Sabtu, 31 Maret 2012

DOA IBU



Ketika doa-doa ibu terdengar.
Keheningan tiada lagi merayap.
Kata-kata meminta menjelajah ruang.
Kalimat-kalimat berharga terlantun penuh makna.

Setiap suara melenyap tinggalkan lirihnya.
Penuh arti, penuh makna, dan syarat pinta.
Ibu Bukan sebagai pengemis malam,
hanya sebagai hamba dengan judul peminta.

Tiada kudengar yang muluk dibalik pintanya,
hanya namaku yang terselip disana,
sejuta harapan-harapan terbaik mengiringi,
setelah itu kata syukur bagaikan zikir,

ketika terdengar...
sungguh tiada yang bisa kulakukan,
betapa mulia hati ibu dengan doanya untukku,
sungguh tiada yang bisa membungkam suara,
hanya haru membuat nada tercekat kala namaku tersebut lembut,

Huh !!!
Ibu, tiada lelahkah Mulut itu melafaskan sepikat asa untukku.

Ibu, tiada terpejamkah Mata itu, memandang semu hari kelak ku nanti.

Ibu, tiada kakukah Tangan itu, menengadah tiada malu demi aku, anakmu.


Aaahhh !
Doamu setiap malam bagaikan surat-surat QUR'AN yang begitu berarti \(^.^)/


###TERIMAKASIH IBU###

KASIHMU ADALAH CANDU RASA BAGIKU.

CINTAMU ADALAH ANUGRAH HIDUPKU.

BERHENTI MENCINTAIMU BERARTI BERHENTI BERNAFAS, TIDAK HIDUP, DAN AKHIRNYA MATI :'D

Sabtu, 24 Maret 2012

tentang MIMPI ^_^

aku tidak ingin bermimpi lagi, sudah lelah aku bermimpi, tampaknya terlalu sakit jika mimpi itu tidak menjadi kenyataan. tapi kata orang, semua hal selalu berwal dari mimpi, semuaaaaa selalu berawal dari mimpi, yeaaah !!!


apa sih mimpi itu ? 
mimpi bukan hanya saat kita tidur, mimpi disini sama halnya seperti harapan, angan-angan, dan cita-cita. mimpi adalah sesuatu hak yang semu yang terkadang membawa sejuta harapan untuk menjadikan mimpi itu menjadi sesuatu yang NYATA. Mimpi terkadang dapat mengubah cerita biasa menjadi cerita yang luar biasa, terkadang mimpi juga bisa menjadi Gambaran teristimewa, tapi terkadang mimpi juga bisa menjadi Gambaran terburuk yang kita rasakan.

apa sih mimpi itu ?

mimpi disini bukan, bayangan yang menyeramkan ataupun bayangan segelintir pristiwa, tapi mimpi yang ku maksud adalah bayang-bayang senja yang terukir sempurna bila mita menginginkannya. so !!! rangkailah mimpimu dengan asamu, asa yang akan menjadikan mimpimu sempurna. mimpi yang istimewa adalah mimpi yang kau inginkan :D


apa sih mimpi itu ?
mimpi adalah dasar dari segala kenyataan, semua hal yang menyenangkan berasal dari mimpi yang kita inginkan. so !!! JANGAN TAKUT BERMIMPI :)




MIMPIKU ADALAH HIDUPKU 

1 Cerita (skuel)



#DEUTSCHLAND, dien 5. Juli

     Semilir Angin menerpa wajah gadis cantik tersebut, tidak jauh dari tempatnya berdiri terlihat beberapa anak-anak sebaya dengannya tengah bersorak sorai akan hasil akhir dari ujian sekolah yang mereka raih. Gadis tersebut hanya menampikkan senyum tipis, tepat di tangan kirinya sedang  menggenggam erat surat beramplop merah kiriman yang lalu. 
'tunggu aku ...’ lirihnnya sambil menatap surat tersebut.

#FLUGHAFEN, sonn 10. Juli

_SIVIA_

     Aku menatap negara yang baru pertama kali kupijak, tampak berbeda dengan dua negara tempatku menetap beberapa tahun belakang ini. Sekarang saatnya aku memulai hal baru untuk sesuatu yang lama. Semoga aku menemukan apa yang menjadi objek utamaku di negara ini, amiiin !.
     Baiklah! Aku tak mau memikirkan negara ini lebih jauh, kuputuskan untuk menyeret koperku dan melangkah keluar bandara, tak lama taxsi yang kutunggu pun datang dan membawaku kesebuah apartemen yang sudah disiapkan pemerintah Jerman. Oh ya ! aku lupa menceritakan kenapa aku sampai di negara ini,,,
    Begini, beberapa hari yang lalu. Setelah hasil akhir ujian sekolahku keluar, ternyata pemerintah jerman menawariku sebuah beasiswa 1 semester untuk melanjutkan sekolah. Beasiswa yang ditawari pun mempunyai banyak pilihan Universitas ternama di beberapa negara, termasuk UGM di Indonesia, Universitas ternama di Jerman, namun pilihanku jatuh pada Universitas Tokyo. Selain impianku untuk bertandang ke negara Jepang, lagipula jepang juga adalah negara dengan pendidikan yang sangat kompetitif, jadi tak salah aku memilih negara ini untuk tujuan study selanjutnya.
     Yasudah, mungkin terlalu banyak yang ingin aku ceritakkan tentang kehidupanku beberapa tahun belakangan ini. Kehidupan yang menyidihkan tanpa hadirnya cinta sejati dan di sinilah aku sekarang, JAPANESE COUNTRY.
     Di perjalanan Aku asyik menatap keluar taxsi, melihat segala sesuatu yang menarik dari negara ini. pemandangan jalanan yang tak pernahku lihat di Jerman maupun di Indonesia. Suasana yang menarik di tengah-tengah keramain kota tokyo, berhias segerombolan para dancer yang di kejar-kejar banyak orang. Penampilan yang Cukup aneh karna aku belum mengerti seluk beluk Jepang, bahkan kota Tokyo. Ya sudah, lupakan !

15 menit kemudian...
     Dengan bahasa jepang yang pas-pasan aku mengucapakan terima kasih kepada supir taxsi, tak lupa aku juga memberikan selembar uang yang berlaku dinegara ini. Setelah itu aku masuk kedalam gedung apartemen dan mulai mencari ruang apartemen yang akan menjadi tempatku bernaung.
     ‘ini dia...’ seruku sambil membuka pintu apartemen bernomorkan 79. Setelah masuk kedalam, akupun langsung menghempaskan tubuhku di atas kasur empuk yang telah tersedia. Lama, hening, dan gelap, akupun tertidur setelah lama merebahkan tubuhku diatas kasur, tampaknya aku kelelahan.

#TOKYO,  2013-06-10 (NP : format tanggal dijepang(yyyy-mm-dd))

     Langkah kakiku terus bergerak menysuri kota tokyo, tepatnya di daerah shinjuku. Dari sekian banyak yang terlihat, yang paling mendominasi di daerah ini hanyalah bangunan-bangunan tinggi pencakar langit, yah ! maklum saja daerah inikan termasuk daerah kota tokyo –ibu kota jepang-.
     Ahhh ! akhirnya langkahku terhenti juga setelah sepersekian menit berjalan di jantung kota, tepat dihadapanku para dancer jalanan terlihat sedang menunjukkan bakat mereka diatas trotoar. Satu dari tiga para dancer membuatku terkesima karna gerakkan-gerakan lincahnya yang dapat di pertunjukkan secara detail. Selang beberapa menit kemudian, seseorang disampingku berteriak histeris setelah mengetahui salah satu dari pedencer tersebut adalah seseorang yang cukup populer di kota tokyo, semacam artis. Alhasil para penonton yang rata-ratanya adalah gadis seusiaku, langsung ikut histeris dan para dancer yang tadi tengah beraksi langsung ngibrit sambil membuka topi yang tadinya menutupi wajahnya, aku tidak terlalu jelas melihat wajahnya. Tapi yang paling jelas adalah saat melihat gelak tawa dari para pedencer, huh ! apa yang dilakukan artis tersebut, sampai-sampai rela menunjukkan aksinya secara Cuma-Cuma di muka umum atau lebih tepatnya dipinggir jalan.
     Tidak sampai disana, aku yang berada ditengah-tengah penonton tadi malah ikut berlari, mengejar artis yang takku tau tampang dan keahliannya seperti apa. Sejelasnya, aku iku terbawa bersama penonton yang tadi histeris sambil meneriakkan nama ‘LITTLE BOY’. Huh ! aku tidak mengerti, namun aku ikuti saja kemana mereka berlari. Sampai akhirnya mereka berhenti tepat disebuah rumah besar dengan gerbang menjulang tinggi.
“arghhh” erang mereka kompak sambil menendang gerbang yang sudah tertutup rapi, setelah itu mereka pergi begitu saja dengan tampang kecewa. Dan aku...
     Ouh shiiit ! aku sendirian didepan gerbang, ntah apa yg akan aku lakukan. Menunggu! Yupsss, aku menunggu seseorang untuk menunjukkanku jalan pulang ke apartemenku, karna pada pasalnya aku tidak tau jalan pulang. Huaaaa ! gimana dong, akukan orang baru di jepang ini, jadi jelas saja aku belum terlalu tau tentang jalanan yang ada di kota ini. Terus sekarang bagaimana dong ! help me GOD...

     Masih disini, beberapa menit kemudian aku duduk di depan gerbang, tapi cukup jauh. Perlahan aku meraba kantong jaket tebalku, berusaha mencari sesuatu yang berarti. Namun tak kunjungku temukan, huh ! kurasa ini adalah masalah baru lagi, mengingat isinya adalah almat dia yang kucari.
“ALVIIIIIIN...” terdengar teriakan dari dalam gerbang, tepatnya dari dalam rumah yang tidak ku tahu rupanya. Perlahan, namun pasti. Aku mencoba mengingat nama yang tadi sempat terdengar ditelingaku.
ALVIN ?
Siapa yah ?
Oh’hehehe ! setelah mengingat dengan susah payah, aku mulai tahu orang yang memiliki nama tersebut, ALVIN.
Hah ! APA ? WHAT ?
ALVIN ?
oh may GOD ! apa mungkin alvin, alvin yang selama ini kucari ? semoga iya.
Tak lama setelah mendengar teriakkan tersebut, pintu gerbang terbuka lebar dan keluar seorang laki-laki sipit sambil terkik geli. Aku berbalik dan menatapnya dari atas sampai bawah dan ternyata....

_ALVN pov_

     “hosh... hosh... hosh... fiuhhh !”  aku membungkuk sambil memegang kedua lututku, rasanya lelah sekali setelah dikejar-kejar oleh gadis-gadis jepang. Hahaha ! tapi, untuk yang kesekian kalinya, aku puas dengan survei hari ini.
     Tapi, kayaknya tadi aku sempat melihat seorang gadis yang mirip dengan sivia. Oh, nooo ! mungkin tadi hanya bayanganku saja karna telah lama aku merindukkan gadis cantik itu, mengingat aku juga masih mempunyai rasa untuknya.
     “ALVIIIIIN” teriak papa dari dalam rumah, aku hanya nyengir mendengarnya. Tampaknya sekarang aku harus cepat-cepat kabur dari rumah, mengingat kalau papa pasti akan memarahiku karna sudah melakukan hal gila lagi seperti tadi, setidaknya aku sudah melakuakan hal ini untuk yang ke-5 kalinya dalam bulan ini. Hahaha !
     Sebelum mendengar ocehan papa, akupun langsung keluar rumah, tepatnya lebih keluar gerbang. Sebelumnya aku mengintip dari celah-celah kecil gerbang rumah, memastikkan semua gadi-gadis tadi tidak menungguku di depan. Namun yang terlihat hanyalah seorang gadis yang duduk tak jauh dari gerbang. Tampaknya cukup aman untuk keluar gerbang, walaupun masih tersisa satu penggemar. Eciiie ! aku udah punya penggemar ni yeee. Asyikkk dah ! wkwkwkw #PLAK
    aku membuka gerbang yang tingginya gak ketulungan dan mendapati seorang gadis telah berdiri membelakangiku. Aelah ! setelah berbalik ternyta, eh ternyata...
“alvin...” panggilnya, aku hanya tersenyum tipis. Terpikir olehku untuk mengerjai gadis yang sekarang ada didepanku meskipun aku sangat merindukkannya, namun dengan sedikit berlaga pikun mungkin akan membuat gadisku ini shock. Hahaha ! apalagi mengingat, dulu dia paling sering melupakanku karna pikun akut yang dideritanya. #emangada?
“ehmmm ! siapa yah mbak ? mau minta tanda tangan, eh maaf sekarang lagi tidak melayani penggemar. Silahkan coba lagi.” Kataku sedikit bawel. Ishhh ! wow, sedikit dari hongkong, aku kan emang bawel dari sononya. (eh ! PLAK, nyadar ndiri)

_SIVIA pov_

“ehmmm ! siapa yah mbak ? mau minta tanda tangan, eh maaf sekarang lagi tidak melayani penggemar. Silahkan coba lagi.” Katanya sambil menyeringai senyum, aku yang medengarnya benar-benar kagut. Kaget, apa dia sudah melupakanku ? secepat itukah, jahat sekali. Tapi setidaknya aku tahu dia masih sama seperti ALVIN-ku yang dulu, Alvin yang benar-benar bawel dan lucu, huh ! kalau melihat tingkahnya seperti ini, aku selalu dibuat gemas olehnya, apalagi senyumanya. Huh !!!
“vin, ini aku sivia, apa kamu lupa ?” kataku, meyakinkannya.
“sivia ? sivia siapa ya ?” tanya alvin sambil berpura-pura berfikir.
“kamu tega vin, aku kesini cuman untuk bertemu denganmu, tapi kamu malah melupakanku.” Ucapku sambil ngelirih, tak terasa air mataku sekarang sudah menumpuk penuh di pelupuk mata.
“hay ! kenapa mau menangis ? aku benar-benar tak ingat denganmu.” Kata alvin lagi, laki-laki itu menarik tanganku hingga jarak kami sangat dekat untuk saat ini. Perlahan air mataku menetes begitu saja dan tangan alvin menghapusnya dengan lembut. Sentuhan jemari tangan yang sangat aku rindukan, lembut dan penuh kehangatan.

TOKYO, 2013-06-11

     Hoaaaam ! aku bangun dari tidurku, cercah cahaya matahari masuk melalui celah-celah korden yang telah terbuka lebar. Ruang yang kutempati sekarang terlihat berbeda jauh dari apartemenku, tampaknya lebih luas.
     ‘CKLEEEK’ Suara pintu terbuka membuatku sesegera mungkin untuk menegakkan tubuh, menyadarkan aku dari lamunan gaje tentang ruangan ini. Seperdetik kemudian aku menatap pintu, terlihat seorang laki-laki tampan menyembulkan kepalanya dari balik pintu dan menyambut tatapanku dengan senyuman manisnya.
“hay ! cantik, sudah bangun ya.” Tanyanya sambil melangkah masuk kedalam ruangan ini. Aku sedikit mengangguk, menatapnya dengan tatapan nanar karna kembali kuingat  kalau dia telah melupakanku. Huft ! lupakan...
“oh’ yasudah.. lebih baik kamu mandi, setelah itu sarapan dan akan kubantu kamu mencari apartemenmu. Dasar PIKUN.” Katanya sambil cengengesan, aku menatapnya sebal. Namun setidaknya dia masih mengingat kalau aku memang rada-rada pikun. Tapi dia juga sudah pikun karna telah melupakanku...

24 menit...
     Aku sudah selesai berdandan dan segera turun kebawah. Keruang makan, dimana disana sudah terlihat alvin dan papanya sedang diam sambil melihat kearahku. Kenapa mereka belum sarapan ya ? malah diam seperti itu, dasar anak dan bapak sama saja...
“pagi om, pagi vin.” Sapaku sambil menyeringai senyum.
“pagiii...” sambut mereka kompak, aku hanya terkekeh geli.
“eh’ papa, ikut-ikutan alvin mulu. Pakek suara dimanis-manisin lagi, sok manis tau gak sih !” cibir alvin sambil memasang tamapang lipat 7.
“idihhh ! biarin dong, kenapa sih ? sewot aja kamu vin.”
“hadeh ! ngpain sewotin papa. Gk suka aja lihat tingkah papa yang keganjenan. Inget pa ! masih ada tante tuh dikantor.”
“apa-apaan kamu vin, kamu aja sana sama tante itu. Papa sama bidadari yang baru turun dari kamar tamu.”
     Hahaha ! aku bergidik melihat tingkah alvin dan papanya. Benar-benar gak jauh beda, mereka sama-sama aneh dan bawel. Sarpan pagi itupun berlalu penuh canda dan tawa, hangat sekali suasana ini. Aku jadi merindukan keluargaku yang ada di Indonesia.

TOKYO, 2013-06-19

     Aku duduk di bangku paling depan disalah satu gedung megah di tokyo. Kulirik setip sudut gedung ini, ternyata sudah penuh oleh para gadis-gadis jepang. Ternyata aku termasuk gadis yang beruntung karna mendapat tempat terdepan dari semua penonton. Di atas panggung MC sudah berkoar-koar dan kemudian memanggil sang empunya konser.
     Dari balik tirai keluar laki-laki tampan bersama beberapa para penari latar, suara musik pun sudah melantun menyingkaran suara riuh dari para penonton yang berteriak sedari tadi. Perlahan namun pasti, gerakan-gerakan kecil mulai menjadi pengawal performance dan alvin, laki-laki itu mulai bernyanyi penuh penghayatan. Aku dan semua yang ada didalam gedung mulai terbawa dengan suara lembutnya yang di akhiri falseto sempurna, AMAZING !
“hay friends !” sapa alvin setelah menyelesaikan aksinya, semua langsung berteriak menyambut sapaan sang super stars. “apa kabar nih kalian semua ? semoga kalian baik-baik saja yah.” Katanya lagi, dia terdengar sangat ramah dan kembali berkata... “oh ya, aku mau curhat nih.sekarang aku lagi kangen gadisku...” Katanya lirih, semua penggemar alvin langsung teriak histeris. Natahlah histeris untuk apa !
     Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku, ternyata dia sudah mempunyai kekasih. Pantas saja dia melupakanku, huh ! sakit sekali kalau sudah seperti ini ! tampaknya aku mulai patah hati. Aku tak terima, ini takdir terjahat untukku. Akupun segera berlari keluar dari gedung ! air mataku sudah tak terbendung lagi.
     Tampaknya sekarang aku mulai menyesali kehadiranku ditempat ini, aku menyesal hadir di konser ini. Apa mungkin alvin mengundangku hanya untuk menunjukkan kalau sekarang dia sudah sukses dan mempunyai kekasih, serta merta sekarang dia sudah melupakanku. Kalau memang begitu tujuan alvin, maka DIA BERHASIL MENUNJUKKAN SEMUA ITU ! dan BERHASIL MEMBUATKU SAKIT...

TOKYO, 2013-07-01

-auther pov-
     2 minggu setelah konser tersebut, sivia tak lagi bertemu dengan alvin. Namun dia masih bisa melihat alvin dari TV, seperti sore ini. Sakit hati yang dirasakannya masih tersirat jelas. Ada kekecewaan untuk laki-laki itu, padahal surat terakhir dari alvin 2 thn lalu sudah jelas terdapat janji pengikat keduanya, namun tenyata sekarang kenyataan-nya malah lebih pahit dan menyakitkan.
      ‘TOKTOKTOK’ Gedoran pintu menyadarkan sivia dari lamunannya, gadis tersebut bergegas mematikan TV dan membuka pintu apartemennya. Namun tak didapatinya seorangpun disana dan....
“hmpppp !” tiba-tiba mulut sivia di bekap dari belakang dengan kasar. Membuat gadis itu tak bisa berteriak untuk meminta bantuan, untuk sekedar memberontakpun dia sudah tidak mampu. Sampai akhirnya sivia didudukan di sebuah tempat yang tampak seperti perbukitan dengan pemandangan sunset tepat didepannya.
“hay ! cantik.” Sapa seseorang dari belakang, sivia menoleh dan mendapati alvin tengah tersenyum disampingnya.
“jadii...”
“hahaha ! iya, aku mengerjaimu.” Kata alvin sambil tertawa terbahak-bahak. “mana mungkin aku melupakamu vi.”
“huh ! ALVIIIIIN. KAMU BUAT AKU TAKUT,” kata sivia sambil berteriak dan memukul alvin beberapa kali. Sedangkan alvin masih asyik tertawa. “nyebelin.”
“hehehe ! vis vi, aku kan cuman mau lihat reaksi kamu gimana. Dasar PIKUN.” Kata alvin sambil mengacak-ngacak poni sivia.
"eh odong, KAMU JUGA PIKUN.”
“yaudah kalau gitu, kita pasangan PIKUN. Gmana ?”
“hmmmm ! gmana yah ? emang kita pasangan ?.” tanya sivia, sambil berpura-pura mikir. Alvin sampai kesal melihatnya.
“aelah ! gitu aja mikir. Bilang aja neng pia pengen jadi pasangan bang alvin. Pasangan kekasih gitu deh. Iyakan ? iya dong ? masa cowok ganteng ditolak.” Kata alvin sambel bernasis ria.
“buahahah ! ogah, masa cewek cantik sama orang bawel. Wleeek :P” ejek sivia, sambil berlari meninggalkan alvin.
“oh’yaudah kalo gak mau. Aku pergi aja deh.” Kata alvin berbalik sambil menghitung mundur dalam hati. ‘1...2...ti...’
“huaaaa ! alvin, jangan pergi. Iyadeh, tapi sivia gak mau jadi pacar alvin, maunya jadi istri alvin. Biar bisa balik ke Indonesia.” Kata sivia sambil memeluk alvin dari belakang, alvin tersenyum dan berbalik menghadap sivia.
“hahaha ! tapi alvin gk mau punya istri PIKUN.” Kata alvin menggoda sivia.
“ALVIIIIIIN.” Kesal sivia sambil mencubit lengan alvin.
“hahaha ! ampun vi, iya deh. Alvin kan cuman canda.” Kata alvin dengan manjanya. Sivia tersenyum dan mereka kembali berpelukkan.

Sederhana ! sebuah jalinan tanpa ikatanpun masih bisa bertahan asalkan ada CINTA yang menjadi peneguhnya. Tak peduli seberapa lama waktu merengkuh jiwa dan tak peduli seberapa jauh jarak memisahkan raga, asalakan ada CINTA semuanya pasti akan berakhir bahagia. J SAY LOVE TO YOUR SWEETHEART !

--------THE END-------
Huaahhhh ! ending, woiiii.... hahahaha
Syukur-syukur, ternyata ending juga.... #elus-elusdada
Eh maaf ye, kalau ada yang salah di bagian jepang,,, #justory


Huaaaaaaa!!!! Bagaiman-bagaiman ? jelek ya !
maaf yah ! kurang memuaskan dan GAJE dan ANCUR TOTAL !!!
hikshikshiks…
yaudah dehhh, byeeee ! L

@isti ayua diani

1 cerita (cerpen ALVIA)

1 cerita

# Jakarta, 16 Februari 2005

_SIVIA_

     Hujan masih saja mengguyur kotaku sampai saat ini, 1 jam yg lalu butiran-butiran air langit tersebut mulai turun dan membuatku harus berteduh lama di halte dekat sekolah. Beberapa sisiwa juga terlihat menunggu hujan reda, sama sepertiku. Huh ! bosan sekali menunngu seperti ini,  ingin rasanya aku berlari dan menembus setiap derai air hujan tersebut, tapi itu sangat tidak mungkin. Bisa-bisa nanti semua orang malah memandang  aneh kearahku dan apa kata mama nanti kalau melihat anak gadisnya pulang dengan seragam basah. Ckckck ! gk banget deh….
     Bayangin aja deh, Enaknya hujan-hujan gini ngapain ya ??? coba saja aku di rumah, kan aku bisa tiduran sepuasnya sambil dengerin nada alami dari setiap tetesan air hujan, atau gak aku bisa minnum tea panas dan duduk di balkon kamar smbil menghayal sesuatu, setidaknya aku juga dapat bercanda gurau bersama keluargaku di rumah. Huh ! jadi melamun deh, semuanya kan kalau aku ada dirumah. Nah ini, aku berada di halte, tardampar bersama teman-teman sebayaku, duduk sambil ngelantur mikirin sesuatu yg gak mungkin ku lakukan sekarang.
     Aku terus saja melamun seperti orang bodoh, tenggelam dalam hiruk pikuknya suara gemericik air jatuh, sampai akhirnya aku mendengar suara seseorang yg meminta sesuatu padaku… “hay ! boleh geser sedikit.” Pinta seorang laki-laki yang sebaya denganku dan laki-laki tersebuut berhasil membuyarkan semua lamunan-lamunan yg mungkin terkesan seperti berharap. laki-laki itu tersenyum ramah dan aku malah baru menyadari kalau laki-laki itu menggunakan seragam yg sama sepertiku. Hmmm ! tunggu dulu sepertinya aku mengenal laki-laki ini.
“ohh,  iya. Tentu saja, silahkan duduk.” Aku sedikit menggeser tubuhku dan memberikan sedikit ruang untuk laki-laki itu mendudukkan dirinya.
“terima kasih, hmmm ! BTW, kamu siswi SMA Kasih Pertiwi ya ? kelas berapa ? oh ya, nama kamu siapa ? hehehe.” Tanya laki-laki tersebut dengan beruntun, dia terlihat lucu sekali. Baru kali ini akku bertemu dengan laki-laki cerewet seperti orang di depanku ini.
     aku menyeringaikan senyumku, bingung mau menjawab pertanyaan yg mana dulu. Serasa di introgasi oleh aparat pemerintah nih. “hehe, iya. Aku sivia, siswi kelas X-5. Kalau kamu siapa ?”
“hah ! Masa kamu gak kenal aku sih. aku kan kapten basket di sekolah, aku  juga ketos, aku anak XI-IPA 1.” kata laki-laki itu dengan semangatnya, aku yg mendengar hanya cengo. Ckckck, baweeel sekali !
“eh, maaf vi. aku bawel yah. Maklumlah, udah bawaan dari lahir. Namaku alvin.” Katanya sambil menyeringai senyum polos.
“ohhh, ehhh ! kamu ketos ya, kok aku gak tau ya. Haha !” dia meringis,  akupun cengir kuda. Betapa kupernya diiriku, ketos sekolah saja tak ku kenali, ckckc. “maaf, aku bener-bener  gk tau. Mungkin aku yg terlalu kuper, atau kamu yg jarang keliatan di sekolah.”
“no problem vi ! kamu gk kuper kok. aku sering liat kamu di kantin kok, mungkin akunya aja yg terlalu jarang keluar kelas.” Kata alvin sambil menunjukkan senyum pepsoden, manis sekali. “eh ! aku pulang duluan deh, percuma nunggu lama. Kyaknya hujannya baru berhenti nanti sore. Yaudah ! byebye vi.”
“hah ! vin, eh ! kak alvin. Ntar sakit loh. Tunggu bentar aja deh, siapa tahu ujannya berhenti sebentar lagi.”
     Alvin berhenti melangkah, tubuhnya sudah terguyur air hujan, “jangan memanggilku kakak. aku masih berumur 15 thn, mungkin aku lebih muda darimu vi. aku pulang dulua yah. Byebye” alvin melambakan tangannya, tadi Suaranya terdengar kecil sekali, mungkin karna beradu dengan suara hujan yg semakin deras, namun aku masiih bisa mendengarnya. Akupun membalas lambainnya dan tersenyum lebar.
Tubuh alvin sudah lama menghilang dari pandanganku., hujan pun tidak kujung berhenti. Mungkin benar yg di katakan alvin ‘Kyaknya hujannya baru berhenti nanti sore’. Ckckck ! apa aku harus menunggu selama itu ?

# Jakarta, 20 Februari 2005

    Aku menautkan langkahku dengan lantai koridor sekolah, tujuan utama ku adalah kelas XI-IPA 1. Tadi bu ira menyuruhku memanggil siswa yg bernama alvin di kelas tersebut, katanya siswa tersebut akan menjadi partner ku dalam pelajaran bahasa jerman. Sepertinya, aku pernah bertemu dengan orang yg bernama alvin tersebut, tapi dimana yah ? hmmm, shit ! apa ingatannku mulai tterganggu lagi gara-gara 4 hari yg lalu, waktu aku pulang sekolah sambil berlari di bawah hujan. Ckck ! gak nyambung sekali, ingatanku kan memang sering terganggu seperti ini. Alias pikun akut, wkwkwk.
   “permisi, apa disini ada siswa yg bernama alvin ?.” Tanyaku di ambang pintu, beberapa pasang mata langsung menatap aneh kearahku.
“ada apa ?” Tanya salah seorang di antara mereka, “aku disuruh cari siswa yg bernama alvin, kata bu ira dia akan jadi partner bahasa jerman ku.”
    “ohh, alvin gk ada disini. Cari saja dia di ruang music.” Kata siswa yg tadi, namun anehnya aku melihat siswa/siswi lain yg ada di klas tersebut malah terkikik geli. ‘apa yg mereka tertawakan ?’
     “ya sudah, terima kasi.” Pamitku smabil melangkah pergi. belum jauh dari kelas itu aku malah mendengar suara tawa yg benar-benar keras. Aneh ! kenceng sekali tawanya, mungkin semua penghuni kelas tersebut mengadakan acara tawa bersama.

# Jakarta, 21 Februari 2005

_ALVIN_

     Kemarin lucu sekali, aku masih mengingat ekspresi lucu dari adik kelasku sendiri. Ckckck ! bagaimana mungkin dia menanyakan ‘alvin’ pada kku, padahal yg menjawab pertanyaannya itu adalah aku sendiri, alvin. Hahaha… Bodoh sekali dia, heh ! tapi sepertinya aku mengenal gadis itu. Oh iya ! dia gadis yg di halte itu kan ? gadis yg tak menganalku sebagai ketosnya sendiri. Hueh ! parah sekali gadis itu.
“woiiii ! sarapan nyok, loe bengong mulu deh vin. Masih pagi bro -,-.” Kata cakka, sahabatku.
“etdaaah, loe tuh ya ngagetin gue mulu deh, dasarr cicekkk sarap.”
“hehe… pis loph and gaul pin. Loe mau sarapan kgak ?”
“kgak deh ! males makan gue cak.” Lirihku sambil menelungkupkan kepalaku yg terasa berat sekali.
“vin,vin, kebiasaan deh loe males makan. Pantes tuh badan kayak lidi.” Cakka berdecak dan meninggalkanku sendiri di kelas.
     Huh ! sendiri lagi deh, gue kan males banget keluar dari kelas kalo gk ada kepentingan apapun. Jadi deh, gue anak kelasan, gk terlalu di kenal, dan jadi kupeeer gini.
“alvin…” sayup-sayup ku dengar suara teriakkan yg memanggil namaku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat seorang siswi kini sudah ada di hadapanku. Dia gadis yg kemarin, sivia.
”hmmm !” balasku sedikit malas-malasan dan kemballi menelungkupkan kepalaku.
     Sivia medengus kesal, mungkin terasa di cuekin olehku. Seperempat menit kemudian dia mengangkat wajahku dan membanding-bandingkannya dengan selembar foto,ntah foto siapa. ”yesss, gk slah lagi.” Tuturnya serius.
”maksudmu ?” tanyaku bingung, dengan entengnya dia menjawab… ”gak salah lagi kalo kamu yg nmanya alvin, hehe”
     Hah ! apah ? what  ‘GUBRAAAK’, Si sivia beneran gk kenal gue, ckckck. Padal 5 hari yg lalu aku menunggu hujan reda bersamanya di halte. Wahwah ! Gk bener dah nie cewek. Gilaaaa. ”heh ! edan, masa ketos sendiri gk ditahu.” Cibirku sambil melengos kesal.
”eh’hehe. Maaf pikunku kumat.” Jelasnya sambil terkekeh geli melihat ekspresi muka ku, yg –mungkin- terlihat lucu sekali. “yaudah, ayo ke ruangan bu ira. Kita sekarang ada pelajaran tambahan buat bahasa jerman.”

_auther _pov_
     ‘teeeet,teeeet, teeeet’ bel  pulang pun berbunyi sampai ke plosok-plosaok sekolah dan semenit kemudian semua siswa/siswi pun berhamburan keluar kelas. Tidak semua siswa sih yg langsung pulang, seperti sivia dan alvin. Mereka berdua masih ada pelajaran tambahan untuk pelajaran bahasa jerman. Rencananya lusa besok, salah satu dari mereka akan di pilih dan di kirim ke jerman untuk pertukaran pelajar, makanya setiap hari mereka selallu mendapat pelajaran-pelajaran bahasa jerman untuk mempersiapkan diri menjalankan beberapa test dari bu ira.
”ehhh ! vin ini makan siank dulu, ntar sakit loh.” Kata sivia memberikan sebungkkus nasi, namun alvin tak bergeming sedikitpu. Dia masih focus dengan buku bahasa jerman yg tebelnya kyak buku-buku anak kuliahaan.
‘ishhh, serius banget deh nie bocah. Pantesan pinternya gk ketulungan, aku di cuekin lagi.’ Dumel sivia sambil memperhatikan wajah alvin yg terlihat begitu serius, tapi lucu. ”vin makan dulu nih.” Kata sivia lagi sambil membukakan sebungkus nasi untuk alvin.
 ”suapinnn…” pinta alvin manja, sivia tekekeh dan mengangguk begitu saja.
”aaaaaaa…”
”sivia, suapinnya  jangan ke hidungku dong.”
”hahaha… iya, aku sengaja. upsss”
 ”ishhh, sivia jahil. Lihat saja nanti, kan ku balas.”
”ihhhh ! alvin ngancem, takuuut. hahaha”
”aneh !! di ancem malah ketawa -,-”
”hahaha, alvin ngambek ya. Jngan ngambek dong, tambah jelek tau.”
”biareeeen.”
 ”ehh !  beneran ngambek nih. Jngan ngambek vin, ayo senyum.”
”gk mauuu.”
”ketawa aja deh.”
”gk nafsu.”
“ohhh, gitu ya.”
”haha… ampun viii, geli tau, haha…  jngan gelitikin aku viii. Please… kamu jahil banget deh. -.- geli tauuu, haha”

#Jakarta, 23 februari 2011

     Kegelisahanku belum mengguap juga, Sekarang aku menanti dengan harap-harap cemas, padahal yg ku nanti hanyalah kedatangan alvin. Kenapa laki-laki itu tidak datang juga yah ? padahal hari ini sudah jelas akan di adakan test tentang pertukaran pelajar Indonesia-Jerman.
”hosh, hosh, hosh,,, maaf aku telat.” Kata laki-laki yg ternyata adalah alvin. Senyum ku mengembang, namun alvin tidak membalasnya, dia malah langsung menemui bu ira, dan ntah apa yg di bicarakannya di dalam yg jelas aku tidak tau.
     Sejam kemudian, ku lihat alvin dan bu ira keluar. aneh ! mereka terlihat memasang wajah yg menyedihkan, kemudian merekapun berpelukan dan kudengar ibu ira mengatakan,,, ”jaga dirimu nak” alvin mengangguk dan melepaskan pelukan bu ira.
     Hah !! APA MAKSUDNYA, aku tidak mengerti… setelah itu alvin berbalik kearahku dan dia menepuk pundak ku dengan seksama seraya mengatakan.”jadilah yg terbaik, aku yakin kamu bisa.” Setelah itu alvin langsung pergi dari hadapanku.

#Jakarta,10 Oktober 2011

    Sekarang aku menyadari, pertemuan tanggal 23 februari kemarin adalah pertemuan terakhirku dengan alvin. Kalian tau semenjak saat itu aku sudah tidak melihat laki-laki itu lagi, baik di sekolah maupun di luar. Aku merindukannya, aku ingin melihatnya, tapi sekarang aku sudah berada di jerman. saat keberangkatanku, alvin juga tidak ikut datanng untuk mengantar ku, kata bu ira “jangan marah kalau alvin tidak mengantarmu ke bandara, ini dia menitipkan surat untukmu.” Aku mengmbil surat beramplop merah tersebut dan mencoba menahan tangisku karna kecewa.
    Jujur saat bu ira mengatakan itu, aku merasa sangat berat meninggalkan Indonesia tanpa melihat senyuman alvin terlebih dahulu. Huh ! Kenapa alvin tidak mengantarku ? padahal aku ingin melihatnya saat itu, aku pikir aku akan sangat merindukanya selama 1 thn kedepan, tentu saja selama aku berada di jerman, tapi nyatanya semua malah lebih menyakitkan. :(
     Sekarang aku baru mengingat bahwa aku belum sempat membaca surat dari alvin, Aku meraih surat yg ada di dalam tasku, beberapa hari yg lalu aku sempat melupakan surat tersebut. Dengan tangan bergetar aku membuka surat beraplop merah tersebut, aku tau isinya akan benar-benar menyakitkan dari apa yg ku tau…

SIVIA AZIZAH
Hay cantik ! apa kabar nih ? semoga baik-baik aja ya… BTW sudah lama kita tidak bertemu, mungkin kamu akan merindukanku.hehehe…
Oh ya ! sebelumnya aku mau minta maaf, mungkin hanya dengan surat ini aku bisa mengatakan semuanya, meskipun terkesan jadul dan seperti  pengecut, Tappi hanya ini yg bisa ku lakukan,,,J
Baiklah !!!
Sivia, kau tau Tanggal 23 kemarin adalah hari terakhirku melihat senyumanmu, sivia ! kau tau hari itu juga aku harus segera angkat kaki dari Indonesia. Mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi karna mulai tanggal itu juga aku sudah menjadi penduduk jepang, aku akan menetap di  jepang sampai saatnya nanti aku punya istri. kau tau vi, aku sangat mengharapkanmu ! aku mencintaimu cantik..
Huh ! maafkan aku, mungkin  kita tidak akan bertemu lagi, jadi dengan menyesal aku akann mengatakan perasaan ku padamu melalui surat ini. Seperti yg ku katakan tadi, aku mencintaimu. Bahkan sangat mencintaimu. Ku harap, kamu juga mempunyai perasaan yg sama denganku. Aku juga berharap, kamu juga bisa mengunjungi ku di jepang, karna sudah barang tentu aku tidak bisa kembali lagi ke Indonesia karna papa sudah mencabut fasilitasku untuk jatah penerbangan jepang-indonesia. Katanya, ‘papa takut akku akan  kabur dari jepang’, hahahaha !
ya sudahlah ! segini dulu surat dari ku, semoga kamu betah di jerman,



sivia,

 AKU AKAN SELALU MERINDUKANMU !
AKU TIDAK AKAN MELUPAKANMU !
 AKU MENCINTAIMU!  
sivia.

Berkunjunglah, ini Alamat rumahku di jepang
 jln.XXXXXXXX no.XX
SINDUNATA ALVIN

Tidak terasa air mataku terjatuh saat membaca surat dari alvin, huh ! mengapa jadi begini ? mengapa kami harus terpisah seperti ini, setelah masing-masing dari kami menyadari kalau ada CINTA saat kami mulai terbiasa bersama, terasa indah saat CINTA berpadu dalam 1 CERITA, saat kami mennyadari kalau ada rindu kala raga jauh. Hmmm !!! sakit sekali rasanya hati ini, apalagi aku juga belum mengatakan,,,

AKU JUGA MENCINTAIMU ALVIN !!!
AKU JUGA AKAN SELALU MERINDUKANMU !
BAHKAN, AKU TIDAK AKAN PERNAH MELLUPAKANMU !


ALVIN…
TUNGGU AKU DI JEPANG…
AKU AKAN DATANG UNTUKMU…


------------------------------the end------------------------

Sabtu, 10 Maret 2012

OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!!! #part2



Kilah-kilah cahaya matahari membiaskan mataku, kesadaran yang masih menipis membuatku tidak terlalu fokus pada tempat pembaringan serta ruangan ini. bau menyengat dari obat-obatan membuatku bisa menebak dimana tempatku sekarang. ‘rumah sakit’, disinilah aku sekarang, berbaring dengan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhku. Satu titik fokus membuatku dapat melihat seorang wanita telah berada disampingku dengan sebuah senyum kelegaan.
“thanks god, akhirnya kau sadar juga sivia.” Katanya senang, sementara aku belum bisa merespon sedikitpun sampai akhirnya beberapa orang dengan pakaian putih memeriksa keadaanku.
“ini mukjizad tuhan. Aku tidak menyangka keadaanmu sebaik ini.” kata dokter tersebut seraya tersenyum.
Deg ! arghhhh, jantung ini terasa sesak sekali. Serasa ada yang terlupa. Seseorang, yah ! aku melupakan seseorang. OMG, ALVIIIIIIIN !!! aku melupakannya,  kemana pemuda itu ? apakah dia selamat ? apa dia masih hidup ?.
Rasanya sakit sekali, ingatan kejadian itu berputar jelas di otakku. saat terakhir kesadaranku, aku melihat alvin tergeletak tak jauh dariku, kondisinya benar-benar mengenaskan, membuatku marasa pesimis kalau pemuda itu masih hidup. Arghhh ! sivia, apa yang kau pikirkan, alvin masih disini. Dia masih ada, tapi aku  tidak yakiiiin.
“al,,, vin,,,” aku menyebuut namanya dengan sedikit kesusahan karna lidahku terasa begitu kelu. Berapa lama aku tak sadarkan diri sampai semua tubuhku terasa kaku.
“istirahatlah sivia, jangan berfikir macam-macam.” Kata wanita yang tadi menyambutku dengan senyman kelegaan.
Aku sedikit menggeleng, mungkin tidak terlihat seperti menggeleng. “al,,, vin,,, ma,,, na,,, ?” wanita itu mendekat dan berbisik ditelingaku, “istirahatlah sivia, akan kubiratuh semuanya kalau kau sudah sembuh.” Ujarnya.
Perlahan air mataku menetes, aku menangisi kebodohanku pada malam itu. Mengapa jadi seperti ini, aku memang tak berguna. Alvin selalu menjadikkanku gadis pertama untuk yang utama dalam hidupnya, tapi sekarang aku malah tak tahu diri karna mungkin kini akulah gadis terakhir yang tidak tahu bagaimana keadaan kekasihku itu, aku bukan gadis pertamanya lagi.
Bukan, bukan hanya pada alvin rasa bersalah ini terpusat. Tapi pada wanita yang beberapa tahun silam yang telah menitipkan alvin padaku, aku juga merasa bersalah padanya. Aku telah mengecewakannya, aku telah mengingkari janjinya. tuhan, maafkan hambamu ini !!! lirihku.
Mungkin dengan kecepatan cahaya, semua ingatan 2 thun silam kembali berputar di kepalaku. Saat dimana seorang wanita muda menjadi satu-satunya perantara utama untukku mengenal alvin. saat itu, aku dan wanita tersebut tengah berusaha menghadapi beberapa orang penjahat.

(FBON)
“siviaaaa, dengarkan aku. Sekarang tutup matamu, jangan membukanya sebelum aku memerintahkanmu.” aku yang saat itu sedang berada di balik punggung wanita tersebut hanya menurut. Kedua mataku terpejam, hanya telingaku yang berkerja setelah itu.

‘BRUUUUK’
‘BRAAAAK’
‘DOOOOR’
‘DOOOOR’

Suara-suara tersebut bergemurh di telingaku, seakan membahana dan menjadi penjelas satu-satunya keadaan apa yang sedang terjadi di hadapanku. Sungguh, saat itu aku sangat takuuut, benar-benar takut. “siviaaa, sekarang buka matamu. Dengarkan aku...” pintanya wanita itu lagi, aku membuka mata dan menangkap nama wanita itu di bagian ata saku bajunya. ‘zevana’ agent 1. Begitulah yang tertulis disana, saat itu aku baru mengetahui, kalau wanita tersebut adalah seorang agent penyelamat yang –mungkun- disuruh untuk menyelamatkanku dari penculukan ini.
 “siviaaa, dengarkan aku...” pintanya lagi, aku tersadar dari pendanganku dan mengangguk kearahnya. “baiklah gadis pintaaar, sekarang kamu harus berlari sekencang-kencangnya kehalaman gedung ini, jangan berbalik sedikitpun. Aku tahu kamu bisa, setelah itu kau harus langsung masuk mobil hitam dan tunggu aku disana.” Aku kembali mengangguk, aku mengerti. “nah sekarang berlarih, ingat pesankku. Tunggu aku disana, dan satu lagi. Kau harus menjaga alvin, jangan biarkan dia terluka sedikit pun. Aku mempercayakannya padamu, dia anakku.” Lanjutnya lagi, dan lagi lagi aku kembali mengangguk. “sekarang siviaaaa, larilah. Cepaaaat !!!”
Langkah-langkah kakiku  menuntun untuk berlari di sepanjang lorong-lorong gedung. Ingin rasanya aku berbalik saat itu dan memastikkan bagaiman keadaan wanita yang bernama ‘zevana’ tersebut, tapi tidak bisa, aku harus terus belari dan menjaga orang yang bernama ‘alvin’, anak wanita tersebut.

‘BRUUUUUK’ Aku membanting pintu mobil dengan kasar, nafasku masih saja terengah-engah. Pesan-pesan yang disampaikan zevana masih terngiang-ngiang ditelingaku. ‘Alviiiiin’, mana orang bernama alvin tersebut, aku melengok kerah kursi belakang dan melihat seorang pemuda sedang berbaring disana. Pemuda yang dititipkan zevana padaku, pemuda yang sebaya denganku, dan pemuda sangaaat tampan.
(FBOFF)

“zevana, maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga alvin, justru alvin yang selalu menjagaku. Maafkan aku zevana.” Lirihku dalam hati, setetes air mata kembali terjatuh membuat setiap rasa penyesalan itu terasa sangat menyakitkan.
“jangan menangis sivia, tidak ada yang perlu disesalkan. Selalu ada hal yang terbaik dalam setiap kejadian terburuk sekalipun.”

^^

Aku berdiri diambang pintu ICU,  menatap setiap sudut ruangan tak berpenghuni tersebut. Ntah mengapa shilla –wanita yang selalu menamiku selama aku dirawat- mengajakku kemari. Katanya dia akan menjelaskan semuanya disini sebelum aku pulang dari rumah sakit, sekarang keadaanku sudah membaik meskipun masih banyak lilitan-lilitan perban di kepala dan tanganku.
“sivia, aku tidak akan menjelaskan apapun tentang alvin. terakhir aku melihat seorang dokter menutup wajahnya di ruangan ini. aku juga tidak mengerti, tidak ada penjelas apapun tentang alvin setelah itu.”
Aaaah ! aku tahu arah pembicaraan ini, aku tahu semuanya sekarang, apakah alvin memang sudah tiada ? apa itu benar-benar terjadi ? kalau iya, berarti aku tidak akan menemukan pemuda itu di hidupku lagi, aku tidak akan melihat semua hal aneh yang akan di lakukannya lagi, aku tidak akan pernah mendengar tawa riangnya lagi, aku tidak akan bisa menasihatinya lagi, aku tidak akan menjadi gadis pertamanya lagi, dan,,, arghhhh ! aku tidak akan menjumpainya raganya lagi, tidak sekarng, tidak esok, dan tidak untuk seteruuusnya, dia benar-benar telah pergi...
“dimana makamnya ?.” tanyaku seadanya, shilla hanya menggeleng. “tidak ada yang tahu dimana alvin dimakam, ayahnya membawa jenazah alvin dan setelah itu tidak ada kabar apapun tentang hal tersebut.” Ujar shilla lagi.
Setelah pembicaraan singkat itu, aku diantarkan pulang oleh shilla. Aku sudah sanggup lagi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku nanti tanpa alvin, bagamana aku bisa bertahan tanpa pemuda itu. Nanti, suatu hari aku ingin mendatangi rumahnya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Alviiiiin, I MISS YOU !!!

^^

“sivia azizah, pacarnya alvin, kan ?” tanya pria setengah baya tersebut padaku. Sekarang aku berad di dalam rumah alvin, setelah dua hari kepulanganku dari rumah sakit aku memutuskan untuk bertandang kerumahnya, aku ingin tahu mengapa tidak ada kabar tentang alvin.
“iya, aku sivia.”
“hmmm, apa maumu ?.” tanyanya sambil tersenyum menyeringai. “apakah kau ingin bertanya ‘dimana makam alvin’ ?.” jawab dan tanyanya lagi.
“iya.” Jawabku seadanya.
“huh !!! tidak ada makam untuk alvin.” mataku melotot, apa maksudnya pria ini ?.
“berarti alvin masih hidup.”
“tidak, alvin sudah tidak ada.” Tubuhku bergetar mendengar kalimatnya, baru saja ada harapan pria tersebut mengatakan kalau iya alvin masih hidup, tapi nyatanya kata tidak menjadi perwakilan yang membenarkan kalau alvin sudah tiada.
“terus apa maksudmu, alvin tidak mempunyai makam ?.” bukannya menjawab, peria tersebut malah menarik tangnku dan membawaku kedalam sebuah ruengan yang dipenuhi oleh alat-alat aneh. Mataku terbelalak ketika menemukan sesuatu di sebuah tabung besar. Perlahan aku mendekati tabung tersebut, memastikkan aoa yang terlihat disana adala sesutau yang nyata.

OMG, ALVIIIIIN !!! apa yang dibuat peria tersebut terhadap alvin. apakah dia sudah gila menempatkan jasad alvin di tabung tersebut, apalagi raga itu melayang di dalam tabung yang dipenuhhi air biru transparan.
“aku belum merelakan anakku meninggal, apalagi ini adalah kedua kalinya aku harus merasa kehilangan orang yang aku sayangi setelah kemtian istriku, zevana.” Adu peria tersebut dengan suara lirihnya.
“lalu apa yang kau lakukn terhadap raga alvin.” tanyaku sedikit mebentak, menyedihkan sekali. Aku tidak terima raga orang yang kucintai diperlakukan seperti ini.
“aku ingin membuat dia hidup kembali meski tanpa nyawa.” Kedua lwnganku dicengkram oleh pria tersebut, terlihat di matanya sebuah kesedihan tak terhingga. “bantu aku sivia, aku tahu kau gadis genius yang beberapa tahun silam di culik karna kepintaranmu yang berada diatas standar kepintaran manusia pada umumnya dan istriku meninggal hanya karna menyelamatkanmu.” Pinta pria tersebut.
Tubuhku terguncang. “ak...u... perlu berfikir.” Hanya kata-kata tersebut yang keluar dasri mulutku, setelah itu air mata kembali tumpah. Akal pikiranku menyadari ini diluar nalar manusia, ini telah menyalahi takdir, dan ini adalah hal tersalah. Tapi bohong kalau aku bilang tidak senang dengan rencana ayah alvin, jauh dihatiku. Aku sangat senang dan menginginkan alvin kembali hidup. Tapi INI SALAH ?
“aku tahu, sivia. Berfikirlah, akan kuberikan 2 jam untuk berfikir. Biar kuantar kau ke kamar alvin, kurasa disana akan membuatmu bisa berfikir lebih jernih.” Kata peria tersebut menawarkan, aku hanya mengangguk dan dia membawaku kekamar alvin.
“berfikirlah, kenalkan namaku riko anggara.” Katanya, lagi-lagi aku hanya mengangguk dan dialangsung meninggalkanku sendiri dikamar alvin.

“sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya kamu bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”

Aku mengingat kata-kata terakhir alvin, dia mengatakan padaku untuk ‘melakukan hal terbaik selama aku bisa melakukannya.’, apa artinya akau harus menerima tawaran tersebut, menghidupkan alvin meskipun tanpa nyawa.
OMG, ALVIIIIIIN !!! tolong aku, tanyakan pada tuhan apa yang seharusnya aku lakukan. TUHAN, maafkan aku jika aku mengambil keputusan yang teregois, tapi aku masih menginginkannya, aku masih ingin bersama alvin. tunjukkan jalanmu tuhan...
Aku berjalan mengambil sesuatu barang di meja belajar alvin, sebuah bola kaca berukuran kecil yang terpajang disana. Aku ingat barang ini adalah hadiah ulang tahun alvin dariku, aku ingat saat itu ekspresinya sungguh menjijikan dan ekspresi yang sanggup membuatku tertawa hingga sakit perut.

“huaaaa, sivia my darling. Thanks hadiahnya, kau memang gadis pertama yang membuatku menangis karna hadiah pemberianmu ini, aku SUNGGUH SANGAT AMAT MENYUKAINYA.” Kata alvin saat itu, matanya berbinar-binar dengan beberapa tetesan air mata yang mengalir. Saat itu aku malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah berebihan yang ia tunjukkan pada.

 ahhh ! alviiiiin, kau manis sekali saat menangis seperti itu. Aku merindukkanmu, sungguh. setelah melihat benda-benda di meja alvin, mataku mengarah pada sterofom yang terpajang disamping meja belajar.

wish me september month, aku berharap gadis itu akan selalu menjadi yang pertama dala hidupku dan aku berharap bisa melindunginya sampai jantung ini tak berdetak.

Sivia, gadisku yang manis. Dia gadis yang membuatku bingung akan kehadirannya, dia gadis pertam yyang selalu membuatku merasa nyaman ketika disampingnya, dia gadis pertama yang selalu membuatku gila dalam bertingkah, dan dia gadis pertama serta gadis terakhir yang membuatku sadar kalau dihati ini ADA CINTA UNTUKNYA.” Aku membaca sebuah memo sederhana yang tertempel pada sterofom tersbut, aku yakin dia menulisnya saat aku memberinya hadiah bola kaca tersebut.

Hah ! alviiiin, yakinkan aku untuk mengambil keputusan ini...

^^

“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”

Hahaa, suara itu kembali melonglong di seluruh penjuru sekolah. Aku merindukannya suara kekesalan tersebut, apalagi alvin adalah orang pertama yang akan membuat semua penghuni sekolah naik darah saking kesalnya. OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN !!! kau memang nakal.
Pada awalnya aku berfikir kalau membuat alvin hidup kembali akan membuat sifatnya berubah, namun ternyata tidaaaak. Sifatnya masih saja tak berubah, bahkan beberapa mesin yang menjadi penggerak tubuhnya malah mebuat energi yang semakin menjadi-jadi untuk melakukan hal-hal yang semakin aneeeh saja. Tapi tak apa, itu yang kurindukan....
Organ-organ tubuhnya dari otak, jantung, serta alat indaranya masih bisa di pergunakan dengan menambahkan semacam alat pembangkit dengan tenaga batrai. Beberapa mesin yang merangkai pada bagian tulang-tulannya dapat membuatnya bergerak lugas, dia juga tahu diri kalau sekarang dirinya bukan manusia melainkan sebuah robot.
“apa yang membuatmu, menghidupkanku kembali ?.” tanya alvin suatu hari.
Aku tersenyum hangat, “karna aku menyayangimu dan aku sangat mencintaimu.” Jawabku sekenanya, memang itu alasannya.
“hahahahaa, apa robot sepertiku punya perasaaan cinta ?.” tanyanya lagi masih dengan tawa riang yang dudlu selalu menyertai ucapannya.
“iya, meskipun robot bukan manusia. tapi kau berbeda, aku menghidupkanmu dengan cintaku dan cintamu.” Balasku lagi, dia kembali tertawa.
“kalau begitu, rasakan ini.” kata alvin dan Ooo...
“OMG, ALVIIIIIIIN !!! KAU MENCIUM MULUTKUUUU TANPA IZIN.” Teriakku sambil menutup mulutku yang baru saja disentuh dengan  mulutnya...
“Hahaha” tawa alvin, ia sambil berlari sambil mengatakan dengan lantang kalau “AKU JUGA MENCINTAIMU, SIVIA.”

CUUUP !!! OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN !!! kau memang nakal.


------------------------THE END------------------------

Huaaaaaaaaaaaa, ANH !!! alurnya kok jdi gini yahh,, hehehe...
maaf bgt, alurnya melenceng dan rada GAJE kayak gini...
nah sepeerti janjiku, nih cerpen ada 2 bagian dan ENDING hari ini...
hayooo, nah loh !!!jangan pada gabur ye...

see you, sampai jumpa di NEXT STORY...
byebye !! and night... \(^0^)/

Hayoooo, komen tergila gue TAQin...
hahaha...

OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!!! #part1



Dengarkan ini...

“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”

     Oh, tidaaaak ! teriakan-teriakan itu kembali bergemuruh di seluruh sekolah. Bukan hanya teriakan tadi  karna masih berjuta-juta teriakan yang akan terdengar oleh telingaku. Ckckck, apa lagi yang dilakukan bocah itu ? setiap hari ulahnya semakin menjadi-jadi saja. Kejahilannya seakan tidak pernah habis, otaknya yang genius itu memang tidak pernah kehabisan stok untuk melakukan hal yang tidak-tidak.
     Haduuuh, sivia. Kenapa kau bisa jatuh cinta pada laki-laki tengil macam alvin ? tidak kah hatimu lebih pantas untuk laki-laki baik yang tidak bertingkah macam-macam seperti kekasihmu itu. OMG, alviiiiin ! kau membuatku gilaaaa. Sabar sivia, sabar, coba kita lihat apa yang dilakukan kekasihmu itu lagi.
     Aku keluar kelas, meninggalkan guru yang sedang koar-koar didepan kelas. Aku segera Pasang tampang cool sambil berlari-lari kecil menghampiri halaman dan melihat apa lagi yang terjadi sampai hampir satu sekolah ribut mengeluarkan teriakan sumpah serapah karna tingkah kekasihmu yang aroga itu, alvin.
 “OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!! apa yang kau lakukan ?.” teriakku dengan nada kaget, seketika semua melihat kearahku dan melempar tatapan melas yang berarti ‘tolong hentikan ulah bocah edan ini.’
      Alvin hanya melempar cengiran tanpa dosa, muka polosnya menunjukkan kalau dia laki-laki lemot yang bertingkah seenak jidatnya. Hampir setiap hari selalu begini, ada-ada saja tingkah bodohnya yang membuat seluruh penghuni sekolah naik darah sampai struck. Kejahilannya yang -wow ! amzing- terkesan luar biasa bikin hati orang gondok luar-dalem, dunia-akherat.
“ALVIIIIIN, HENTIKAN.” Teriakku lagi dan berhasil mendapat balasan yang tidak mengenakan. “oh, nooooo.” Semua cipratan air kini pindah alih mengenai seragam sekolahku dan laki-laki bodoh macam alvin kembali nyengir polos.
“hehehe, kena deh.” Alvin menghampiriku dan tertawa gwli melihat tekukan wajahku. “makanya jangan teriak-teriak, sivia. Pakek mau main air bareng lagi, nah kan sekaran kamu malah ikut kena cipratan air. Hahaha...”
“ALVIIIIIIIN, DASAR COWOK NYEBELIN.” Raungku tepat di depan wajahnya, tapi dia malah semakin menertawakanku.
“walaupun nyebelin gini, tapiiii kamu suka, kan ?.” balasnya jahil, aku semakin mendengus kesal.
     YA, Tuhan. Dosa apa hambamu ini, sehingga jatuh hati pada laki-laki tengil macam alvin. coba saja aku tidak mencintainya, sudah sedari dulu aku akan memutuskannya, tapi kenyataan -nya aku malah sangat mencintainya, sungguh sangat mencintainya. Andai saja dulu wanita itu tidak menitipkannya padaku, mungkin sekarang aku tidak akan terjerumus dalam cinta segila ini, apalagi dengan orang gila semacam alvin. tapi, ya sudahlah ! toh ini sudah terjadi dan bagaimanpun tingkah alvin, aku akan tetap mencintainya. Oh, KEKASIH GILAKU, IKHLAS TIDAK IKHLAS, AKU TETAP PADAMUUUU. :* (hahahaha)

^^

     ALVIN Jonathan,,, Dia kekasihku, dia cinta pertamaku dan –mungkin- cinta terakhirku juga, dia pemuda tergila yang pertama kukenal. Tapi pada dasarnya dia juga adalah pemuda yang di percayakan padaku saat beberapa tahun silam. Meskipun sudah bertahun-tahun aku mengenalnya, tapi jujur saja aku masih tidak terlalu banyak mengenalnya. Dia bak laki-laki Misterius yang menutupi mistrinya dengan tingkah-tingkah anehnya, seperti tadi.
     Dan aku, sivia azizah... Aku gadis baik hati dan tidak sombong yang selalu menjadi gadis pertama saat alvin mengalami sesuatu, aku juga adlah gadis pertama yang akan memberi nasihat saat alvin melakukan hal-hal gila, aku gadis pertama yang mengetahui apapun yang terjadi padanya, aku gadis pertama yang akan memeberikkan pelukkan hangat saat ia kedinginan meratapi nasib, aku gadis pertama yang akan selalu berada dibalik punggunya untuk selalu dia lindungi, aku gadis pertama yang berada disampingnya saat ia menunjukkan pada dunia kalau dia bangga mempunyai pacar sepertiku, aku gadis pertama yang menempati ruang-ruang kosong hatinya, dan aku gadis pertama yang selalu menjadi utama dalam hidupnya.
“alvin, jangan melakukan hal yang tidak-tidak.” Kataku saat kami sedang asik jalan-jalan malam ditaman kota. Alvin hanya tersenyum, ingat hanya TERSENYUM. Bukan senyuman polos seperti saat dia melakukan hal-hal aneh, tapi senyuman manis layaknya pemuda SMA. Kalau berdua seperti ini, sifatnya akan berubah 180 drajat dari sifat tengilnya di tempat-tempat umum dan kurasa inilah sifat aslinya. Sepertinya aku bukan gadis pertama yang melihat sifat aslinya, tapi –mungkin- aku ORANG pertama yang dipertunjukkan sifat aslinya seperti ini, ingat ORANG PERTAMA.
 “Hahaha, aku hanya mencari kesenangan, sivia.” Kata alvin disela tawanya. Inilah dia, alvin akan gampang tertawa dan menunjukkan garis lengkung tipis pada matanya yang akan secara refleks menutup saat dia tertawa. Bagi alvin, hal sekecil apapun akan tetap membawa tawa, meskipun hal sepahit obat. Suara Tawa adalah nada kebahagiaan,  ujarnya di masa lalu.
“huh kesenangan macam apa, vin. Itu sih kesenangan untukmu saja, sementara orang lain kau buat kesal. Begitu, kan ?.” aku menatapnya sebal.
“hehehe, iyya iyya, dasar nona bawel.” sindir alvin, lidahnya terjulur mengejekku, dan beberapa detik kemudian dia akan berlali menghindar dari cubitan mautku.
“alviiiiiin, NYEBELIN.” Teriak ku msih dengan kekesalan yang memuncak. Aku pun mengejarnya, mencoba untuk membalasnya. Namun selalu begitu, alvin aka selalu berhasil lolos dari kejaranku.

‘BRUUUUK’
“awwwww.” Rintih alvin, aku melihat tubuhnya terdorong dan jatuh tepat dibawah kakiku. Tadi saat berlari dia tidak melihat seorang pemuda tepat didepannya dan alhasil alvin berhasil menabrak pemuda tersebut hingga tubuhnya terjatuh di kakiku.
“OMG, ALVIIIIIIIIIIN !!! apa kau tidak apa-apa ?.” aku berusaha membantunya berdiri dan memastikkan tidak sedikitpun tubuhnya terluka. Oh, yaaa ! aku tidak akan tenang kalau sedikitpun tubuhnya terluka, apalagi sampai mengeluarkan darah setetespun. TIDAK AKAN !!!
“tidak, sivia. Aku tidak apa-apa.” Balas alvin dan membuat hatiku tenang kembali.
“ciiiih, Alvin jonathan, Laki-laki breng**k perebut gadis orang.” cerca pemuda yang baru saja menjadi objek tabrakkan alvin.
     Aku dan alviin memicingkan mata secara bersamaan dan melihat pemuda tersebut dengan jelsa dibawah cahaya remang-remang rembulan. “GABRIEL.” Panggilku untuk memastikkan, sementara alvin hanya diam tak menegerti.
     Benarkah, pemuda itu gabriel. Pemuda yang dua tahuan lalu aku putuskan secara sepihak karna lebih memilih alvin. oh, Tuhan. Apa-apaan ini ?. kenapa pemuda ini kembali kekehidupanku ?. dan itu tepat saat aku sedang bersama alvin. semoga tidak terjadi apa-apa, karna aku mengenalnya sebagai psycopat tersadis sepanjang umurku.
“sivia, Kau mengenalnya, siapa dia ? dan, kenapa dia berkata seperti itu ?.” tanya alvin mengeruhkan lamunanku. Aku hanya diam, tidak menjawab sedikitpun. Aku sungguh tidak bisa berkata apapun, lidahku seakan kelu dan semua otot-otot tubuhku menegang bak patung kemayoran.
“ayooo, kita pergi vin.” Aku ingin cepat-cepat beranjak dari taman ini dan aku tidak ingin berhadapan dengan psycopat macam Gabriel.
“hahaha, sivia azizah. Kau tidak perlu terburu-buru seperti itu.” Kata gabriel, tangannya mencengkram bahuku dengan kuat. Sementara alvin, pemuda itu masih saja diam membeku.
“lepaskan tangan sivia.” Teriak alvin sambil menarik tanganku dari cengkraman gabriel, sekarang alvin tampak sangat marah dengan wajah memerah. Sebelumnya dia tidak pernah semarah ini.
“hahaha, enak saja kau bicara. Tidak semudah itu untukmu mengambil sivia, aku masih mencintainya dan kau malah merebutnya.” Gabriel kembali menarik tanganku, tampaknya lebih keras sampai aku terjatuh dan merintih karna menahan sakit di bagian kaki.

‘BUG’
     Alvin menonjok wajah gabriel dengan kerasa, sampai pemuda itu terpelanting jauh dari tempat jatuhku. Seketika wajah mulus gabriel dipenuhi lebam biru. kalau sudah begini aku tahu, alvin akan terus menghadiahi gabriel dengan pukulan-pukulan keras dan kalau alvin mau gabriel bisa di pukuli sampai koma. Setelah meras cukup memberi pelajaran pada gabriel, alvin menarik tanganku untuk menjauh. Tangisku masih terisak sedari seperempat  jam yang lalu, aku takut gabriel akan mengganggu hubunganku dengan alvin, aku takut alvin akan menjauhiku setelah kejadian ini.
“jangan bergerak, atau semua akan berakhir ditanganku.” Seru gabriel setelah bangkit dari tempatnya terkapar tadi, tangan kanannya mengacungkan pistol hitam legam kearah kepala alvin. “heh ! sudah kubilang alvin jonathan, tidak semudah itu kau mengambil sivia dariku. Sivia hanya milikku.” Gretak gabriel.
“Gabriel, apa-apa kmu ini. dasar psycopat kau...” caciku pada gabriel, jangan sampai ia menempakkan peluru tersebut ke arah alvin atau aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.
“ciiih, apa peduliku. Aku begini juga karnamu.”

‘BRUG’
     Alvin menendang tangan kanan gabriel hingga pistolnya terlempar cukup jauh dan satu tendangan lagi pada perut gabriel hingga pemuda itu ikut terjatuh bersama pistolnya. “sivia, larii vi, lariii.” Suruh alvin, arghhh ! kaki ku sakit sekali, aku tidak bisa berlari. Secara tiba-tiba alvin langsung mengangkat tubuhku seperti seorang putri yang di gendong oleh pangeran dalam cerita dongeng. Kemudian dengan cepat alvin berlari sambil menggendongku, mungkin tidak romantis seperti dalam dongeng tapi aku cukup terharu dibuatnya.

‘DOOOOR’
     “arghhhhh” erang alvin menahan sakit, tubuhnya tiba-tiba ambruk dan akupun terjatuh dari gendongannya. BANGS*T si gabriel, peluru dari pestolnya tepat mengenai perut bagian kiri alvin. dan sekarang alvin malah mencoba berdiri dan mengajakku berlari sambil tertatih-tatih. OMG, ALVIIIIN !!! ini gila, aku tidak tahan melihatmu seperti ini, apalagi darah yang terus menetes dari perutnya.
     Setelah lama berjalan tertatih-tatih menuju mobil alvin yang letaknya tinggal semeter, akhirnya kami dapat masuk kedalam mobil sementara gabriel masih mengejar kami. Dengan tergesa-gesa alvin langsung menginjak pedal mobil hingga laju mobil diatas standar.
“al, kau tidak apa-apa kan ?” pertanyaan bodoh itu kenapa harus keluar sih, sudah jelas-jelas alvin sedang menahan sakit dibagian perutnya. “maafkan aku al, aku yang membuat kadaan seburuk ini.” lirihku merasa bersala, namun alvin hanya tersenyum tipis dan tetap fokus pada kemudi serta rasa sakit dibagian perutnya.
     Dengan tangan kanan memegang setir serta tangan kiri sibuk menekan bagian perutnya yang terus mengeluarkan darah, alvin menembus keramamin jalanan kota. “sudahlah sivia, dibalik hal buruk sekalipun pasti ada satu hal baik yang akan kita dapatkan.” Katanya dengan suara lemah.
“arghhhh, SH*T ! gabriel masih mengikuti kita vi.” aku melihat sepion mobil, terlihat di sana sebuah mobil hitam mengikuti mobil kami. Dibalik pengemudi, gabriel terlihat sedang berusaha menjajari laju mobil kami.
“al, tanjakkan. Alviiiiiiiiin.” Mobil kami meluncur dengan kecepatan tinggi ketika menuruni tanjakkan. Mobil gabriel mengikuti dari belakang, sementara nafas alvin mulai terengah-engah kelelahan. “sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya kamu bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”

‘BRUUUUUK’
     Hantaman keras pada bagian belakang membuat mobil alvin berguling-guling di sapal. Akibatnya kepala dan seluruh tubuhku banyak mengeluarkan darah, pandanganku memburam dan kepalaku terasa berat. ALVIIIIIN, dimana laki-laki itu ? sebelum tak sadarkan diri, aku melihat alvin berada tepat disampingku dengan keadaan yang jauh lebih mengenaskan dariku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa.


-----------------------BERSAMBUNG------------------

Hehehe, gue buat cerpen dua part...
Maaf kalau jelek dan ada kata-kata yang tidak pantas....
saya sudah berusaha dan hasilnya ya tetep ancur, wkwkwkw...
maaf ye...

COMMENT AND LIKE nya jangan lupa, karna saran dan kritik kalian sangat berharga...
silahkan berpartisipasi untuk cerpen ini... ^^

thank for you all, happy reading and not boring with my story...
byebye ^^

Jumat, 09 Maret 2012

Alvin Jonathan

Alvin  ICIL3
 

 
editing by @AyuaDianoszta97












 
 
Alvin (doc : 2011)
  

He is ALVIN JONATHAN


Kamis, 08 Maret 2012

Ini Kehidupan (sajak hidupku)


CINTAKU
tidak perlu semua rasa darimu, hanya cinta yang kutuntut sempurna dari hatimu, bukan ingin mengemis sambil menangis, namun aku benar-benar menginginkan cintamu, TUHAN. dengan cintamu aku menjalani hidup ini, dengan cintamu ragaku terlindungi, bahkan dengan cintamu semuanya menjadi lebih indah.
TUHAN !!! beri cintamu untukku dan aku berikan cintaku untukmu, sepenuhnya.

MIMPIKU
boleh aku bermimpi, sebentar saja, hanya untuk melihat wajahnya. tidak perlu semalaman penuh, hanya satu menit jika kau mengizinkan. aku merindukannya, aku ingin melihatnya, aku mau menyapanya. meski hanya lewat mimpi, namun setidaknya rasa rindu itu terbalaskan, rasa rindu itu sampai padamu Rasulku.

HARAPANKU
bukan ingin menyimpangi takdir, hanya saja ingin mengubah takdir, mengubah harapan menjadi kenyataan. bukan hal yang muluk, harapan sederhana namun syarat doa, harapan untuk dapat menjadi yang lebih baik dimata tuhan, tanpa peduli apa yang orang katakan.


PUJI-SYUKURKU
berkaca-kaca mata ini menyadari keagunganmu, mulutku bungkam bagai tertutup kebesaranmu, tiada suara menyapa telingaku selain bisikan angin kuasamu, kakiku serasa kaku untuk beranjak dari lembah kadialanmu. SUBHANALLAH !!! betapa megah dan mewahnya dunia yang kau ciptakan dari keagungan, kebesaran, kuasa, dan keadilanmu. seribu puji-syukurku untuk semuanya. tiada kata yang bisa menyampaikan semua pujianku.

PIKIRANKU
pernah aku berfikir, kau begitu tak adil, menggoreskan tinta pekat kegambaran hidupku. tiada tanya, tiada seru, dengan ringan kau tumpahkan tinta-tinta itu, berfikirkah engkau berapa lama nodanya kan menghilang, mengertikah engkau dengan apa aku dapat menghapusnya. ahh ! kau memang yang paling kuasa, bahkan kau juga yang paling mengetahui, tentu saja apa yang kau lakukan adalah hal yang terbaik untuk hidupku, selama aku masih bisa berfikir kalau semuanya adalah cobaan dari ketegaranku.

CERITAKU
tinta penaku mulai menulis, sajak-sajak sederhanapun tercipta, gambar-gamabar biaspun terlukis. tidak ada yang istimewa disana, hanya barisan huruf berjejer rapi. tidak ada kesempurnaan dilembaran itu, tapi gambaran hidup terlihat jelas. ada aral, ada rintangan, ada kesuksesan, ada kehidupan, bahkan kematianpun tertulis jelas disana, merangkai cerita untuk riwayat hidup.

AKHIRKU
bila ini berawal dengan cinta TUHAN, maka aku berharap kisah ini berakhir dengan cintanya juga. cinta yang akan membuat akhir bahagia untuk hidupku, cinta yang akan membawaku kesisinya, cinta yang bahkan selalu aku rindukan, dan cinta yang begitu tulus kepada diriku dan duniaku.

awal adalah proses menuju akhir,
akhir adalah  ujung alur dari awal.

tiada akhir berarti tiada awal,
tiada awal berarti tiada akhi.



Senin, 05 Maret 2012

Mati RASA (cerpen)


MATI RASA (ALVIA & RIFY)

     Tawa-tawa wanita nakal itu kembali menyambuut langkahku memasuki gedung yg menjulang tinggi ini, ntah sudah untuk yang keberapa kalinya aku mendengar suara tawa itu. Telingaku sudah terbiasa untuk menyambut suara tawa mereka. Tapi, BUKAN !!! aku bukan satu dari mereka, aku hanya ingin  mencari adikku yang sudah terjerumus dalam dunia gemerlap macam ini, dunia yang sesungguhnya tidak baik untuk anak usia 15thn seperti adikku. Tapi, sudahlah ! keadaan telah berubah dan menggerusnya jauh menyimpang dari jalan tuhan.
“hay, cantiiik.” Seorang pria paruh baya menoel daguku dengan genitnya. Dasar pria hidung belang ! umpatku dalam hati seraya terus mencari-cari keberadaan adikku tanpa menggubris godaan pria tersebut.
“gadis manis, kenalan dong.” Goda yang lainnya, kali ini godaan itu datang dari laki-laki yang umurnya sepantaran denganku –mungkin-. “hay, ayolaaah ! jangan sok jual mahal denganku.” Laki-laki tadi kembali berbicara, namun kini dengan cengkaraman tangannya yang jatuh dipundakku.
“lepaskan tangmu dari pundakku, jangan macam-macam kau.” Katakku sedikit mengancam, laki-laki tersebut hanya tersenyum sumbang dan mengencangan cengkramannya, hingga pundakku kini terasa berat dan sakit, dan membuatku tidak bisa memberontak lagi.
“yon, apa yang kau lakukan ?.” tanya seseorang laki-laki yang tampaknya adalah teman dari laki-laki ini. secara bersamaan aku dan laki-laki yang dipanggil ‘yon’ itu melihat kearah orang tersebut. “lepaskan tanganmu dari gadis itu, kau menyakitinya.”
“arghhh ! baiklah yo, aku akan melepaskannya. Kau menggangguku malam ini.” laki-laki tersebut langsung melepaskan tangannya dariku dan berlalu begitu saja, meninggalkan aku bersama laki-laki yang satunya lagi.
“terima kasi.” Kataku tulus, laki-laki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Dia membuatku tergugah dan dengan ragu-ragu aku menyambut tangannya.
“Rio.” Katanya sambil tersenyum manis.
“Ify.”
“hmmmm ! apa yang kau lakukan disini, ify ?.” tanya rio sambil meneliti penampilanku dari ujung kepala sampai ujung kaki. “tampaknya kau tidak mencari kesenangan disini.” Lanjutnya lagi tanpa memberikan aku kesempatan untuk menjawap pertanyaan yang terdahulu.
“eh, iya. Aku kesini ingin mencari adikku.” Jawabku seadanya. Kali ini aku kembali celingak-celinguk mencari keberadaan adikku, biar cepat selesai dan membawanya pulang sebelum jam menunjukkan pukul 12 malam.
“adik ?.”
“iya, adikku. Namanya Alvin.”
“Alvin jonathan ?.” tanyanya lagi, aku hanya menjawabnya dengan anggukkan kecil.
     Secara tiba-tiba rio menarik tanganku untuk lebih masuk lagi kedalam gedung gemerlap ini. suara tawa wanita-wanita nakal semakin jelas terdengar ditelingaku dan hal itu membuatku merinding, sebelumnya aku tidak pernah memasuki gedung ini lebih dalam dari pada tempatku berpijak tadi.
    sebelum aku sadar mau dibawa kemana oleh rio, genggaman tangannya yang menarik tubuhku ini cukup membuat hatiku berdebar-debar. entah mengapa senyuman manis seorang rio mampu membuatku jadi merasa seperti ini.ada rasa yang berbeda, rasa yang merambat memenuhi hatiku, rasa yang perlahan membuat sudut gelap hatiku menjadi terang dan rasa yang perlahan mengukir nama rio dihati ini. ahhh ! perasaan apa ini. sadarlah ify, kau baru mengenalnya, kau baru mengenal rio. tidak boleh ada rasa yang macam-macam, tidak boleeeh. 

“apa itu adikmu ?.” tanya rio saat langkah-langkah kecil kaki kami tepat berhenti didepan seorang anak berusia 15thn yang tengah asik meneguk minuman beralkohol.
    Mataku membulat penuh melihat alvin –adikku- yang sudah berada dibawah pengaruh minuman haram tersebut. Alvin, anak berusia 15thn bagaimana mungkin bisa berkelakuan diluar nalar anak seuasianya. Baru kusadari, ternyata penyimpangan ini lebih jauh dari apa yang ada dipikiranku.

***
    ‘Tuk, tuk, tuk’, sudah berkali-kali alvin mengetukkan polpen kemeja belajar kamarnya. Sekarang ia tidak lagi berada dibawah pengaruh alkohol kemarin malam, aku memandang tajam kearahnya seraya mencoba menahan laju air mata yang kini sudah menumpuk di sudut-sudut mataku.
“jangan melakukan hal itu lagi, vin.” Pintaku yang mungkin lebih terdengar kearah permohonan.
    Sudah kesekian kalinya aku berbicara seperti ini kepadanya, namun sudah keberapa kalinya juga mulut kecil alvin tak menyahut apapun. Seperti kejadian yang lalu, dia akan membisu seperti ini kalau aku memintanya untuk berhenti melakukan hal tak berguna seperti apa yang dia lakukan di gedung gemerlap kemarin.
“bicaralah dan jawab kalau kau tidak akan melakukannya lagi.” Kataku seraya menyambar tangannya untuk kudekatkan dipipiku, “jangan buat kakakmu ini kecewa, vin. Kakak menyayangimu.”
    Akhirnya air mataku tumpah juga, membuat tangan alvin yang ada dipipiku ikut basah. Perlahan tangannya bergerak dan menyeka airmataku dengan gerakkan lembut, hanya dengan inilah aku bisa yakin kalau dia juga menyayangiku. Aku tahu alvin tidak akan pernah tahan melihat orang yang disayanginya menangis seperti ini.
“kak ify, jangan nangis. Maafin alvin, alvin akan mencobanya.” Akhirnya alvin bicara juga, aku yakin dia bisa menjauhi dunia gemerlap itu. Dia pasti bisa.
    Aku tersenyum dan memeluk tubuh kurus adikku, aku benar-benar menyayanginya dan hanya dia satu-satunya orang yang paling berharga yang kupunya saat ini. jadi Tuhan, tuntunlah adikku untuk menjahui sisi dunia yang tak kau sukai.

***

‘BRUUUUK’
“awww” 
    tubuhku jatuh kelantai setelah tubuh seseorang menabrak tubuhku dan menyebabkan semua buku-buku yang kubawa tadi ikut terjatuh dan berserakkan dilantai. Setelah bebrapa detik meringis sebuah tangan terjuntai didepanku, aku menongak dan melihat seorang laki-laki tersenyum manis kearhku.
“maaf.” Desahnya, aku menyambut uluran tangan laki-laki tersebut. saat itu aku kembali merasa jantungku berdebar-debar seperti ketika ia menarik tangaku di gedung gemerlap beberpa malam yang lalu. baiklah perlu ku akui kalau 'AKU MENCINTAINYA.' cinta pada pandangan pertam, tepatnya.
“rio.” Sebutku saat aku sudah mengacaukan lamunanku sendiri dan kini aku berdiri dari tempat jatuhku tadi. lagi-lagi dia hanya tersenyum dan mengangguk kecil. “apa yang kau lakukan di toko buku ini.” tanyaku lagi.
“hmmm, aku hanya mengantar adikku membeli novel.”
“ohhh, ku kira laki-laki sepertimu memang suka ketoko buku. Tapi ternyata aku salah, haha.”
“haha, begitulah.” ujar rio sambil menggaruk tengkuk kepalanya, sepertinya dia salah tingkah. Apalagi kalau melihat semburat warnah merah dipipinya, haha. “lalu kau sendiri dengan siapa kesini ?.”
“aku, aku bersama dia.” Aku menunjuk alvin yang sedang asik berbicara dengan seorang gadis manis yang sepertinya sepantaran dengan usia alvin sendiri.
“alvin ?.” tanya rio, aku hanya mengangguk untuk memberi jawaban. “dia bersama sivia.” Gumam rio yang lebih kepada dirinya sendiri.
“sivia ?.”
“adikku.” Jawab rio seadanya.
   Rio berjalan mendekati alvin dan sivia yang tengah larut dalam pembicaraan ala anak muda seperti mereka. Aku mengikuti langkah rio dari belakang, mencoba menebak apa yang akan dilakukannya terhadap dua remaja tersebut.
“sivia, ayo pulang.” Kata rio langsung menarik tangan sivia untuk menjauh dari alvin. aku kaget melihat reaksinya, apa yang dilakukan laki-laki itu ? mengganggu perbincangan adiknya dengan adikku atau dia tidak suka melihat kedekan alvin dan sivia.
“hay kak, jangan menarik lenganku seperti itu. Kau tak sopan.” Berontak sivia sambil sesekali meringis karna genggaman tangan rio yang begitu kuat mencengkram lengannya.
“rio, jangan sekasar itu pada adikmu.” Kataku mencoba membela sivia yang sudah hampir menangis.
“ini bukan urusanmu, ify. Jadi diamlah.” Rio menatapku tajam, sesekali keluar bentakkan kasar yang dilontarkannya untukku ataupun sivia. “dan untukmu...” jari telunjuk rio mengarah kewajah alvin, “jangan dekati sivia lagi, aku tidak mau kau merusak adikku.”
    Setelah berbicara seperti itu, rio pun pergi dari hadapan kami. Aku melihat punggung tegapnya menjauh dan menghilang dibalik pintu toko buku, setelah itu aku melihta kearah alvin. wajahnya yang tadinya berseri saat berbicara dengan sivia, kini malah memucat. Baru kali ini aku melihat wajahnya sepucat ini, apa yang terjadi pada alvin ???.

***
    Suara isak tangis terdengar dari balik pintu sebuah kamar, diluar malah terdengar suara bujukkan seorang laki-laki. Seiring berjalannya waktu isakkan tersebut melemah dan meninggalkan ruangan sepi yang hening. Sementara suara bujukkan tadi juga tak terdengar lagi, yang terdengar hanyalah suara langkah kaki yang semakin lama semakin menjauh hingga terdengar suara bantingan pintu sebagai penutup.
    Rio yang baru menutup pintunya langsung bersender dibalik pintu kamar, rasa bersalah itu menghinggapinya ketika ia sadar bahawa keegoisannya telah berhasil menyakiti hati adiknya. Ia merasa disisi lain ada dua hati yang akan tersakiti oleh rasa yang berbelit-belit iini, ia tahu kalau sivia dan alvin adalah sepasang kekasih semenjak setahun lalu, jadi bila di toko buku tempo hari ia menyebutkan alasan kalau dirinya takut alvin akan merusak sivia, maka itu adalah alsan yang salah. Bukan itu alasannya, tapi alsan satu-satunya adalah ify. Rio mencintai ify, itu alasanya.
    Rio juga ingin memiliki ify, jadi jika nanti perasaannya sudah semakin mantap maka tidak lucu kalau seorang kakak berpacaran dengan kakak pacar adiknya sendiri. Dan tidak mungkin kalau nanti dirinya dan sivia akan jatuh dalam ikatan yang sama dengan sedarah ify dan alvin. itu tidak mungkin !!!
“gue emang egois, maafin gue.”

***

    Alvin kini tengah terduduk didepan sivia yang terus menunduk. Taman yang sepi karna malam semakin larut membuat suasan mencekam disekitar mereka, tidak ada yang ingin memulai percakapan. Apalagi dengan keadaan sivia yang masih saja menunduk sambil menangis dan alvin yang malah bengong dengan tatapan sayu dan wajah pucatnya.
“sivia.” Gadis itu mendongak setelah namanya dipanggil oleh alvin, suara lemah itu cukup membuat hatinya kocar-kacir. Alvin tersenyum ramah dan langsung memeluk tubuh sivia. Ada rasa yang menariknya melakukan hal itu sebelum semuanya berakhir.

   ‘biarku peluk tubuhnya sebentar saja sebelum aku melepasnya. Biarku merasakan roman tubuhnya sebelum aku, aku tak bisa merasakannya. Biar aku mencium keningnya sebelum semuanya berakhir.
    Namun percayalah takkan ada yg berakhir, rasa ini takkan berujung. Masih ada sejuta cinta yang belum tersampaikan sebelum semuanya mencapai bagian ending. Akan ku usahakan trus menjadi bintangnya, sebelum bintangku tergapai tangan tuhan.
    Ini bukan akhir, tpi ini adalah awal cerita baru untuk kehidupan yang baru nanti. Selama hati ini memilihmu, maka takkan pernah ada yang mampu mengakhirinya. Cinta ini akan sepenuhnya teruntuk dirimu. Sakit ini akan berakhir di penghujung rasa.
    Aku mati rasa, rasaku terbunuh cinta mereka. Takkan ada lagi sakit dan takkan ada lagi bahagia. Semua benar-benar telah mati rasa, namun smua belum berakhir.’


“al..vin..” suara parau sivia mengeruhkan lamunan alvin, seketika pelukkan itu melonggar dan yang tertinggal hanya isakkan sivia dan senyuman alvin.
“maafkan aku sivia, hubungan kita cukup sampai disini.” Kata alvin mencoba untuk tegar, sivia kembali menangis dan memeluk tubuh alvin. “tananglah sivia, semuanya belum berakhir. Kita masih bisa menjadi ipar yang baik. Biarkan mereka bahagia selama kita masih bisa membuat mereka bahagia.” Kata alvin lagi.

     Tak perlu waktu lama, hanya sebentar saja. Hubungan itu berakhir jua, dua hati akhirnya tersakiti. Jalan cinta mereka memang seperti ini, bukan berakhir namun terhenti pada satu titik kenyataan. Meskipun berat namun inilah pengorbanan cinta. Tidak ada yang slah dan menyalahkan, namun memang beginilah cinta seharusnya. Cinta tidak perlu memiliki, cukup menikmati. Bila cinta hanya dinikmati akan terasa menyakitkan, maka lebbih baik memilih mati rasa dan semuanya akan terasa hambar...




----------------------THE END-------------------