Minggu, 10 Juni 2012

My story of Crazy LOVE #2



­---------------------------- ALVIA’s STORY LOVE---------------------


Biarpun kisah cintaku penuh pedih, tapi sekuat tenaga kan ku pertahankan kisah Ini, tak peduli seberapa kejam nyata menusuk jiwa, yang pasti aku ingin merangkai kisah ini dengan kisah yg berbeda dari kisah para tokoh novel  SAD ENDING lainnya… aku yakin kisah ku akan berakhir SEMPURNA dengan rangkai kata HAPPY ENDING… lihat saja nanti (optimis) J

(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((^_^)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))


BERBEDA….
Setiap laki-laki pasti menginginkankan gadis yang di cintanya dapat bahagia saat jalinan-jalinan istimewa itu terjalin sempurna, tapi untuk alvin semua itu hanyalah sebuah khayalan belaka. Bagamana tidak ? selama ini hanya sedikit tawa yg di ukir alvin untuk sivia, tentu saja itu juga menandakan ada sedikit bahagia yg di rangkai alvin untuk gadisnya itu. Sivia, gadis yg di cintainya itu bahkan selalu menunjukkan senyum pedih saat melihat alvin meringis, bahkan tidak ada tawa yg terselip di sana. Semua terasa hambar dan menyakitkan !

Adapun yg membuat alvin Sesak, kala kadang tangis gadis tersebut membuncah, mebahana, melingkup di setiap peregangan-peregangan penyiksa tubuh alvin.  Jujur saja alvin merasakan, rasa sakit itu lebih menyiksa kala melihat air mata berharga gadis itu terjatuh, dari pada rasa sakit yg hanya menderu tak karuan di sekujur tubuhnya. Bila boleh memilih, alvin akan memilih untuk tidak bisa melihat dunia dari pada melihat tangis gadis itu. Menurut alvin tangis sivia adalah deritanya.

Sudahlah ! Kala kini menjejak mentari yg akan segera  menghilang di belahan bumi yg berlawanan, namun sivia masih terdiam menatap penuh harap pada kilauan-kilaun jingga yg terbias. Sejujurnya tidak ada yg sempurna di setiap warna jingga langit itu, tapi percayakah kalian kalau jingganya langit sore dapat membubuhui luka kalbu, mungkin itu yg membuat sivia betah menatapnya. “hay ! kenapa kamu masih di sini ?.” Tanya alvin sambil menjamah pundak gadisnya. Sivia tersenyum sambil mendongakkan wajahnya ke arah wajah kekasihnya.
“aku masih betah vin ! ayo sini duduk di sampingku, temani aku untuk menatap kilauan langit jingga.” Suruh sivia sambil menunjuk tempat duduk yang bersebelahan dengannya.
“hahaha ! kamu ini, kenapa tidak pernah bosan untuk melihatnya ?” Tanya alvin seraya duduk di sebelah sivia, tak lupa tangan putihnya menjamah puncak kepala sivia, lalu mengacaknya tak karuan. Kebiasaan ! -,-
“ishhh ! kamu juga gk pernah bosan mengacak rambutku seperti itu.” Kesal sivia, ia mulai memasang wajah tekuk 7 dan di tambah dengan cubitan kesal di lengan kanan alvin.
“hahaha ! iyaiya ampun aku vi.” Ringis alvin sambil mengembangkan senyum bibirnya, setelah itu mereka berdua terdiam sejenak. Kedua bibir mereka menutup Seakan mengikuti tentramnya sang jingga mengubah warna menjadi kelabu, saat-saat yg memudarkan eloknya langit sore, dan saat sang mentari benar-benar tidak terlihat lagi.
‘huh ! semoga kelak tidak ada kelabu yg mampu mengubah jinggaku.’ Batin sivia kembali menjerit, seiring dengan itu air matanya juga ikut turun mengurai di pipi cabinya, dan membuat sepasang mata sipit itu hampir terbawa dengan mata berkaca-kaca.
“bukankah kita sudah membahas semua ini berulang kali vi, ingat kamu sudah janji untuk tidak menangis karnaku.” Kata alvin lembut. laki-laki itu mengubah arah tubuh gadisnya agar benar-benar berhadapan lurus dengan dirinya dan perlahan jari-jari kekarnya mengusap lembut air mata sivia, “hahaha ! jangan PD seperti itu, siapa juga yg menangisimu.” Kata sivia sambil mengembangkan senyum ceria, sok tegar.
”ckckc ! ya sudah, yg penting kamu tidak menangis karnaku.” Kata alvin, Setelah itu mereka kembali terdiam dan membungkam. namun secara diam-diam mereka juga merajut kehangatan lewat genggaman-genggaman tangan yg semakin mengerat dan masing-masing dari mereka berusaha membuat pondasi hati untuk penegak jiwa yg membangun ketegaran.


++++++++++++++++++++))))))))))))) sweet moment with him ((((((((((((+++++++++++++++++++

-SIVIA p.O.v-

“ichi, ni, san, sh…” aku dan alvin menghitung dengan bahasa jepang –lagi- “ehhh ! LUPA AKU” aku menepok jidat, sekarang kami memang bukan di jepang melainkan di lapangan basket kecil di salah satu daerah di kota Jakarta, Indonesia.
“hahaha ! ayo ulang lagi biar kita kompak.” Ajak alvin sambil menertawakan kebodohanku dalam menghitung, maklum aku sudah lupa cara menghitung dalam bahasa jepang.
“ichi, ni, san, shi, go, roku…” kami kembali menghitung, tentu saja dengan nada yg menyatu kompak dan… “yesss ! three point. Hahaha…” kami saling berpelukan setelah bola basket yg kami lempar masuk ke dalam ring saat hitungan ke6 berakhir.

Hangat…
Sulit melepaskan pelukan hangat ini, sampai hujan mengguyur pun aku masih memeluk hangat tubuh alvin. Aku merasa tubuh kekar itu mulai bergetar, ku lepaskan perlahan pelukkan itu dan mulai menatap wajahnya. ‘arghhh ! jangan lagi.’
“aku CINTA kamu vi.” Lirihnya dengan nada bergetar, setelah itu dia kembali memelukku bersama dengan iringan nada hempasan air langit yg terjatuh di sekeliling kami. “tolong kuatkan aku vi, bantu aku untuk bertahan, jadilah nyawa hidupku, dan jadilah detak jantungku.” Lirihnya kembali dengan mengulang kalimat yg telah lalu, apa kalian mengingat kalimat ini. Tentu saja !

Aku mengangguk dan mengeratkan pelukannya, “aku akan menjadi segala-galanya untuk mu vin, aku juga CINTA sama kamu.” Kataku mantap, dia merenggangkan pelukannya dan tersenyum hangat padaku, senyuman yg sama saat dulu aku sempat mengintip senyuman manisnya dari balik kaca kecil di salah satu pintu ruang rawat di rumah sakit di jepang.


‘CUUUP’ lembutt, untuk yg pertama kalinya (semoga tidak untuk yg terakhir kalinya) dia menyentuh lembut mulutku dengan mulutnya. Kini aku dapat merasakan hangatnya dunia saat hujan masih gencar berjatuhan, tentu saja karna hangatnya FIRST KISS ku. Senang sekaliii ! semoga ini tidak untuk yg terakhir kalinya,,, ku harap masih ada sentuhan itu di hari esok,,, amiiiiin.


**********((((((((((((PART  SAD)))))))))))))***********

Kebodohanku…
Seharusnya, saat hujan turun itu aku membawanya menepi. Bukannya terlarut dengan suasana di bawah hujan, aku menyesal. Akibat kejadian itu, alvin sekarang malah kritis. Kalian tau, kondisinya down karna tidak bisa menahan dinginnya air hujan yg menghempas di tubuh kami. Saat itu memang terasa hangat, tapi hanya hangat di dalam hati. Rasa hangat itu ada karna rasa saling memiliki itu membubuh di hati kami masing-masing. Tanpa ku sadari, hangat itu kini malah membawa petaka.


“sivia ! sekarang lebih baik kamu pulang dulu, tante takut nanti kamu sakit.” Seorang wanita paruh baya berujar begitu padaku, aku hanya tersenyum lemah dan menggeleng tak mau. “ayolaaah ! jangan seperti ini sivia, kalau nanti alvin sadar pasti dia bakalan marah liat kamu yg seperti ini.” Aku masih menggeleng, wanita tersebut mulai pasrah dan membelai rambut ku perlahan. Aku jadi tak enak hati padanya. “yasudah tante ! sivia hanya bercanda, sivia pamit pulang yah.” Wanita itu mengangguk dan memelukku dengan erat seraya berkata lirih… “tetaplah tegar untuk alvin, hanya senyummu pengobat rasa sakitnya. Jangan menangis lagi !”
“iya tante !” kataku sambil tersenyum mencoba untuk setegar mungkin, walaupun nyatanya hati ini telah rapuh saat mengelihat sang penguat terbaring tak berdaya di posisi yg berbeda.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

_auther p.O.v_

“arghhhhh ! bukain pintunya pa, sivia mohon.” Erang gadis itu sambil merosotkan tubuhnya di balik pintu kamar, rasanya dia sudah lelah untuk meminta pintu kamarnya terbuka.
“tidak sivia, sudah cukup waktumu habis hanya karna laki-laki penyakitan macam alvin.” Balas suara di balik pintu, seketika tangis gadis itu semakin pecah mendengarnya. ‘jangan ! jangan lakukan ini, Ku mohon. Menemaninya adalah ketenanganku.’ Jerit sivia semakin kalut.

Hari Ini, Hari ke-3 setelah peristiwa penguncian pintu kamarnya. kini gadis itu mulai berlari tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit sesaat setelah papanya memberikan izin. Yg di rasakan sivia saat ini hanyalah penyeruakan semua rasa rindu akan kekasihnya. Dia ingin memeluk erat laki-laki itu sekarang, meraskan setiap aroma tubuh kekasihnya, dan tentu saja dia juga ingin melihat lengkungan sempurna di wajah kekasihnya.

“ALVIIIIIIN” panggil sivia dengan semangat yg menggebu-gebu penuh. “alvin, alvin, alviiin.” Panggilnya lagi, tapi tidak ada sautan di sana. ‘jangan lagi, aku tidak mau yg lalu terulang kembali.’ Jerit sivia dalam hati sambil membungkam mulutnya dengan kedua tanganya. Langkahnya mengundur setelah melihat ruangan kosong di depannya sekarang, persis sekali seperti kejadian di jepang tempo hari. Sesaat setelah itu, sivia berbalik dan berlari sambil terisak.

Apakah ini akhir dari cintaku ? apakah semua telah berakhir ? kemana dia, kemana dia membawa kisah ini ? kemana penyuguh senyuman penenang rinduku ? huh T.T

###############**********epilog*********##############

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…

Tahun ke-2 smenjak kekasihku pergi, aku tak tau apa dia masih bisa menatap dunia atau malah pentapan itu sudah menggelap bersama lenyap raganya. Apakah dia masih hidup ??? tapi kenapa dia tidak memberikan kabar padaku ? apa dia sudah melupakanku ? atau, atau, dia sudah tak di dunia lagi ? tidak dapat merasakan kerinduanku ini.

Huh ! kalian tau, dulu -2thn lalu- setelah aku tak mendapatinya menempati ruang rumah sakit itu, aku memilih untuk melupakan alvin, melupakan semua kenanganku, tapi nyatanya aku tak sanggup hingga sampai saat ini aku masih mencintainya. Dia berlaku tidak adil padaku ! sungguh perlakuan yg jahat, perlakuan yg kedua setelah hal yg lalu…

“siviiiia ! jangan melamun siang bolong begini, ayolah kita masih ada survei dengan dokternya.” Kata shilla sambil menarik kasar tanganku. Yuppp ! tempat ku sekarang adalah rumah sakit yg sempat menjadi saksi bisu kisah cintaku dulu.
“iyaaaa, tapi jangan menarik tanganku seperti ini.” Kata ku sambil meronta-ronta tak jelas, alhasil karna pemberontakanku itu aku jadi menabrak seseorang hingga orang tersebut jatuh bersamaan dengan lepasnya genggaman tangan shilla yg tadi menarikku.
“ehhh ! sorry.” Kataku sambil membantu orang tersebut bangun, dia sedikit mendongak sebelum menyambut uluran tanganku. “hah ! dia, apa dia, bu…kankah di…a, aaaaaaa” kataku gelagapan melihat orang yg tadi ku tabrak.
“hahaha ! jangan  kaget seperti itu sivia, biasa saja.” Katanya, aku mendecak kesal. Ehhh ! dasar cowok edan. Ta... tapi… dia, yah dia ! dia adalah ray, adiknya alvin.
“tunggu, kamu RAAAAY kan ?” pekikku setelah berusaha untuk mengingat namanya. “jangan teriak cantikk.” Katanya santai dan mencoba bangun dengan sendirinya.
“alvin,,, gimana kabar laki-laki itu ?” tanyaku lirih, ku lihat exspresi ray berubah menjadi muram. Membuatku harap-harap cemas, jangan katakan sesuatu yg menykitkan, ku mohoooon ! cukup air mataku mengalir selama 2 tahun belakangan ini, aku merindukkan laki-laki itu.
“hay sivia, ayoolah ! dokternya tidak akan menunggumu mengobrol dengan laki-laki gondrong itu.” Teriak shilla, aku mendengus sebal sambil menatap sahabatku itu dengan tatapan pembunuh. “tidak usah menatapku seperti itu, ayoo cepat !.” katanya lagi seraya menarik tubuhku dari hadapan ray, sebelum ku dengar jawaban bocah gondrong itu. Ishhh, shilla BEGOK !  


Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yg takkan pernah ku tau, dimana jawaban itu ? Bahkan letusan merapi bangunkanku dari mimpi, sudah waktunya ku berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…


Aku bersandar di tiang-tiang penyangga rumah sakit, kira-kira sudah 5 jam aku di rumah sakit ini untuk mengadakan survey yg tidak kunjung usai. Sore menjejal, seperti hal lalu. Sekarang aku tengah menatap kilauan langit jingga, tapi sekarang aku sadar tidak ada alvin yg menemaniku di sini. “aku merindukanmu jinggaku.” Kataku dengan lirih, tak terasa air hangat itu jatuh dengan perlahan dan mengalir bak rintik-rintik air langit yg baru saja turun. padahal kilauan jingga itu baru saja terlihat, tapi mengapa secepat ini berganti kelam, ini bukan saatnya jinggaku berganti kelam. Hay ! bicara apa aku ini ! tapi ini sungguh tidak adil, jangan berubah dulu jinggaku… ku mohon ! arghhh…

Diam menyelimutiku, mulutku seakan membisu, bungkam kehabisan kata, dan sesak kian menyerang tanpa gentar. Suara-suara yg lalu lalang kini mengusik ku, wajar saja rumah sakit ini tempat umum. Bukan aku yg memiliki, aku tidak mungkin memboking-nya dengan egois. Hahaha ! lucu…

“hay kak ! jangan berlari seperti itu, kamu baru saja sehat.” Teriak seseorang yg terdengar bersumber dari belakang, aku tak menggubrisnya. Biarkan saja, toh apa urusanku ?
“hahaha ! biar saja, aku ingin merayakannya bersama hujan disini.” Terdengar suara yg lain membalas suara yg tadi dan…

‘BRUUUK’
“tuh kan apa ku bilang. Jangan berlari seperti itu. Dasar begokk !” omel salah satunya karna kini laki-laki yg di pringati tlah jatuh tersungkur tepat di hadapanku. Aku yg melihatnya tergelonjak kaget dan dengan sigap aku langsung bangun, mengulurkan tangan ku untuk membantu laki-laki itu.
“hay ! hati-hati donk, ayooo bangun.” Pintaku masih dengan tangan yg terulur ke arahnya, laki-laki itu mendongak dan,,,

‘JLEEEP’ ‘JDYAAAR’
“jing… ga… ehhh ! al… vin…” kataku gelagapan, seakan percaya atau tidak kalau orang yg akan ku tolong ini adalah orang yg ku rindu.

“hah ! si… siapa ya ?” tanyanya dengan tampang polos, mendengar semua itu hatiku langsung meremuk dan seakan teriris pisau tajam. TUHAN, Apa-apaan ini ? apa orang di depanku ini beneran alvin ? atau alvin memang sudah melupakanku ? arghhh, kenapa mesti begini ? Apa kisahku akan berakhir SAD ENDING ? tidak, aku tidak mau itu terjadi karna yang ku impikan adalah akhir kisah yg HAPPY ENDING. Aku tidak mau egois, tapi KENAPA JADI BEGINI ? baru saja ku rasa terharu karna pertemuan ini, tapi dengan gampangnya semua itu tertepis rasa pilu yg menyakitkan. JAHAT SEKALI !!!
“hikshikshiks !” aku berbalik dengan sejuta kecewa dan dengan kalut ku coba untuk berlari meninggalkan laki-laki ini. tapi tunggu dulu, langkah ku tercekat sebelum mulai melangkah. “hay tunggu dulu.” Katanya sambil membalik tubuhku untuk menghadap dirinya “aku hanya bercanda, aku tidak mungkin melupakanmu, sivia.”

Dia –alvin- langsung memelukku, tapi aku mencoba untuk beronta. “kamu jahat alvin, 2 thn aku menunggumu, tapi sekarang kamu datang dan dengan mudahnya kamu membuatku hancur seperti tadi.” Kataku masih dengan memberontak tak jelas, namun seperti yg kalian tau tenagaku kalah telak dengan tenaga alvin.
“ma… af… aku pergi untuk membuatmu bahagia, aku ingin seperti laki-laki normal yg bisa mengukir bahagia untuk gadisnya, aku tidak mau menjadi laki-laki PENYAKITAN yg selalu membuatmu menangis.” Katanya lembut masih dalam posisi memelukku, perlahan pemberontakkan ku melemah begitu saja. Semua dia lakukan untukku, lantas apa yg bisa ku lakukan untuknya ?
“hikshikshiks.” Aku hanya dapat terisak mendengarnya… “dan tentu saja aku melakukannya agar kamu tidak menangis lagi untukku karna...” Lirihnya, aku masih bungkam. “kamu kekuatan ku vi, kamu penopang yang membuatku untuk tetap bertahan, kamu juga yg telah rela menjadi nyawa hidupku, dan kamu juga yg telah menjadi detak jantungku. Serta kamulah kebahagiaanku…” sambung alvin lagi, kali ini isakkanku semakin menjadi-jadi. “sekarang untukmu, aku berhasil selamat dari penyakit itu vi, meski tidak sepenuhnya, tapi setidaknya aku dapat mengukir semuanya lebih lama dengan mu.”
“huaaa! Hikshikshiks. Al… vin… ak… aku… men… cintaimu…” kataku pelan, dia mengangguk dan mebalas kataku. Dasar BODOH ! kenapa hanya kata-kata itu yg keluar dari mulutku. Tapi, yasudahlah ! aku tak peduli, kini aku membalas pelukkannya dengan sangat erat, aku tidak mau dia pergi lagi. Kalian tau ALVIN HANYA UNTUKKU, UNTUK SIVIA AZIZAH.  


Akhirnya KISAHKU berakhir HAPPY ENDING, akhir kisah yg sangat ku impikan. Lihatlah, TIDAK MUDAH mempertahankan cinta ini, butuh ketegaran dan kesabaran untuk menguatkannya. Huh ! CINTA MEMANG RUMIT, TAPI TETAP MENYENANGKAN BILA AKHIRNYA HAPPY ENDING SEPERTI KISAHKU INI… ayolahhh ! kawan pertahankan cinta kalian, buat kisah kalian berbeda dari kisah CINTA yg lain karna HAL YG BERBEDA AKAN MENOREHKAN KESAN YG TERUKIR DALAM.

Heh ! bahasaku, ya sudahlahhh ! byebye ANH,,, SIVIA JUGA SAYANG KALIAN…

##########THE END OF HAPPY ENDING##########


++++++++++++BONUS PART STORY+++++++++++
++++++++++++++PART BONUS+++++++++++++++

A.T.Y.P.K.M…

Melihat tawamu, mendengar senandungmu, terlihat jelas di matakku warna warna indahmu… Menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa hatimu ANUGRAH TERIDAH yg PERNAH KUMILIKI… Hoaaaa, hoo… ooo…oooo…

“hahaha ! suarama mu baguss…” kataku dengan volume suara yg cukup besar, alvin menoyor keplaku dengan kesalnya. “huh ! bilang saja kamu hanya ingin meledek suaraku.” Ujarnya.

Heyheyhey ! aku berkata jujur, kenapa dia kesal seperti itu ? apa aku salah memuji kekasih ku seperti tadi ? Dasar kodok aneeh. “aku tidak bohong alvin, ishhh ! jangan kesal seperti itu dong.” Kataku sambil mencubit pipinya. Dia meringis dan mencoba untuk menyingkirkan tanganku dari pipinya, tapi aku menahan tangannya dengan tangan kiriku, alhasil sekarang tangan kami bertumpuk di atas pipinya dan itu membuatku mempunyai peluang banyak untk menatapnya lebih dekat. Huehhh ! asyikk sekali bisa menatap matanya sedalam ini dengan posisi wajah yg dekat pula.

Ku lihat dia sama seperti 2 thn lalu, dia masih seperti dulu. Dia tetap kekasihku yg tampan, baik, dan selalu sempurna di mataku. Semakin lama ku meratap kisahnya semakin Perlahan bayang-bayang semu itu berputar nyata saat ku menatap kedua mata alvin, terlihat jelas bahwa dia adalah anugrah terindah yg di berikan tuhan untukku. Jelas saja aku tak mau rasa takut itu datang kembali, mengingat di kehidupan yg lalu nyawanya hampir tandas karna sebuah penyakit terkutuk, tapi sadarkah kalian di kata DULU. Yuppsss ! itu dulu dan sekarang dia masih ada di sani. Penyakit itu hilang bersama tandasnya kisah pilu dan sekarang ! sekarang hanya terselip bahagia di tengah-tengah doa yg melambungkan permintaan sederhana, permintaan agar aku dan alvin dapat selalu bersama sampai mati nanti. Hmmmm ! amiiiin J


Sifatmu kan slalu ledakan ambisiku, tepikan khilafku dari bunga yg layu, saat kau di sisiku kembali dunia ceria… jelaskan bahwa kamu ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI…. Hoooo… hoooo… hoooo... Oooooo… Oo… oo…

Lucu, alvin –kekasihku- memang sangat lucu. Padahal kalau diingat-ingat dulu saat perkenalanku dngan alvin di salah satu rumah sakit di Hokkaido, jepang. Dia terkesan sangat cuek, bahkan untuk menyambut senyumku saja dia sudah enggan. Tapi saat waktu menunjukkan lebih lama kebersaan kami, dia mulai menjadi alvin yg kulihat dari balik kaca, alvin yg menyenangkan dan tentu saja alvin yg selalu membuatku terpesona dngan senyuman manissnya.

“ALVIIIIN ! kamu lucu sekali.” Kataku saat itu, mungkin ini adalah kata yg selalu ku ucapkan saat melihat tingkahnya yg selalu bisa membuatku tertawa renyah. Tak lupa, setiap aku melontarkan kata itu aku selalu mencubit lengannya karna gemas. Hahaha ! kebiasaan buruk sivia itu, tawa alvin.

1 lagi dari kisah ini, senyuman manisnya selalu menepikan khilafku dari dunia yg kadang terasa kalut dan senyuman manisnya juga yg selalu menenangkanku saat air mataku terjatuh karna menangisinya =DULU=.


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….

Alvin membelai wajahku lembut dan membuatku tersadar dari peratapan kisah yg telah berlalu. “kenapa melamun vi ?” Tanya lavin khawatir padaku, aku menggeleng cepat untuk menghapus kecemasan di wajahnya.
“tidak apa vin, jangan cemas seperti itu. Heheh” kataku sambil nyengir kearah alvin. “kamu tidak pernah berubah ya vin, kamu tetap jinggaku yg dulu.” Kataku dengan pelan, perlahan ku lepas kedua tanganku yg sempat tertumpuk dan menempel di pipinya tadi. “janji ya vin, kamu jangan pernah berubah. Kamu janji kan bakal tetap jadi jinggaku.”
“hahaha ! gimana yah ?” ujarnya pura-pura mikir, aku memanyunkan bibirku dan membuatnya terkekeh. “janji, gk ya ?” katanya lagi, sekarang dia membuatku kesal. Huh ! aku benci perlakuannya yg seperti ini. Dia selalu mengajakku bercanda, saat aku mulai mengajaknya berbicara serius. “iya vi, aku janji.”

Aku tersenyum mendengar hangat janjinya menyambut janjiku. Lagi-lagi, aku di buat bahagia olehnya, apalagi sekarang jemarinya menggenggam erat jemariku. Mau tidak mau, aku menoleh ke arahnya mencoba mencari penjelasan mengapa dia mengeratkan genggamannya.

Senyuman, hanya itu yg menjadi jawaban atas pertanyaanku. Tapi tak apalah, sejuk tatap wajhnya membuatku melupakan kebingunganku.

Alvin, alvin, alvin ! LOVE YOU FULL.. J


Belaian jemarimu, sejuk tatap wajahmu, hangat peluk janjimu… 2X
ANUGRAH TERINDAH yang PERNAH KUMILIKI….



++++++++++++++++++THE END of BONUS PART My story of Crazy LOVE++++++++++++++++++ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar