Rabu, 16 Mei 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part8 (lastpart)





Sivia berdiri ditengahtengah padang ilalang yang menjulang tinggi hingga lututnya, tidak ada yang istimewa dari tempat pijangnnya saat ini. Hanya saja, kalau bukan alvin yang memintanya, dia tidak akan perna ingin mengunjungi tempat iini. Apalagi kala terik mentari masih saja berminta untuk terus memancarkan hawa panas tepat diatas kepalanya.

“sivia” panggil alvin dari arah belakang, membuat sivia berbalik dan menghadap alvin. “aku iingin membuktikan kalau aku serius dengan prasaanku untukmu.”

Sivia mengernyit, membiarkan alvin melakukan apapun yang dia mau untuk menunjukkan rasa cintanya. Alvin, menunduk sebentar dan entah melakukan apa dengan permukaan tanah yang telah ditumbuhi oleh ilalang-ilalang liar.

Percikkan air menyembur dari segala arah, melingkar diantara alvin dan sivia. Air melengkun tinggi dan terhempas diatas tanah untuk waktu yang lama, lengkungan air mencapai diatas tinggi ilalang. Menimbulkan Biasan yang tercipta sungguh indah dan sempurna, diantara percikan-percikan air yang menjulang tinggi terbias tujuh macam warna, pelangi buatan. cahaya mentari membias diantara lengkungan air tersebut, menunjukkan bahwa warna pelangi buatan tercipta sama seperti pelangi alami. Tampak indah dan membuat sivia menganga dan takjub.

“apa kamu suka ?.” tanya alvin, sivia tetap diam. “ini bukti cintaku.” Kata alvin lagi dan lagi-lagi sivia diam.

Ingin rasanya sivia memeluk alvin saat itu dan menytakkan kalau dia sungguh sangat suka dengan cara alvin menunjukkan cintanya. Namun tidak, tubuhnya terasa kaku dan lidahnya terasa kelu. Membuatnya seperti patung hidup yang bisu karna ketakjubannya.

“kenapa diam, apa ini kurang untuk bukti itu ?.” tanya alvin lagi. “baiklah ini bukti keduaku.”

Alvin mendekat, menyentuh pundak sivia, dan mendekatkan wajahnya kewajah sivia. Semakin mendekat dan rasanya semua tersampaikan dengan kecupan penuh nafsu tersebut. Cukup lama mereka melakukannya sampai sivia tidak bbisa bernafas dan memilih mendorong alvin untuk menjauh darinya.

“alvin, aku lelah. Aku percaya, aku juga mencintaimu. aku mau jadi pacarmu.” Kata sivia sambil mengatur nafasnya, beberapa menit kemudian alvin langsung mendekat dan memeluk tubuh gadisnya.

“terima kasih sivia,” balas alvin.

Ilalang-ilalang tinggi menjulang menjadi saksi hari ini, hari yang bersejarah sebagai balasan akan takdir cinta mereka. Angin meniup setiap pori-pori wajah mereka, seakan-akan memberikan ucapan selamat untuk hari indah ini.

“alviiin, aku punya sesuatu untukmu.” Kata sivia lembut, alvin menoleh seraya bertanya. “apa itu ?.”

“hahaha, ada deh. Kalau mau tahu, ayo ikut aku. Aku yakin kamu akan suka hadiah dariku.” Mata sivia berbinar-binar membicarakan hadiah yang akan diberikkannya untuk alvin.

“ayo ikut, hadiahnya ada dirumah gabriel.”

Tanpa banyak bicara, dua pasangan baru tersebut langsung beranjak kerumah gabriel. Sesampainya disana, mereka disambut oleh gabriel dan yang lainnya. “wahh, dapet  PJ nih kita.” Canda shilla, mereka terkekeh bersamaan.

“PJ pala lo peyang, aku lagi bokek tauuu.” Kata sivia, mereka kembali terkekeh.

“ehiya, iel gimana hadiah buat alvin, udah siap belum ?.” tanya sivia pada gabriel yang duduk disamping shilla. Gabriel tersenyum dan mengacungkan jempol tangannya. “udah dong.” Katanya.

“yaudaaah sekarang kamu tutup matanya alvin dulu, aku mau bawa hadiahnya kesini.” Suruh gabrie. Sivia balas mengacungkan jempol tanganya, setelah itu baru ia menutup mata alvin. sementara alvin hanya pasrah saja dan yang lain sudah siap menjadi penonton.

Gabriel berlari kelantai atas dan menghampiri mamanya yang sedang terduduk dikursi roda. Wanita paruh baya itu tampak lelah setelah hampir setiap hari menangis, mata beningnya tampak sembab karena terlalu sering menangis.

“ma, gabriel punya kejutan buat mama. Gabriel percaya mama pasti seneng banget.”  Kata gabriel sambil mendorong kursi roda mamanya. Mereka menuruni tangga dan sampai tepat didepan alvin. wanita paruh baya yang duduk dikursi rodany langsung menangis haru melihat siapa yang dihadapannya. Alvin. alvin anaknya, anak kandungnya, anak yang selalu dirindukannya.

“vi udah belum sih, lama banget.” Kata alvin nggak sabar.

Sivia melihat kearah gabriel. Gabriel mengangguk sebagai kode bahwa sivia sudah boleh membuka mata alvin. akhirnya sivia membuka mata  alvin dan mundur beberapa langkah seraya bergabung bersama teman-temannya yang lain untuk menjadi penonton bersama.

“alvin.” panggil wanita itu lirih. Alvin yang dipanggil hanya mengernyit, perasaan dirinya pernah melihat wanita tersebut. ohyaaaa ! wanita itu, wanita yang selalu dirindunya juga, wanita itu yang selalu dipandangnya dari sebingkai foto yang masih setia terpajang di kamarnya.

“mama.” Kata alvin tak percaya. Matanya berkaca-kaca, dihampirinya tubu wanita itu dan dipeluknya dengan erat.

“alvin kangen mama, mama kemana aja ? kenapa mama ninggalin alvin.” kata alvin, tangisnya mulai terisak.

“maafkan vin, maafkan wanita hina ini.” mama alvin ikut menangis, air matanya keluar mengharu biru. Sudah lama ia ingin memeluk anaknya ini, anak keduanya dari pria yang dulu mengusirnya.

Alvin menggeleng ketika mendengar mamanya mengatakan kata ‘maakan wanita hina ini’. hatinya sesak luar biasa. Bagaimanapun dan siapapun mamanya, dia tetaplah wanita berjasa yang telah melahirkannya, wanita yang disebut malaikat tanpa sayap, wanita tercantik yang selalu membuatnya rindu.

“nggak ma, mama bukan wanita hina, alvin sayang mama.”

“mama juga sayang sama alvin.”

Alvin melepaskan pelukannya, ditatap wajah menua sang mama. Wajah itu tetap terlihat cantik, sama seperti saat terakhirnya melihat wajah tersebut. alvin mencium kening mamanya seraya kembali berkata ‘alvin sayang mama’.

Sivia dan yang lain ikut menangis haru, mereka tergerus ikut melebur bersama susana haru biru yang tercipta dari adegan ibu dan anak tersebut.

“mama kenapa bisa ada dirumah gabriel ?.” tanya alvin setelah semuanya mulai menyeka air mata.

Mama alvin menatap lekat-lekat wajah alvin. lalu ditariknya nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, seperti dirinya mencari sebuah detik waktu yang cukup bersahabat untuk menceritakan segalanya.

“sini vin, duduk dibawah mama.” Kata mama alvin memaksa alvin duduk dilantai dan memunggunginya agar dapat dengan leluasa tangan mamanya membelai rambutnya ketika kepalanya terpangku nyaman.

“gabriel itu kakak tirimu.” Kata mamanya mengawali. Alvin terpelonjak kaget dan hampir menegakan badannya ketika mamanya kembali membelai rambutnya untk menenangkannya. “dulu mama punya suami sebelum menikah dengan papamu, dari suami pertama mama menghasilkan anak yaitu gabriel, tapi ketika gabriel berumur 7thn, mama dan suami pertama mama cerai dan mama meninggalkan rumah termasuk meninggalkan gabriel. Setelah itu mama menjalin hubungan dengan papamu. Setelah satu tahun berpacaran, papamu mepersunting mama dan melahirkan kamu. Selama 6thn pernikahan kami, mama tidak pernah menceritakan tentang gabriel ataupun suami pertama mama. Dulu sebelum berpacaran, mama mengaku kalau mama belum pernah menikah dan masih gadis.”

“waktu itu, waktu mama lagi ngedongengin kamu. Papamu tiba-tiba datang dan mengamuk, dari sana mama  tau kalau papamu sudah tau kalau mama membohonginya, papamu tau tentang suami pertama mama dan tentang gabriel. Papamu marah besar samapai mengusir mama, saat itu mama keluar dari rumah dan kembali kerumah lama mama yang masih ditempati gabriel. Semenjak saat itu mama merasa menjadi wanita hina yang ngga tau malu, mama dulu ninggalin gabriel dan selanjutnya malah ninggalin kamu. Mama merasa menjadi ibu yang gagal buat kalian, mama putusasa dan sempat berfikir untuk bunuh diri dengan menabrakkan diri. tapi kamu bisa lihat, mama bukannya mati, tapi malah nyusahin gabriel lagi dengan kelumpuhan mama.” Cerita mamanya panjang lebar.

Alvin masih tak percaya, kali ini ia kembali menegakkan tubuhnya tanpa dapat ditahan oleh tangan mamanya. Alvin menatap mamanya deengan perasaan campur aduk, marah, kasihan, kecewa, dan segala rasa kian menumpuk didadanya.

“alvin marah sama mama ?.” tanya mamanya lembut.

Alvin tak lantas langsung menjuawab, ia hanya diam dan melihat mamanya tanpa bergeming. Gabriel menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan. “waktudenger cerita mama pertama kalinya, aku juga bereaksi sama kayak kamu, tapi mau gimana lagi, percuma marah dan membenci mama kita sendiri.” Kata gabriel pelan.

Alvin masih tidak bergeming, kali ini pandangannya lebih tajam dari sebelumnya. Namun pandangan itu perlahan melembut, alvin sadar dia tidak pantas marah karena tidak semuanya adalah salah mamanya, ini sudah takdir dan alvin sendiri tidak mugkin menentangnya.

Alvin bangkit dari duduknya dan memeluk sekali lagi tubuh mamanya. “apapun yang terjadi dan apapun yang sempat terjadi, mama tetap mama terhebat untuk alvin.” bisik alvin tepat ditelinga kanan mamanya. Mama alvin kembali menangis haru, ia membalas pelukan alvin si jagoan kecilnya, sementara gabriel yang melihat hal tersebut ikut menangis, gabriel ikut memeluk tubuh alvin dan mamanya, ia ikut lebur dalam keharuan.


--------THE END-------


Bukan hidup kalau tidak ada sedih,
Bukan hidup kalau tidak ada tantangan,
Bukan hidup kalau tidak ada penyesalan,
Bukan hidup kalau tidak ada tangisan.

Hidup bukan hanya untuk tertawa,
Hidup bukan hanya untuk tersenyum,
Hidup bukan hanya untuk bahagia,
Hidup bukan hanya untuk suka.

Tapi hidup adalah segalanya,
Hidup untuk semua peristiwa,
Hidup adalah hidup dengan sejuta warna,
Hidup untuk suda dan cita,
Hidup terasa dengan kepedihan, hidup indah dengan kebahagiaan.



foto alvin and mom
sweet memories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar