Hay ANH ! gue balik lagi ini, udah lama yak
gue gak ngepost CERITA GJ. Hahaha...
Maaf yah kalau jelek dan kurang serek, ini
buatnya sambil ngelantur dan gak inget masih nafas atau gk, wkwkwkwk..
Yaudah baca yok. Moga kalian suka...
+++MIRIS (Akhir Cerita/Kisah)+++
dikala
takdir bertanya...
apakah kamu
bisa membedakkan ‘cerita dan kisah’ ???
apakah kamu
bisa memilih awal CERITA ? dan... apakah
kamu tahu cara mengakhiri sebuah KISAH ???
atau, apakah
kamu tahu cara mengawali KISAH ? dan... apakah kamu dapat memilih akhir CERITA
???
KURASA,
TIDAK !!! nyatanya manusia tidak mempunyai hak untuk memilih awal maupun akhir
dari pertanyaan diatas...
+++++++++++++++++++++++++++++
hmmm
! maaf,mungkin pertanyaan-pertanyaan sederhana tadi hanya
untuk menjebak diri... tidak ada yang berarti dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Apa kalian mengertiii ??? kalau tidak, mungkin kisah ini akan
menjelaskan semuanya lebih rinci,
Kisah
dari sebuah Cerita yang terkhias dalam kehidupan. Kisah yang sudah sering
terjadi atau malah kalian pernah merasakan setiap feel di kisah ini. Maaf, jika
didalam cerita ini banyak menyinggung hal nihil dikehidupan. Tapi tahu kah
kalian CERITA itu hanyalah opini dan KISAH adalah fakta... saya percaya kalian
bisa memebedakan unsur CERITA dan KISAH didalamnya...
Simaklah ! dibalik kenyataan ada kenyataan
lainnya atau dibalik rahasia ada rahasia lagi. Kenyataan yang tipis, tapi cukup
terungkap dari ilustrasi yang sudah terketik dengan garis miring diatas. Tidak
perlu mempungkiri kalau ada sisi lain dikehidupan.
Metahari menyisingkan gelapnya bumi
dibelahan timur asia, -Bandung, INDONESIA-. Seorang gadis tampak meliuk-liuk
sempurna dengan sepatu rodanya, dibagian sisi jalanan kompleks terlihat
beberapa anak manusia yang sebaya dengan gadis tersebut, mereka asyik menonton
aksinya. Disini tidak ada peran yang terganggu atas kegiatan mereka di minggu
pagi ini, malahan setiap pasang mata yang bernaung dikompleks tersebut
menikmati aksi ini. Mungkin karna sudah terbiasa, aksi minggu pagi dikompleks
ini sudah ada semenjak Bandung tempo doloe. Kegiatan bersepatu roda di minggu
pagi sudah menjadi sarapan awal, sebelum sarapan roti.
“hahaha ! ayolah guest, jangan hanya bisa
menonton. Ikutlah denganku, jangan membuat waktu kalian sia-sia hanya untuk
menonton aksiku, sebaiknya kalian ikut berbaur bersama gesekkan sepatu roda dan
aspal jalan.” Ajak gadis tersebut masih dengan aksinya dan ajakkan yg terlontar
tadi berhasil membuat teman-temannya tergerak untuk ikut berbaur.
“hahaha ! siapa takut.” Tantang salah satu
diantara teman sebayanya, setelah itu mereka yang tadi menontonpun ikut berbaur, membentuk barisan
sempurna seperti kereta api, masing-masing tangan mereka tergenggam kuat diatas
pundak teman yang ada didepannya.
Sisi lain, Tanpa mereka sadari
Bidikkan kamera DCLR telah mengabadikan aksi tersebut. Sempurna ! desahnya
sambil menampilkan senyum miring yang khas di sudut bibirnya. Sedikit miris
rasanya setelah menyadari ada rasa iri akan kebebasan orang-orang yang sempat
menjadi objek potretnya. Dirinya sadar kalau tiada masa yang terkhias bebas
dihidupnya, dia hanya bisa bergidik menerima takdir, memojokkan diri serta menepi
dari masa yang seharusnya bisa ia jalani.
“alviiiin...” suara menggema memanggil namanya, seketika ia berbalik dan melihat
wanita paruh baya yang baru saja menyembulkan dirinya dari balik pintu kamar.
“iya ma, ada apa ?” tanya alvin sambil
menghentikkan aktivitas potretnya, dia memandang wanita tersebut seraya
tersenyum palsu. Setelah itu ia kembali berbalik kearah objek pandangnya tadi.
“mama rasa sudah waktunya nak, jangan sampai
telat. Nanti bisa beresiko tinggi untuk tubuhmu.” kata wanita tersebut, sebut
saja namanya shilla, dia mengambil peran sebagai mamanya alvin. dia mendekati
anak satu-satunya tersebut, berdiri disamping alvin dan mengikuti arah pandang
buah hatinya.
Semilir angin menerpa wajah ibu dan
anak tersebut, mulut mereka seakan bungkam menyaksikkan orang-orang yang masih
asyik dengan acara minggu pagi ini. Tidak bisa dipungkiri, shilla bisa
merasakan apa yang dirasakan buah hatinya, alvin. bagaimana pun shilla juga
merasa miris melihat tatapan nanar alvin.
“kapan, kapan alvin bisa seperti mereka ma ?.”
tanya alvin dengan nada getirnya, terlihat ia menggigit bibir bawahnya untuk
menahan lonjakan emosi yang menentang takdir.
“tidak vin, sampai kapan pun kamu tidak bisa
sebebas mereka. Mengertilah keadaanmu, sadarlah.” Shilla berbalik membelakangi
alvin. “sudahlah vin, sekarang sudah waktunya. Mama tidak mau kamu membahas hal
ini lagi. Ini semua untuk kebaikkanmu,”
Shilla berlalu meninggalkan alvin,
perlahan air matanya menetes menghujat semua yang tergaris tidak adil untuk
anaknya tersebut. Maaf ! lirihnya dalam hati. Shilla merasa ini adalah
salahnya, membiarkan alvin terlahir dengan keadaan yang lemah. Dia merasa gagal
sebagai ibu karna membuat alvin harus tetap terkurung dalam rumah selama
bertahun-tahun hingga menyebabkan masa remaja anaknya terenggut kesendirian,
tapi dia sadar itu juga untuk kebaikan alvin. mirisnya lagi ketika shilla
mengingat selama alvin terlahir sampai saat ini, anaknya tersebut harus hidup
bertopang obat-obatan yang sebenarnya secara tidak langsung menambah derita
alvin, membuat persetan rasa.
“arghhhhh !” erang alvin mengacak rambutnya
prustasi. Tanpa disadari, suara erangannya tadi berhasil didengar oleh sivia,
gadis yang telah mengakhiri aksi bersepatu rodanya. Sekarang sivia tengah
berdiri di ambang gerbang rumah alvin, tepatnya menyender di gerbang tersebut
sambil melepas lelah sehabis beraksi.
Sivia menengadah kearah balkon tempat
alvin berdiri. Rasanya baru pertama kali ini sivia melihat laki-laki tersebut
selama bertahun-tahun tinggal di kompleks ini. Sivia pun baru tahu kalau ada
laki-laki yang mendiami kamar yang balkonnya langsung menghadap kearah jalanan
kompleks dan bertepatan dengan menghadap balkon kamar sivia sendiri yang tepat
berada didepan rumah laki-laki tersebut, rumah mereka hanya terpisah oleh
jalanan kompleks.
“hay !” sapa sivia setelah melihat alvin
beralih melihatnya, alvin yang disapa pun hanya berlaga cuek dan langsung
memasuki kamarnya.
Sivia mengernyitkan dahinya, bingung
dengan sikap laki-laki yang tidak dikenalinya. Lagian sivia tak sadar telah
menyapa alvin, ntah dapat keberanian darimana dirinya tadi.
“sivia, apa yang kamu lihat di sana ?” tanya
temannya yang bernama ify, sivia lantas menggeleng dan kembali fokus melepas
sepatu rodanya.
“ehhh, guest ! ini rumah punya siapa ?” tanya
sivia yang sudah selesai dengan aktivitasnya, tangannya kian menepuk-nepuk
gerbang bercat merah dibelakangnya.
“hmmm ! inikan rumah tante shilla.” Jawab agni
yang diiyain dengan anggukan yang lain.
“tante shilla ?”
“iya vi, ini rumah tante shilla. Dia kan janda
anak satu yang beberpa tahun lalu pindah kesini.” Kata cakka, kini dia yang
ambil dalih untuk memnjawab pertanyaan sivia.
“kok kalian tau, aku gk.” Heran sivia sambil
menatap satu persatu teman-temannya.
“aelaaah vi, gak penting banget sih
pertanyaanmu. Lagian ni yang punya rumah emang rada-rada tertutup vi, jarang
ngrumpi dia sama ibu-ibu kita.” Jelas rio panjang lebar, sivia hanya
mangut-mangut dan memutar badannya untuk mengadap gerbang.
“via, mau kemana ?” tanya agni ketika melihat sivia membuka gerbang rumah shilla.
Tampaknya sivia akan melakukan sesuatu untuk membubuhi rasa penasarannya.
“mau menantang sisi berbeda.” Terang sivia
tanpa membalikkan badannya.
“apa yang akan kamu lakukan sivia ?” sivia
mengacuhkan pertanyaan temannya yang lain.
sivia terus berjalan memasuki halaman
rumah orang yang dia sendiri belum kenal. Rasa penasaranlah yang menuntut
langkahnya untuk membersihkan rasa keingin tahuannya yang besar. Sampai
langkahnya terhenti tepat didepan pintu rumah shilla. sebelum sempat mengetuk
pintu, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan membuat sebuah badan tinggi tegap
menyembul dari baliknya.
“eh, aduh, Mampus, mati, ada penghuninya.”
Kata sivia gaje sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, hal itu
sontak membuatnya tergelonjak kaget ketika menyambut iringan pintu yang
terbuka.
“hay, cantik. Ada apa ?” tanya wanita paruh
baya yang baru saja keluar dari balik pintu, bilau menatap sivia dengan tatapan
penuh bingung.
“itu, eh ! anu... anu... apa ya ?” kata sivia
gagap, wanita tersebut hanya terkikik geli melihat tingkah gadis cantik yang
ada didepannya.
“hahaha, tenanglah. Jangan gugup seperti itu,
mulailah untuk menjelaskan tujuanmu.” Tanya wanita tersebut sambil tersenyum
lembut.
“iya tante, sivia kesini mau nanya. Apa tante
punya anak laki-laki ?.” tanya sivia masih dengan nada gugupnya. Pertanyaan
konyol !
“iya, kenapa ? kamu ingin berkenalan dengannya
?.” tanya wanita yang ternyata adalah shilla, ia tersenyum jahil untuk menggoda
sivia.
“hehehe, gak papa tan kalo boleh sih. Habisnya
sivia penasaran. Dari dulu sampai sekarang, sivia gak pernah lihat anak tante.
Tadi waktu ngadep balkon itu, sivia sempet lihat anak laki-laki yang sebaya
dengan sivia.” Sivia bergumam polos sambil menunjuk arah balkon tempat ia
melihat laki-laki tadi.
Shilla tersenyum mendengar penuturan
sivia, gadis yang ada dihapannya kini benar-benar nampak lucu sekali. Baru kali
ini rasanya shilla berinteraksi langsung dengan anak ABG kompleks. “boleh donk,
yasudah ayo masuk, sebelum tante berubah pikiran.” Canda shilla sambil
tersenyum geli, sivia mengangguk dan melangkah masuk bersama shilla.
Ruang depan yang benar-benar
minimalis, pajangan seni terpampang menghiasi setiap dinding berlatar merah
cerah dan biru langit, tidak terpungkiri lagi kalau rumah ini termasuk dalam
kategori rumah idaman yang sederhana. Sivia pun sampai dibuat bungkam saat
melihat beberapa foto yang menjadi penghias dinding utama ruangan, langkah
kakinya tanpa disadari mulai mendekati sebuah foto besar dengan bingkai
sederhana dan berhias ornamen-ornamen mini ball kecil berwarna merah.
‘tampan’ komen sivia tanpa sadar, jari-jari
manisnya menelusuri kaca bingkai yang melindungi gambar seorang lelaki yang
tengah tersenyum riang dengan mata yang berkaca-kaca.
“dia Alvin, anak tante.” Tutur silla pelan dan
tiba-tiba, tampak terdengar lirih.
Sivia berbalik menghadap silla, dapat
ia dengar nada bergetar dari ibu muda tersebut. “eh’hehe, tante. Maaaf, sivia
lancang banget.” Kata sivia, tidak enak. Sementara silla hanya mengangguk dan
merangkul sivia, “terus bagaimana acara kenalanmu dengan anak tante.”
“haha, aku malu tant. ntar aja deh, kayaknya
sivia butuh nyali yang kuat untuk berkenalan dengan anak tante.” Kata sivia
sambil tersenyum dan segera mengecek jam tangan yang terpampang dipergelangan
tangannya.
“yasudah ! sivia mau pulang dulu deh tant,
ntar mama via nyariin lagi. Besok via kesini lagi dan via pastiin kalau via
udah punya nyali banyak untuk berkenalan dengan anak tante.”
Sivia cengir seraya meminta izin
pulang ke silla, sementara silla hanya mengangguk dan mengantarkan sivia
kedepan rumah. Setelah itu sivia bersaliman dan Tanpa sadar, saat sivia mencium
tangan silla diteras rumah telah menjadi bidik potret kamera CLR alvin dan
mengabadikkannya menjadi moment yang menyenangkan untuk dipajang dikamarnya.
^^
Awan kelam menjadi penghias langit
sore ini, tidak ada yang menarik dari setiap bentuk awan yang terpeta. Tapi
sebuah senyum menyambut bahagia tanda-tanda kasat mata akan fenomena alam yang
akan terjadi selanjutnya, hujan. Bagi si pemilik senyum manis tersebut, hujan
bukan hanya sebuah fenomena alam yang menggambarkan salah satu musim, tapi
hujan juga menjadi penggambar kebahagiaan saat rintik-rintik kecilnya menjadi
teman setia kala sore, apalagi setiap gemerincik suara hempasan air langit yang
terjatuh benar-benar mampu meluruhkan asa sepinya.
“hay !” sapa seseorang dibalik balkon lain.
Membuyarkan kebersamaannya dengan sang hujan, kilah memandang si empunya suara
yang menyapa gendang telinganya selain suara hujan.
“apa ?” sahutnya, dia melihat orang disebrang
tersenyum senang karna mulutnya baru saja membalas sapaan gadis tadi pagi.
“tidak ada, boleh aku mengenalmu.” Teriak
gadis tersebut supaya suaranya lebih terdengar jelas di telinga laki-laki, dari
pada suara hempasan hujan.
Si laki-laki hany dapat mengernyitkan
dahinya, menatap gadis tersebut dengan bingung, setelah itu ia menengadah
seperti menentang hujan meski air langit tidak
menjamah sedikitpun dari indranya. Gadis tadi hanya cemberut, merutuki
sikap laki-laki tersebut yang mengacuhkannya. Tapi jangan panggil namanya sivia
kalau sekarang ia menyerah begitu saja, bukankah dia gadis yang suka menantang
hidup, menentang takdir, bahkan seorang pemberontak keras kepala yang tidak
suka hal biasa.
“namaku SIVIA, panggil saja via.” Katanya
mengacuhkan sikap laki-laki cuek yang masih menengadah langit. “ALVIN, aku tahu
namamu pasti ALVIN, kan ?” tanyanya lantang, laki-laki tadi kembali menghadap
sivia, mencari kata yang salah dari kalimat yang terlontar tadi. Menurutnya,
orang yang mengenal namanya adalah suatu kesalahan yang tidak terduga.
“salah.” Katanya seperti mengecam telak pada
gadis tersebut.
Sivia hanya tersenyum sambil menunjukkan
sebuah kemenangan karna mengenal nama laki-laki kesepian tersebut. “tidak, aku
tidak mungkin salah. Namamu memang alvin kan, ALVIN JONATHAN.”
Alvin melengos kesal mendengar perkataan gadis
tersebut, baru kali ini ada orng yang mengenal namanya selama 15 thun hidup.
Tanpa ingin melawan gadis tersebut, alvin memutuskan masuk kekamar dan memilih untuk menunda moment kebersamaannya
bersama derai hujan, teman satu-satunya.
“hahaha, aku tertarik padamu.” Teriak sivia
lagi meski pun ia tahu alvin sudah kembali kekamarnya.
^^
“sivia hari ini kita akan pergi jalan-jaln,
apa kamu mau ikut.” Tawar ify ketika menghampiri sivia yang sedang sibuk
membereskan buku-bukunya.
“tidak fy, aku harus jaga rumah. Orang tuaku
sedang keluar kota.”
“yahhh ! gak asik dong vi.”
“hahaha, lagian masa aku harus ikut kalian
ber4. Ntar aku malah dicuekin lagi.”
“tidaklah, kami tidak sejahat itu, lagian si
rio mau mengenalkanmu dengan temannya yang bernama gabriel. Siapa tahu kalian
cock, hehehe.” Ify mengedip-ngedipkan matanya seraya menggoda sivia, yang lain
hanya terkikik geli.
“ahhh ! aku tidak mau, sudah sana pergi. Aku
juga mau pulang sekarang.”
“jiahhh ! sivia malah ngusir. Yasudahlah, kami
pergi dulu yah via. Byebye.”
Ify,rio, agni, dan cakka pun pergi, sementara
sivia hanya tersenyum melihat sahabat-sahabatnya. Setelah itu sivia pun berlari
meninggalkan sekolah, ia mengingat kalau sekarang waktunya untuk bertandang kerumah tetangga depan rumahnya.
Rasanya tidak sabar untuk lebih kenal
dengan anak laki-laki tersebut.
“hoshoshosh.” Setelah lama berlari, sivia pun
sampai didepan rumah tetangganya. Di beranda terlihat wanita muda yang sedang
asyik mengupas kentang dan wortel.
“tante shilla.” Teriak sivia sambil membuka
gerbang rumah, silla menyambut sivia dengan lambaian tangan mengisyaratkan
untuk gadis tetrsebut mendekat keberanda.
“tante lagi ngapain, mau masak sop-sopan yah.
Sini sivia bantu.” Kata sivia sambil duduk disebelah silla.
“hahaha, tidak usah sivia. Nanti kamu bantu
tante mencicipi sop-sopan saja. Yasudah sana masuk kedalam, katanya kamu mau
berkenalan dengan anak tante.” Kata silla.
“eh’hehehe, sivia malu tante. Ntar aja deh,
kan sivia gak punya nyali.”
“ngek, kamu ini gimana sih vi. Kemarin kan
udah ngumpulin nyali untuk kenalan. Lagi pula didalam juga ada keponakan tante,
kalian bisa berkenalan jugakan.”
“hmmm ! yasudah, sivia masuk aja deh.”
Sivia manarik nafas lebih dalam dan
menghembuskannya perlahan seperti orang yang sedang deg-degan menanti hasil
sidang di pengadilan, padahal yang akan dia lakukan hanyalah berkenalan dengan
laki-laki yang sejak pertemuan pertama sudah mampu menarik hasrat dihatinya.
“permisi..” kata sivia pelan, kakinya
melangkah menaiki tangga kelantai 2 rumah. Sementara itu ada seseorang yang
mengikutinya dari belakan. Sivia berbalik dan mendapatkan seorang laki-laki
hitam manis yang tengah tersenyum mendapatinya berbalik.
“hay !.” sapanya ramah, sivia terkejut dan
hendak berlari kesebuah kamar yang didominasi oleh cat berwarna merah dan.
‘BRUUUUK’
Tanpa sengaja sivia menubruk orang
yang membuka pintu kamar sebelum ia hendak membuka pintu kamar tersebut.
Sementara laki-laki hitam manis yang tadi mengikutinya malah terkikik geli
melihat adegan lucu tadi.
“Dug,dug,dug” detak jantung sivia berpacu
lebih cepat dari detakan sebelumnya, ia malah tersenyum gaje menatap wajah
putih mulus orang yang tadi ia tubruk.
“hay ! kau berat sekali.” Keluh orang tersebut
dan membuat sivia tersadar dari lamunan gilanya.
“eh’hehe, maaf ya vin. Itu tadi ada orang
aneh.” Kata sivia sambil bangun dan melihat kearah orang yang tadi
mengikutinya. Alvin malah mengikuti arah pengelihatan sivia dan tertawa
terbahak-bahak melihat siapa yang dimaksud gadis tersebuut. Sementara orang
yang menjadi objek pembicaraan pun hanya melengos mendengar tawa alvin dan
mendengar perkataan sivia yang mengatakan dirinya aneh.
“yahhh ! ganteng gini dibilang aneh. Dasar
aneh.” Dumel orang tersebut, sivia melototinya dengan kesal.
“apa aneh, kamu yang aneh.” Sivia menunjuk
hidung orang tersebut dengan kesalnya, sementara alvin masih tertawa.
“hahaha, sudah-sudah. Lebih baik sesama orang
aneh tidak usah saling ejek.” Kata alvin masih dengan tawa yang tersisa,
sementatra sivia dan laki-laki pengutit tadi malah melotot ke arah alvin dan
menatapnya dengan garang.
“eh’hehehe, vis lope and gaul bro.” Kata alvin
lagi sambil cengar-cengir.
“seraaaang.” Teriak sivia bersamaan dengan
laki-laki tadi.
“kabuuuuuur”
Alvin ngibriiit berlari menuruni
tangga dan bersembunyi dibalik tubuh mamanya. Shilla yang melihat tingkah
alvinpun hanya mengernyit tak mengerti.
“alviiiiin.” Teriak sivia barengan lagi.
“ehhh ! gabriel, sivia, ada apa ini ?.” Tanya silla.
“ehhh ! gabriel, sivia, ada apa ini ?.” Tanya silla.
“itu tante, si alvin nyebelin.” Adu sivia,
silla melihat alvin dan yang dilihat hanya cengar-cengir gaje.
“ckckckc, dasar sipit bisanya sembunyi doang.”
Dumel gabriel sambil berlalu meninggalkan sivia, alvin, dan silla.
“eh ! imut, jangan panggil aku sipit dong.”
Alvin mengikuti langkah iel dan berjalan dibelakangnya.
“kamu juga jangan memanggilku imut.”
“gak mau, imut lebih real :P”
“alviiiin.”
“hahahaha”
Shilla yang melihat tingkah alvin,
gabriel, dan sivia tadi hanya bisa menyeringai senyum. Rasanya, baru kali ini
ia dapat melihat alvin tertawa dan bercanda selepas tadi dan tentu saja
itu karna adanya sivia dan gabriel.
“eh ! imut apaan ?.” tanya sivia sambil
berlari menghampiri alvin dan gabriel yang sedang adu cekcok dengan beberapa
argumen mereka tentang nma ejekkan masing-masing.
“imut itu, ITEM MUTLAK.” Teriak alvin yang
langsung diamini oleh sivia dan setelah itu merekapun tertawa terbahak-bahak,
sementara gabriel hanya ngelengos pasrah.
Tanpa mereka sadari secara tidak
langsung jalinan pertemanan itu mulai merangkai
dikehidupan mereka. Bahkan perlu ketelitian penuh untuk menyadari setiap
batas-batas tipis yang akan menyusun pondasi lebih dari kata ‘SAHABAT’ setelah
kata teman. Sesungguhnya ada sayap-sayap kokoh yang menjulang tinggi di
punggung 3 remaja tersebut, sayap-sayap yang sudah siap mencari pasangannya di
antara 3 hati.
======BERSAMBUNG======
Huhuy, gimana ? jelek yah, eh’gpp deh...
Silahkan diKRITIK, gak tahu ini bakal lanjut
atau gk.
Sesuai mood aja, mungkin gk atau mungkin
lanjut, hehehe.
Yaudah, bye-bye-_-!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar