Rabu, 16 Mei 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part7





Waktu pastikan terus berputar, kekacauan sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Namun gadis paruh baya tersebut masih menangis sesenggukan, tidak dipungkiri lagi kalau sekarang matanya sudah sembab. Namun tidak perduli ! apa pentingnya air mata, kalau mengingat dirinya tadi yang belum sempat menyentuh  buah hatinya.

“ma, sudah ya ! mama jangan nagis lagi. Tuhan pasti akan adil sama kita, mungkin sekarang belum waktunya buat mama nyentuh Alvin.” Kata gabriel yang sekarang sudah berada didepan wanita paruh baya tersebut, ia prihatin dengan keadaan mamanya. Gabriel tahu bagaimana rasa rindu itu menjalar selama bertahun-tahun dan terpendam dalam dihati wanita tersebut, sampai saat ini ternyata waktu hanya mengizinkan mamanya untuk melihat alvin dan tidak untuk menyentuhnya.

“mama, ingin memeluk adikmu iel. Tapi laki-laki itu.. dia merebut anak  mama, dia tidak mengizinkan mama untuk menyentuh adikmu, dia ingin memeisahkan kami... hikshikshiks” wanita tersebut kemudian histeris sambil memeluk gabriel, hanya gabriel tempatnya mengadu, hanya dia yang tersisa disini.

“ia ma, gabriel tahu. Ntar gabriel bawa alvin lagi kesini, sekarang mama istirahat yah.” Bujuk gabriel sambil mendorong kursi roda mamanya ke ranjang tempat alvin tidur tadi.

“gabriel janji mau bawa alvin kesini lagi ?”

“gabriel janji ma.” Kata gabriel tulus dan tersenyum melihat tingkah mamanya, wanita tersebut hanya tersenyum. Setelah itu gabriel membaringkan mamanya dan iapun segera beranjak keluar dari kamar tersebut.


++++++++++++++++++++

Tirai-tirai menyibak disaat matahari mulai menyembulkan sinarnya dan membuat alvin mengerjap-ngerjapkan matanya. Hal pertama yang ia lihat hanyalah ruangan yang didominasi oleh warna putih dan terkesan bersuasana lengang. Suara air dikamar mandi membuat damai terusik, alvin hanya diam dan mencoba mengingat-ngingat   kenapa ia bisa ada diruangan serba putih ini.

Namun semakin mengingatnya, alvin senmakin merasa bingung. Apalagi ia juga tidak bisa mengingat kejadian yang menyebabkannya tertidur lemas diatas ranjang ruangan rumah sakit ini. Yang alvin bisa ingat hanyalah rasa hangat ketika sivia memeluknya sampai ia tertdur dan setelah itu ia juga mengingat kalau ketika ia tertidur ada seseorang yang memanggilnya dengan suara bergetar, suara ttersebut terdengar familiar untuk alvin.

“alvin, syukurlah kau sudah sadar.” Sapa seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“aku kenapa pa ? kok bisa disini.” Tanya alvin.

“sudahlah alvin sebaiknya kamu istirahat saja dulu, jangan pikirkan hal yang sudah berlalu.” Kata pria

“baiklah.” Alvin kembali diam namun tetap memikirkan apa yang sudah terjadi, setelah beberapa menit kemudian suaras pintu kamar terbuka dan membuat sepasang matanya terpokus pada satu sisi pintu ruangan.

“pagiii.” Sapa seorang pria yang sepantaran dengan papa alvin. beliau tersenyum setelah menyembulkan seluruh tubuhnya dari balik pintu yang terbuka hanya separuhnya.

“wah, pagi juga.” Sapa papa alvin sambil menghentikkan aktivitas membaca koran paginya. Sementara alvin hanya tersenyum seraya mencoba bangun dari posisi berbaringnya dan mencoba mencari keberadaan gadis yang mungkin datang bersama papanya.

“haha, iya. Ini saya mau  menjenguk alvin, dari tadi sivia merengek-rengek dan meminta saya untuk mengantarkannya menjenguk alvin.” ujar papa sivia, setelah itu barulah sivia keluar dari balik tubuh papanya dengan semburat wajah merah dikedua pipi cubynya.

Alvin tersenyum melihat sivia dan menatapnya dengan tatapan yang mengisyaratkan untuk sivia segera mendekat kearahnya. Dengan langkah riang sivia mendekati alvin, sekarang mereka seperti sepasang kekasiih yang sedang dirindung cinta.

“wah ! kita diacuhkan.” Gumam papa alvin, sementara itu sivia dan alvin cuman nyengir gaje.

“hahaha, maklum anak muda. Yasudah ! lebih baik kita keluar saja.”

“iya-iya, dari pada jadi kambing congek.”

Papa alvin mendekati meja kecil di samping ranjang alvin yang dekat dengan tempat sivia duduk, beliau  lantas mengambil BB yang tergeletak tak berdaya diatas meja. ‘jangan mengingatkannya soal yang terjadi kemarin.’ Gumam papa alvin tepat ditelinga sivia, suara gumaman yang pelan membuat hanya sivia yang mendengarkannya. Setelah itu papa alvin berjalan menjauh dan merangkul papa sivia layaknya anak muda yang mau mencari kecengan.

“sivia sebenarnya apa yang terjadi padaku ?” tanya alvin pada sivia, seketika sivia tersentak mendengar pertanyaan alvin yang membuatnya bungkam, apalagi mengingat bisikan papanya alvin yang tadi.

“kenapa kamu diam vi ?” tanya alvin. “apa kamu tahu, atau malah kamu tidak tahu ?.” tanya alvin lagi, tanpa menunggu jawaban dari sivia.

“ehahaha, aku gak tahu vin. Ini juga tahu kamu di rumah sakit dari ify.” Bohong sivia.

“ohhh, terus ifynya mana ?” tanya alvin.

Dada sivia serasa sesak mendengar laki-laki pujaan hatinya menanyakan gadis lain. Tapi bukankah itu hal yang wajar, apalagi mengingat ify adalah sahabat baik alvin. tapi tetap saja sivia merasa sakit hati ketika alvin menanyakan ify, apa inikah yang namanya cemburu ? kalau iya, maka rasanya sakit sekali.

“i... ify... hmmm ! anu, itu...” sivia menjawab dengan gelagapan, apalagi dirinya memang tidak tahu kalau ify dimana, mengingat kemarin ify dibwa kabur oleh penculik BA**N*AN kemarin.

“hay alvin ! kau mencariku.” Potong suara yang terdengar dari belakang, lantas mebuat alvin dan sivia menghadap pintu ruangan dan melihat ify yang sedang tersenyum serta bergandengan tangan bersama rio.

“ehh, iya fy. Apa kabar ?.” tanya alvin ramah, sejenak ia tampak seperti seorang adik yang sangat senang dengan kehadiran kakaknya.

“wah ! tampaknya pangeran cuekku sudah berubah menjadi ramah ni.” Kata ify sambil mendekati ranjang alvin bersama rio. “aku baik-baik saja kok vin, apalagi sekarrang aku sudah ada yang ngejaga.” Ify melirik kearah rio, yang dilirik hanya tersenyum gelisah. “ nah sekarang bagaimana dengan keadaanmu ?”

“aku baik.” Singkat alvin.

“bagus, anak pintar.” Kata ify sambil mengacak-acak rambut alvin.

“hay ! kacang-kacang-kacang.” Kata sivia gak jelas, semua langsung tertawa terbahak-bahak.


====================

Malam tiba, sivia masih tetap siaga didekat alvin. setelah ify dan rio pulang tampaknya alvin kelelahan karna bercanda dengan mereka seharian. Jadi sekarang alvin sedang tertidur nyenyak dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan sivia.

“huh ! aku sayang kamu vin.” Ujar sivia pelan sambil mencium kening alvin penuh sayang. Perlahan air matanya turun dan menetes penuh haru, ia tak menyangka kalau musuhnya sendiri yang akan menjadi pujaan hatinya.

“huoammm !” tiba-tiba sivia menguap untuk yang kesekian kalinya, setelah itu barulah ia tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya berada diatas tangan alvin yang menggenggam tangannya.


=================

Pagi yang cerah untuk memulai aktifitas baru seteah kejadian yang membingungkan. Sekarang alvin sudah boleh masuk sekolah setelah beberapa hari yang lalu ida diizinkan pulang dan beristirahat full day di rumah.

“wahhh ! si cuek udah masuk nih.” Sambut iel sambil memantul-mantulkan bola basketnya, alvin yang merasa disindir pun menatap iel dengan tajam. “hahaha, calm bro.” Iel menepuk pundak alvin dengan pelan, alvin pun tersenyum bersahabat menanggapinya.

“ecieeee, yang udah baikan.” Goda shilla yang baru datang bersama sivia, ify, dan rio.

“yeeee ! biasa aja kali neng.” Kata iel sambil menoel dagu shilla.

“ehemmmm. 2 pasangan baru dan 2 jomblo sejati.” Sindir rio memberanikan diri untuk berbicara, setelah lama canggung karna masih diliputi rasa bersalahnya.

“hahaha, tenang yo. Si alvin bentar lagi bakalan nembak via nih.” Goda ify.

“idih, nembak via. OGAH.” Ggidik alvin dan menatap via dengan tatapan mengejek. Sivia llangsung masang muka muram dan berjalan meninggalkan teman-temannya.

“wah vin, ngambek noh via.”

“lah terus kenapa ?” tanya alvin dengan tampang polos.

“ya kejerlah, mau lo sivia di ambil orang.” Kata il sambil mendorong tubuh alvin dan menyuruhnya untuk mengejar sivia yang ngambek kepadanya.

Di belakang sekolah sivia duduk dengan wajah tertunduk, kata-kata alvin tadi benar-benar membuatnya terluka lahir batin-dunia akherat. “wah neng via ngembek ya ?.” tanya alvin yang tiba-tiba sudah ada disamping sivia. (kyak hantu lo vin :p)

“gak.” Singkat sivia, dia masih menundukkan wajah.

“beneran nih.”

“hmmmm”

“via, kamu mau gak jadi pacarku.” Kata alvin yang langsung to the poin, via menoleh dengan ekspresi datar.

“sorry vin, aku butuh waktu. Tadi kamu bilang gak mau nembak aku.”  Kata sivia.

“tadi aku hanya bercanda via.”

“aku tahu vin, tapi aku butuh bukti. Aku takut kamu hanya mempermainkan aku saja.”

“oke, kalau kamu butuh bukti. Lihat saja nanti.”

Alvin pergi dari hadapan sivia. Sepeninggal alvin, sivia malah menangis merutuki kebodohannya yg tidak langsung menerima alvin. apalagi bukti yang dibutuhkannya, padahal semua sudah jelas dengan pengorbanan yang dilakukan alvin untuk melindunginya dari jebakan-jebakan kemarin.

“arghhhhh ! sivia kau bodoh” cerca sivia pada dirinya sendiri.


--------____BERSAMBUNG------_____

Wahwah !
Kok sivia gak nerima alvin langsung sih ? terus si Alvin mau buat apa yah buat ngebuktiin cintanya ? ckckckck, yang penasaran tunggu part 8 yah, sekaligus part endingnya...  byebye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar