagi alvin setiap ia membutuhkan restu dari mamanya, dan percaya atau tidak dari situlah ia mendapat kekuatan untuk melewati hari-harinya.

Sesaat setelah itu alvin langsung melangkah keluar dari kamarnya dan bersiap-siap untuk kesekolah, mengingat seperti katanya tadi kalau hari ini akan diadakan ujian praktik Bahasa Indonesia untuk kelas 9. Mau tidak mau hari ini alvin harus berangkat lebih pagi seperti intruksi gurunya kemarin.

“alvin, sarapan dulu nak.” Sambut wanita yang sudah tua ketika melihat alvin menuruni tangga lantai 2.

“tidak oma, sekarang alvin harus berangkat lebih pagi. Alvin ada ujian praktik hari ini.”

Alvin mencium tangan omanya. Oma yang selama bertahun-tahun telah menjadi pengganti sosok wanita muda yang telah tiada, oma yang selama ini menjadi pemegang hak atas kasih sayangnya yang tidak akan pernah tertandingi oleh kasih sayang apapun, dan oma yang menjadi satu-satunya orang yang mau menerima dia apa adanya.

Setelah cukup lama mencium kening omanya, alvin kembali berjalan kearah luar rumah untuk menghampiri supirnya yang sudah menunggu didalam mobil. Barulah setelah itu alvin berangkat kesekolah.


########
 
Ujian praktik dilaksanakan diruang aula sekolah. Tidak seperti ujian pada umumnya dengan ruangan yang sepi, senyap, dan mencekam, tapi untuk kali ini ruang ujian malah ramai oleh para undangan mulai dari guru dan semua siswa dari kelas 7,8, dan 9 SMP, serta kelas 10, 11, dan 12 SMA yang berada dalam satu yayasan dengan SMPnya. Setiap tahun memang seperti ini, ujian akan dilakukan didepan para penonton. Aneh memang, tapi inilah bedanya dari sekolah-sekolah pada umumnya.

Ujian praktik untuk Bahasa Indonesia dilakukan dengan pertunjukkan pembacaan artikel khusus secara lisan dan tanpa melihat atau bahkan menyusun teks naskah terlebih dahulu. Hal tersebut benar-benar membuat hati kocar kacir, apalagi mengingat tema artikel juga ditentukkan dengan cara mengambil kertas yang digulung-gulung dalam toples.

Tidak butuh waktu lama, nama alvin pun dipanggil pada urutan pertama. Membuat alvin harus segera bergegas naik keatas panggung dan mengambil satu gulungan kertas diantara beberapa kertas gulungan yang ada. setelah itu, alvin disuruh untuk membacakan tema yang terdapat dalam gulungan tersebut dan langsung membacakan artikelnya.

“Ibu.” kata alvin lirih, ia sempat terkejut dengan tema apa yang didapatkannya.

Alvin terdiam dan menundukkan wajahnya, ia mencoba menutupi matanya yang telah berkaca-kaca. Ia sendiri bingung untuk merangkai kata-kata tentang tema “ibu”, mengingat kalau ia sendiri tidak sepenuhnya mengenal sosok ibu dalam hidupnya.

“Ibu.” Sebut alvin lagi untuk yang ke2 kalinya. Semua yang menonton pun hanya diam melihat tingkah alvin yang tidak kunjung membacakan artikelnya.

“Ibu? Maaf jangan tanyakan lagi tentang ibu. Aku tidak terlalu mengenal sosok Ibu dalam hidupku. Bahkan aku juga tidak mengingat bagaimana wajahnya.  Aku lupa bagaimana rasanya ditimang Ibu atau bahkan aku juga tidak tahu bagaimana rasanya dekapan kasih sayangnya. Aku hanyalah anak laki-laki yang menepi dari tulusnya rasa kasih sayang Ibu, tapi aku bukannya terlahir dari dalam perut papa. Hanya saja saat usiaku menginjak 1 ½  Ibu pergi untuk selamanya. Sampai saat ini, aku belum mengerti tentang kepergiannya.”

Alvin menundukkan wajahnya semakin dalam, ntah darimana kata-kata tersebut terangkai dan terucap lepas dari mulutnya. Perlahan air matanya menetes, membuat dirinya terlihat lemah disana. Tapi sadarkah, ini diluar kehendaknya. Menangis karna ibu bukan berarti kita lemah, tapi itu menandakkan seberapa besar dirinya merindukkan sosok tersebut.

“Meskipun Ibu tidak ada saat ini, Namun Setidaknya selama 1 ½ tahun Ibu bisa menemaniku. Meskipun saat itu aku belum mengerti arti kehadiran sosok tersebut dalam hidup ini, saat itu juga aku belum bisa merasakan kasih sayangnya. Hingga sampai saat ini, aku masih penasaran bagaimana rasanya dibesarkan oleh Ibu kita sendiri, bukan orang lain."

"Kata orang Ibu itu bawel, suka marah-marah, atau bahkan Ibu juga suka mengatur-ngatur hidup kita. tapi jika kalian menjadi seperti aku, dibesarkan tanpa ibu, pasti kalian akan merasa betapa Pentingnya kehadiran ibu dan betapa Hambarnya hidup ini tanpa Ibu. Aku bersumpah, Aku rela menukarkan segalanya asalkan ibuku bisa kembali.”

Sejenak alvin menghela nafas, mencari kata untuk menutup aksinya. Ingin rasanya ia segera berlari menuruni panggung dan melampiaskan semuanya dengan bertandang kemakam mamanya. “Ibu memang tidak hidup didunia ini, tapi ibu selalu hidup dihati ini.” Kata alvin, semua penonton memberi tepuk tangan yang meriah untuk penampilannya.

Baru saja langkah kecilnya akan menuruni panggung, namun suara di antara penonton menghentikkan langkah kakinya. Alvin menahan nafas, mencoba mengenali suara familiar yang menyambut artikelnya tentang sosok IBU. Ketika ia berbalik, seseorang sudah berada tepat dihadapannya. Bukan seseorang, tapi tepatnya dua orang yang satu cowok dan satunya lagi cewek.

“Ibu bukan wanita bawel, ibu adalah wanita yang rela mengeluarkan suaranya untuk kita dengan maksud memperingati kita akan suatu kesalahan. Ibu juga bukan wanita yang suka marah-marah, hanya saja ibu melakukannya agar kita tidak membuat suatu kesalahan yang tidak di sukainya. Bahkan ibu bukan wanita yang suka mengatur-ngatur hidup kita, namun ibu hanya ingin mengarahkan kita kejalan yang benar, untuk hidup kita dimasa depan.” Kata satu dari dua orang tersebut, tepatnya yang cowok.

“kak cakka.” Panggil alvin, rasanya tak percaya melihat laki-laki  tersebut sudi untuk dekat dengannya. Cakka tersenyum riang, tangan kanannya ia letakkan puncak kepala alvin dan mengacak rambut adiknya penuh kasih.

“Labirin-labirin waktu tidak akan pernah bisa menandingi panjang kasihnya, Elok senja tidak akan mampu mengalahkan indah senyumannya, Bahkan batu karang tidak dapat melawan kekuatan cintanya. Bahkan, selubung tipis perbedaan dunia tidak akan pernah mampu memisahkan kasihnya untuk kita, anaknya.”

Sivia, begitula ia di panggil. Dia kakak kedua alvin, dia yang tadi melanjutkan kalimat-kalimat dari cakka. “ibu tidak akan pernah melangkah jauh dari langkah anak-anaknya. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, bahkan setiap waktu dan sepanjang masa, ibu akan selalu menemani langkah kita, ibu tidak akan jauh dari anak-anaknya. Ibu tidak akan peduli bagaimana takdir memisahkan dirinya dengan kita. yang terpenting, ibu akan selalu siap memberikan semua cinta kasihnya untuk kita.”

“kak sivia.” Panggil alvin kepada kakak keduanya tersebut.

Seakan ini mimpi, alvin benar-benar tidak percaya akan kehadiran kedua kakaknya. Sebelumnya mereka tidak pernah mau mendekat kearah alvin, tidak seincipun. Cakka dan sivia langsung memeluk alvin, melepaskan segala rindu itu dan membiarkan seluruh kasih itu mengalir satu sama lain. Sudah lama mereka tidak seperti ini, lama sekali dan itu hampir mencakup seluruh hidup alvin.


****

Ibu !!!
Aku tidak dapat mempersembahkan apapun untukmu, aku hanya dapat mencium dan memelukkmu...
Tidak banyak pintaku, aku hanya ingin bersamamu dan aku ingin kau selalu menemaniku...

Ibu !!!
Maaf, maaf, dan maaf....
Aku tidak bisa membahagiakanmu, aku selalu menyusahkanmu...
Tapi, ibu harus tahu kalau ‘aku sangat menyayangi ibu’, ‘aku sangat mencintai ibu’...

Ibu, ibu, dan ibu...
Kau bagaikan malaikat tanpa sayap,,,
Jiwamu bersih, kasihmu putih, dan hatimu sangat tulus...

I love you, ibu...



-----THE END------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar