Sabtu, 12 Januari 2013

BEST FRIENDS #part3


BEST FRIENDS (cerpen CRAG) #part3

Sekolah sudah cukup lengang siang ini, meskipun beberapa siswa masih terlihat betah dengan aktivitasnya dilapangan sekolah, sekedar bermain basket, nongkrong, atau hanya sedar diam tanpa melakukan apapun. Dua  dari mereka tampaknya adalah alvin dan seorang gadis, mereka larut dalam diam dipinggir lapangan basket. Sesekali mereka saling curi pandang dan bertingkah aneh ketika pandangan mereka kebetulan beradu dalam beberapa menit selanjutnya.

“udah lama nggak ketemu, apa kabar lo ?.” tanya gadis tersebut, memulai percakapan. Alvin tak lantas menjawab, ia memillih untuk diam beberapa menit. Setelah itu ia menarik nafas berat dan menghembuskannya perlahan. “nggak ada yang berubah, gue nggak pernah sebaik dulu.” Kata alvin pelan, ia memang terbiasa terbuka dengan gadis yang sekarang bersamanya. dari dulu –semenjak SMP- sampai sekarang –meskipun 2thn taidak bertemu- avin akan tetap terbuka pada gadis tersebut. “lo apa kabar ?.”

“gue, gue selalu baik. Setidaknya sebelum lo pergi dan hilang tanpa kabar.” Balas gadis tersebut sambil terkekeh geli.

Alvin tak menghiraukan perkataan gadis tersebut dan lebih memilih menghiraukan  jam yang melingkar ditangan kanannya. “hmmmm, udah sore, gue harus pulang.” Katanya sambil bangkit dari tempat duduknya, ia melirik gadis tersebut sebentar dan beranjak tanpa memperdulikan gadis itu lagi.

“al, punya lo.” Kata gadis itu  sambil mengacungkan sebuah bungkkusan hitam.

Alvin berhenti berjalan, “bukan punya gue, itu punya rio. lo balikin ke orangnya dan bilang aja lo nggak tau apa-apa.” Singkatnya dan kembali berjalan.

Gadis itu hanya diam, meratapi bungkusan hitam yang kini ada ditangannya. Setelah itu ia tenggelam bersama kyalan-kyalannya yang asik bermain dengan kenangannya bersama alvin –dulu-.


^^

“iel, tadi pagi lo ngapain sama si alvin. gue denger lo berdua ribut bener ?.” tanya rio penasaran. Sekarang mereka sedang duduk-duduk digazebo rumah rio.  

“nggak ngapa-ngapain kok yo, cuman adu mulut doang.” Balas gabriel sambil mengingat apa yang terjadi pagi tadi, ketika tangannya hampir saja menyentuh luka lebam yang ada pipi kanan alvin.

“jangnan sentuh gue.” Sinis  alvin sambil menepis tangan gabriel yang hendak menyentuh luka lebam yang ada dipipinya. dengan canggung gabriel kembali menarik tangannya.

“maaf.” Sesal gabriel sambil merunduk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Alvin diam, lagi-lagi ia tidak menghiraukan gabriel sama sekali dan kembali larut dalam keheningannya menahan perih dipipinya yang membiru.

“maafin gue al.” Kata gabriel lagi, kali ini ia tidak akan minta maaf karna hendak menyentuh pipi alvin, namuan kali ini ia ingin minta maaf soal masa lalunya. Namun alvin benar-benar tak menghiraukannya, tidak merespon maafnya, atau bahkan tidak ingin melihatnya  lagi.

“maafin gue.” Katanya lagi setengah meminta, gabriel hendak menyentuh alvin lagi, namuan dibagian pundaknya. Lagi-lagi alvin langsung menepis tangan gabriel dan menatapnya tajam.

“LOE NGERTI BAHASA INDONEIA NGGAK SIH, JA-NGAN-SEN-TUH-GUE !!!.” bentak alvin emosi, kedua tangannya langung mengepal kuat. “arghhhh !!! you, SH*T !!!.” makinya sambil menunjuk gabriel dan menatapnya tajam.

Gabriel menunduk lagi, tak mau melawan ataupun membalas bentakkan alvin, sementara siswa-siswi lain yang dari tadi ribut langung diam begitu mendengar teriakkan alvin.mereka menatap alvin dan gabriel bergantian sambil menautkan alis –BINGUNG-.

“woiiiiiiii !!! DIEM, Mrs. WINDA dateng.” Teriak seorang laki-laki dari ambang pintu sambil berlari terbirit-birit kearah tempat duduknya, membuat emua siswa langung beralih pandang kedepan dan melupakan masalah alvin dan gabriel. Beberapa menit setelah itu seorang guru datang dan membuat mereka bungkam, serta memaksa mereka untuk mendengarkan materi B. Inggris. 

“hoiiii iel !!! loe ditanya malah bengong.”  Kata cakka sambil mengguncang bahu kiri gabriel pelan. gabriel langsung bereaksi dan menatap hampa pada dua sosok didepannya. Rio dan cakka. Dua sosok itu adalah sahabatnya, sahabat yang sudah dianggapnya seperti saudara, namun mengapa meskipun dua sosok tersebut selalu berada disampingnya, masih saja ada yang terasa kurang. Alvin. tanpa laki-laki itu, semuanya akan terasa kurang, padahal dulu ia bersahabat dengan alvin hanya dalam waktu 6 bulan karna alvin adalah murid baru disekolahnya, namuan mengapa 6 bulan itu terasa mengenal alvin lebih lama dari mengenal cakka dan rio.

“halloooow, gabriel damanik. apa loe udah nggak punya nyawa.” Kata rio.

“eh’ apa loe bilang. Lo kira gue mati apa, gue maih idup tau.” Sahut gabriel yang mulai sadar dari lamunannya.

“elo sih, ditanya malah diem. Ya, gue kira loe udah mati :p hahaha.”

“makanya mas, jangan ngelamun mulu. Ngelamunin siapa loe ? ngelamunin sivia ya.” goda Cakka sambil menoel dagu gabriel dan terkikik geli dengan godaannya sendiri.

“hahaha, bener lo kka.” Rio dan cakka berTos ria sambil tersenyum jahil kearah gabriel. Gabriel sendiri langsung menunduk malu, mekipun dia tidak memikirkan sivia, namun mendengar nama gadis kesayangannya itu saja sudah membuatnya malu, untung-untuk ia tidak salting.

“sivia,,, oh !!! sivia,,, mau kah kau jadi pacar gabriel yang cungkring ini. wkwkwkwkwk.” Ejek cakka ambil ngakak guling-guling. “sivia, sayan... hmmmp... mmmp.” Gabriel membekap mulut cakka dan meninju bahu rio pelan.

“lo berdua, bisa diem nggak sih. Jangan ngomongongin sivia dong.” Kata gabriel kesal sambil membuka bekapan tangannya.

“NGGAK BISA.” Sahut rio dan cakka kompak dan lagi-lagi bertos ria dan tertawa ngakak sampai perut mereka sakit.

“ishhhh, lo berdua, NYEBELIN.” Kesal gabriel ambil memonyongkan mulutnya.

“hahahhaha, vis yel, kita cuman becanda doang kok.”

“ahhh, tau deh.” Kata gabriel ngambek.

“cie yang ngambek makin imut deh.” Goda cakka.

“gue emang imut kka, jangan disebut-sebut.” Sahut rio narsis.

“iye, lo emang imut. Maksudnya lo berdua emang imut. ITEM MUTLAK, maksudnya. hahhaha.” Tawa cakka meledak lagi. Membuat rio dan gabriel yang jadi bahan ejekkan mendengus kesal. Mereka saling pandang dan melempar senyuman nakal kearah cakka.

“eh’ ampun yo, iel. nggak ngejek lagi deh, suer !!! kita kan cinta damai.” Mohon cakka, khawatir kalo kedua sahabatnya akan balas dendam, apalagi sedikit ngeri ketika melihat cengiran rio dan gabriel yang seperti setan.

Gabriel dan rio menggeleng dan bersiap-siap mengerjai cakka balik, tak peduli dengan tatapan melas yang sudah dikeluarkan cakka. “please iel, yo. Lo berdua jangan macem-macem. Ampun deh gue, sumpah, nggak lagi-lagi.” Melas cakka.


#####

‘drrrrrrt, drrrrrrt.’ Suara getar HP membelah kesunyian kamar yang terselumbung pekat. Tidak ada respon dari si empunya, yang masih terdiam sambil memandang cahaya yang timbul dari layar dan keypa dan Hpnya.

‘drrrrrrt, drrrrrrt.’ Getar selanjutnya, si empunya mengangkat telpon tersebut, ia siap mendengar tanpa menyahut sedikitpun.

“hallo.” Sapa seseorang diseberang telpon. Seperti niatnya tadi, si empunya tidak menyahut sapaan tersebut, dia hanya diam dan menyimak aja. “hallo, hallo.” Ulang orang yang menelpon, dari suaranya terjelas kalau si penelpon adalah seorang gadis.

“siapapun loe, siapapun yang angkat telpon ini, gue mohon loe ngomong.” Kata gadis terebut, terdengar nada meminta dari suaranya. “gue sivia, sivia azizah.” Jelas gadis tersebut menyebut namanya. Namun tetap tak ada sahutan dari ujung telpon, membuat gadis yang bernama sivia mendesah berat.

“loe yang disana, tolong katakan sesuatu. Gue mau cari A...”

‘Tuuuut tuuut tuuuut tuuuuut’ sambungan langsung diputus begitu saja oleh si empunya, ia ikut mendesah berat dan merunduk diantara kegelapan. Harapan-harapan agar malam mlenyap dan pagi segera datang terus terlantun dari hati kecilnya, ia ingin esok cepat datang dan membawanya dari kepekatan malam ini.


#####

Sivia diam ketika sambungan telponnya terputus, ia kembali mendesah berat. Dalam waktu yang bersamaan ia menghempakan tubuhnya keatas kasur dan mencoba memejamkan matanya,  bukan untuk terlelap melainkan untuk mengingat sosok yang baru saja dihubunginya. Sosok itu adalah sosok yang beberapa jam lalu ia temui dilapangan sekolah, ntah mengapa nuraninya menyuruhnya untuk menghubungi sosok itu, ia tau sosok itu sedang butuh penerang pada malam pekat seperti malam ini.

“gue khawatir.” gumam sivia, sambil menutup matanya untuk terlelap. Kali ini ia benar-benar tertidur.


^^_^^

“eh’hahhaha.”
“BRUUUUK.”
“awwwww.”

Cakka mengangkat wajahnya beberapa detik setelah tubuhnya jatuh terjerambab ke lantai, gabriel yang tadi berada disampingnya segera mengulurkan tangannya untuk membantu cakka berdiri. Beberapa langkah dari tempatnya jatuh, alvin juga sedang berusaha berdiri sendiri sambil mengacuhkan uluran tangan dari rio.

“maaf.” Kata cakka pelan.

Alvin mengangkat wajahnya, menatap cakka tajam, “jalan pakek kaki, bukan pakek ketawa.” Kata alvin sinis. Setelah itu alvin berjalan meninggalkan tiga mantan sahabatnya.

Cakka mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan kesal. “udahlah kka, kita sabar aja.” Kata rio sambil menepuk pundak cakka pelan, berusaha menenankan cakka yang sudah tersulut emosi.

“tap...”

“udahlah, nggak usah pakek tapi-tapian, yang salah juga kita. Dia bener, seharusnya kita nggak bercanda sambil jalan.” Gabriel memotong perkataan cakka dengan wajah datar, ia hendak berjalan lagi sebelum matanya menangkap benda yang ada dilantai tempat alvin terjatuh tadi.

 GELANG PUTIH. Gabriel mengambil gelang tersebut dan memperhatikannya secara detail. Lambang A dengan tulisan merah mencolok terukir dibagian tengah gelang, di bagian belakang terdapat Ukiran dua nama yang berhasil membuat gabriel terpelonjak. Tak percaya melihat sepasang nama itu terpahat samar pada tempatnya.

“gelang siapa tu, iel ?.” tanya rio sambil mendekati gabriel. Diambilnya gelang putih tersebut dari genggaman gabriel dan ikut kaget begitu membaca ukkiran dua nama yang juga dibaca gabriel beberapa menit yang lalu. Rekasi yang sama ditunjukkan oleh rio, KAGET dan TIDAK PERCAYA.

“apa maksudnya ?.” tanya cakka yang ternyata sudah berada dibelakang rio dan ikut membaca ukiran dua nama yang ada dibagian belakang gelang. “jangan-jangan.... tapi gak mungkin....” katanya tak percaya.

Gabriel mengepalkan tangannya kuat-kuat, lebih kuat dari kepalan tangan yang dilakukan cakka tadi. Ada rasa bersalah dan kecewa yang langsung menjeratnya. INI TIDAK MUNGKIN !!!


---------------BERSAMBUNG--------------




@AyuaDianoszta97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar