Waktu pastikan terus berputar, kekacauan sudah berlalu beberapa menit yang
lalu. Namun gadis paruh baya tersebut masih menangis sesenggukan, tidak
dipungkiri lagi kalau sekarang matanya sudah sembab. Namun tidak perduli ! apa
pentingnya air mata, kalau mengingat dirinya tadi yang belum sempat
menyentuh buah hatinya.
“ma, sudah ya ! mama
jangan nagis lagi. Tuhan pasti akan adil sama kita, mungkin sekarang belum
waktunya buat mama nyentuh Alvin.” Kata gabriel yang sekarang sudah berada
didepan wanita paruh baya tersebut, ia prihatin dengan keadaan mamanya. Gabriel
tahu bagaimana rasa rindu itu menjalar selama bertahun-tahun dan terpendam
dalam dihati wanita tersebut, sampai saat ini ternyata waktu hanya mengizinkan
mamanya untuk melihat alvin dan tidak untuk menyentuhnya.
“mama, ingin memeluk adikmu iel. Tapi laki-laki itu.. dia merebut anak mama, dia tidak mengizinkan mama untuk
menyentuh adikmu, dia ingin memeisahkan kami... hikshikshiks” wanita tersebut
kemudian histeris sambil memeluk gabriel, hanya gabriel tempatnya mengadu,
hanya dia yang tersisa disini.
“ia ma, gabriel tahu. Ntar gabriel bawa alvin lagi kesini, sekarang mama
istirahat yah.” Bujuk gabriel sambil mendorong kursi roda mamanya ke ranjang
tempat alvin tidur tadi.
“gabriel janji mau bawa alvin kesini lagi ?”
“gabriel janji ma.” Kata gabriel tulus dan tersenyum melihat tingkah
mamanya, wanita tersebut hanya tersenyum. Setelah itu gabriel membaringkan
mamanya dan iapun segera beranjak keluar dari kamar tersebut.
++++++++++++++++++++
Tirai-tirai menyibak disaat matahari mulai
menyembulkan sinarnya dan membuat alvin mengerjap-ngerjapkan matanya. Hal
pertama yang ia lihat hanyalah ruangan yang didominasi oleh warna putih dan
terkesan bersuasana lengang. Suara air dikamar mandi membuat damai terusik,
alvin hanya diam dan mencoba mengingat-ngingat kenapa
ia bisa ada diruangan serba putih ini.
Namun semakin mengingatnya, alvin senmakin merasa
bingung. Apalagi ia juga tidak bisa mengingat kejadian yang menyebabkannya
tertidur lemas diatas ranjang ruangan rumah sakit ini. Yang alvin bisa ingat
hanyalah rasa hangat ketika sivia memeluknya sampai ia tertdur dan setelah itu
ia juga mengingat kalau ketika ia tertidur ada seseorang yang memanggilnya
dengan suara bergetar, suara ttersebut terdengar familiar untuk alvin.
“alvin, syukurlah kau sudah sadar.” Sapa seorang pria yang baru saja keluar
dari kamar mandi.
“aku kenapa pa ? kok bisa disini.” Tanya alvin.
“sudahlah alvin sebaiknya kamu istirahat saja dulu, jangan pikirkan hal
yang sudah berlalu.” Kata pria
“baiklah.” Alvin kembali diam namun tetap memikirkan apa yang sudah
terjadi, setelah beberapa menit kemudian suaras pintu kamar terbuka dan membuat
sepasang matanya terpokus pada satu sisi pintu ruangan.
“pagiii.” Sapa seorang pria yang sepantaran dengan papa alvin. beliau
tersenyum setelah menyembulkan seluruh tubuhnya dari balik pintu yang terbuka
hanya separuhnya.
“wah, pagi juga.” Sapa papa alvin sambil menghentikkan aktivitas membaca
koran paginya. Sementara alvin hanya tersenyum seraya mencoba bangun dari
posisi berbaringnya dan mencoba mencari keberadaan gadis yang mungkin datang
bersama papanya.
“haha, iya. Ini saya mau menjenguk
alvin, dari tadi sivia merengek-rengek dan meminta saya untuk mengantarkannya
menjenguk alvin.” ujar papa sivia, setelah itu barulah sivia keluar dari balik
tubuh papanya dengan semburat wajah merah dikedua pipi cubynya.
Alvin tersenyum melihat sivia dan menatapnya
dengan tatapan yang mengisyaratkan untuk sivia segera mendekat kearahnya.
Dengan langkah riang sivia mendekati alvin, sekarang mereka seperti sepasang
kekasiih yang sedang dirindung cinta.
“wah ! kita diacuhkan.” Gumam papa alvin, sementara itu sivia dan alvin
cuman nyengir gaje.
“hahaha, maklum anak muda. Yasudah ! lebih baik kita keluar saja.”
“iya-iya, dari pada jadi kambing congek.”
Papa alvin mendekati meja kecil di samping
ranjang alvin yang dekat dengan tempat sivia duduk, beliau lantas mengambil BB yang tergeletak tak
berdaya diatas meja. ‘jangan mengingatkannya soal yang terjadi kemarin.’ Gumam
papa alvin tepat ditelinga sivia, suara gumaman yang pelan membuat hanya sivia
yang mendengarkannya. Setelah itu papa alvin berjalan menjauh dan merangkul
papa sivia layaknya anak muda yang mau mencari kecengan.
“sivia sebenarnya apa yang terjadi padaku ?” tanya alvin pada sivia,
seketika sivia tersentak mendengar pertanyaan alvin yang membuatnya bungkam,
apalagi mengingat bisikan papanya alvin yang tadi.
“kenapa kamu diam vi ?” tanya alvin. “apa kamu tahu, atau malah kamu tidak
tahu ?.” tanya alvin lagi, tanpa menunggu jawaban dari sivia.
“ehahaha, aku gak tahu vin. Ini juga tahu kamu di rumah sakit dari ify.”
Bohong sivia.
“ohhh, terus ifynya mana ?” tanya alvin.
Dada sivia serasa sesak mendengar laki-laki
pujaan hatinya menanyakan gadis lain. Tapi bukankah itu hal yang wajar, apalagi
mengingat ify adalah sahabat baik alvin. tapi tetap saja sivia merasa sakit
hati ketika alvin menanyakan ify, apa inikah yang namanya cemburu ? kalau iya,
maka rasanya sakit sekali.
“i... ify... hmmm ! anu, itu...” sivia menjawab dengan gelagapan, apalagi
dirinya memang tidak tahu kalau ify dimana, mengingat kemarin ify dibwa kabur
oleh penculik BA**N*AN kemarin.
“hay alvin ! kau mencariku.” Potong suara yang terdengar dari belakang,
lantas mebuat alvin dan sivia menghadap pintu ruangan dan melihat ify yang
sedang tersenyum serta bergandengan tangan bersama rio.
“ehh, iya fy. Apa kabar ?.” tanya alvin ramah, sejenak ia tampak seperti
seorang adik yang sangat senang dengan kehadiran kakaknya.
“wah ! tampaknya pangeran cuekku sudah berubah menjadi ramah ni.” Kata ify
sambil mendekati ranjang alvin bersama rio. “aku baik-baik saja kok vin,
apalagi sekarrang aku sudah ada yang ngejaga.” Ify melirik kearah rio, yang
dilirik hanya tersenyum gelisah. “ nah sekarang bagaimana dengan keadaanmu ?”
“aku baik.” Singkat alvin.
“bagus, anak pintar.” Kata ify sambil mengacak-acak rambut alvin.
“hay ! kacang-kacang-kacang.” Kata sivia gak jelas, semua langsung tertawa
terbahak-bahak.
====================
Malam tiba, sivia masih tetap siaga didekat
alvin. setelah ify dan rio pulang tampaknya alvin kelelahan karna bercanda
dengan mereka seharian. Jadi sekarang alvin sedang tertidur nyenyak dengan
tangan yang masih menggenggam erat tangan sivia.
“huh ! aku sayang kamu vin.” Ujar sivia pelan sambil mencium kening alvin
penuh sayang. Perlahan air matanya turun dan menetes penuh haru, ia tak
menyangka kalau musuhnya sendiri yang akan menjadi pujaan hatinya.
“huoammm !” tiba-tiba sivia menguap untuk yang kesekian kalinya, setelah
itu barulah ia tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya berada diatas tangan
alvin yang menggenggam tangannya.
=================
Pagi yang cerah untuk memulai aktifitas baru
seteah kejadian yang membingungkan. Sekarang alvin sudah boleh masuk sekolah
setelah beberapa hari yang lalu ida diizinkan pulang dan beristirahat full day
di rumah.
“wahhh ! si cuek udah masuk nih.” Sambut iel sambil memantul-mantulkan bola
basketnya, alvin yang merasa disindir pun menatap iel dengan tajam. “hahaha,
calm bro.” Iel menepuk pundak alvin dengan pelan, alvin pun tersenyum
bersahabat menanggapinya.
“ecieeee, yang udah baikan.” Goda shilla yang baru datang bersama sivia,
ify, dan rio.
“yeeee ! biasa aja kali neng.” Kata iel sambil menoel dagu shilla.
“ehemmmm. 2 pasangan baru dan 2 jomblo sejati.” Sindir rio memberanikan
diri untuk berbicara, setelah lama canggung karna masih diliputi rasa
bersalahnya.
“hahaha, tenang yo. Si alvin bentar lagi bakalan nembak via nih.” Goda ify.
“idih, nembak via. OGAH.” Ggidik alvin dan menatap via dengan tatapan
mengejek. Sivia llangsung masang muka muram dan berjalan meninggalkan
teman-temannya.
“wah vin, ngambek noh via.”
“lah terus kenapa ?” tanya alvin dengan tampang polos.
“ya kejerlah, mau lo sivia di ambil orang.” Kata il sambil mendorong tubuh
alvin dan menyuruhnya untuk mengejar sivia yang ngambek kepadanya.
Di belakang sekolah sivia duduk dengan wajah
tertunduk, kata-kata alvin tadi benar-benar membuatnya terluka lahir
batin-dunia akherat. “wah neng via ngembek ya ?.” tanya alvin yang tiba-tiba
sudah ada disamping sivia. (kyak hantu lo vin :p)
“gak.” Singkat sivia, dia masih menundukkan wajah.
“beneran nih.”
“hmmmm”
“via, kamu mau gak jadi pacarku.” Kata alvin yang langsung to the poin, via
menoleh dengan ekspresi datar.
“sorry vin, aku butuh waktu. Tadi kamu bilang gak mau nembak aku.” Kata sivia.
“tadi aku hanya bercanda via.”
“aku tahu vin, tapi aku butuh bukti. Aku takut kamu hanya mempermainkan aku
saja.”
“oke, kalau kamu butuh bukti. Lihat saja nanti.”
Alvin pergi dari hadapan sivia. Sepeninggal
alvin, sivia malah menangis merutuki kebodohannya yg tidak langsung menerima
alvin. apalagi bukti yang dibutuhkannya, padahal semua sudah jelas dengan
pengorbanan yang dilakukan alvin untuk melindunginya dari jebakan-jebakan
kemarin.
“arghhhhh ! sivia kau bodoh” cerca sivia pada dirinya sendiri.
--------____BERSAMBUNG------_____
Wahwah !
Kok sivia gak nerima alvin langsung sih ? terus si Alvin mau buat apa yah
buat ngebuktiin cintanya ? ckckckck, yang penasaran tunggu part 8 yah,
sekaligus part endingnya... byebye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar