Rabu, 22 Februari 2012

MIRIS (Akhir Cerita/Kisah) #part 4

 +++MIRIS (Akhir Cerita/Kisah) #part 4+++

Ada cinta saat bersama...

Saat hasrat itu datang, Merambat masuk, menenangkan jiwa, dan menghangatkan raga...
Membawa Nada-nada kehidupan menjadi nada cinta, serta melambungkan dua hati...
Memikit 2 jiwa menjadi satu cinta, menjadikan 2 kasih berpadu dalam satu asa...
Mengubah derita menjadi bahagia, serta mebawa semerbak tawa untuk dua raga...
Menghubah cerita menjadi kisah manis, antara... Merebut atau direbut !!! :*

******************************************************************************************

    Matahari masih menyusun jarak untuk beranjak kearah tempat terbitnya, terlihat bentangan garis lurus yang menunjukkan kalau masih ada 3 jam sebelum langit menggelap. Sementara sivia ingin menggunakan sisa waktu ini untuk menjalankan aksi PDKTnya dengan si alvin. sekarang mereka berdua sedang asik dudu de gazebo rumah alvin. seperti biasa keheningan memikat mereka berdua untuk beberapa menit ini.
    Sivia yang tidak suka diam mulai menyusun kata untuk membuka percakapannya dengan alvin. “vin, PDKT kok diem gini ?.” tanya sivia, rasanya sangat canggung kalau diam seperti ini. “mau gimana lagi, aku gak ngerti sam yang beginian.” Jawab alvin dengan polosnya, sivia hanya geleng-geleng saja dan kembali diam.
“kita ketaman aja yok vin.” Ajak sivia, namun langsung mendapat tolakkan dari alvin. “kalau begitu jalan-jalan di luar aja, gimana ?.” ajak sivia lagi dan mendapat gelengan dari alvin yang berarti penolakkan lagi. “hmmm... kalau gitu kita ngapai dong ?.” pasrah sivia.
    Alvin menoleh kesivia dan tersenyum tanpa arti. “kita main kejar-kejaran aja disini.” Kata alvin dengan polosnya, sivia sampai meringis mendengar usul alvin. “ihhh! Gak mau, kita kan bukan anak kecil lagi.” Kata sivia, kini giliran dia yang menolak.
“masa sih, kita kan masih kecil sivia.” Tangan alvin terangkat dan langsung mencubit hidung sivia, “huaaa, alviiiin. Jangan dicubit pipiku, merah ni.” Marah sivia sambil memasang muka lipat 7. Alvin hanya tertawa melihat wajah burem sivia. “wah, cupcupcup. Mana yang merah, mana ?.” alvin memajukkan wajahnya untuk melihat pipi merah sivia.
“ini, pipiku yang kanan, Sakiiit vin.” Keluh sivia dengan nada manjanya. “mana yang merah ?.” tanya alvin lagi dan semakin memajukkan wajahnya. Padahal dari jauh rona merah diwajah sivia masih dapat terlihat, tapi dengan jahilnya alvin semakin memajukan wajahnya kearah pipi sivia dan....
    ‘CUUUP !’ ciuman kilat alvin mendarat dipipi sivia, alhasil pipi sivia semakin merah merona. “kata mama, kalau ada yang sakit terus dicium, ntar lama-lama sakitnya bakal ilang. Hahaha...” Kata alvin dengan polosnya dan diselingi tawa riangnya ketika melihat wajah merah sivia yang semakin lama semakin merona.
    alvin berdiri dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan sivia, sementara sivia baru sadar kalau tadi dia hanya dijahilin oleh alvin. “huaaaaa, alviiiiiin. Jahil banget sih, awas kamu ya !.” teriak sivia.
“hahaha... pipimu makin merah vi, Lucu banget deh.” Ejek alvin sambil berlari dan diselingi tawanya. Dibelakang sivia sudah mulai mengejarnya dan teriak-teriak melontarkan ancamannya.
    Merka akhirnya bermain kejar-kejaran dengan sivia yang menjadi pengejar, sementara alvin menjadi orang yang dikejar. Tawa dan candaan menjadi penghias aksi kejar-kejaran mereka, layaknya cinta memberi mereka kebebasan meskipun hanya didalam rumah minimalisnya alvin.
    Dengan ini, hasrat untuk saling  memiliki mereka semakin bergejolak, membuat hati mereka terpikat sempurna, dan menjadikkan tawa sebagai kehangatan tak tertandingi saat mereka bersama. Mungkin kalau alah satu dianatara mereka akan berharap kalau saja waktu dihentikan dan membiarkan suasana indah ini tidak terlewatkan.

^^
    Mata mereka saling beradu pandang satu sama lain. Yang satu menatap penuh harap, dan yang satu membalasnya dengan pandangan suram. Zevan mengaduk-aduk minumannya masih dengan menatap gabriel yang ada dihadapannya.
“kenapa loe ? kayak gelisah gitu.” Tanya zevana pada akhirnya. Seketika kelengangan pun mengeruh.
“GALAU.” Jawab gabriel cuek.
“gara-gara mikirin sivia yang lagi bareng alvin ?.” gabriel tersentak. Darimana zevana tau ?, pikir gabriel. “inget iel, gua sobat loe dari kecil, loe emang gak perna cerita tapi mata loe bicara. tadi loe keliatan gak suka banget waktu sivia ngajak loe kerumah alvin.”
“loe emang ngeh banget ya ze. Iya, gua emang lagi mikirin itu, gue gak rela biaren mereka berduaan, gue cemburu ze.” Aku gabreil dengan nada lirih.
    Zevana hanya tersenyum tipis. Apa yang harus dilakukannya ? perasaannya sama seperti gabriel, dia juga sedang cemburu mendengar kata-kata gabriel barusan. Cemburu kalau gabriel sedang dekat dengan gadis lain, apalgi dia juga cemburu denger kata cemburu dari mulut gabriel untuk orang lain. Tampaknya rasa sakit itu lagi-lagi menjalar dan menikam telak di hatinya. Huh ! tak bisakah gabriel merasakn appa yang dirasakannya saat ini ? rasa cinta untuk pemuda dihadapannya, rasa yang selama bertahun-tahun tidak pernah terbalasakan.
“loe suka sivia ?.”
“ahhh, zeva gue tersayang. Kalau gue gak suka sama dia, ya gak mungkin gue cemburu. Apalagi di hati ini bukan cuman sekedar rasa suka, tapi hati ini udah cinta mati sama gadis itu.” Kata gabriel menggebu-gebu, zevana hanya meringis mendengarnya.
“yakin, loe cinta sama dia ?.” tanya zevana lagi, kali ini gabriel hanya mengangguk. Ntahlah hatinya serasa kurang serek untuk mengakuinya. “loe salah iel, loe belum  mantepin hati loe. Isyarat mata loe gak bilang loe cinta sama dia, loe cuman ter-ob-se-si doang.” Gabriel merengut mendengar penuturan zevana. Serasa hatinya membenarkan kata-kata itu, Tapi akalnya malah menolak keras.
“tidak zeva, aku benar mencintainya.” Gabriel bersi keras.
“gak, loe gak cinta.” Kata zevana gak mau kalah. “coba deh sekarang, loe merem. Terus jawab dengan hati, jangan dengan logika.” suruh zevana dengan mantapnya, gabriel mengikuti dengan pasrah. “loe cinta atau gak sama sivia.”
Mulut gabriel seakan terkunci. Bila tadi dia begitu mantap bilang cinta, tapi sekarang hatinya tidak bisa dibohongin sama sekali. Ragu, begitulah rasanya ketika mulut gabriel ingin kembali bilang cinta untuk sivia.
“hahaha, bingung kan loe. Udah deh, mending loe mantepin hati dulu. Sebelum nanti loe malah nyakitin diri loe, nyakitin sivia, nyakitin alvin, dan nyakitin g...” sebelum mulut zevana kembali menguluarkan kata, ia malah menariknya kembali. Tidak mungkin dia mengakui kalau hatinya juga tersakiti oleh perasaan plinplan gabriel. “arghhh, udah yok kita pulang. Ntar loe mantepin dirumah aja.” Ajak zevana sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan tanpa menunggu gabriel yang masih bingung dengan tingkahnya.

^^
“alviiiiiiin, siviaaaaaaaa.” Teriak shilla yang berdiri diambang pintu. Dia baru saja pulang dan menatap isi rumahnya yang sudah luluh lantah karna ulah dua remaja yang sedari tadi asik bermain.
“hehehe.” Cengir dua orang yang baru saja turun dari lantai dua dengan muka polos, tak berdosa.
“apa-apaan ini ?.” teriak shilla lagi dan lagi-lagi dijawab dngan cengiran polos dari keduanya.
“hehe... soriii ma. Tadi ada puting belliung dateng.” Kata alvin sambil nyengir, anggukan kepala sivia mengikutinya.
“tante, tadi kita main lari-larian.” Kata sivia, tatapan yang berbinar-binar serta semangat yang menggebu-gebu membuatnya seperti anak kecil yang baru saja dibelikkan berbie baru.
“hah ? lari-larian ?.” tanya shilla. “alvin bagaimana keadaanmu, apa ada yang sakit ?.” nada shilla terdengar kawatir dan panic.
“hehe, dada alvin rada sesek ma.” Alvin meletakkan tangannya didada kirinya. “tapi tenang ma, selain itu semuanya tidak ada masalah. Alvin sehat luar dalem, seneng dunia akhirat, terus...”
“dasar bawel.” Celetuk sivia, membuat kata-kata alvin terputus.
“huh ! dasar cerewet... yaudah deh, pokoknya alvin seneeeeng BGT hari ini. Rasanya bebas dari semuanya, ntar mau maen lagi deh sama sivia.” Alvin menyenggol lengan sivia, serta nyengir gaje lagi. Shilla hanya menggeleng-geleng, rasa khawatir yang tadi sempat timbul mulai berganti rasa bahagia. Ia dapat merasakan apa yang dirasakkan alvin, bukankah seorag ibu akan merasa behagia kalau melihat anaknya bahagia.
“yaudah, mama juga ikut seneng kalau gitu. Tapi sekarang lebih baik kamu mandi, kan gak baik kalau mandi malem-malem.” Suruh shilla sambil mengangkat tangannya untuk membelai rambut alvin.
“okedeh ma, badan alvin juga udah lengket-lengket nih gara-gara keringetan.” alvin memberi hormat sebelum akhirnya pergi kekamarnya. “eh,  hampir lupa. Sivia juga mandi sono. Ntarkan mau liat bintang.” Kata alvin lagi setelah membelikkan badannya menghadap sivia.
“iya, bawel. Udah sono mandi. Aku juga mau mandi.” Alvin berbalik lagi dan benar-benar hilang dibalik pintu kamarnya. Sivia juga hendak berbalik pulang, tapi tangannya tiba-tiba ditahan shilla.
“boleh tante bicara ?.” tanya shilla, sivia mengangguk.
“sivia beneran cinta sama alvin ?.” tanya shilla lagi dan lagi-lagi sivia mengangguk semangat seraya tersenyum manis. “kalau gitu, tante minta sama sivia untuk jaga alvin, jangan berpaling dari alvin dan jangan pernah ninggalin alvin.” air mata shilla menetes begitu saja, permintaan yang terucap benar-benar terdengar tulus dari hatinya.
“hmmm, iya. Tapi sivia gak janji.” Kata sivia mantap, shilla masem mendengarnya.
“kenapa sivia gak bisa janji, sivia ragu ya ?.”
“hehe, ya nggaklah tan.”

^^
    Shilla diam mematung, beberapa menit yang lalu sivia sudah meninggalkannya. Jawaban yang benar-benar tidak disangka akan keluar dari mulut seorang gadis berumur 14 tahun, sivia. Jawaban yang ntah dapat dicerna oleh otaknya atau malah teraaikan begitu saja. Jawaban yang mengejutkan !
     ‘hehe, ya nggaklah tan. Maksud sivia itu, kan waktu berputar lebih cepat dari yang kita bayangkan. Sekarang tante bisa berharapa kalau sivia bisa menjaga alvin, sivia bisa mengiyakan hal itu. tapi kita nggak tau nantinya bagaimana, bisa jadi alvin yang akan jagain sivia, jadi lebih baik kita saling jaga.” Kalimat tersebut kembali berkelebat dibenaknya, namun jauh dihatinya ia membenarkan kalimat-kalimat tersebut. Gadis pinta, gumamnya dalam hati.
     Kalimat-kalimat lainnya kembali terngiang ditelinga shilla, bak hantu yang akan menghantui hidupnya, kalimat-kaliamat yang menjadi jawaban sivia juga terus menghantui pikiran shilla. Tidak ada yang tahu bagaimana arah berpikir gadis tersebut, sungguh jauh dari apa yang shilla pikirkan. “terus tadi tante minta supaya sivia untuk tidak berpaling dari alvin, kalau sekarang sivia bisa langsung mengangguk untuk menyetujui pirmintaan tante. Tapi kita balik lagi ke masa yang akan berputar, sekarang mulut bisa bilang iya tapi nanti tuhan bisa berkehendak jauh diluar perkataan sebelumnya. Siapa tahu, nanti Tuhan malah misahin kita dan membuat kita berpaling dengan maksud yang lebih baik.” Wajah sivia yang waktu itu mengembangkan senyum juga ikut terbayang.
     “tante minta biar sivia nggak tinggalin alvin. iya, sivia bisa bilang iya untuk sekarang. Tapi kita tidak tahu bagaimana nanti takdir akan memperlakukan kita, mungkin nanti bukan sivia yang akan ninggalin alvin, tapi alvin yang akan ninggalin sivia. Semuakan bisa terjadi, tidak ada yang bisa menjamin setiap kata yang kita ucapin sekarang.”  Jedaaaar, kalimat-kalimat terakhir benar-benar membuat shilla kelimpungan. Semua yang dikatakan sivia memang benar, tapi tetap saja kalimat-kalimat terakhir ini membuat hatinya tertohok dan tertikam telak.
     Sebelum sivia meninggalkan shilla tadi, sivia kembali berkata. “meskipun sivia nggak janji, tapi sivia bakalan usahain buat menjaga alvin, tidak berpaling dan tidak akan ninggalin alvin.” kalimat terakhir yang mebuat shilla mematung. Meskipun tidak ada jaminan untuk kalimat tersebut, namun ia merasa gadis tersebut dapat melakukannya.

^^
    Suasan begitu lengang dikamar ini, semua lampu yang biasa menerangi sudut ruangan kini mati, tidak ada setitik celahpun untuk cahaya masuk selain cahaya rembulan dan bintang. Kelengangan membuat si penghuni diam, namun hatinya tengah bertikai dengan pikirannya sendiri.
Tidak ada logika bila berhubungan dengan cinta, namun hatilah yang paling banyak ambil andil didalamnya. Logika tidak bisa merasakan, namun hati adalah alat perasa yang paling ampuh untuk merasakan. Lagipula kata hati akan menjadi penunjuk jalan kisah cintanya.
‘cinta atau obsesi ?.’ pikirnya dengan perasaan kalut. Gabriel menutup matanya seperti apa yang disuruh oleh zevana. Yang ia ingin tau hanyalah perasaan apa yang ada untuk sivia, perasaan cinta atau obsesi yang hanya ingin memiliki.
“arghhhh ! kenapa jadi ribet gini sih ?.” keluhnya sambil mengacak rambut hitamnya, sekarang ia terlihat seperti orang prustasi. Tidak ada jawaban untuk pertanyaan awalnya. Semua blank, kosong tak berpenghuni sama seperti suasana kamarnya sekarang.
Kali ini dengan berbaring, ia mencoba untuk terlelap ‘siapa tahu semua akan terjawab nanti pada saatnya.’ Pikir gabriel, matanya memang terpejam dan pandangannya mulai menginjak hamparan kegelapan yang tiada batas. “arghhh ! gabriel loe GILA.” Bentaknya, jawaban yang sebenarnya tidak mudah ia terima begitu saja.


-----BERSAMBUNG-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar