Sabtu, 12 Januari 2013

BEST FRIENDS #part kilasan#


BEST FRIENDS (CRAG)


Suara hati mungkin tak terdengar,
namun suara mulut jelsalah sudah,
Seperti kata pribahasa ‘mulutmu harimaumu’
Maka disinilah pribahasa itu berlaku,

Membuat setiap kata menyiratkan persakitan,
Mendentumkan nada bagaikan menohok hati,
Membuat cerita menyimpang dari bahagia,
Menghancurkan ikatan dan meleburkan asa,

Semua kisah, setiap cerita, kini menepi dari kata menyenangkan...
Mengundang duka, mendatangkan lara...
Menguapkan kebersamaan serta kenangan iindah bersamamu,
bersamamu SAHABAT...


Suara-suara dari balik pintu terdengar meninggi ketika satu dari tiga orang yang berada didalamnya membuka percakapan. Mereka terdengar seperti berdebad, hingga mengundang satu orang lainnya lagi untuk menguping dari balik pintu. Si penguping tahu benar siapa pemilik suara-suara tersebut, mungkin bukan hanya mengenal mereka tapi mereka sudah termasuk dalam orang-orang terbaik yang ada dalam hidupnya. Kali ini dia tidak mau menghampiri mereka, dia lebih memilih berdiri dibalik pintu dan mendengar perdebatan apa yang dilakukan ketiga orang tersebut.

“gue gak pernah nganggep dia SAHABAT.” Satu dari tiga orang tersebut kembali membuka percakapan, suaranya terdengar meninggi dan diikuti hentak-hentakkan kecil perpaduan dari kaki dan lantai ruangan.

“ngomong apa sih lo ka, masa cuman gara-gara dia jadi kapten basket lo jadi kyak gini.” Suara kesal lainnya menggubris suara pertama tadi, seketika si penguping tau kalau dirinyalah yang menjadi bahan perdebatan beberapa orang didalam sana. Ya ! pasti dia, karna dia memang baru saja terpilih menjadi kapten basket.

“alah !!! jangan muna deh lo iel, gue tau lo juga gak suka kan sama dia ?.” Hening, tidak lagi terdengar suara-suara meninggi dari balik pintu untuk beberapa menit kemudia. “rio juga bilang, kalau dia gak pernah nganggep tuh bocah sahabatnya. Lagian dia cuman orang baru yang ngerusak impian kita, toh kita juga baru kenal dia enam bulan belakangan ini.”

Langkah kaki terdengar dari dalam ruangan, suara-suara tadi kembali menghilang sampai akhirnya desahan kecil kembali terdengar. “yo, apa benar ?.” tanya lirih orang yang dipanggil iel tadi.

“iya iel, gue gak mau punya sahabat kayak dia. Dia udah ngancurin mimpi gue jadi vokalis band SMP ini. gue benci dia.” Dengan suara pelan, orang yang dipanggil rio tadi menjawab. Tapi masih bisa di dengar oleh si penguping yang berada dibalik pintu.

“ta... tapi ini bukan salah dia yo. Dia mana mungkin lebih milih sakit dan ngebuat lo telat ke audisi, yo. Gue rasa enam bulan udah cukup buat kalian ngerti keadaan dia. cuman dengan kita dia bisa ngebagi semuanya, dia butuh ki...”

“tapi kita gak butuh dia.” Tegas suara cakka memotong pernyataan gabriel dan membuat si penguping semakin tidak percaya dengan apa yang dikatakan orang-orang tadi.

‘BRAAAAAK’
Suara benda pecah dari balik pintu membuat tiga orang tersebut panik dan memilih untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi diluar sana. Sebelum satu tangan mereka membuka pintu, lebih dulu terdengar suara langkah kaki menjauh dengan langkah cepat dan terhitung seperti langkah-langkah kaki yg berlari, sampai akhirnya orang tersebut menghilang dipembelokan koridor.

“ada apa ka ?.” tanya rio ketika pintu dibuka oleh cakka, mereka keluar dan memperhatikkan pecahan kaca yg berserakkan didepan pintu. Gabriel yang merasa mengenal pecahan kaca tersebut langsung mengambil serpihan satu yang sedikit tersisa dengan beberapa ukiran diatasnya.

Gabriel kembali berdesah setelah menyadari siapa sipemilik serpihan-serpihan tersebut. “alvin” gumamnya.

Wajah tiga orang tersebut memucat menyadari bahwa si objek pembicaraan baru saja menguping pembicaraan mereka dari balik pintu, seketika itu juga gabriel menunduk penuh bersalah, cakka dan rio malah membeku seperti patung yang baru saja dijatuhi kutukan.

***

Biarkan waktu terus berjalan,
Membuat sepi hapuskan cerita,

Membuat kenyataan...
Dia yang dirindu adalah dia yang tersakiti,
Membuat takdir kembali bersuara ‘inilah karmamu’,
karma bukan dari orang yang kau sakiti,
tapi karma dari apa yang telah kau lakukan...

pada nyatanya...
bukan manusia si penentu karma,
hanya saja manusialah si pengundang karma,
membuat karma menjadi duka tiada akhir,
membuat karma mengukir kegelisahan,
membuat karma sebagai penyesalan,


Gabriel melihat kearah kursi disamping untuk yang kesekian kalinya, sudah 6 bulan bangku itu tak berpenghuni. Pemilik aslinya tak terlihat lagi semenjak kejadian 6 bulan lalu, membuat segelintir rasa menyesal menghantui dirinya ketika meratapi bangku kosong tersebut. Tidak lagi ditemuinya senyuman hangat yang selalu menyambutnya kala pagi, tidak didengarnya lagi suara tawa khas yang mengiringi waktu-waktunya dikelas, dan tidak ada lagi wajah lucu dengan tingkah childish orang yang sudah dianggapnya adik. Dia hilang, lenyap, dan tenggelam dalam hiruk pikuk kehidupan dibelahan bumi lain. Penyesalan seorang sahabat tidak bisa mengubah segalanya !!!

“iel, maaf.” Rio berdiri didepan gabriel sambil menepuk pundak sahabatnya tersebut, gabriel mendongak melihat wajah rio yang sama sayunya seperti wajahanya kini. sementara cakka, pemuda itu hanya bersikap acuh tak acuh, padahal hatinya sendiri menjerit dan mengucapkan lebih dari seribu kata maaf untuk alvin.

Gabriel berdiri, menatap tajam rio dan cakka, “ini semua salah kalian.” Setelah itu gabriel beranjak meninggalkan kedua sahabatanya. Cakka tiba-tiba menggebrak meja gabriel dan merengut kesal, ntah sudah yang keberapa kalinya semua ini terjadi berulang-ulang, berkali-kali gabriel menyalahkan mereka, berkali-kali kata maaf itu terucap, dan berkali-kali rasa bersalah itu melumpuhkan aktivitas mereka. Tidak ada tawa seperti 6 bulan lalu, tidak ada candaan garing yang mengiringi mereka setelah kejadian itu, dan tidak dijumpai lagi senyum keramahan yang menghiasi hari-hari mereka.

Karma !!! oh, mungkin iini yang disebut karma. Karma benar-benar menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan dari patah hati, terlebih jika karma itu bersumber dari kesalahan yang kita perbuat kepada sahabat kita sendiri. Karma jatuh telak ditengah kehidupan mereka, membuat sejuta warna hidup memudar  dan mengundang waktu-waktu sepi yang semakin membuat hati kecil mereka terbelenggu dalam karma.

****** BERSAMBUNG******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar