Tahukah engkau, setiap manusia ‘TIDAK’
selamanya akan merasakan bahagia. Ada saat dimana kebahagian itu memudar dan
menghempaskan tubuh kita kedalam kesedihan yang berlaru-larut. Namun nyatanya
Dalam kehidupan selalu ada Satu paham yang susah dimengerti manusia, satu paham
yang berhubungan telak dengan kesedihan, paham yang menjelaskan dimana setiap
kesedihan pasti selalu mempunyai makna dan hikmah tersendiri. Namun Terkadang
manusia menganggap setiap kesedihan sebagai penyiksaan dari tuhan atau bahkan
mereka tidak pernah mau merasakan setetes pun dari kesedihan tersebut. Hmmm !
baiklah, dari sini kita dapat menyimpulkan kalau setiap manusia mempunyai sisi
keegoisan yang selalu bertitik tumpu pada kenyataan yang ‘menyedihkan’,
kenyataan yang menurut manusia tidak mempunyai sisi positive sedikitpun.
Berbicara
tentang kebahagian dan kesedihan, pasti setiap individu pernah mengalaminya.
Pernah merasakan bagaimana rasanya kesedihan tersebut menghancurkan nurani dan
menyeret setiap indra untuk tiada lagi berfungsi sesuai nalar ataupun sesuai
hakikat nyata. kalaupun ada satu dari sekian ribu juta manusia tidak pernah
merasakan kesedihan, maka itu adalah hal yang harus dipertanyakan. Ntah, itu hanya
gurauan atau hanya sebuah alibi untuk menutupi kesedihan itu sendiri.
Baiklah
! kurasa cukup ilustrasi dari kesedihan tersebut, apa kalian bosan ? semoga
tidak. Disini, biar kutunjukan satu kisah yang akan menggerus setiap orang
mengenal satu dari sekian banyak hal yang berhubungan dengan kesedihan, hal
yang sungguh sangat sederhana. Namun hal ini juga sangat sering terlupa atau
tercampakan, hal yang patut untuk di perhitungkan dari kesedihan itu sendiri.
Mengertilah, ini hanya karangan fiksi atau buah dari hayalan tinggi yang tak
berujung. Simak dan resapiiii !! HAPPY READING and GBU ^^
=================================================================================
‘hahahha’
Suara tawa itu
terdengar lagi, seakan membawa luka untuk dia yang terabaikan. suara tawa itu
masuk melalui celah-celah pintu, jendela, serta pentilasi kamarnya. Suara tawa
yang berasal dari sisi berbeda di salah satu ruangan diluar sana, suara tawa
yang merambat masuk dan menggema didalam kamarnya. Suara yang ntah mengapa terdengar
hangat namun menimbulkan goresan-goresan kecil yang membuat hatinya terluka.
‘kenapa tawa itu tak pernah dibagai untukku ? aku juga menginginkan
bagian dari tawa itu, menginginkan sisi dimana seharusnya aku dapat tertawa
bersama mereka, tertawa untuk yang terindah
dan yang terburuk sekalipun.’ Jeritan
hatinya kembali menuntut, menuntut bagian untuk mendengar tawa-tawa riang itu
dari sisi yang sama dengan mereka, menuntut untuk dapat tertawa bersama dengan
orang-orang diluarsana.
Tidak !!! biar saja
mereka tertawa, biar saja mereka terus bahagia, ada saatnya nanti mereka
bersedih, ada saatnya nanti mereka terhempas dan meresakan apa yang dia rasakan
sekarang. Bukannya mau menyumpahi, tapi belum saja cukup bagi mereka untuk
terus tertawa dan mengabaikan salah satu dari bagian mereka. Mereka sangat egois !!! nanti
Keegoisan merekalah yang akan menuntut langkah-langkah masa depan semakin
mengarah pada jurang kehancuran dan saat itulah mereka akan merasakan bagaimana
rasanya menjadi salah seorang loser yang terus saja disalahkan untuk hal yang
tak patut dipersalahkan untuknya.
“tetap tersenyum,
abaikan apa yang mereka lakukan dan katakan. Loe bukan anak haram, loe sama
kayak gue, loe bahkan lebih baik dari mereka.” Ucapan itu menjamahi telinganya
ditengah kegelapan, ucapan yang ntah datang dari mana, ucapan yang akan selalu
berputar kala hatinya terkoyak-koyak kenyataan. Setelah ucapan itu tak
terdengar lagi, maka secara magic ia akan kembali tersenyum dan meratapi tubuh
itu menghilang dibalik remang-remang jendela kamarnya yang langsung mengarah
keluar kamar.
................................................................................................................................................................
‘bruuuuk’
“awwww...” rintih sivia setelah terjungkal kebelakan dan membuat tubuhnya langsung jatuh tertunduk tepat didepan kaki seseorang yang tadi menabraknya. “aduh sakiiit.” Adu sivia sambil mengelus-elus lututnya yang merah karna terbentur lantai koridor sekolah.
“awwww...” rintih sivia setelah terjungkal kebelakan dan membuat tubuhnya langsung jatuh tertunduk tepat didepan kaki seseorang yang tadi menabraknya. “aduh sakiiit.” Adu sivia sambil mengelus-elus lututnya yang merah karna terbentur lantai koridor sekolah.
“maaf.” Kata orang tersebut. Sivia
mendongak untuk melihat wajah orang yang telah menabraknya tadi. Ternyata
seorang pemuda tampan dengan wajah oriental mirip orang korea, perawakan tegap,
tubuh tinggi, berkulit putih, serta mata sipit yang tajam.
“hmmm... tidak apa.” Sivia berdiri dan
mengabaikan rasa sakit dilututnya seraya tenyum manis kepada pemuda tersebut.
‘ALVIN JONATHAN’ tanpa
sadar mata sivia menatap name tag pemuda tersebut dan membaca nama yang
terpampang disana, suaranya tadi cukup terdengar hingga ketelinga pemuda tersebut
dan membuat sang pemuda yang bernama alvin mengangguk untuk mengiyakan namanya
yang tadi disebutkan oleh sivia.
“cukup panggil alvin.” Kata pemuda
tersebut.
“gue sivia.” Sivia mengulurkan tangannya
pada alvin sambil kembali mengumbar senyumnya. Namun belum saja jari-jari
panjang alvin menyambut tangannya, tiba-tiba rio menepis tangan alvin dengan
kasar.
“jangan menjabat tangannya, sivia.”
Bentak rio sambil menatap tajam kearah alvin. sivia yang mendapat teguran atau
lebih tepatnya bentakkan dari rio langsung memandangnya dengan tatapan bingung
yang mengisyaratkan kata ‘kenapa loe larang gue?’.
“gue gak suka dia nyentuh loe, ntar loe
malah jadi ketularan sialnya.” Kata rio lagi, kali ini suaranya terdengar
melembut. Namun matanya masih menatap penuh benci kearah alvin.
Tanpa mengucapkan
sepatah katapun alvin langsung pergi dari hadapan rio dan sivia. Malas kalau
punya masalah lagi, lirihnya dalam hati. Sivia menatap punggung alvin yang
semakin menjauh, hingga pada akhirnya tubuh itu hilang jua dipembelokan
koridor.
“apa-apaan sih loe ?.” kesal sivia
sambil berlalu meninggalkan rio.
Rio mendengus kesal,
merasa tak dihargai atas jasanya tadi. “loe gak tahu siapa dia vi, suatu hari
nanti loe akan tau siapa alvin ?.” rio
melangkah kearah yang berlawanan, rasanya tak ikhlas kalau tadi sivia
memarahinya. seharusnya sivia mengucapkan terima kasih karna terhindar dari kesialan jika
bersentuhan dengan alvin, gumam rio.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“kenapa lagi loe, mukanya gitu amat ?.”
alvin yang sedari tadi bengong langsung tersadar ketika suara yang kemarin
malam kembali menyapanya. Ify. Gadis itu selalu datang ketika dirinya sedang
bermasalah dan selalu ada ketika semua beban sudah tak dapat lagi ditanggungnya
seorang diri.
“gak kenapa-napa, hehehe.” Kata alvin
sambil cengir, membuat ify hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
“yah malah cengir lagi loe,” ify menoyor
kepala alvin dan langsung merangkul pundak sahabatnya tersebut. Ify tahu kalau
cengiran itu keluar disela kata ‘tidak kena-napa’ berarti alvin memang tidak
ingin bercerita, kalau nanti alvin lelah menanggungnya sendiri pasti dia akan
menceritakkan semuanya tanpa harus dipaksa ataupun diminta.
“mumpung nyengir masih gratis.” Canda
alvin serasa membalas rangkulan ify. “kekantin yok fy, lapeeer.”
“hahaha, bisa juga loe laper. Emang tadi
jatah sarapan loe diambil lagi sama tuh orang.” Alvin mengangguk dan kembali
menggiring langkahnya dan langkah ify ke kantin sekolah. “hadeeeh, dasar tuh
sodara loe emang maruk bgt.”
“hahaha, tapi loe tetep suka kan ?.”
goda alvin sambil menoel dagu ify.
“hiiiiii, ogah.” Gidik ify sambil memasang muka jijik. Setelah itu mereka tertawa bersama tanpa memperdulikan tatapan heran dari para penghuni-penghuni koridor yang menatap iri kearah mereka.
“hiiiiii, ogah.” Gidik ify sambil memasang muka jijik. Setelah itu mereka tertawa bersama tanpa memperdulikan tatapan heran dari para penghuni-penghuni koridor yang menatap iri kearah mereka.
Ify dan alvin duduk
dibangku paling pojok kantin, tempat dimana mereka biasa menyantap mie ayam
–makanan kesukaan mereka-. Seperti biasa setiap suapan mereka, pasti selalu
diiringi dengan canda dan tawa, tak heran kalau suara riuh dikantin selalu
tersela tawa dan ejekan-ejekan yang cukup mendominasi dari mulut alvin dan ify.
“boleh gabung.” tanya sivia menyela
candaan alvin dan ify, membuat kedua orang yang tadi langsung mendongakkan
kepala dan memperhatikan sivia dari atas sampai bawah, setelah itu barulah
mereka mengangguk dan tersenyum hangat.
“hmmm, maaf ganggu.” Kata sivia mencoba
membuka ruang percakapan ditengah keheningan sesaat setelah kedatangannya.
“ohhh, no prob.” Balas ify ramah,
sementara alvin hanya fokus pada makanannya.
‘hey
vin, kok loe cuek banget. Kasihan noh cewek, kayaknya mau ngomong sesuatu.’ Ify
menyikut lengan alvin seraya tersenyum menggoda. Alvin mengangkat wajahnya dan
menatap kesal kearah ify.
Kemudian dengan polosnya iya berkata ‘sial loe fy, kgak tau apa loe, nih jantung
gue ngelunjak kayak buruh demo.’
“hahaha, kasian deh loe.” Tawa ify
meledak, tangannya tanpa sadar mengacak rambut alvin. kebiasaan yang sering ify
lakukan kalau dia lagi gemes sama alvin. tanpa mereka sadar, gadis yang berada
diantara mereka sedang menaruh cemburu melihat adegan mereka. ‘kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih.’ Goda
ify dengan suara kecil tepat ditelinga alvin, mata mereka melirik kearah sivia
yang sedang cemberut dari tadi.
“hmmm,
NGACO’ loe fy.” Tangkas alvin sambil berteriak ditelinga ify, membuat ify
terpelonjak kaget dan segera menjauhkan telinganya dari alvin.
“sialan loe sipit, budeg nih telinga
gue.”
“hahaha, elo sih ngomongnya asal banget.
Ya gak mungkinlah.”
“haduuuuh, alvin sayang. Apanya sih yang
gak mungkin.” Ify menepuk pipi alvin
pelan berniat untuk menggoda sahabatnya tersebut.
‘BRUUUUK’ Suara
gebrakan meja kantin membuat keduanya kicep dan mendongak kearah siapa orang
yang berani-beraninya menggebrak meja tempat mereka makan. Rio, huh ! bocah ini
lagi, keluh ify dalam hati sambil menatap tajam mata rio yang kini berdiri
anteng didepan mereka sambil melipat kedua tangannya didada.
“apa mau loe ?.” Kata ify dengan nada
sinis.
“gue mau sivia.” Katanya. Sivia yang
merasa namanya di panggil-panggil segera menghadap rio, mencoba mencari tau ada
urusan apa si rio mencari dirinya.
“ada apa yo ?.”
“ayoo, ikut gue.” Rio menarik tangan
sivia secara kasar, namun sivia tidak mau bergeming dulu. Sivia tetap duduk
tanpa mau mengikuti ajakkan rio, sementara rio terus menarik tangannya secara
kasar.
“hay mas, kalau sivianya gak mau, Ya gak
usah dipaksa dong.” Cela ify sambil menarik tangan rio untuk menjauh dari
sivia. “dan loe jangan pakek kekerasan, dia cewek.”
“gue gak punya urusan sama loe.” Bentak
rio sambil menepis kasar tangan ify.
“oke, mulai sekarang loe berurusan sama
gue.” Balas ify membentak rio, mereka tak sadar kalau sedari beberapa menit
lalu mereka telah menjadi bahan tontonan gratis para penghuni kantin.
“males.” Kata rio tepat didepan wajah
ify dengan jarak 5cm. “ayooo, vi ikut gue.” Lanjutnya lagi dan kembali memaksa
sivia untuk ikut bersamanya.
Ify diam, specless
dengan apa yang dilakukan rio tadi. Jantungnya berdegup cukup keras saat rio
mengucapkan kata ‘males’ dengan jarak yang sangat dekat dngan wajahnya. Suatu
kebahagiaan tersendiri untuk ify bisa melihat wajah pemuda yang disayanginya
dari jarak yang sangat dekat, apalagi dia dapat mersakan hembusan nafas rio
yang menyapa permukaan kulit wajahnya.
“stop, loe jangan paksa sivia lagi. Sini
loe.” Ify menarik tangan rio untuk menjauhi sivia lagi, tapi lebih tepatnya
menjauhi kantin jaga. Ntah kemana ify akan membawa rio.
“hmmm, si... via...” gugup alvin. sivia
mengangkat wajahnya yang sedari tadi ditundukan sejak kepergian ify dan rio.
“apa ?.”
“gak ada, mau mastiin aja kalau loe
masih hidup.” Gurau alvin sambil tersenyum ramah. Sivia terkekeh pelan
mendengar kata-kata alvin, ia jadi gemas terhadap pemuda yang satu ini.
“hahaha, loe kira gue udah mati apa.”
“tadinya sih gitu, habisnya loe dari
tadi diem mulu. Gue malah dianggurin sampai lumutan gini.”
“biareeen, wleeek :p.” Sivia menjulurkan
lidahnya, membuat pipi cuby semakin menggembung. “gantian dong, tadikan loe
yang anggurin gue waktu loe sama ify.” Lirihnya seketika.
“maaf, kita emang selalu lupa susana
kalau lagi bercanda.”
“hehe, udahlah gak papa. Gue maklumin
kok.”
########################################TBC##########################################
Tidak ada komentar:
Posting Komentar