Rabu, 16 Mei 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part6



‘BRUK’
‘BRAK’
‘BRUK’

Alvin mencoba mendobrak pintu sebuah ruangan yg menjadi satu-satunya ruangan yg lampunya masih hidup dan terdengar beberpa suara dari dalam, namun ntah untk yang keberapa kalinya alvin mendobrak pintu tersebut dan hasilnya nihil. Pintu tersebut tidak terbuka sedikitpun karna memang tenaga alvin sudah terkuras habis oleh jebakan-jebakan tadi dan...

‘GEDUBRAK’

Iel tersenyum bangga mendapati hasil dobrakannya yang membuat pintu terbuka lebar, alvin memandang iel dengan tatapan terima kasih dan di balas iel dengan anggukan tulus. Sivia dan shilla yang melihatnya hanya tersenyum senang karna kini k2 laki-laki tersebut mulai akur.

“IFY,,, FY,,, IFY,,, KAMU DIMANA  ?” teriak alvin sambil menghampiri sebuah monitor besar yang masih menyala, “erghhh ! shit, dia kabur dan membawa ify.” Rutuk alvin kesal.

Alvin menunduk sambil mengambil jepitan ify yang tersisa di sana, sivia menghampiri alvin dan menguatkan laki-laki tersebut.  “sudahlah vin, ntar kita cari ify lagi.” Sivia mencoba menenangkan alvin.

“hosh hosh hosh... ak... u capek vi.” Keluh alvin yang tiba-tiba memeluk tubuh sivia, punggung sivia mulai basah. Tampaknya keringat dan air mata alvin mulai meleleh di pelukkan sivia. Mungkin alvin memang benar-benar lelah.

“vin, alvin, berat vin.” Kata sivia masih dengan menahan tubuh alvin, sepersekian menit kemudian tubuh alvin terasa berat dannn membuat sivia kewalahan.

“ehhh ! vi, sini aku bantu. Kayaknya alvin bener-bener kelelahan.” Kata iel sambil membantu sivia.

“loh ! alvin kenapa iel kok merem gitu ?”

“dia pingsan shill, gk lihat apa nie ?” kata gabriel sambil merangkul tubuh alvin, sivia yg melihat pun jadi kawatir di buatnya. “vi, tolong aku nih kamu mapah di sebelah kanan, alvin berat bgt, trus kamu shil tolong siapin mobil yang diparkir di depan, Kita bawa alvin kerumahku aja. Mumpung deket.” Suruh iel, sivia dan shilla pun hanya menuruti kata iel saja.

Mereka berlalu, meninggalkan gedung tersebut. Dalam perjalanan sivia terusterusan menatap alvin, penuh khawatir. sesekali sivia membelai rambut hitam alvin yang pada dasarnya, kini kepala laki-laki tersebut menyender di bahu sivia. “jadi kamu beneran suka vi sama alvin ?.” tanya iel tiba-tiba sambil melihat wajah cemas sivia dari kaca depan, shilla menoleh dan tersenyum melihat dua orang di belakanganya.

“eh, haha ! ngomong apa kamu iel. Masa aku suka sama musuh sendiri.” Elak sivia, glagapan.

“haduh, via sayang ! udah deh ngaku aja.  Lagian akhir-akhir ini, kamu kan sering sama alvin. Di mana ada alvin pasti ada sivia, dimana ada sivia pasti ada alvin, ya gk iel ?” timbrung shilla sambil tersenyum menggoda.

“hahaha ! iya yank kamu bener. Lagian kalian berduakan emang aneh, MUSUH JADI PACAR.” Tambah iel lagi dan lagi-lagi menggoda sivia.

“hah ! eh, apa tadi ? yank, jadi klian berdua...” tanya sivia tak percaya.

‘CIIIIITZZZ’ perkataan sivia terputus, shilla dan iel pun segera turun dan sebelumnya mereka melempar senyuman jahil ke sivia. Sivia mengerti arti senyuman tersebut, jadi shilla dan iel memang sudah resmi pacaran, haseeeek ! shiel tumpengan yoook. #plak


===================================RIFY CONDITION=====================================

Lidah ify terasa kelu untuk kembali memberontak, sedari tadi ia hanya memilih bungkam dan tidak melawan atas kemauan rio. Ify rela di bawa rio kemanapun, tapi atas satu syarat yg di ajukannya sebelum tadi dirinya di bawa rio kabur dari gedung.

“maaf fy...” lirih rio penuh penyesalan, ify tak menjawab. “fy, maafin aku. Jangan diem kayak gini dong fy. Aku tau, aku salah.” Rajuk rio lagi.

“kalau kamu tau ini semua salah. Tapi kenapa kamu lakuin semua ini yo ?.” Kata ify yang akhirnya bersuara, meski terkesan pelan. “jelaskan yo, jelaskan semuanya. Kalo sampai terjadi apa-apa sama alvin, aku gak bakalan maafin kamu yo. Sekarang aku minta kamu jelaskan semuanya seperti syarat yang tadi aku ajukan.”

“iya fy, aku akan jelaskan semuanya. Tapi nggak di dalam mobil.” Ujarnya, Rio melajukkan mobilnya lebih cepat. di dalam perjalanan baik rio maupun ify tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Toh lebih baik diam begini, dari pada berbicara dengan meluapkan emosi yang telah berada di ujung rasa.

Beberapa menit kemudian, mobil rio terpakir di luar gerbang. Ify yang menyadari gerbang tersebut adalah jalan masuk satu-satunya ke dalam pemakaman umum. “ayo fy, ikut aku.”

“kenapa kesini yo, inikan pemakaman ?.” tanya ify pelan, rio tidak menjawab sedikitpun. Laki-laki itu malah menarik paksa tangan ify masuk ke pemakaman tersebut.

 Sedikit melirik, ify melihat gambaran tak biasa dari wajah rio. Mata rio terlihat menyimpan sejuta kegelisahan yan bercampur dalam kehancuran, warna merah wajahnya benar-benar memperlihatkan dendaam yang belum sepenuhnya terlampiaskan.

“ini alasan satu-satunya kenapa aku ngelakui semuanya ke kamu dan alvin.” lirih rio sambil berjongkok di samping gundukan makam, ify ikut berjongkok meskipun dia tak mengerti dengan maksud rio. “RAY, yah ! perkenalin fy, dia adikku. Namanya RAY,” kata rio pelan.

“terus hubungannya apa yo ?” tanya ify yang masih belum mengerti, perlahan di tatapnya rio. Terlihat tumpukan air di sudut mata teduh rio.

 “ aku sayang adikku fy, sayang banget malah. Rasa sayang yang sama, yang dia pendam sama kamu fy. Jangan bingung, sebelumnya kamu memang gak kenal siapa ray ! ray adalah adik kesayanganku fy, dia beda setahun denganku, dulu dia juga salah satu siswa di sekolah kita. Tapi sayang fy, penyakit jantung yang di deritanya, berhasil merenggut nyawanya. Di tambah dengan rasa sesak luar biasa saat dia cemburu melihat kamu dan alvin.” Rio tersenyum miris, perlahan dia menarik nafasnya untuk mencari kelegaan sebelum memulai ceritanya lagi. “dulu, yah dulu ! dia menganggap kamu sama alvin pacaran dan setiap kamu dan alvin bersama-sama, ray selalu cemburu. Itu membuat rasa sesak di dadanya makin menggelunjak dan pada akhirnya rasa sesak itu semakin menambah deritanya dan melemahkan kerja jantungnya. Memang ini bukan sepenuhnya salah kalian berdua. Tapi aku belum bisa menerima kepergian adik ku fy dan itu membuat rasa dendamku semakin menjadi-jadi dan membuatku melakukan semua ini.” Terang rio, perlahan aitr matanya menetes, memory indah bersama ray kian membayang di benakknya.

“maaf yo, aku dan alvin gk tau semua ini. tapi Gak seharusnya kamu lakuin semua ini yo. Kamu salah, kamu salah.” Isak ify, rasa bersalah dan kecewa membuat gadis ini terpuruk.

“iya fy, aku tau, aku sadar. Tapi rasa dendam ini lebih dari yang kamu bayangin. Sakit fy, skit banget nerima kenyataan ini.” Kata rio, perlahan tangan jenjangnya merengkuh ify ke dalam pelukannya.

“tapi aku sadar fy, dendamku semkin lama semakin lenyap dan berganti rasa cinta fy. Kamu tau ?” ify menggeleng dalam pelukkan rio. “kamu tau ? apa yang di rasakan ray dulu, sekarang sedang kurasakan. Rasa cinta yang sama dan dengan orang sama, yah ! aku cinta kamu fy.” Kata rio, mengakui semuanya.

Perlahan pelukkan haru itu terlepas, rio menarik tangan ify untuk lebih dekat dengan makam ray. “ray, aku minta maaf dan sekalian mau minta izin sama kamu. Aku mau jagain ify, aku juga sayang sama dia. Aku minta maaf ray, tapi aku gak bermaksud ngerbut ify dari kamu, tapi aku cinta sama ify. Izinin aku yah ray, restuin hubungan aku sama ify.” Kata rio sambil mengelus nisan ray.
Perlahan rio mengubah arah pandanganya ke arah ify. “ify, kamu mau gak jadi pacarku ?” tanya rio sungguh-sungguh.

“kenapa ? kenapa nggak untuk orang yang aku cintai juga.” Kata ify seraya tersenyum senang, plus senyum lega karna laki-laki yang di cintainya kini sudah menjadi miliknya dan semua masalah telah selesai, untuk saat ini.


+++++++++(((((((((((((((()))))))))))))))))++++++++++

“uhuk-uhuk-uhuk.” Batuk alvin seraya sadar dari pingsannya, perlahan mata sipitnya mengerjap-ngerjap tak jelas. Hal yang pertama di lihatnya adalah senyuman gadis yang telah mengisi hari-harinya beberapa minggu ini.

“kamu sudah sadar vin ?” tanya sivia terdengar khawatir, alvin mengangguk sambil mencengkram dadanya yang terus terasa sakit.

“aku di mana vi ?” suara parau alvin terdengar lagi.

“dirumah gabriel vin. Kamu istirahat aja dulu.”

“vi, dingin banget...” adu alvin,  padahal selimut tebal telah membalut tubuhnya. sivia panic dan rada bingung mau ngelakuin apa.  Alvin tiba-tiba menarik tangan sivia, alhasi sivia jatuh tepat di atas tubuh alvin. “dingiiin bgt rasanya.” Kata alvin lagi. Sivia mengerti, di peluknya tubuh alvin yang bergetar hebat.

Lama, sivia semakin mengeratkan pelukkannya. Berharap laki-laki yang di cintanya tersebut dapat membagi rasa sakit tersebut kepada dirinya, meskipun mustahil. Perlahan alvin mulai tenang, sivia merenggangkan pelukkannya. Di lihat alvin kembali tertidur, membuat sivia lebih leluasa untuk menyaksikan pahatan indah sang kuasa di setiap lekukan wajah alvin.

Beberapa menit kemudian, seseorang menepuk pundak sivia dari belakang. Seraya berbisik “vi keluar sebentar yuk ! biarkan alvin istirahat.” Sivia menggeleng pasti, dia tak mau meninggalkan alvin sedetikpun. “pleaseee vi.” Suara tersebut kembali terdengar, kini sivia tidak bisa menolak. Mereka berdua bergeming, lantas keluar dari kamar tersebut, membiarkan terlelap sendiri.


=============================###########################

Sivia duduk di ruang tamu bersama shilla dan sang empunya rumah. Suasana yang melengang membuat mereka saling bungkam, tidak ada perbincangan di antara mereka, namun masing-masing mata saling bertumpuk pada satu titik, mengisyaratkan ketegangan luar biasa yang mengudara di sekeliling mereka, ntah mengapa satu dari mereka merasakan hal tidak mengenakan. Ada sesuatu yang mengganjal dari luar rumah. Hingga terdengar beberapa kali ketukkan dari pintu utama.

Iel bankit dari tempat duduknya, ia hendak membuka pintu. Namun tangan sivia mencekal langkahnya. Shilla dan iel refleks menoleh, memandang satu-satunya sumber kebingungan mereka. Sivia yang menjadi objek hanya menggeleng, mengisyaratkan untuk tidak membuka pintu, tergambar jelas di wajahnya sekelebat ketakutan akan hal yang tidak diinginkan akan datang.

“tenang saja sivia. Tidak ada yang perlu ditakutkan.”kata iel sambil melepas pelan tangan sivia yang masih mencekal erat tangannya.

“iya vi, mungkin hanya perasaanmu saja.” Timbrung shilla seraya menarik paksa kepala sivia ke dalam rengkuhannya. Walaupun mulut sivia tak berujar satu patah katapun, namun matanya jelas menyiratkan ketakutan. Shilla tau, sahabatnya yang satu ini selalu peka akan apa yang terjadi. Hanya bermodal hasrat dan feeling yang kuat semua menjadi terangsang sempurna oleh sivia, namun terkadang semuanya nampak berlebihan.


_______________=================_______________

Dia yang terpejam takkan pernah sadar, sedari kamar itu di tinggal kekasihnya, kini kamar tersebut kembali di masuki wanita paruh baya dengan menggunakan kursi roda. Tidak ada yang terucap istimewa dari mulut wanita tersebut, namun manik-manik mata teduhnya sudah jelas menyiratkan berjuta-juta kerinduan akan orang yang terpejam.

“aku merindukkanmu nak.” Katanya parau, “maaf, maafkan mama. Mama memang salah.”kembali suara paraunya terdengar, dia tak peduli suara gaduh di luar yang mengusik suasana haru dalam kamar.

Perlahan didekatinya ranjang tempat sang pembaring terlelap. Ragu menyelimutinya, ketika jari-jari lembutnya memiliki hasrat untuk menyentuh sang buah hati. namun Ntah mengapa hatinya menjerit-jerit tak jelas, jeritan kerinduan untuk yang terkasih selama ini. Keraguan memekik lehernya, peristiwa yang lalu menari-nari sempurna di kepalanya. ‘apa masih pantas diriya menyentuh si penguasa tahta kerinduan selama beberapa tahun belakangan ini’ pikirnya lagi dan membuat dirinya menarik kembali niat tulus untuk menyentuh raga buah hatinya,padahal tinggal seper-inci kemudian jari-jarinya akan dapat menyentuh sang tahta rindu.

“maaf... izinkan mama menyuntuhmu.” Katanya pelan, segenap di lihatnya wajah damai anaknya yang tengah tertidur. Kerinduan yang tak terhingga menguapkan keragu-raguannya. –lagi- di cobanya untuk menyentuh raga yang terbaring. Namun, -lagi- dan –lagi- semua niatnya kembali terhenti oleh suara gebrakan pintu kamar yang terdengar kasar...

‘BRAAAK’pintu tersebut terbuka kasar, membuat wanita tersebut kaget dan kembali mengurungkan niatnya.

“kamu tidak pantas menyentuhnya,” tiba-tiba suara lain menggelegar seiring dengan terbukanyan pintu kamar tersebut. Wajah yang nampak dari balik pintu membuatnya terpekik kasar sebelum nafas kelegaan terhembus dari mulutnya.

Huh ! musnah semuanya, rindu belum tercurah sepuasnya, ini tidak adil...


-------11111111111111-----1331254M3UN6------11111111111-----


Hayyyy !  gimana nih part 6 nya ?
Like dan coment yeee !!!!

RFM sama SHIEL tumpengan nie yeh !
Tinggal ALVIA doang yang masih gantung hubungannya... hehe (hajar penulis... aaaaaa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar