Minggu, 19 Februari 2012

MIRIS (Akhir Cerita/Kisah) #part1

Hay ANH ! gue balik lagi ini, udah lama yak gue gak ngepost CERITA GJ. Hahaha...
Maaf yah kalau jelek dan kurang serek, ini buatnya sambil ngelantur dan gak inget masih nafas atau gk, wkwkwkwk..
Yaudah baca yok. Moga kalian suka...


this cover story



+++MIRIS (Akhir Cerita/Kisah)+++

dikala takdir bertanya...
apakah kamu bisa membedakkan ‘cerita dan kisah’ ???
apakah kamu bisa memilih awal CERITA ?  dan... apakah kamu tahu cara mengakhiri sebuah KISAH ???
atau, apakah kamu tahu cara mengawali KISAH ? dan... apakah kamu dapat memilih akhir CERITA ???
KURASA, TIDAK !!! nyatanya manusia tidak mempunyai hak untuk memilih awal maupun akhir dari pertanyaan diatas...

+++++++++++++++++++++++++++++

hmmm !  maaf,mungkin  pertanyaan-pertanyaan sederhana tadi hanya untuk menjebak diri... tidak ada yang berarti dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Apa kalian mengertiii ??? kalau tidak, mungkin kisah ini akan menjelaskan semuanya lebih rinci,
                Kisah dari sebuah Cerita yang terkhias dalam kehidupan. Kisah yang sudah sering terjadi atau malah kalian pernah merasakan setiap feel di kisah ini. Maaf, jika didalam cerita ini banyak menyinggung hal nihil dikehidupan. Tapi tahu kah kalian CERITA itu hanyalah opini dan KISAH adalah fakta... saya percaya kalian bisa memebedakan unsur CERITA dan KISAH didalamnya...

Simaklah ! dibalik kenyataan ada kenyataan lainnya atau dibalik rahasia ada rahasia lagi. Kenyataan yang tipis, tapi cukup terungkap dari ilustrasi yang sudah terketik dengan garis miring diatas. Tidak perlu mempungkiri kalau ada sisi lain dikehidupan.

Metahari menyisingkan gelapnya bumi dibelahan timur asia, -Bandung, INDONESIA-. Seorang gadis tampak meliuk-liuk sempurna dengan sepatu rodanya, dibagian sisi jalanan kompleks terlihat beberapa anak manusia yang sebaya dengan gadis tersebut, mereka asyik menonton aksinya. Disini tidak ada peran yang terganggu atas kegiatan mereka di minggu pagi ini, malahan setiap pasang mata yang bernaung dikompleks tersebut menikmati aksi ini. Mungkin karna sudah terbiasa, aksi minggu pagi dikompleks ini sudah ada semenjak Bandung tempo doloe. Kegiatan bersepatu roda di minggu pagi sudah menjadi sarapan awal, sebelum sarapan roti.
“hahaha ! ayolah guest, jangan hanya bisa menonton. Ikutlah denganku, jangan membuat waktu kalian sia-sia hanya untuk menonton aksiku, sebaiknya kalian ikut berbaur bersama gesekkan sepatu roda dan aspal jalan.” Ajak gadis tersebut masih dengan aksinya dan ajakkan yg terlontar tadi berhasil membuat teman-temannya tergerak untuk ikut berbaur.
“hahaha ! siapa takut.” Tantang salah satu diantara teman sebayanya, setelah itu mereka yang tadi  menontonpun ikut berbaur, membentuk barisan sempurna seperti kereta api, masing-masing tangan mereka tergenggam kuat diatas pundak teman yang ada didepannya.
Sisi lain, Tanpa mereka sadari Bidikkan kamera DCLR telah mengabadikan aksi tersebut. Sempurna ! desahnya sambil menampilkan senyum miring yang khas di sudut bibirnya. Sedikit miris rasanya setelah menyadari ada rasa iri akan kebebasan orang-orang yang sempat menjadi objek potretnya. Dirinya sadar kalau tiada masa yang terkhias bebas dihidupnya, dia hanya bisa bergidik menerima takdir, memojokkan diri serta menepi dari masa yang seharusnya bisa ia jalani.
“alviiiin...” suara menggema memanggil  namanya, seketika ia berbalik dan melihat wanita paruh baya yang baru saja menyembulkan dirinya dari balik pintu kamar.
“iya ma, ada apa ?” tanya alvin sambil menghentikkan aktivitas potretnya, dia memandang wanita tersebut seraya tersenyum palsu. Setelah itu ia kembali berbalik kearah objek pandangnya tadi.
“mama rasa sudah waktunya nak, jangan sampai telat. Nanti bisa beresiko tinggi untuk tubuhmu.” kata wanita tersebut, sebut saja namanya shilla, dia mengambil peran sebagai mamanya alvin. dia mendekati anak satu-satunya tersebut, berdiri disamping alvin dan mengikuti arah pandang buah hatinya.
Semilir angin menerpa wajah ibu dan anak tersebut, mulut mereka seakan bungkam menyaksikkan orang-orang yang masih asyik dengan acara minggu pagi ini. Tidak bisa dipungkiri, shilla bisa merasakan apa yang dirasakan buah hatinya, alvin. bagaimana pun shilla juga merasa miris melihat tatapan nanar alvin.
“kapan, kapan alvin bisa seperti mereka ma ?.” tanya alvin dengan nada getirnya, terlihat ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan lonjakan emosi yang menentang takdir.
“tidak vin, sampai kapan pun kamu tidak bisa sebebas mereka. Mengertilah keadaanmu, sadarlah.” Shilla berbalik membelakangi alvin. “sudahlah vin, sekarang sudah waktunya. Mama tidak mau kamu membahas hal ini lagi. Ini semua untuk kebaikkanmu,”
Shilla berlalu meninggalkan alvin, perlahan air matanya menetes menghujat semua yang tergaris tidak adil untuk anaknya tersebut. Maaf ! lirihnya dalam hati. Shilla merasa ini adalah salahnya, membiarkan alvin terlahir dengan keadaan yang lemah. Dia merasa gagal sebagai ibu karna membuat alvin harus tetap terkurung dalam rumah selama bertahun-tahun hingga menyebabkan masa remaja anaknya terenggut kesendirian, tapi dia sadar itu juga untuk kebaikan alvin. mirisnya lagi ketika shilla mengingat selama alvin terlahir sampai saat ini, anaknya tersebut harus hidup bertopang obat-obatan yang sebenarnya secara tidak langsung menambah derita alvin, membuat persetan rasa.
“arghhhhh !” erang alvin mengacak rambutnya prustasi. Tanpa disadari, suara erangannya tadi berhasil didengar oleh sivia, gadis yang telah mengakhiri aksi bersepatu rodanya. Sekarang sivia tengah berdiri di ambang gerbang rumah alvin, tepatnya menyender di gerbang tersebut sambil melepas lelah sehabis beraksi.
Sivia menengadah kearah balkon tempat alvin berdiri. Rasanya baru pertama kali ini sivia melihat laki-laki tersebut selama bertahun-tahun tinggal di kompleks ini. Sivia pun baru tahu kalau ada laki-laki yang mendiami kamar yang balkonnya langsung menghadap kearah jalanan kompleks dan bertepatan dengan menghadap balkon kamar sivia sendiri yang tepat berada didepan rumah laki-laki tersebut, rumah mereka hanya terpisah oleh jalanan kompleks.
“hay !” sapa sivia setelah melihat alvin beralih melihatnya, alvin yang disapa pun hanya berlaga cuek dan langsung memasuki kamarnya.
Sivia mengernyitkan dahinya, bingung dengan sikap laki-laki yang tidak dikenalinya. Lagian sivia tak sadar telah menyapa alvin, ntah dapat keberanian darimana dirinya tadi.
“sivia, apa yang kamu lihat di sana ?” tanya temannya yang bernama ify, sivia lantas menggeleng dan kembali fokus melepas sepatu rodanya.
“ehhh, guest ! ini rumah punya siapa ?” tanya sivia yang sudah selesai dengan aktivitasnya, tangannya kian menepuk-nepuk gerbang bercat merah dibelakangnya.
“hmmm ! inikan rumah tante shilla.” Jawab agni yang diiyain dengan anggukan yang lain.
“tante shilla ?”
“iya vi, ini rumah tante shilla. Dia kan janda anak satu yang beberpa tahun lalu pindah kesini.” Kata cakka, kini dia yang ambil dalih untuk memnjawab pertanyaan sivia.
“kok kalian tau, aku gk.” Heran sivia sambil menatap satu persatu teman-temannya.
“aelaaah vi, gak penting banget sih pertanyaanmu. Lagian ni yang punya rumah emang rada-rada tertutup vi, jarang ngrumpi dia sama ibu-ibu kita.” Jelas rio panjang lebar, sivia hanya mangut-mangut dan memutar badannya untuk mengadap gerbang.
“via, mau kemana ?” tanya agni ketika  melihat sivia membuka gerbang rumah shilla. Tampaknya sivia akan melakukan sesuatu untuk membubuhi rasa penasarannya.
“mau menantang sisi berbeda.” Terang sivia tanpa membalikkan badannya.
“apa yang akan kamu lakukan sivia ?” sivia mengacuhkan pertanyaan temannya yang lain.
sivia terus berjalan memasuki halaman rumah orang yang dia sendiri belum kenal. Rasa penasaranlah yang menuntut langkahnya untuk membersihkan rasa keingin tahuannya yang besar. Sampai langkahnya terhenti tepat didepan pintu rumah shilla. sebelum sempat mengetuk pintu, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan membuat sebuah badan tinggi tegap menyembul dari baliknya.
“eh, aduh, Mampus, mati, ada penghuninya.” Kata sivia gaje sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, hal itu sontak membuatnya tergelonjak kaget ketika menyambut iringan pintu yang terbuka.
“hay, cantik. Ada apa ?” tanya wanita paruh baya yang baru saja keluar dari balik pintu, bilau menatap sivia dengan tatapan penuh bingung.
“itu, eh ! anu... anu... apa ya ?” kata sivia gagap, wanita tersebut hanya terkikik geli melihat tingkah gadis cantik yang ada didepannya.
“hahaha, tenanglah. Jangan gugup seperti itu, mulailah untuk menjelaskan tujuanmu.” Tanya wanita tersebut sambil tersenyum lembut.
“iya tante, sivia kesini mau nanya. Apa tante punya anak laki-laki ?.” tanya sivia masih dengan nada gugupnya. Pertanyaan konyol !
“iya, kenapa ? kamu ingin berkenalan dengannya ?.” tanya wanita yang ternyata adalah shilla, ia tersenyum jahil untuk menggoda sivia.
“hehehe, gak papa tan kalo boleh sih. Habisnya sivia penasaran. Dari dulu sampai sekarang, sivia gak pernah lihat anak tante. Tadi waktu ngadep balkon itu, sivia sempet lihat anak laki-laki yang sebaya dengan sivia.” Sivia bergumam polos sambil menunjuk arah balkon tempat ia melihat laki-laki tadi.
Shilla tersenyum mendengar penuturan sivia, gadis yang ada dihapannya kini benar-benar nampak lucu sekali. Baru kali ini rasanya shilla berinteraksi langsung dengan anak ABG kompleks. “boleh donk, yasudah ayo masuk, sebelum tante berubah pikiran.” Canda shilla sambil tersenyum geli, sivia mengangguk dan melangkah masuk bersama shilla.  
Ruang depan yang benar-benar minimalis, pajangan seni terpampang menghiasi setiap dinding berlatar merah cerah dan biru langit, tidak terpungkiri lagi kalau rumah ini termasuk dalam kategori rumah idaman yang sederhana. Sivia pun sampai dibuat bungkam saat melihat beberapa foto yang menjadi penghias dinding utama ruangan, langkah kakinya tanpa disadari mulai mendekati sebuah foto besar dengan bingkai sederhana dan berhias ornamen-ornamen mini ball kecil berwarna merah.
‘tampan’ komen sivia tanpa sadar, jari-jari manisnya menelusuri kaca bingkai yang melindungi gambar seorang lelaki yang tengah tersenyum riang dengan mata yang berkaca-kaca.
“dia Alvin, anak tante.” Tutur silla pelan dan tiba-tiba, tampak terdengar lirih.
Sivia berbalik menghadap silla, dapat ia dengar nada bergetar dari ibu muda tersebut. “eh’hehe, tante. Maaaf, sivia lancang banget.” Kata sivia, tidak enak. Sementara silla hanya mengangguk dan merangkul sivia, “terus bagaimana acara kenalanmu dengan anak tante.”
“haha, aku malu tant. ntar aja deh, kayaknya sivia butuh nyali yang kuat untuk berkenalan dengan anak tante.” Kata sivia sambil tersenyum dan segera mengecek jam tangan yang terpampang dipergelangan tangannya.
“yasudah ! sivia mau pulang dulu deh tant, ntar mama via nyariin lagi. Besok via kesini lagi dan via pastiin kalau via udah punya nyali banyak untuk berkenalan dengan anak tante.”
Sivia cengir seraya meminta izin pulang ke silla, sementara silla hanya mengangguk dan mengantarkan sivia kedepan rumah. Setelah itu sivia bersaliman dan Tanpa sadar, saat sivia mencium tangan silla diteras rumah telah menjadi bidik potret kamera CLR alvin dan mengabadikkannya menjadi moment yang menyenangkan untuk dipajang dikamarnya.

^^

Awan kelam menjadi penghias langit sore ini, tidak ada yang menarik dari setiap bentuk awan yang terpeta. Tapi sebuah senyum menyambut bahagia tanda-tanda kasat mata akan fenomena alam yang akan terjadi selanjutnya, hujan. Bagi si pemilik senyum manis tersebut, hujan bukan hanya sebuah fenomena alam yang menggambarkan salah satu musim, tapi hujan juga menjadi penggambar kebahagiaan saat rintik-rintik kecilnya menjadi teman setia kala sore, apalagi setiap gemerincik suara hempasan air langit yang terjatuh benar-benar mampu meluruhkan asa sepinya.
“hay !” sapa seseorang dibalik balkon lain. Membuyarkan kebersamaannya dengan sang hujan, kilah memandang si empunya suara yang menyapa gendang telinganya selain suara hujan.
“apa ?” sahutnya, dia melihat orang disebrang tersenyum senang karna mulutnya baru saja membalas sapaan gadis tadi pagi.
“tidak ada, boleh aku mengenalmu.” Teriak gadis tersebut supaya suaranya lebih terdengar jelas di telinga laki-laki, dari pada suara hempasan hujan.
Si laki-laki hany dapat mengernyitkan dahinya, menatap gadis tersebut dengan bingung, setelah itu ia menengadah seperti menentang hujan meski air langit tidak  menjamah sedikitpun dari indranya. Gadis tadi hanya cemberut, merutuki sikap laki-laki tersebut yang mengacuhkannya. Tapi jangan panggil namanya sivia kalau sekarang ia menyerah begitu saja, bukankah dia gadis yang suka menantang hidup, menentang takdir, bahkan seorang pemberontak keras kepala yang tidak suka hal biasa.
“namaku SIVIA, panggil saja via.” Katanya mengacuhkan sikap laki-laki cuek yang masih menengadah langit. “ALVIN, aku tahu namamu pasti ALVIN, kan ?” tanyanya lantang, laki-laki tadi kembali menghadap sivia, mencari kata yang salah dari kalimat yang terlontar tadi. Menurutnya, orang yang mengenal namanya adalah suatu kesalahan yang tidak terduga.
“salah.” Katanya seperti mengecam telak pada gadis tersebut.
Sivia hanya tersenyum sambil menunjukkan sebuah kemenangan karna mengenal nama laki-laki kesepian tersebut. “tidak, aku tidak mungkin salah. Namamu memang alvin kan, ALVIN JONATHAN.”
Alvin melengos kesal mendengar perkataan gadis tersebut, baru kali ini ada orng yang mengenal namanya selama 15 thun hidup. Tanpa ingin melawan gadis tersebut, alvin memutuskan masuk kekamar  dan memilih untuk menunda moment kebersamaannya bersama derai hujan, teman satu-satunya.
“hahaha, aku tertarik padamu.” Teriak sivia lagi meski pun ia tahu alvin sudah kembali kekamarnya.

^^

“sivia hari ini kita akan pergi jalan-jaln, apa kamu mau ikut.” Tawar ify ketika menghampiri sivia yang sedang sibuk membereskan buku-bukunya.
“tidak fy, aku harus jaga rumah. Orang tuaku sedang keluar kota.”
“yahhh ! gak asik dong vi.”
“hahaha, lagian masa aku harus ikut kalian ber4. Ntar aku malah dicuekin lagi.”
“tidaklah, kami tidak sejahat itu, lagian si rio mau mengenalkanmu dengan temannya yang bernama gabriel. Siapa tahu kalian cock, hehehe.” Ify mengedip-ngedipkan matanya seraya menggoda sivia, yang lain hanya terkikik geli.
“ahhh ! aku tidak mau, sudah sana pergi. Aku juga mau pulang sekarang.”
“jiahhh ! sivia malah ngusir. Yasudahlah, kami pergi dulu yah via. Byebye.”
Ify,rio, agni, dan cakka pun pergi, sementara sivia hanya tersenyum melihat sahabat-sahabatnya. Setelah itu sivia pun berlari meninggalkan sekolah, ia mengingat kalau sekarang waktunya untuk  bertandang kerumah tetangga depan rumahnya. Rasanya tidak sabar untuk  lebih kenal dengan anak laki-laki tersebut.

“hoshoshosh.” Setelah lama berlari, sivia pun sampai didepan rumah tetangganya. Di beranda terlihat wanita muda yang sedang asyik mengupas kentang dan wortel.
“tante shilla.” Teriak sivia sambil membuka gerbang rumah, silla menyambut sivia dengan lambaian tangan mengisyaratkan untuk gadis tetrsebut mendekat keberanda.
“tante lagi ngapain, mau masak sop-sopan yah. Sini sivia bantu.” Kata sivia sambil duduk disebelah silla.
“hahaha, tidak usah sivia. Nanti kamu bantu tante mencicipi sop-sopan saja. Yasudah sana masuk kedalam, katanya kamu mau berkenalan dengan anak tante.” Kata silla.
“eh’hehehe, sivia malu tante. Ntar aja deh, kan sivia gak punya nyali.”
“ngek, kamu ini gimana sih vi. Kemarin kan udah ngumpulin nyali untuk kenalan. Lagi pula didalam juga ada keponakan tante, kalian bisa berkenalan jugakan.”
“hmmm ! yasudah, sivia masuk aja deh.”
Sivia manarik nafas lebih dalam dan menghembuskannya perlahan seperti orang yang sedang deg-degan menanti hasil sidang di pengadilan, padahal yang akan dia lakukan hanyalah berkenalan dengan laki-laki yang sejak pertemuan pertama sudah mampu menarik hasrat dihatinya.
“permisi..” kata sivia pelan, kakinya melangkah menaiki tangga kelantai 2 rumah. Sementara itu ada seseorang yang mengikutinya dari belakan. Sivia berbalik dan mendapatkan seorang laki-laki hitam manis yang tengah tersenyum mendapatinya berbalik.
“hay !.” sapanya ramah, sivia terkejut dan hendak berlari kesebuah kamar yang didominasi oleh cat berwarna merah dan.
‘BRUUUUK’
Tanpa sengaja sivia menubruk orang yang membuka pintu kamar sebelum ia hendak membuka pintu kamar tersebut. Sementara laki-laki hitam manis yang tadi mengikutinya malah terkikik geli melihat adegan lucu tadi.
“Dug,dug,dug” detak jantung sivia berpacu lebih cepat dari detakan sebelumnya, ia malah tersenyum gaje menatap wajah putih mulus orang yang tadi ia tubruk.
“hay ! kau berat sekali.” Keluh orang tersebut dan membuat sivia tersadar dari lamunan gilanya.
“eh’hehe, maaf ya vin. Itu tadi ada orang aneh.” Kata sivia sambil bangun dan melihat kearah orang yang tadi mengikutinya. Alvin malah mengikuti arah pengelihatan sivia dan tertawa terbahak-bahak melihat siapa yang dimaksud gadis tersebuut. Sementara orang yang menjadi objek pembicaraan pun hanya melengos mendengar tawa alvin dan mendengar perkataan sivia yang mengatakan dirinya aneh.
“yahhh ! ganteng gini dibilang aneh. Dasar aneh.” Dumel orang tersebut, sivia melototinya dengan kesal.
“apa aneh, kamu yang aneh.” Sivia menunjuk hidung orang tersebut dengan kesalnya, sementara alvin masih tertawa.
“hahaha, sudah-sudah. Lebih baik sesama orang aneh tidak usah saling ejek.” Kata alvin masih dengan tawa yang tersisa, sementatra sivia dan laki-laki pengutit tadi malah melotot ke arah alvin dan menatapnya dengan garang.
“eh’hehehe, vis lope and gaul bro.” Kata alvin lagi sambil cengar-cengir.
“seraaaang.” Teriak sivia bersamaan dengan laki-laki tadi.
“kabuuuuuur”
Alvin ngibriiit berlari menuruni tangga dan bersembunyi dibalik tubuh mamanya. Shilla yang melihat tingkah alvinpun hanya mengernyit tak mengerti.
“alviiiiin.” Teriak sivia barengan lagi.
“ehhh ! gabriel, sivia, ada apa ini ?.” Tanya silla.
“itu tante, si alvin nyebelin.” Adu sivia, silla melihat alvin dan yang dilihat hanya cengar-cengir gaje.
“ckckckc, dasar sipit bisanya sembunyi doang.” Dumel gabriel sambil berlalu meninggalkan sivia, alvin, dan silla.
“eh ! imut, jangan panggil aku sipit dong.” Alvin mengikuti langkah iel dan berjalan dibelakangnya.
“kamu juga jangan memanggilku imut.”
“gak mau, imut lebih real :P”
“alviiiin.”
“hahahaha”

Shilla yang melihat tingkah alvin, gabriel, dan sivia tadi hanya bisa menyeringai senyum. Rasanya, baru kali ini ia dapat melihat alvin tertawa dan bercanda selepas tadi dan tentu saja itu  karna adanya sivia dan gabriel.
“eh ! imut apaan ?.” tanya sivia sambil berlari menghampiri alvin dan gabriel yang sedang adu cekcok dengan beberapa argumen mereka tentang nma ejekkan masing-masing.
“imut itu, ITEM MUTLAK.” Teriak alvin yang langsung diamini oleh sivia dan setelah itu merekapun tertawa terbahak-bahak, sementara gabriel hanya ngelengos pasrah.
Tanpa mereka sadari secara tidak langsung jalinan pertemanan itu mulai merangkai  dikehidupan mereka. Bahkan perlu ketelitian penuh untuk menyadari setiap batas-batas tipis yang akan menyusun pondasi lebih dari kata ‘SAHABAT’ setelah kata teman. Sesungguhnya ada sayap-sayap kokoh yang menjulang tinggi di punggung 3 remaja tersebut, sayap-sayap yang sudah siap mencari pasangannya di antara 3 hati.





======BERSAMBUNG======

Huhuy, gimana ? jelek yah, eh’gpp deh...
Silahkan diKRITIK, gak tahu ini bakal lanjut atau gk.
Sesuai mood aja, mungkin gk atau mungkin lanjut, hehehe.
Yaudah, bye-bye-_-!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar