+++MIRIS (Akhir Cerita/Kisah) #part 3+++
Setiap kalimat membutuhkan beberapa kata
pilihan...
Pilihan...
Tidak
selamanya pilihan akan berujung kebimbangan...
Yang
dibutuhkan hanyalah kemantapan hati,,,
Setelah itu
apapun yang terjadi, maka ikhlaskanlah...
Karna hanya
itu yang dapat kita lakukan,,,
Tapi ingat
setiap pilihan pasti ada resiko yang harus ditanggung sendiri....
Memilih atau
dipilih ??? heh.... :*
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tampaknya malam ini dia tidak akan
butuh cahaya rembulan, hanya saja membutuhkan cahaya hati. Cahaya yang bisa
menerangi setiap kerudupan sisi kosong didalam hati. Kekosongan yang terjadi
karna pilihan yang menggantung. Setidaknya ada beberapa pilihan yang belum ditentukan
untuk menerangi sisi redup ruangan
hatinya.
“arghhhhh.” Pemuda tersebut mengerang, mencoba
meluapkan semuanya hanya dengan mengerang. Seakan-akan Tidak ada kata lain
untuk menggambarkan kerisauan hatinya.
====FLASHBACK ON++++
“kamu sudah melihat kondisi adikmu, iel.”
Tanya shilla, setelah melihat kedatangan agabriel dari lantai dua.
“hmmm, iya. terus ?.”
“kamu bisa mengalah untuknya ?.”
gabriel menautkan kedua alisnya,
mengisyaratkan kalau ia tidak mengerti maksud wanita yang sudah dianggapnya
seperti ibunya sendiri itu. “bicaralah yang jelas, aku tidak mengerti.”
“mengalah untuk alvin, jangan membuatnya sakit
hati lagi dengan tingkahmu yang mencoba membuatnya cemburu dan merebutkan
sivia.” Kata shilla, suaranya terdengar bergetar dan seperti orang yang sungguh
sangat amat memohon untuk dikasihani.
Gabriel diam, ia tidak ingin langsung
mengiyakan atau menolak keinginan shilla. semua ini adalah hal gila yang tanpa
sadar telah menyodorkan dua pilihan yang mau tidak mau harus dipilih oleh
gabriel. “gabriel, tidak bisa tante.” Kata gabriel, perlahan matanya tertutup
sambil berharap kalau pilihan yang diambilnya ini benar-benar pilihan yang
tepat.
“harus bisa iel, kalau tidak kamu akan semakin
membuat alvin sakit.” Bujuk shilla.
“huh ! aku tidak akan mengalah, alvin tidak
akan suka bila aku mengalah untuknya. Dia akan merasa dikasihi kalau gabriel
mengalah dan tante tahu alvin tidak suka dikasiahani.” Kata gabriel mantap,
menurutnya ini adalah pilihan yang tepat.
Mengalah untuk alvin akan membuatnya
sangat merasa bersalah pada pemuda itu. Apalagi mengingat setiap perkataan
alvin yang memperingatinya untuk tidak mengalah hanya karna pemuda tersebut
adalah laki-laki pengakitan. Gabriel tahu, alvin begitu semangat bersaing
dengan dirinya dan hal itu akan lebih berarti untuk menguatkan hati mereka
berdua. Memilih atau dipilih ????
=====FLASHBACK OFF+++++
Ingatan beberapa jam yang lalu
tersebut masih berputar-putar dikepala gabriel. Seakan menyudutkan dirinya pada
keraguan hal yang sudah menjadi pilihannya. Namun tampaknya, meskipun gabriel telah
menjawab dengan mantap, tapi sekarang rasa ragu itu datang dan meyesali dirnya
yang memilih tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi bila nanti alvin
terus menerus merasa sakit hati dan tentu saja itu akan mempengaruhi kondisi
alvin secara tidak langsung.
“ini pilihan terbaik.” Kata gabriel
memantapkan hatinya. Ia tidak boleh mengalah, ini juga untuk alvin. bukankah
tanpa sadar ia sudah menorehkan sedikit warna-warna pokok untuk hidup alvin,
bersaing hanya untuk mendapatkan cinta adalah hal yang menyenangkan dan bisa
membuat hidup lebih menantang, serta lebih berwarna.
^^
Suasana tampak lebih ramah untuk dua
anak manusia ini, percik-percik air langit lebih senang menikmati kebersamaan
mereka atau malah mereka yang menikmati percikan-percikan trsebut. Namun
kelengangan tidak dapat terhindari diantara mereka, mulut mereka seakan
bungkam. Apalagi satu dari mereka masih menyimpan amarah karna cemburu.
“al, knapa diam ?” tanya sivia, sorot matanya
masih tertumpu pada rintik-rintik air dihadapannya.
“gak ada.” Cuek alvin, posisinya berada
diselebah sivia dengan pandangan yang sama dengan sivia.
“kamu marah ya, vin ?.”
“buat apa marah sama kamu, buang-buang waktu.
Lagian kamu ada salah ya ?.” jawab dan tanya alvin.
“ya sih, aku merasa ada salah sama kamu.” Kata
sivia, ia sendiri bingung dengan dirinya. Hatinya mengatakan kalau dia harus
minta maaf karna ada kesalahan yang harus dibicarakan pada pemuda di sampingnya
ini. Tapi nyatanya ia sendiri tidak tahu apa masalahnya. Membingungkan ! aneh.
“apa ?.”
“aku salah membuatmu sakit hati.”
Alvin menautkan alisnya, ia bingung
dari mana gadis ini tahu kalau dia sedang sakit hati atau lebih tepatnya
cemburu. Alvin mengalihkan titik fokusnya kearah sivia, melihat wajah gadis
tersebut dan mencari sesuatu yang bisa menjelaskan arah pembicaraan ini.
“kamu cemburu ?.” tanya sivia, mulutnya tidak
segan-segan mengungkapkan sesuatu yang berdasarkan feelingnya sendiri. “iya,
aku merasa kamu cemburu melihat kedekatanku dengan gabriel.” sivia memperjelas
perkataan -nya, Sivia menoleh kealvin hingga membuat matanya beradu pandang
dengan mata alvin dan mulutnya mengembangkan senyum manis. “apa kamu beneran
cemburu ?.”
Alvin cukup kaget dalam hati, tapi
meskipun begitu raut wajahnya masih saja datar. Perkataan sivia tadi
benar-benar diluar dugaannya, padahal ia sudah menutup rapat-rapat bukti kalau
dirinya sedang cemburu, apa sebegitu jelaskah kalau dirinya sedang cemburu,
sampai-sampai gadisnya ini tahu ?. Apalagi yang tahu hanya mamanya, shilla.
Kemungkinan untuk wanita tersebut mebocorkannya sangat tipis, karna ia tahu
kalau mamanya tidak ingin ikut campur dalam masalah cintanya ini.
Tahu akan dirinya tidak mempunyai
bakat berbohong, alvin hanya mengangguk pasrah. Emang iya dia cemburu, lantas
tidak ada yang perlu disimpan-simpan lagi. “hah ? serius ?.” tanya sivia tidak
percaya.
Alvin kembali mengangguk pasrah, “ckckck, gak
nyangka.” Gumam sivia, pasalnya dia tidak percaya dengan pengakuan alvin.
bukan, bukan tidak percaya. Tapi dia hanya tidak habis pikir dengan pemuda
dihapannya ini, sebegitu poloskah pemuda tersebut sampai-sampai soal perasaanya
saja diakui secara terang-terangan seperti tadi. Orang yang jujur, pikir sivia.
“ya sudah, terserah.” Alvin kembali menatap
percikan-percikan air hujan. Mencoba mengabaikan apa yang sekarang menjadi
kegelisahan barunya. Alhasil suasana kembali hening. Sivia yang tadi
bertanya-tanya, sekarang malah memilih untuk ikut diam. Gadis tetrsebut bingung
mau mengatakan apalagi, jujur saja kalau sekarang dia sangat senang dengan
pengakuan alvin. cemburu berarti suka, atau bahkan cinta, pikirnya lagi.
“berarti kamu menyukaiku.” Cetuas sivia dengan
nada riang. Alvin kembali menoleh, bibirnya mengembangkan senyum manis serta
diikuti dengan anggukan yang mengisyaratkan kebenaran. “hahaha... kau aneh
vin.”
Alis alvin kembali bertautan. aneh,
kenapa dirinya dibilang aneh ?, tanya alvin dalam hati. Sivia yang tahu arti
tatapan pemuda tersebut dengan santainya menjawab. “kau aneh, biasanya cowok
itu jaim banget kalau ngakuin perasaannya. Nah ini, kamu malah dengan polosnya
mengakui perasaannya. Tanpa ada pembelaan atau penyangkalan sedikitpun.
Hahhaha.” Sivia tertawa kecil.
“kanapa mesti menyangkal, kalau aku menyangkal
atau sok jaim berarti aku membohongi diriku sendiri dan itu akan menyakitkan
hatiku. Lagipula dari kecil sampai sekarang aku jarang berbohong sama siapapun,
jadi aku gak punya bakat untuk bohong deh. Hehe...” alvin nyengir gak jelas
sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, wajahnya tampak lucu
dengan rona merah dipipi mulusnya, -mungkin- sedikit salting dan menahan
malunya.
“haha, kau lucu. Ishhhh.....” gemes sivia,
tangannya mencubit pipi alvin. “gak salah deh kalau juga suka sama kamu.” Mata
sivia berbinar-binar mengatakan persaannya juga. “terus kalau sama-sama suka
berarti kita...” sivia menggantungkan kata-katanya sambil menunduk malu,
tampaknya alvin mengerti.
“tidak secepat itu, sivia.” Kata alvin, kepala
sivia mendongak menghadap alvin yang kembali dengan ekspresi wajah datarnya. Sivia
bingung dengan arti kalimat yang dilontarkan alvin.
“maksudmu ?.”
“maksudku, tidak secepat itu kita mengawali
hubungan yang lebih dari kata sahabat. Masih banyak yang belum kita mengerti.
Lagipula kita maih saling suka dan itu bukan berarti CINTA. Mantepin hati saja
dulu, yang ada disini cuman SUKA ata sudah CINTA.” Jelas alvin sambil meletakan
tangannya didada, mimik wajahnya tidak berekspresi apapun. Sebenernya dia berat
mengatakan hal ini, bukankah sudah pasti kalau dirinya memang sangat mencintai
sivia, tapi menurutnya ini adalah hal yang terbaik. Dia tidak mau terlalu
terburu-buru, apalagi gabriel masih saja gencar merebut sivia dengan aksinya.
Tanpa dikatakan dengan mulut, ini sudah menunjukkan kalau alvin sudah berhasil
memenangkan hati sivia, tinggal selangkah lagi dan dia akan memenangkan
semuanya.
“hmmm... baiklah, kalau begitu kita PDKT saja
selam 5hari untuk memantapkan hati ini.” Kata sivia, suaranya masih terdengar
riang, tangannya juga ikut ia letakan didadanya seperti apa yang dilakukan alvin
tadi, sorot matanya menunjukkan kekecewaan. Apalagi yang harus dimantapkan,
kalau hatinya sendiri mengatakan kalau ia sudah sangat mencintai pemuda
disampingnya ini.
“haha, iya deh... 5hari untuk PDKT. Deal !”
kata alvin sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “deal !” kata sivia,
kelingkingnya sudah terkait dengan kelingking alvin.
^^
Gabriel memantul-mantulkan bola
basketnya dengan penuh emosi, konsentrasinya membuyar begitu saja dan menguap
bersama dengan moodnya. beberapa tembakkan lay up yang ia lakukan dari tadi ,
tidak satupun yang masuk dengan mulus
kedalam ring. “arghhhh...” gabriel putus asa dan melempar bola tersebut
kepermukaan lapangan dengan keras, hingga membuat bolla terpantul keras dan
ditangkap oleh seseorang.
“wahhh, iel. Permainan loe buruk banget hari
ini, tidak biasanya.” Komentar rio yang menangkap bola basket gabriel.
“hahaha. Lagi patah hati kali tuh. Keliatan
banget.” Celetuk cakka sambil tertawa geli.
“arghhh. Diem deh, jangan banyak omong loe
semua.”
“ckckck, santai bro. Jangan kayak orang
kebakaran jenggot loe, patah hati aja sampai segitunya. LEBAY.” Sambut satu
orang lagi, orang yang berbeda dari cakka ataupun rio.
“suka-suka dong. Lagian nih ya, loe semua
ngeganggu gua aja. Lagi galau nih gua.” Mereka semua tertawa terbahak-bahak
mendengar kata gabriel yang sedang ‘galau’. Padahal tidak ada yang lucu, hanya
saja baru kali ini mereka mendengar sobat mereka yang satu ini galau gara-gara
cinta. “ketawa lagi loe semua, gak lucu.”
“hahaha, udah ah.loe galau aneh banget, sekali
galau langsung kayak orang gila.” Cerca agni. Mereka semua menghampiri gabriel
dan menepuk pundak sahabatnya yang kali ini sedang bertingkah. “loe galau
kanapa iel ?.”
“biasa gara-gara cewek.” Kata gabriel dengan
nada lesu. Pikirannya melambung saat malam kemarin, saat ia menguping
pembicaraan sivia dan alvin. padahal kemarin malam ia sempatkan diri untuk
menjenguk alvin, meskipun sedang hujan deras. Namun semua yang ia dengar malah
membuatnya mengurungkan niat dan kembali pulang dengan sejuta keresahan.
DEG !!! jantung salah satu dari mereka
berdetak tak wajar. Ada rasa sakit ketika gabriel mengatakan masalahnya dengan
seorang cewek. Ada rasa sakit yang menjalar dan menyakitinya secara telak pada
ulu hatinya. Apa ini cemburu ? sebeginikah sakitnya yang dinamakan cemburu ?
kalau begini sakitnya apa boleh ia memilih untuk tidak mencintai laki-laki
tampan macam gabriel, tapi tampaknya terlambat. Cinta sudah memilih dan itu
tidak bisa disangkal sama sekali, meskipun rasa sakit hati karna cemburu
membuatnya sangat amat tersiksa.
“tumben ada masalah sama cewek.” Zevana
nyeletuk ringan, semua mengangguk membenarkan. Maklum saja, selama ini mereka
tahu kalau gabriel sangat cuek dengan cewek, terkecuwali pada sahahabat-sahabat
ceweknya seperti zevana, agni, dan ify.
“tau deh.” Pasrah gabriel, wajahnya masih
buram seperti kaca yang tidak pernah dibersihkan.
“ckckc, udahlah. Cewek bukan cuman dia, ntar
gua kenalin sama yang lebih cantik, asik, dan pintar. Cihuiiii deh
pokoknya.”tawar cakka semangat, semua menatapnya dengan tatapan benci dan cukup
membuat cakka meringis.
‘PLETAK’ Agni menjitak kepala
kekasihnya yang cukup streeees macam cakka, semua langsung tertawa melihat
tingkah pasangan gila yang satu ini. Dengan kehadiran beberapa sahabatnya ini,
gabriel dapat menghilangkan sedikit sakit hatinya.
Sementara satu diantara mereka hanya dapat
menahan cemburu, menahan apa yang juga dirasakan gabriel saat ini. Meskipun
tawanya ikut meledak dan mulutnya masih bisa menyunggingkan senyum, tapi jauh
dihatinya rasa sakit itu tetap menikam dan membuat perasaannya kocar kacir.
“hay, disini ternyata kalian.” Sapa seorang
gadis yang baru saja menghampiri mereka. Semua mendongak menghadap gadis yang
berdiri dihadapan mereka.
“wahhh, via. Kemana aja loe, jam segini baru
keliatan.” Omel ify, yang diomelin hanya cengar-cengir kayak orang gila.
“hehehe, biasa. Lagi bantu buk ira beresin
perpustakaan.” Jawabnya santai.
Gabriel yang sedari tadi menunduk, merasa
familiar dengan suara gadis yang baru saja datang. “sivia.” Panggilnya pelan,
gadis tersebut yang ternyata adala sivia pun melihat kearah iel.
“loh iel, ngapain disini ?.” tanyanya, tidak
percaya. Sebelumnya sivia tidak pernah melihat gabriel bersama teman-temannya
ini. Setau sivia, dia tidak pernah tau kalau gabriel juga mengenal teman-temannya.
“kalian udah saling kenal, kan gak pernah
ketemu.” Kata cakka bingung.
“begok loe, kalo gak pernah ketemu, gimana
bisa mereka saling kenal. Paling ketemunya waktu kita gak ngumpul bareng kayak
gini, apalagi sivia jarang maen sama kita belakangan ini.” Ujar agni.
“eh, duduk dulu deh, gak enak kita duduk
sedangkan loe berdiri kayak gitu.” Kata sevana, mempersilahkan sivia untuk duduk
disampingnya, sebelumnya sivia gak kenal sama zevana dan gabriel karna mereka
tidak satu sekolah.
“iya, makasih.” Siviapun duduk dan melanjutkan
perbincangannya. Mengenai mengapa ia tidak mengenal dua makhluk yang menurutnya
asing selama berteman dengan rio, cakka, agni, dan ify.
“kenalan dulu, gua zevana, panggil zeva aja.”
Kata zeva memperkenalkan diri.
“sivia, panggil via aja.” Sivia mengulurkan
tangannya untuk zevana, tapi zevana tidak menyambut uluran tangannya, bahkan
dengan enteng ia langsung buang muka kearah lain.
Sivia dengan canggungnya menarik kembali
tangannya, membiarkan zevani dengan sifat anehnya. “btw, kalian kok bisa kenal
sama gabriel dan zevana ? sementara gua gk kenal.” Tanya sivia mulai penasaran.
“aelah, via. Kitakan satu kelas di MSP. Loe
nya aja yang sendirian dikelas vokal. Lagian akhir-akhir ini loe jarang ngumpul
bareng kita.” Kata ify menjelaskan, sementara sivia cuman mangut-mangut gak
jelas.
Selama perbincangan ringan yang mereka
lakukan, gabriel malah diam dan lebih memilih untuk memperhatikkan wajah sivia.
Tatapan matanya masih saja menyiratkan kegelisahan, gelisah kalau nanti gadis
yang dicintainya ini benar-benar menjadi milik alvin.
“wew,
udah sore. Gua pulang duluan yah. Ada yang nunggu dirumah.” Pamit sivia, “oh
ya, iel. Loe ikut kgak nih kerumah alvin, pulang ini gua mau langsung
kerumahnya.”
Gabriel tersadar dari lamunannya yang sedari
tadi melayang. huh ! alvin lagi, keluhnya. “hmmm...” bingung gabriel,
sebenarnya dia mau ikut, biar bisa mengganggu acara PDKT sivia sama alvin,
tapiii gimana dengan zevana. Sekarang dia ada janji dengan zevana untuk
jalan-jalan.
Gabriel melihat kearah zevana, sementara yang
dilihat langsung buang muka gitu aja. “terserah loe.” Ketus zevana yang
mengerti arti tatapan gabriel.
“kgak deh vi, gua ada janji sama zeva. Besok
aja deh, gua titip salam sama alvin dan tante, bilangin kgak bisa dateng ada
urusan dikit.” Sivia mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan teman-temannya
yang masih tidak bergeming dari tempat duduknya.
“alvin siapa, iel ?.” tanya rio, penasaran.
“mau tau aja loe pesek.” Jawab cakka.
“woiiii, cicak tengkurep. Gua nanyak gabriel,
bukan nyak loe. DASAR CICEK PICEk !.” teriak rio gak terima.
“serah gua dong, gua juga denger. Jadi gak
papa dong gua yang jawab, PESEK.” Balas cakka.
“tapi gua nanyak ke gabriel bukan nanyak sama
loe, CICAK....”
“ahhh,,,, mending pantunan deh, denger nih.” Kata
cakka menyudahi pertengkarannya dengan rio, semua langsung pasang kuping buat
denger pantun cakka.
“ada kucing dalam keresek, rio cungkring
idungnya PESEK (RISE, visss ye. Kan becanda). Hahahaha...” kata cakka dengan
pantun mengejeknya, membuat semua tertawa terbahak-bahak sampai sakit peru.
Sementara rio hanya manyun saja.
‘PLETAK’ tangan rio menjitak kepala cakka,
tapi cakka malah semakin tertawa terbahak-bahak dengan yg lainnya.
--------------------BERSAMBUNG---------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar