‘BRUK’
‘BRAK’
‘BRUK’
Alvin mencoba mendobrak pintu sebuah ruangan yg menjadi satu-satunya
ruangan yg lampunya masih hidup dan terdengar beberpa suara dari dalam, namun
ntah untk yang keberapa kalinya alvin mendobrak pintu tersebut dan hasilnya
nihil. Pintu tersebut tidak terbuka sedikitpun karna memang tenaga alvin sudah
terkuras habis oleh jebakan-jebakan tadi dan...
‘GEDUBRAK’
Iel tersenyum bangga mendapati hasil dobrakannya yang membuat pintu
terbuka lebar, alvin memandang iel dengan tatapan terima kasih dan di balas iel
dengan anggukan tulus. Sivia dan shilla yang melihatnya hanya tersenyum senang
karna kini k2 laki-laki tersebut mulai akur.
“IFY,,,
FY,,, IFY,,, KAMU DIMANA ?” teriak alvin
sambil menghampiri sebuah monitor besar yang masih menyala, “erghhh ! shit, dia
kabur dan membawa ify.” Rutuk alvin kesal.
Alvin menunduk sambil mengambil jepitan ify yang tersisa di sana, sivia
menghampiri alvin dan menguatkan laki-laki tersebut. “sudahlah vin, ntar kita cari ify lagi.”
Sivia mencoba menenangkan alvin.
“hosh hosh
hosh... ak... u capek vi.” Keluh alvin yang tiba-tiba memeluk tubuh sivia,
punggung sivia mulai basah. Tampaknya keringat dan air mata alvin mulai meleleh
di pelukkan sivia. Mungkin alvin memang benar-benar lelah.
“vin, alvin,
berat vin.” Kata sivia masih dengan menahan tubuh alvin, sepersekian menit
kemudian tubuh alvin terasa berat dannn membuat sivia kewalahan.
“ehhh ! vi,
sini aku bantu. Kayaknya alvin bener-bener kelelahan.” Kata iel sambil membantu
sivia.
“loh ! alvin
kenapa iel kok merem gitu ?”
“dia pingsan
shill, gk lihat apa nie ?” kata gabriel sambil merangkul tubuh alvin, sivia yg
melihat pun jadi kawatir di buatnya. “vi, tolong aku nih kamu mapah di sebelah kanan,
alvin berat bgt, trus kamu shil tolong siapin mobil yang diparkir di depan,
Kita bawa alvin kerumahku aja. Mumpung deket.” Suruh iel, sivia dan shilla pun
hanya menuruti kata iel saja.
Mereka berlalu, meninggalkan gedung tersebut. Dalam perjalanan sivia
terusterusan menatap alvin, penuh khawatir. sesekali sivia membelai rambut
hitam alvin yang pada dasarnya, kini kepala laki-laki tersebut menyender di
bahu sivia. “jadi kamu beneran suka vi sama alvin ?.” tanya iel tiba-tiba sambil
melihat wajah cemas sivia dari kaca depan, shilla menoleh dan tersenyum melihat
dua orang di belakanganya.
“eh, haha !
ngomong apa kamu iel. Masa aku suka sama musuh sendiri.” Elak sivia, glagapan.
“haduh, via
sayang ! udah deh ngaku aja. Lagian
akhir-akhir ini, kamu kan sering sama alvin. Di mana ada alvin pasti ada sivia,
dimana ada sivia pasti ada alvin, ya gk iel ?” timbrung shilla sambil tersenyum
menggoda.
“hahaha !
iya yank kamu bener. Lagian kalian berduakan emang aneh, MUSUH JADI PACAR.”
Tambah iel lagi dan lagi-lagi menggoda sivia.
“hah ! eh,
apa tadi ? yank, jadi klian berdua...” tanya sivia tak percaya.
‘CIIIIITZZZ’
perkataan sivia terputus, shilla dan iel pun segera turun dan sebelumnya mereka
melempar senyuman jahil ke sivia. Sivia mengerti arti senyuman tersebut, jadi
shilla dan iel memang sudah resmi pacaran, haseeeek ! shiel tumpengan yoook.
#plak
===================================RIFY
CONDITION=====================================
Lidah ify terasa kelu untuk kembali memberontak, sedari tadi ia hanya
memilih bungkam dan tidak melawan atas kemauan rio. Ify rela di bawa rio
kemanapun, tapi atas satu syarat yg di ajukannya sebelum tadi dirinya di bawa
rio kabur dari gedung.
“maaf fy...”
lirih rio penuh penyesalan, ify tak menjawab. “fy, maafin aku. Jangan diem
kayak gini dong fy. Aku tau, aku salah.” Rajuk rio lagi.
“kalau kamu
tau ini semua salah. Tapi kenapa kamu lakuin semua ini yo ?.” Kata ify yang
akhirnya bersuara, meski terkesan pelan. “jelaskan yo, jelaskan semuanya. Kalo
sampai terjadi apa-apa sama alvin, aku gak bakalan maafin kamu yo. Sekarang aku
minta kamu jelaskan semuanya seperti syarat yang tadi aku ajukan.”
“iya fy, aku
akan jelaskan semuanya. Tapi nggak di dalam mobil.” Ujarnya, Rio melajukkan
mobilnya lebih cepat. di dalam perjalanan baik rio maupun ify tidak
mengeluarkan suara sedikit pun. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Toh lebih baik diam begini, dari pada berbicara dengan meluapkan emosi yang
telah berada di ujung rasa.
Beberapa menit kemudian, mobil rio terpakir di luar gerbang. Ify yang
menyadari gerbang tersebut adalah jalan masuk satu-satunya ke dalam pemakaman
umum. “ayo fy, ikut aku.”
“kenapa
kesini yo, inikan pemakaman ?.” tanya ify pelan, rio tidak menjawab sedikitpun.
Laki-laki itu malah menarik paksa tangan ify masuk ke pemakaman tersebut.
Sedikit melirik, ify melihat
gambaran tak biasa dari wajah rio. Mata rio terlihat menyimpan sejuta
kegelisahan yan bercampur dalam kehancuran, warna merah wajahnya benar-benar
memperlihatkan dendaam yang belum sepenuhnya terlampiaskan.
“ini alasan
satu-satunya kenapa aku ngelakui semuanya ke kamu dan alvin.” lirih rio sambil
berjongkok di samping gundukan makam, ify ikut berjongkok meskipun dia tak
mengerti dengan maksud rio. “RAY, yah ! perkenalin fy, dia adikku. Namanya
RAY,” kata rio pelan.
“terus
hubungannya apa yo ?” tanya ify yang masih belum mengerti, perlahan di tatapnya
rio. Terlihat tumpukan air di sudut mata teduh rio.
“ aku sayang adikku fy, sayang banget malah.
Rasa sayang yang sama, yang dia pendam sama kamu fy. Jangan bingung, sebelumnya
kamu memang gak kenal siapa ray ! ray adalah adik kesayanganku fy, dia beda
setahun denganku, dulu dia juga salah satu siswa di sekolah kita. Tapi sayang
fy, penyakit jantung yang di deritanya, berhasil merenggut nyawanya. Di tambah
dengan rasa sesak luar biasa saat dia cemburu melihat kamu dan alvin.” Rio
tersenyum miris, perlahan dia menarik nafasnya untuk mencari kelegaan sebelum
memulai ceritanya lagi. “dulu, yah dulu ! dia menganggap kamu sama alvin
pacaran dan setiap kamu dan alvin bersama-sama, ray selalu cemburu. Itu membuat
rasa sesak di dadanya makin menggelunjak dan pada akhirnya rasa sesak itu
semakin menambah deritanya dan melemahkan kerja jantungnya. Memang ini bukan
sepenuhnya salah kalian berdua. Tapi aku belum bisa menerima kepergian adik ku
fy dan itu membuat rasa dendamku semakin menjadi-jadi dan membuatku melakukan
semua ini.” Terang rio, perlahan aitr matanya menetes, memory indah bersama ray
kian membayang di benakknya.
“maaf yo,
aku dan alvin gk tau semua ini. tapi Gak seharusnya kamu lakuin semua ini yo.
Kamu salah, kamu salah.” Isak ify, rasa bersalah dan kecewa membuat gadis ini
terpuruk.
“iya fy, aku
tau, aku sadar. Tapi rasa dendam ini lebih dari yang kamu bayangin. Sakit fy,
skit banget nerima kenyataan ini.” Kata rio, perlahan tangan jenjangnya
merengkuh ify ke dalam pelukannya.
“tapi aku
sadar fy, dendamku semkin lama semakin lenyap dan berganti rasa cinta fy. Kamu
tau ?” ify menggeleng dalam pelukkan rio. “kamu tau ? apa yang di rasakan ray
dulu, sekarang sedang kurasakan. Rasa cinta yang sama dan dengan orang sama,
yah ! aku cinta kamu fy.” Kata rio, mengakui semuanya.
Perlahan pelukkan haru itu terlepas, rio menarik tangan ify untuk lebih
dekat dengan makam ray. “ray, aku minta maaf dan sekalian mau minta izin sama
kamu. Aku mau jagain ify, aku juga sayang sama dia. Aku minta maaf ray, tapi
aku gak bermaksud ngerbut ify dari kamu, tapi aku cinta sama ify. Izinin aku
yah ray, restuin hubungan aku sama ify.” Kata rio sambil mengelus nisan ray.
Perlahan rio
mengubah arah pandanganya ke arah ify. “ify, kamu mau gak jadi pacarku ?” tanya
rio sungguh-sungguh.
“kenapa ?
kenapa nggak untuk orang yang aku cintai juga.” Kata ify seraya tersenyum
senang, plus senyum lega karna laki-laki yang di cintainya kini sudah menjadi
miliknya dan semua masalah telah selesai, untuk saat ini.
+++++++++(((((((((((((((()))))))))))))))))++++++++++
“uhuk-uhuk-uhuk.”
Batuk alvin seraya sadar dari pingsannya, perlahan mata sipitnya
mengerjap-ngerjap tak jelas. Hal yang pertama di lihatnya adalah senyuman gadis
yang telah mengisi hari-harinya beberapa minggu ini.
“kamu sudah
sadar vin ?” tanya sivia terdengar khawatir, alvin mengangguk sambil
mencengkram dadanya yang terus terasa sakit.
“aku di mana
vi ?” suara parau alvin terdengar lagi.
“dirumah
gabriel vin. Kamu istirahat aja dulu.”
“vi, dingin
banget...” adu alvin, padahal selimut
tebal telah membalut tubuhnya. sivia panic dan rada bingung mau ngelakuin
apa. Alvin tiba-tiba menarik tangan
sivia, alhasi sivia jatuh tepat di atas tubuh alvin. “dingiiin bgt rasanya.” Kata
alvin lagi. Sivia mengerti, di peluknya tubuh alvin yang bergetar hebat.
Lama, sivia semakin mengeratkan pelukkannya. Berharap laki-laki yang di
cintanya tersebut dapat membagi rasa sakit tersebut kepada dirinya, meskipun
mustahil. Perlahan alvin mulai tenang, sivia merenggangkan pelukkannya. Di
lihat alvin kembali tertidur, membuat sivia lebih leluasa untuk menyaksikan
pahatan indah sang kuasa di setiap lekukan wajah alvin.
Beberapa menit kemudian, seseorang menepuk pundak sivia dari belakang. Seraya
berbisik “vi keluar sebentar yuk ! biarkan alvin istirahat.” Sivia menggeleng
pasti, dia tak mau meninggalkan alvin sedetikpun. “pleaseee vi.” Suara tersebut
kembali terdengar, kini sivia tidak bisa menolak. Mereka berdua bergeming, lantas
keluar dari kamar tersebut, membiarkan terlelap sendiri.
=============================###########################
Sivia duduk di ruang tamu bersama shilla dan sang empunya rumah.
Suasana yang melengang membuat mereka saling bungkam, tidak ada perbincangan di
antara mereka, namun masing-masing mata saling bertumpuk pada satu titik,
mengisyaratkan ketegangan luar biasa yang mengudara di sekeliling mereka, ntah
mengapa satu dari mereka merasakan hal tidak mengenakan. Ada sesuatu yang
mengganjal dari luar rumah. Hingga terdengar beberapa kali ketukkan dari pintu
utama.
Iel bankit dari tempat duduknya, ia hendak membuka pintu. Namun tangan
sivia mencekal langkahnya. Shilla dan iel refleks menoleh, memandang
satu-satunya sumber kebingungan mereka. Sivia yang menjadi objek hanya
menggeleng, mengisyaratkan untuk tidak membuka pintu, tergambar jelas di wajahnya
sekelebat ketakutan akan hal yang tidak diinginkan akan datang.
“tenang saja
sivia. Tidak ada yang perlu ditakutkan.”kata iel sambil melepas pelan tangan
sivia yang masih mencekal erat tangannya.
“iya vi,
mungkin hanya perasaanmu saja.” Timbrung shilla seraya menarik paksa kepala
sivia ke dalam rengkuhannya. Walaupun mulut sivia tak berujar satu patah
katapun, namun matanya jelas menyiratkan ketakutan. Shilla tau, sahabatnya yang
satu ini selalu peka akan apa yang terjadi. Hanya bermodal hasrat dan feeling
yang kuat semua menjadi terangsang sempurna oleh sivia, namun terkadang
semuanya nampak berlebihan.
_______________=================_______________
Dia yang terpejam takkan pernah sadar, sedari kamar itu di tinggal
kekasihnya, kini kamar tersebut kembali di masuki wanita paruh baya dengan
menggunakan kursi roda. Tidak ada yang terucap istimewa dari mulut wanita
tersebut, namun manik-manik mata teduhnya sudah jelas menyiratkan berjuta-juta
kerinduan akan orang yang terpejam.
“aku
merindukkanmu nak.” Katanya parau, “maaf, maafkan mama. Mama memang salah.”kembali
suara paraunya terdengar, dia tak peduli suara gaduh di luar yang mengusik
suasana haru dalam kamar.
Perlahan didekatinya ranjang tempat sang pembaring terlelap. Ragu
menyelimutinya, ketika jari-jari lembutnya memiliki hasrat untuk menyentuh sang
buah hati. namun Ntah mengapa hatinya menjerit-jerit tak jelas, jeritan
kerinduan untuk yang terkasih selama ini. Keraguan memekik lehernya, peristiwa
yang lalu menari-nari sempurna di kepalanya. ‘apa masih pantas diriya menyentuh
si penguasa tahta kerinduan selama beberapa tahun belakangan ini’ pikirnya lagi
dan membuat dirinya menarik kembali niat tulus untuk menyentuh raga buah
hatinya,padahal tinggal seper-inci kemudian jari-jarinya akan dapat menyentuh
sang tahta rindu.
“maaf...
izinkan mama menyuntuhmu.” Katanya pelan, segenap di lihatnya wajah damai
anaknya yang tengah tertidur. Kerinduan yang tak terhingga menguapkan
keragu-raguannya. –lagi- di cobanya untuk menyentuh raga yang terbaring. Namun,
-lagi- dan –lagi- semua niatnya kembali terhenti oleh suara gebrakan pintu
kamar yang terdengar kasar...
‘BRAAAK’pintu
tersebut terbuka kasar, membuat wanita tersebut kaget dan kembali mengurungkan
niatnya.
“kamu tidak
pantas menyentuhnya,” tiba-tiba suara lain menggelegar seiring dengan
terbukanyan pintu kamar tersebut. Wajah yang nampak dari balik pintu membuatnya
terpekik kasar sebelum nafas kelegaan terhembus dari mulutnya.
Huh ! musnah semuanya, rindu belum tercurah
sepuasnya, ini tidak adil...
-------11111111111111-----1331254M3UN6------11111111111-----
Hayyyy !
gimana nih part 6 nya ?
Like dan coment yeee !!!!
RFM sama SHIEL tumpengan nie yeh !
Tinggal ALVIA doang yang masih gantung
hubungannya... hehe (hajar penulis... aaaaaa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar