Masih dalam ruang meeting, suasana semakin menegang.
Apalagi sivia masih menatap tak percaya kepada orang yg ada di depannya saat
ini. “ehem… sivia silahkan kamu duduk, mari kita mulai meeting hari ini.” Salah
satu Pria paruh baya tersebut segera mempersilahkan sivia untuk segera duduk di
bangku yg berseblahan dengan laki-laki tadi.
“hmmm ! baiklah, terimakasih om.” Ramah sivia sambil berjalan
mendekati bangkunya.
“silahkan alvin mulai present nya.” Kata pria yg satunya, laki-laki
yg sempat adu bacot dengan sivia tadi pun langsung mengangguk dan memulai presentaskan
prusahaan papanya.
“terimakasi sebelumnya, disini saya akan menanamkan saham……” alvin
menjelaskan dengan singkat dan jelas, meeting kali ini pun benar-benar berjalan
sukses seperti apa yg diinginkan.
‘prokprokprok’
“terimakasi atas kerjasamanya.” Mereka semua berjabat tangan atas
kepuasan hasil meeting hari ini. Setelah itu merekapun langsung keluar dari
ruang meeting, kecuali sivia, alvin, dan papa-papa mereka.
“ buat nak alvin dan sivia, kalian berdua boleh makan siang dulu.
Kami berdua mau membicarakan sesuatu. Silahkan.” Kata papa sivia mempersilahkan
mereka.
“baik om, terimakasi kalau begitu. Kami keluar dulu ya !” kata alvin
sopan dan berjalan keluar mendahului sivia yg berdiri di belakangnya.
“sivia pergi dulu ya pa, om. Permisi.”
Sivia mencoba menyejajarkan langkahnya dengan langkah
alvin yg terkesan berjalan sangat cepat. “apa mau mu ?.” Tanya alvin yg merasa
aneh karna sivia terus mengikutinya.
“apa ya ? hmmm, apa aja boleh. :P” sivia menjulurkan lidahnya, alvin
melengos kesal, dan kembali focus dengan langkahnya.
Mereka berdua terus berjalan sampai akhirnya mereka
sekarang berada di depan restoran, ntahlah sadar atau tidak sadar sekarang
mereka tampak lebih akrab dari sebelumnya.
+++++++++++++++++++++++++
Gabriel duduk di samping shilla, gadis yg bersamanya
kini sedang menangis sesenggukan. Ntah ada rasa apa, iel mencoba menyeka air
mata shilla dengan lembutnya. Rasanya iel tidak tega melihat gadis itu
menangis, terlebih lagi menangis di depannya. “sudahlah shil, jangan menangis
llagi. Aku mengerti.” Kata Gabriel selembut mungkin, Gabriel yang sekarang
bukan lagi Gabriel yg kasar dan jail, Gabriel yg sekarang di depan shilla
adalah Gabriel yg sifatnya lembut dan penuh kasih.
“iel, aku tidak sanggup melihat mereka berkelahi lagi. Aku ingin
keluargaku akur seperti dulu. Aku ingin mereka tidak egois seperti ini.” Isak
shilla sambil menyenderkan kepalanya di pundak Gabriel.
“iya shill, aku mengerti. Tapi kamu jangan nangis lagi dong. Aku
akan membantumu, aku janji akan menemanimu melewati semua ini.” Kata iel tulus
dan di sambung di dalam perkataan ‘dan aku
juga janji tidak akan ada tangis lagi setelah ini.” Di dalam hatinya.
“ta… tap…”
“sudahlah shill, semua pasti ada jalan keluarnya asalkan kamu mau
berusaha.”
“iya iel, makasi.”
“nah gitu dong, sekarang jangan nagis lagi ya. Aku gk suka liat kamu
nangis.” Gabriel menyeka sisa-sisa air mata shilla dan segera menarik ke dua
ujung bibir shilla untuk menampilkan senyum gadis itu lagi. “janji ya jangan
nangis lagi.”
“iya iel, aku janji.”
++++++++++++++++++++++++
“Huh ! sebentar lagi kalian semua akan menjadi boneka dalam
permainanku. Lihat saja nanti.” Seseorang melempar beberapa panah kecil kearah
foto-foto ify dan alvin.
“ini buat loe fy, loe udah buat adikku meti dengan semua pemendaman
perasaannya.” Laki-laki itu merobek foto ify dan membakarnya dengan penuh
dendam.
“dan buat loe, alvin jonathan. Gara-gara loe, adek gue dulu selalu
menelan rasa cemburu. Arghhh ! shit loe berdua.” Umpat laki-lakki tersebuut
ssambil memiringkan senyum tipisnya. Dia tampak sangat mmurka, terlebih lagi
mengingat bagaimana dulu dia harus menelan sesak saat melihat adik tersayangnya
menangis gara-gara cembburu.
“shit !!!”
----------------********************---------------
Sivia dan alvin masih menikmati makanan mereka dalam
keheningan yg tercipta, masing-masing dari mereka enggan untuk memulai
percakapan, ntah untuk sesuatu yg baru
maupun sesuatu yg berbeda.
“vin…” panggil sivia, mencoba memulai percakapan dan menghilangkan
keheningan.
“hmmmm !”
“aku m.. minta maaf atas kejadian yg kemarin.” Sivia menyekat aktivitas
makannya, di lebih memilih menatap alvin dengan tatapan memelas, yg di tatap
juga melakuka hal yg sama sepertinya.
“gk semudah itu.” Kata alvin dengan nada dinginnya.
“ke...napa ? aku dan sahabat-sahabat ku mengaku salah, aku yg
mewakili mereka.”
“…” alvin tak menjawab sedikitpun, dia memilih menatap sivia dengan
mulut bungkam.
“apapun akan ku lakukan untukmu, asalkan kamu memaafkanku.”
“yakin ???” Tanya alvin memastikkan, sivia tersenyum dan mengangguk
pasti.
“baiklah, kalau begitu aku ingin kamu menjadi asisten ku di rumah,
di sekolah, di kantor, maupun di luar,,,”
kata alvin sambil tersenyum penuh arti, sedangkan sivia hanya menelan
ludahnya. Bagaimana mungkin ia akan melakukan semuanya demi seorang musuh yg
selama ini dianggap tidak berarti. “full one month”
Sivia menelan ludahnya lagi, baginya ini semua adalah
bencana besar untuknya, “jahat sekali..” gumam sivia dengan nada lirih, namun
alvin masih bisa mendengarnnya. “ya sudah ! kalau kau tidak mau.” Kata alvin
dan mulai beranjqak dari meja makan nya
setelah menaruh semua bayaran atas makanan yg di pesannya.
Sivia mencoba berfikir keras untuk mencari solusinya,
namun karna kepepet otak sivia tidak bisa di ajak untuk berkerja sama dan
akhirnya siviapun mengatakan dengan nada lantang supaya alvin yg sudah ada di
ambang pintu mendengarnya. “alvin….”
=====================B=E=S=A=M=B=U=N=G====================
Udah dulu ye all, gue minta maaf kalau ngaret bgt…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar