Selasa, 30 April 2013

NO SAD !!! (prolog)



NO SAD !

Bismillahirrahmanirrahim

_ PROLOG _

“Sivia”
                        Gadis cantik berpipi cabby yang tengah asik dengan gelembung-gelembung balon sabunnya  langsung mengalihkan perhatiannya. Ditatapnya dengan lekat seorang wanita paruh baya yang berdiri diteras rumahnya.
                        “sudah waktunya kamu berangkat ke rumah calon tunanganmu. Cepatlah menata dirimu, ibu tidak mau perjodohanmu batal hanya karna kamu kucel seperti ini.” kata wanita paruh baya yang ternyata ibunya.
                        Tanpa banyak protes, Sivia menurut dan segera meninggalkan aktivitasnya dengan gelembung-gelembung balon sabun yang sering menjadi teman bermain sorenya. Dia langsung berjalan memasuki rumahnya dan bergegas kekamar mandi.
                     
                        Hampir setengah jam kemudian, Sivia sudah menata dirinya dengan membalut tubuhnya menggunakan dress pink-putih bermotif kotak-kotak, menjepitkan pita dengan warna senada tepat di bagian sebelah kanan rambut pendeknya. Ditangan kanannya, Sivia menenteng tas punggung berwarna pink senada juga. Sementara tangan kirinya menggeret sebuah koper besar yang penuh sesak dengan pakaian-pakaiannya.
                        “ibu, Sivia sudah siap.” Kata Sivia
                        Ira, ibunya Sivia melihat penampilan anak gadisnya dari atas sampai bawah. Beliau tersenyum hangat ketika menyadari anak gadisnya begitu cantik dengan balutan dress pink-putih dan jepitan berwarna senada yang dulu dibelikannya saat Sivia berumur 15 tahun. Tidak salah pilihannya dulu, Sivia begitu cocok dengan dress dan jepitan tersebut.
                        “ibu, kenapa melihatku seperti itu ? apa ada yang salah ? Aku takut ibu jatuh cinta padaku kalau ibu menatapku seperti itu.”
                        “hahaha, tidak Sivia, tidak ada yang salah. Sebelum kau berkata seperti itu, ibu sudah jatuh cinta melihatmu, kau cantik sekali.” puji Ira.
                        Sivia tersipu-sipu dengan pujian tersebut, lesung pipi terlihat merona dengan warna pink yang hampir senada dengan warna jepitannya.
 

*******
                     
                        Teriakan penolakan dari Alvin membuat kedua orang tuanya terpelonjak kaget. Sudah lama mereka tidak berhadapan dengan putra semata wayangnya ini. namun sekali berhadapan dan berbica dangannya, mereka hampir jantungan mendengar penolakan Alvin. wajar memang Alvin menolak seperti itu karena begitu berbicara dengan orang tuanya, mereka langsung memberitahukan kalau sebentar lagi calon tunangannya akan datang dan Alvin tidak bisa menolak lagi.
                        “kalian egois. Alvin nggak mau dijodohin seperti ini, Alvin bisa nentuin semuanya nanti. Nggak mendadak seperti ini, apalagi ini masalah tunangan dan kelak akan menjadi istri Alvin.” teriak Alvin.
                        Duta dan Winda –orang tua Alvin- saling berpandangan dan menghela nafas berat. Meskipun mereka tidak sering bertemu dengan Alvin karna sibuk bekerja, tapi mereka cukup tau sikap Alvin yang keras kepala dan susah diatur.
                        “kamu tidak bisa menolak, Alvin.” kata Duta tenang.
                        Alvin berdiri dari duduknya. dia benar-benar marah dengan sikap kedua orang tuanya. Ingin rasanya ia membentak kedua orang tuanya ini, memaki mereka, kalau bisa Alvin juga ingin langsung menerkam kedua orangtuanya dan menelannya hidup-hidup. Tapi mau gimana lagi, Alvin tidak bisa berbuat banyak, tidak bisa melawan, dia bukan tipe anak yang suka berbicara banyak dan melawa.  my life is just simple !! begitulah moto Alvin, jadi Alvin tidak pernah memperbesar masalah, ia akan mengangguk jika terpaksa dan jika menginginkan sesuatu. Selebihnya, let its flow.
                        “tenanglah Alvin, gadis yang kami jodohkan denganmu itu tidak seburuk yang ada dipikaranmu. Lagi pula ini bukan kehendak mama dan papa. Ini perintah omamu.” Kata Winda menenangkan putranya.
                        Apa pun yang dikatakan kedua orang tuanya, Alvin hanya menghela nafas berat dan berlalu meninggalkan mereka. dia berjalan keluar rumah, memasuki mobil yang terparkir depan garasinya. Setelah itu, Alvin melajukan mobilnya dan menghilang dibalik gerbang yang terbuka dan tetutup secara otomatis.

*******

                        Sivia mencoba menenangkan hatinya yang terus saja memintanya untuk menolak perjodohan ini. meskipun dari tadi dia menuruti semua keinginan ibunya, tapi itu bukan berarti Sivia mau dijodohkan dengan laki-laki yang ia sendiri tidak tahu namanya siapa. Kemarin sebenarnya Sivia sudah menolak keinginan ibunya, tapi ibunya tetap bersikukuh untuk menjodohkan Sivia. Alasannya karena itu permintaan oma Sivia sebelum meninggal, menjodohkan Sivia dengan cucu dari sahabatnya, supaya ada jalinan yang mengikat keluarganya dan keluarga sahabatnya itu dan tidak melulu menjadi sahabat, melainkan juga oma Sivia dan oma laki-laki itu ingin menjadi sebuah keluarga melalui perjodohan cucu-cucu mereka.
                        “tenanglah Sivia, perjodohan itu tidak seburuk yang kamu pikirkan.” Kata ira menenangkan anak gadisnya.
                        Melihat wajah gelisah Sivia, ira menjadi kasihan dengan anak gadisnya itu. tapi mau gimana lagi, permintaan almarhum ibunya itu merupakan wasiat sekaligus amanah terakhirnya. Ira juga tidak mungkin membatalkan pejodohan ini,  karena orang tua si laki-laki sudah mempersiapkan segalanya sampai nanti anak-anak mereka bertunangan, menikah, dan berkeluarga.
                     
                        “Sivia, ayo turun. Kita sudah sampai.”
                        Ira menyadarkan Sivia dari lamunannya. “ayo Sivia, kita sudah sampai.” Kata ira mengulang ajakannya yang tadi.
                        Sivia dan Ira keluar dari mobil mereka. halaman yang luas, rumah yang besar dan mewah, serta lapangan bola dan lapangan basket lengkap denganfasilitas-fasilitasnya menyambut pandangan mata mereka ketika keluar. Sivia berdecak kagum melihat rumah dan semuanya, baru kali ini ia melihat rumah selengkap ini.  pasti mengasikan kalau tinggal disini, Kata Sivia girang.
                        “nyonya Ira dan Nona Sivia.” Seseorang menyambut kedatangan mereka. “kalian sudah ditunggu didalam oleh tuan Duta dan Nyonya Winda. Silahkan masuk dan anggap rumah ini seperti rumah kalian.” Kata orang tersebut ramah.
                        Tanpa berkata apa-apa Sivia dan Ira masuk kedalam rumah tersebut, orang yang tadi menyambut mereka atau lebih tepatnya seorang ketua pelayan rumah tersebut menunjukkan jalan ketempat si tuan rumah menunggu mereka.
                        “selamat datang.” Sapa 6 orang pelayan yang berdiri berjejer didepan tangga.
                        Mereka tersenyum hangat menyambut Sivia dan ira.
                        Sivia dan ira balas tersenyum. Mereka tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat  isi rumah beserta 6 pelayan yang menyambut mereka.
                        “silahkan nyonya ira dan nona Sivia, tuan Duta sudah menunggu didalam.” kata si kepala pelayan sambil membuka pintu.
                        “iya, terimakasi.” Balas ira.

                        Didalam sebuah ruangan terlihat sepasang suami istri yang seumuran dengan ira –ibu Sivia-. Mereka tersenyum menyambut kedatangan Sivia dan ibunya. Setelah bercipika cipiki, Winda mempersilahkan Sivia dan ibunya untuk duduk.
                        “Sivia azizah.” Panggil Winda memastikan.
                        “iya tante.”
                        “kamu cantik sekali, selamat datang dirumah kami.”
                        Sivia hanya mengangguk.
                        “Sivia, mulai sekarang kamu tinggal disini bersama putra kami. Sementara om dan tante akan membawa ibumu ke paris untuk menyelesaikan semua urusan perusahan yang dirintis oleh omamu dan oma Lani.” Jelas Duta.
                        Lagi-lagi Sivia mengangguk. Dia hanya tersenyum kecut mendengar penjelasan dari Duta. Yang ada dipikkiran Sivia setelah mendengar ia akan tinggal bersama calon tunangannya, pasti hari-harinya akan berjalan luar biasa setelah ini, tinggal berdua dengan laki-laki yang tidak dikenalnya dan memulai Pendekatan dengan paksaan, aahhh ! mengesalkan, pikir Sivia.
                        “yasudah Sivia, sekarang kamu boleh kekamarmu dilantai dua, semua sudah kami siapkan. Hari ini kami akan langsung berangkat ke paris, kau bisa menghubungi kami kapan pun.” Kata Duta lagi.
                        “Sivia, jaga dirimu ya nak, ibu menyayangimu.” Ira memeluk tubuh anak gadisnya sebelum Sivia pergi kekamarnya dengan diantarkan salah satu pelayan yang tadi menyambut kedatangannya.

********

                        Saking Penatnya Alvin menjadi bringas dijalanan, mobil yang dikendarainya melaju diatas kecepatan rata-rata. Dia benar-benar penat mengahadapi kedua orang tuanya, membuat pikirannya benar-benar kacau. Apalagi dengan status perjodohan bodoh yang dijatuhkan untuknya.
                        “arghhhh, kacau.” Teriak Alvin.
                        Mobil yang dikendarainya berhenti tepat dipinggir jalan.

#drrrrrrtdrrrrrrrrtdrrrrrrrt#
                        Alvin melirik handpone yang tergeletak dikursi penumpang disebelahnya. Nama ‘Papa’ yang menghiasi layar handpone tersebut membuatnya malas untuk menyentuh ataupun mengangkat hanpone tersebut. tapi setelah beberapa menit, akhirnya Alvin mengangkat telpon dari papanya.
                        “ada apa ?.” tanya Alvin malas.
                        “Alvin, cepat pulang, calon tunanganmu sudah datang.” Balas orang diseberang telepon.
                     
                        “iya, sebentar lagi Alvin pulang.”
                         “satu lagi, selama papa ke paris kau harus menjaga calon tunanganmu, baik-baik sama dia, awas saja kalo papa dengar kamu macam-macam.” Ancam papanya.
                          “iya.”
                          “yasudah kalo begitu, jaga dirimu dan jaga calon tunanganmu.”

#tuuuuutuuuuutuuuut#
                        Sambungan langsung diputus Alvin tanpa menjawab pesan dari papanya. Lama-lama Alvin merasa gondok dengan tingkah kedua orang tuanya. Sebenarnya apa peduli mereka, Seenaknya saja mereka menjodohkanku, lagi pula selama ini mereka tidak pernah memperdulikanku, omel Alvin dalam hati.
                        Untuk mencari ketenangan, Alvin menutup mata sipitnya. Menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan untuk mencari sebuah ketenangan dan melepaskan kepenatannya. Segini saja sudah membuatnya lelah, apalagi harus menjalani perjodohannya nanti, huh !!!


===============NEXT PART==================
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar