Rabu, 16 Mei 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part4




Masih dalam ruang meeting, suasana semakin menegang. Apalagi sivia masih menatap tak percaya kepada orang yg ada di depannya saat ini. “ehem… sivia silahkan kamu duduk, mari kita mulai meeting hari ini.” Salah satu Pria paruh baya tersebut segera mempersilahkan sivia untuk segera duduk di bangku yg berseblahan dengan laki-laki tadi.
“hmmm ! baiklah, terimakasih om.” Ramah sivia sambil berjalan mendekati bangkunya.
“silahkan alvin mulai present nya.” Kata pria yg satunya, laki-laki yg sempat adu bacot dengan sivia tadi pun langsung mengangguk dan memulai presentaskan prusahaan papanya.
“terimakasi sebelumnya, disini saya akan menanamkan saham……” alvin menjelaskan dengan singkat dan jelas, meeting kali ini pun benar-benar berjalan sukses seperti apa yg diinginkan.


‘prokprokprok’
“terimakasi atas kerjasamanya.” Mereka semua berjabat tangan atas kepuasan hasil meeting hari ini. Setelah itu merekapun langsung keluar dari ruang meeting, kecuali sivia, alvin, dan papa-papa mereka.
“ buat nak alvin dan sivia, kalian berdua boleh makan siang dulu. Kami berdua mau membicarakan sesuatu. Silahkan.” Kata papa sivia mempersilahkan mereka.
“baik om, terimakasi kalau begitu. Kami keluar dulu ya !” kata alvin sopan dan berjalan keluar mendahului sivia yg berdiri di belakangnya.
“sivia pergi dulu ya pa, om. Permisi.”

Sivia mencoba menyejajarkan langkahnya dengan langkah alvin yg terkesan berjalan sangat cepat. “apa mau mu ?.” Tanya alvin yg merasa aneh karna sivia terus mengikutinya.
“apa ya ? hmmm, apa aja boleh. :P” sivia menjulurkan lidahnya, alvin melengos kesal, dan kembali focus dengan langkahnya.
Mereka berdua terus berjalan sampai akhirnya mereka sekarang berada di depan restoran, ntahlah sadar atau tidak sadar sekarang mereka tampak lebih akrab dari sebelumnya.

+++++++++++++++++++++++++

Gabriel duduk di samping shilla, gadis yg bersamanya kini sedang menangis sesenggukan. Ntah ada rasa apa, iel mencoba menyeka air mata shilla dengan lembutnya. Rasanya iel tidak tega melihat gadis itu menangis, terlebih lagi menangis di depannya. “sudahlah shil, jangan menangis llagi. Aku mengerti.” Kata Gabriel selembut mungkin, Gabriel yang sekarang bukan lagi Gabriel yg kasar dan jail, Gabriel yg sekarang di depan shilla adalah Gabriel yg sifatnya lembut dan penuh kasih.
“iel, aku tidak sanggup melihat mereka berkelahi lagi. Aku ingin keluargaku akur seperti dulu. Aku ingin mereka tidak egois seperti ini.” Isak shilla sambil menyenderkan kepalanya di pundak Gabriel.
“iya shill, aku mengerti. Tapi kamu jangan nangis lagi dong. Aku akan membantumu, aku janji akan menemanimu melewati semua ini.” Kata iel tulus dan di sambung di dalam perkataan ‘dan aku juga janji tidak akan ada tangis lagi setelah ini.” Di dalam hatinya.
“ta… tap…”
“sudahlah shill, semua pasti ada jalan keluarnya asalkan kamu mau berusaha.”
“iya iel, makasi.”
“nah gitu dong, sekarang jangan nagis lagi ya. Aku gk suka liat kamu nangis.” Gabriel menyeka sisa-sisa air mata shilla dan segera menarik ke dua ujung bibir shilla untuk menampilkan senyum gadis itu lagi. “janji ya jangan nangis lagi.”
“iya iel, aku janji.”

++++++++++++++++++++++++

“Huh ! sebentar lagi kalian semua akan menjadi boneka dalam permainanku. Lihat saja nanti.” Seseorang melempar beberapa panah kecil kearah foto-foto ify dan alvin.
“ini buat loe fy, loe udah buat adikku meti dengan semua pemendaman perasaannya.” Laki-laki itu merobek foto ify dan membakarnya dengan penuh dendam.
“dan buat loe, alvin jonathan. Gara-gara loe, adek gue dulu selalu menelan rasa cemburu. Arghhh ! shit loe berdua.” Umpat laki-lakki tersebuut ssambil memiringkan senyum tipisnya. Dia tampak sangat mmurka, terlebih lagi mengingat bagaimana dulu dia harus menelan sesak saat melihat adik tersayangnya menangis gara-gara cembburu.
“shit !!!”

----------------********************---------------

Sivia dan alvin masih menikmati makanan mereka dalam keheningan yg tercipta, masing-masing dari mereka enggan untuk memulai percakapan, ntah  untuk sesuatu yg baru maupun sesuatu yg berbeda.
“vin…” panggil sivia, mencoba memulai percakapan dan menghilangkan keheningan.
“hmmmm !”
“aku m.. minta maaf atas kejadian yg kemarin.” Sivia menyekat aktivitas makannya, di lebih memilih menatap alvin dengan tatapan memelas, yg di tatap juga melakuka hal yg sama sepertinya.
“gk semudah itu.” Kata alvin dengan nada dinginnya.
“ke...napa ? aku dan sahabat-sahabat ku mengaku salah, aku yg mewakili mereka.”
“…” alvin tak menjawab sedikitpun, dia memilih menatap sivia dengan mulut bungkam.
“apapun akan ku lakukan untukmu, asalkan kamu memaafkanku.”
“yakin ???” Tanya alvin memastikkan, sivia tersenyum dan mengangguk pasti.
“baiklah, kalau begitu aku ingin kamu menjadi asisten ku di rumah, di sekolah, di kantor, maupun di luar,,,”  kata alvin sambil tersenyum penuh arti, sedangkan sivia hanya menelan ludahnya. Bagaimana mungkin ia akan melakukan semuanya demi seorang musuh yg selama ini dianggap tidak berarti. “full one month”
Sivia menelan ludahnya lagi, baginya ini semua adalah bencana besar untuknya, “jahat sekali..” gumam sivia dengan nada lirih, namun alvin masih bisa mendengarnnya. “ya sudah ! kalau kau tidak mau.” Kata alvin dan  mulai beranjqak dari meja makan nya setelah menaruh semua bayaran atas makanan yg di pesannya.
Sivia mencoba berfikir keras untuk mencari solusinya, namun karna kepepet otak sivia tidak bisa di ajak untuk berkerja sama dan akhirnya siviapun mengatakan dengan nada lantang supaya alvin yg sudah ada di ambang pintu mendengarnya. “alvin….”

=====================B=E=S=A=M=B=U=N=G====================

Udah dulu ye all, gue minta maaf kalau ngaret bgt…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar