Sabtu, 12 Januari 2013

BEST FRIENDS #part6 (the last)


BEST FRIENDS (cerpen CRAG) #part6 (ending)



Sorak sorai terdengar dilapangan basket indoor, teriakan penyemangat menggema dan berbaur dengan suara pantulan bola basket. Ditengah lapangan sudah berdiri cakka dan alvin, babak pertama sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu.

Permainan dimulai dengan sengit, tidak ada celah untuk menyeka keringat ataupun mengatur nafas. Gerakan-gerakan lincah mereka menjadi daya tarik  tersendiri untuk mengundang dukungan. Tidak ada yang kuat ataupun lemah, yang ada hanyalah siapa yang menang dan yang kalah. Sampai sejauh ini alvin masih memimpin dengan score 23-19, hingga babak pertama berakhirpun alvin tetap memimpin dan keluar sebagai pemenang.

Pada babak kedua Nafasnya kian memburu, peluh-peluh mulai membanjiri wajahnya, kelelahan sudah jelas tergambar dari setiap bahasa tubuhnya yang kian bergerak melemah, namun tampaknya laki-laki keras kepala macam alvin tidak akan pernah berhenti sebelum apa yang dia inginkan tercapai. Rio kalah.  tinggal gabriel yang berdiri dihadapannya. Gabriel, laki-laki yang dulu selalu mengertinya, yang dulu selalu menjadi sandaran kehidupannya, namun laki-laki itu juga yang dulu menghancurkan kepercayaanya, dia akan selalu mengingat gabriel, meskipun gabriel termasuk dalam nama-nama orang yang sudah menghancurkan masa lalunya juga.

“gue akan menang demi mendapat maaf dari loe.” Kata gabriel sebelum permainan dimulai. Tarikan kedua sudut bibirnya menggambarkan betapa tulusnya kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya, kata-kata itu juga menggambarkan betapa rindu dirinya akan sosok alvin. ntah bagaimana, ketika berhadapan sedekat ini dengan alvin, rasa kecewa itu menguap dan menggantinya dengan segelintir rindu.

“buktikan.” Sinis alvin sambil menatap tajam mata gabriel, tersirat jelas kebencian dimata itu.

Babak ketiga akhirnya dimulai, baik gabriel maupun alvin sama-sama pintar dalam memainkan si bola orange. Tidak mudah untuk memasukan si orange kedalam ring lawan, score yang mereka dapatkan pun masih dapat dihitung dengan jari, score  8 untuk gabriel dan 7 untuk alvin.

“HENTIKAN ALVIN !!!.” tiba-tiba suara gadis menggema diantara teriakan-teriakan pendukung mereka. meskipun terkesan keras, namun suara lengkingan tadi tetap tidak didengarkan sedikitpun, alvin yang menjadi objek dari teriakan tersebut masih asik dengan bolanya. “ALVIN.” gadis itu berlari ketengah lapangan, menerobos beberapa siswa yang menghalangai jalan masuk.

“HENTIKAN” teriaknya lagi. Kali ini langkah alvin dan gabriel terhenti, teriakan-teriakan para pendukung  juga senyap seketika. “hentikan, please.” Kata gadis itu lagi, namun suaranya lebih terdengar seperti permohonan.

Alvin melihat gadis tersebut, gadis itu gadisnya yang dulu, yang beberapa hari lalu menemaninya dan memeluknya. Sivia azizah. ia tersenyum lemah ke sivia tanpa memperdulikan kesadarannya yang tiba-tiba menipis, dadanya terasa sesak sekarang, nafasnya menderu tak karuan, tidak ada lagi gerakan-gerakan setelah itu. “BRUUUK” tubuhnya tiba-tiba jatuh seiring dengan kesadarannya yang kian menipis. Sivia, gadis itu berlari menghampiri tubuh alvin, kepanikkannya kian memuncak. 

“al, bangun. Please, jangan kayak gini.” Sivia mengguncang tubuh alvin, mencoba untuk menyadarkan alvin.

Gabriel cakkal, rio yang tersentak kaget melihat alvin tiba-tiba pingsan langsung mendekat. Mereka tidak tinggal diam, dengan sigap mereka mengangkat tubuh alvin dan membawanya ke rumah sakit dengan mobil gabriel. Sementara sivia hanya mengikuti mereka dari belakang, air matanya sudah menetes sedari tadi. Tidak ada kata kuat ketika melihat alvin seperti ini, terlalu sakit.

^^

Tuhan !!! kupanjatkan doa,
Sadarkan dia yang terpejam,
Berikan sedikit waktu untuknya,
Aku ingin dia masih bisa bernafas untukku.
Aku masih ingin dengannya,
Aku mau dia ada didekatku, selamanya...

^^

Kecemasan itu masih tertinggal didiri mereka, selama sepersekian menit dari kejadian dilapangan basket tadi cukup membuat mereka shock. Terlebih pada sivia. Gadis itu masih saja menangis, tatapannya kosong, namun pikirannya  melayang-layang jauh keraga kekasihnya yang didalam.

“CKLEEEK” sivia mendongak dan menatap pintu ICU.  Sivia lantas bangun dan menghampiri pria paruh baya dengan jas putihnya. Dibelakang sivia, rio gabriel dan cakka ikut menghampiri pria tersebut.

“Om dayat, gimana keadaan alvin ??.” tanya sivia pada dokter tersebut.

Dokter yang dipanggil ‘Om’ oleh sivia tadi langsung menatap sivia. Beliau menarik nafas berat dan tersenyum lemah tanpa arti. “ sivia.” Panggilnya ringan. “apa mereka ?.” tanya dokter tersebut tanpa menjawab pertanyaan sivia, beliau menatap sivia dan beralih melihat rio, gabriel, dan cakka. 

“iya om, mereka semua sahabat terbaik alvin. yang sering alvin ceritain, yang alvin bilang orang-orang yang paling dikangenin. Heeee.” Kata sivia nyengir. “terus gimana keadaan alvin ?.” tanya sivia lagi yang mulai kembali pada topik awalnya.

“tenanglah sivia, mungkin obat-obatan itu sudah merusak sebagian sistem saraf otak alvin dan melumpuhkan kinerja anggota tubuhnya yang lain, tapi sepertinya alvin melakukan sesuatu dalam setahun belakangan ini.” kata dokter dayat masih dengan senyumannya.

“maksud om ?.”

“ntahlah sivia. Tapi om rasa alvin sudah melakukan sesuatu selama setahun belakangan ini.” kata doketr dayat mengulang kalimat terakhirnya yang tadi. “mungkin, alvin mulai mengurangi konsumsi obat-obatan tersebut selama setahun belakangan dan itu membuat tidak ada kerusakan saraf yang terlalu menghawatirkan, tapi tampaknya batinnya yang banyak mengalami tekanan karna efek dari sakau yang dialaminya.”

“terus kita harus lakuin apa om ?.”

“hmmm, om rasa kamu harus membantunya untuk benar-benar terlepas dari kecanduannya dan om rasa dia juga membutuhkan kalian semua untuk mensuportnya.”

“yasudah, om tinggal dulu ya, sebentar lagi alvin akan dipindahkan keruang inap.”


+++++++++++

“sivia.” Panggil rio. “lo bisa jelasin semuanya. Apa yang terjadi.”

Rio mendekati sivia dan duduk disampingnya. sivia menoleh, ditatapanya rio dengan wajah enggan. Setelah itu sivia kembali menerawang dengan pikirannya. Rio yang melihat reaksi sivia langsung mendesah pasrah, tak lagi mau mendesak sivia untuk berbicara.

“pecandu.” Gumam sivia.

“apa ?” tanya rio yang cukup mendengar gumaman sivia.

Mata rio melebar hampir keluar, tidak percaya dengan apa yang dikatakan sivia tadi. sementara gabriel dan cakka langsung mendekat dan berdiri dihadapan rio dan sivia, mereka ingin memastikan kalau telinga mereka tidak salah dengar dengan gumaman sivia yang tadi.

“alvin seorang pecandu narkoba.” Terang sivia dengan jelas. “sejak ke2 orang tuanya meninggal 5thn lalu, alvin mulai mengkonsumsi narkoba. Dia jadi pecandu berat jauh sebelum lo semua kenal dia.” Cerita sivia.

“gue sendiri udah kenal alvin sebelum dia pindah ke jakarta, gue dikenalin sepupunya waktu gue liburan kemalang. Gue sama alvin udah saling mengenal sebelum dia pindah kejakarta, gue tau jelas semua latar kehidupan alvin. bahakan gue tau alvin dimana waktu lo semua ngomongin dia dan dia tiba-tiba hilang.”

“lo tau, awalnya setelah alvin kenal lo semua, gue rasa kehidupan dia akan jauh lebih daik, tapi gue salah...” sivia menghela nafas berat. “lo semua malah sia-siaiin dia dan buat masalah lalunya semakin hancur, asalkan lo semua tau semenjak lo semua bilang nggak butuh dia, dia ngerasa jadi orang nggak berguna dan semakin larut dalam dunia-dunia gelap. Dan gara-gara kalian semua, alvin jadi semakin hancur.”

“tapi seperti yang lo denger tadi, ternyata alvin udah mulai ninggalin tuh barang-barang haram.” Sivia mendelik kearah rio. “dan ggue harap lo semua nggak bakalan hancurin dia lagi.”

rio, gabriel, dan cakka mengangguk pasti. Tidak mungkin mereka melakukan kesalahan yang sama. “terus maksud dokter tadi yang nanyain kita-kita.”

“dokter itu namanya om dayat, dia dokter keluarga gue dan om alvin. alvin memang sering cerita-cerita tentang kalian sama om dayat,  dari setiap cerita alvin, dia pasti ngebesar-besarin kalian, dia nggak peduli meskipun kalian udah nyakitin dia dan ngehancurin masalalunya dia. Meskipun alvin dingin di sekolah, tapi percaya nggak percaya. Alvin tetep nganggep kalian sahabat terbaiknya, terutama elo iel.” sivia mendelik kearah gabriel, setelah itu ia berjalan memasuki kamar inap alvin yang berada dikamar VVIP II.


============


Mata itu mengerjap-ngerjap pelan. perlahan titik fokusnya mulai terlihat jelas. Dilihatnya sekeliling ruangan hingga tatapannya jatuh pada gadis yang menyambutnya dengan senyuman hangat. Sivia. Desahnya dan membalas senyuman gadis tersebut.

“bagaimana keadaanmu ?.” tanya sivia.

“baik.” Jawab alvin seadanya.

“syukurlah, aku senang melihatmu sadar dan kemabli tersenyum.”  Sivia menatap dalam mata alvin. “ ada yang mau bertemu denganmu.”

Alvin hampir membuaka suara ketika pintu kamar inapnya terbuka. 3 laki-laki sepantaran dengannya menyembul dari balik pintu. Rio, gabriel, dan cakka. Mereka berjalan menghampiri alvin setelah salah satu dari mereka menutup pintu lagi.

“ngapain lo semua disini ?.” tanya alvin sedikit teriak.

“calm vin, seperti perjanjian kita kemarin. Kalo salah satu dari kita menang, lo bakalan maafin kita.” Kata gabriel mengingat kan alvin. sejenak alvin terdiam.

“menang ??.”

“iya, gue menang. Lo nggak inget apa scor sebelum lo pingsan kemaren. Gue 8 dan lo 7.” Kata gabriel meningatkan lagi. “jadi lo harus maafin kitasekarang.”

Alvin masih diam, setelah itu ia membuang wajahnya kearah yang berlawanan, tanpa harus melihat wajah ke-4 orang disamping kanannya.

“al,,,” panggil rio pelan. “kalo lo belum siep maafin kita, kita terima kok.” Lanjut cakka.

“yaudah, kayaknya kita ganggu lo hari ini.” kata gabriel sambil berbalik, diikuti dengan cakka dan rio. mereka hendak keluar kamar inap, namun tampaknya suara alvin menghentikanm langkah mereka.

“gue maafin kalian.” Katanya pelan. “gue udah maafin kalian jauh sebelum kalian minta maaf.”

Gabriel, cakka, dan rio berbalik lagi dan melempar tatapan senang. “jadi...”

“iya, gue udah maafin kalian.”

“yeaaaaah.”

“cieeeey, yang udah baikan. Gue malah dikacangin. Udah lumutan nih.” Kata sivia sambil menekuk wajahnya.

“hahhahaa.”




-----------------------THE END-----------------------


Nah karna endingnya hancuuuur, kalian boleh mendemo saya. Makasiiiih, and see you next time....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar