Sivia berdiri ditengahtengah padang ilalang yang menjulang tinggi
hingga lututnya, tidak ada yang istimewa dari tempat pijangnnya saat ini. Hanya
saja, kalau bukan alvin yang memintanya, dia tidak akan perna ingin mengunjungi
tempat iini. Apalagi kala terik mentari masih saja berminta untuk terus
memancarkan hawa panas tepat diatas kepalanya.
“sivia”
panggil alvin dari arah belakang, membuat sivia berbalik dan menghadap alvin. “aku
iingin membuktikan kalau aku serius dengan prasaanku untukmu.”
Sivia mengernyit, membiarkan alvin melakukan apapun yang dia mau untuk
menunjukkan rasa cintanya. Alvin, menunduk sebentar dan entah melakukan apa
dengan permukaan tanah yang telah ditumbuhi oleh ilalang-ilalang liar.
Percikkan air menyembur dari segala arah, melingkar diantara alvin dan
sivia. Air melengkun tinggi dan terhempas diatas tanah untuk waktu yang lama,
lengkungan air mencapai diatas tinggi ilalang. Menimbulkan Biasan yang tercipta
sungguh indah dan sempurna, diantara percikan-percikan air yang menjulang
tinggi terbias tujuh macam warna, pelangi buatan. cahaya mentari membias
diantara lengkungan air tersebut, menunjukkan bahwa warna pelangi buatan
tercipta sama seperti pelangi alami. Tampak indah dan membuat sivia menganga
dan takjub.
“apa kamu
suka ?.” tanya alvin, sivia tetap diam. “ini bukti cintaku.” Kata alvin lagi
dan lagi-lagi sivia diam.
Ingin rasanya sivia memeluk alvin saat itu dan menytakkan kalau dia
sungguh sangat suka dengan cara alvin menunjukkan cintanya. Namun tidak,
tubuhnya terasa kaku dan lidahnya terasa kelu. Membuatnya seperti patung hidup
yang bisu karna ketakjubannya.
“kenapa
diam, apa ini kurang untuk bukti itu ?.” tanya alvin lagi. “baiklah ini bukti
keduaku.”
Alvin mendekat, menyentuh pundak sivia, dan mendekatkan wajahnya
kewajah sivia. Semakin mendekat dan rasanya semua tersampaikan dengan kecupan
penuh nafsu tersebut. Cukup lama mereka melakukannya sampai sivia tidak bbisa
bernafas dan memilih mendorong alvin untuk menjauh darinya.
“alvin, aku
lelah. Aku percaya, aku juga mencintaimu. aku mau jadi pacarmu.” Kata sivia
sambil mengatur nafasnya, beberapa menit kemudian alvin langsung mendekat dan
memeluk tubuh gadisnya.
“terima
kasih sivia,” balas alvin.
Ilalang-ilalang tinggi menjulang menjadi saksi hari ini, hari yang
bersejarah sebagai balasan akan takdir cinta mereka. Angin meniup setiap
pori-pori wajah mereka, seakan-akan memberikan ucapan selamat untuk hari indah
ini.
“alviiin,
aku punya sesuatu untukmu.” Kata sivia lembut, alvin menoleh seraya bertanya.
“apa itu ?.”
“hahaha, ada
deh. Kalau mau tahu, ayo ikut aku. Aku yakin kamu akan suka hadiah dariku.”
Mata sivia berbinar-binar membicarakan hadiah yang akan diberikkannya untuk
alvin.
“ayo ikut,
hadiahnya ada dirumah gabriel.”
Tanpa banyak bicara, dua pasangan baru tersebut langsung beranjak
kerumah gabriel. Sesampainya disana, mereka disambut oleh gabriel dan yang
lainnya. “wahh, dapet PJ nih kita.”
Canda shilla, mereka terkekeh bersamaan.
“PJ pala lo
peyang, aku lagi bokek tauuu.” Kata sivia, mereka kembali terkekeh.
“ehiya, iel
gimana hadiah buat alvin, udah siap belum ?.” tanya sivia pada gabriel yang
duduk disamping shilla. Gabriel tersenyum dan mengacungkan jempol tangannya. “udah
dong.” Katanya.
“yaudaaah sekarang
kamu tutup matanya alvin dulu, aku mau bawa hadiahnya kesini.” Suruh gabrie. Sivia
balas mengacungkan jempol tanganya, setelah itu baru ia menutup mata alvin.
sementara alvin hanya pasrah saja dan yang lain sudah siap menjadi penonton.
Gabriel berlari
kelantai atas dan menghampiri mamanya yang sedang terduduk dikursi roda. Wanita
paruh baya itu tampak lelah setelah hampir setiap hari menangis, mata beningnya
tampak sembab karena terlalu sering menangis.
“ma, gabriel
punya kejutan buat mama. Gabriel percaya mama pasti seneng banget.” Kata gabriel sambil mendorong kursi roda
mamanya. Mereka menuruni tangga dan sampai tepat didepan alvin. wanita paruh
baya yang duduk dikursi rodany langsung menangis haru melihat siapa yang
dihadapannya. Alvin. alvin anaknya, anak kandungnya, anak yang selalu
dirindukannya.
“vi udah
belum sih, lama banget.” Kata alvin nggak sabar.
Sivia melihat
kearah gabriel. Gabriel mengangguk sebagai kode bahwa sivia sudah boleh membuka
mata alvin. akhirnya sivia membuka mata
alvin dan mundur beberapa langkah seraya bergabung bersama
teman-temannya yang lain untuk menjadi penonton bersama.
“alvin.”
panggil wanita itu lirih. Alvin yang dipanggil hanya mengernyit, perasaan
dirinya pernah melihat wanita tersebut. ohyaaaa ! wanita itu, wanita yang
selalu dirindunya juga, wanita itu yang selalu dipandangnya dari sebingkai foto
yang masih setia terpajang di kamarnya.
“mama.” Kata
alvin tak percaya. Matanya berkaca-kaca, dihampirinya tubu wanita itu dan
dipeluknya dengan erat.
“alvin
kangen mama, mama kemana aja ? kenapa mama ninggalin alvin.” kata alvin,
tangisnya mulai terisak.
“maafkan
vin, maafkan wanita hina ini.” mama alvin ikut menangis, air matanya keluar
mengharu biru. Sudah lama ia ingin memeluk anaknya ini, anak keduanya dari pria
yang dulu mengusirnya.
Alvin menggeleng
ketika mendengar mamanya mengatakan kata ‘maakan wanita hina ini’. hatinya
sesak luar biasa. Bagaimanapun dan siapapun mamanya, dia tetaplah wanita
berjasa yang telah melahirkannya, wanita yang disebut malaikat tanpa sayap,
wanita tercantik yang selalu membuatnya rindu.
“nggak ma, mama
bukan wanita hina, alvin sayang mama.”
“mama juga
sayang sama alvin.”
Alvin melepaskan
pelukannya, ditatap wajah menua sang mama. Wajah itu tetap terlihat cantik, sama
seperti saat terakhirnya melihat wajah tersebut. alvin mencium kening mamanya
seraya kembali berkata ‘alvin sayang mama’.
Sivia dan
yang lain ikut menangis haru, mereka tergerus ikut melebur bersama susana haru
biru yang tercipta dari adegan ibu dan anak tersebut.
“mama kenapa
bisa ada dirumah gabriel ?.” tanya alvin setelah semuanya mulai menyeka air
mata.
Mama alvin
menatap lekat-lekat wajah alvin. lalu ditariknya nafas dalam-dalam dan menghembuskannya
perlahan, seperti dirinya mencari sebuah detik waktu yang cukup bersahabat
untuk menceritakan segalanya.
“sini vin,
duduk dibawah mama.” Kata mama alvin memaksa alvin duduk dilantai dan
memunggunginya agar dapat dengan leluasa tangan mamanya membelai rambutnya
ketika kepalanya terpangku nyaman.
“gabriel itu
kakak tirimu.” Kata mamanya mengawali. Alvin terpelonjak kaget dan hampir
menegakan badannya ketika mamanya kembali membelai rambutnya untk
menenangkannya. “dulu mama punya suami sebelum menikah dengan papamu, dari
suami pertama mama menghasilkan anak yaitu gabriel, tapi ketika gabriel berumur
7thn, mama dan suami pertama mama cerai dan mama meninggalkan rumah termasuk
meninggalkan gabriel. Setelah itu mama menjalin hubungan dengan papamu. Setelah
satu tahun berpacaran, papamu mepersunting mama dan melahirkan kamu. Selama 6thn
pernikahan kami, mama tidak pernah menceritakan tentang gabriel ataupun suami
pertama mama. Dulu sebelum berpacaran, mama mengaku kalau mama belum pernah menikah
dan masih gadis.”
“waktu itu,
waktu mama lagi ngedongengin kamu. Papamu tiba-tiba datang dan mengamuk, dari
sana mama tau kalau papamu sudah tau
kalau mama membohonginya, papamu tau tentang suami pertama mama dan tentang
gabriel. Papamu marah besar samapai mengusir mama, saat itu mama keluar dari
rumah dan kembali kerumah lama mama yang masih ditempati gabriel. Semenjak saat
itu mama merasa menjadi wanita hina yang ngga tau malu, mama dulu ninggalin
gabriel dan selanjutnya malah ninggalin kamu. Mama merasa menjadi ibu yang
gagal buat kalian, mama putusasa dan sempat berfikir untuk bunuh diri dengan
menabrakkan diri. tapi kamu bisa lihat, mama bukannya mati, tapi malah nyusahin
gabriel lagi dengan kelumpuhan mama.” Cerita mamanya panjang lebar.
Alvin masih
tak percaya, kali ini ia kembali menegakkan tubuhnya tanpa dapat ditahan oleh
tangan mamanya. Alvin menatap mamanya deengan perasaan campur aduk, marah,
kasihan, kecewa, dan segala rasa kian menumpuk didadanya.
“alvin marah
sama mama ?.” tanya mamanya lembut.
Alvin tak
lantas langsung menjuawab, ia hanya diam dan melihat mamanya tanpa bergeming. Gabriel
menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan. “waktudenger cerita mama pertama
kalinya, aku juga bereaksi sama kayak kamu, tapi mau gimana lagi, percuma marah
dan membenci mama kita sendiri.” Kata gabriel pelan.
Alvin masih
tidak bergeming, kali ini pandangannya lebih tajam dari sebelumnya. Namun pandangan
itu perlahan melembut, alvin sadar dia tidak pantas marah karena tidak semuanya
adalah salah mamanya, ini sudah takdir dan alvin sendiri tidak mugkin
menentangnya.
Alvin bangkit
dari duduknya dan memeluk sekali lagi tubuh mamanya. “apapun yang terjadi dan
apapun yang sempat terjadi, mama tetap mama terhebat untuk alvin.” bisik alvin
tepat ditelinga kanan mamanya. Mama alvin kembali menangis haru, ia membalas
pelukan alvin si jagoan kecilnya, sementara gabriel yang melihat hal tersebut
ikut menangis, gabriel ikut memeluk tubuh alvin dan mamanya, ia ikut lebur
dalam keharuan.
--------THE
END-------
Bukan hidup kalau tidak ada sedih,
Bukan hidup kalau tidak ada tantangan,
Bukan hidup kalau tidak ada penyesalan,
Bukan hidup kalau tidak ada tangisan.
Hidup bukan hanya untuk tertawa,
Hidup bukan hanya untuk tersenyum,
Hidup bukan hanya untuk bahagia,
Hidup bukan hanya untuk suka.
Tapi hidup adalah segalanya,
Hidup untuk semua peristiwa,
Hidup adalah hidup dengan sejuta warna,
Hidup untuk suda dan cita,
Hidup terasa dengan kepedihan, hidup indah
dengan kebahagiaan.
foto alvin and mom sweet memories |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar