Dengarkan ini...
“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”
Oh, tidaaaak ! teriakan-teriakan itu
kembali bergemuruh di seluruh sekolah. Bukan hanya teriakan tadi karna masih berjuta-juta teriakan yang akan
terdengar oleh telingaku. Ckckck, apa lagi yang dilakukan bocah itu ? setiap
hari ulahnya semakin menjadi-jadi saja. Kejahilannya seakan tidak pernah habis,
otaknya yang genius itu memang tidak pernah kehabisan stok untuk melakukan hal
yang tidak-tidak.
Haduuuh, sivia. Kenapa kau bisa jatuh
cinta pada laki-laki tengil macam alvin ? tidak kah hatimu lebih pantas untuk
laki-laki baik yang tidak bertingkah macam-macam seperti kekasihmu itu. OMG,
alviiiiin ! kau membuatku gilaaaa. Sabar sivia, sabar, coba kita lihat apa yang
dilakukan kekasihmu itu lagi.
Aku keluar kelas, meninggalkan guru
yang sedang koar-koar didepan kelas. Aku segera Pasang tampang cool sambil
berlari-lari kecil menghampiri halaman dan melihat apa lagi yang terjadi sampai
hampir satu sekolah ribut mengeluarkan teriakan sumpah serapah karna tingkah
kekasihmu yang aroga itu, alvin.
“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!! apa yang
kau lakukan ?.” teriakku dengan nada kaget, seketika semua melihat kearahku dan
melempar tatapan melas yang berarti ‘tolong hentikan ulah bocah edan ini.’
Alvin hanya melempar cengiran tanpa
dosa, muka polosnya menunjukkan kalau dia laki-laki lemot yang bertingkah
seenak jidatnya. Hampir setiap hari selalu begini, ada-ada saja tingkah
bodohnya yang membuat seluruh penghuni sekolah naik darah sampai struck.
Kejahilannya yang -wow ! amzing- terkesan luar biasa bikin hati orang gondok
luar-dalem, dunia-akherat.
“ALVIIIIIN, HENTIKAN.” Teriakku lagi
dan berhasil mendapat balasan yang tidak mengenakan. “oh, nooooo.” Semua
cipratan air kini pindah alih mengenai seragam sekolahku dan laki-laki bodoh
macam alvin kembali nyengir polos.
“hehehe, kena deh.” Alvin
menghampiriku dan tertawa gwli melihat tekukan wajahku. “makanya jangan
teriak-teriak, sivia. Pakek mau main air bareng lagi, nah kan sekaran kamu
malah ikut kena cipratan air. Hahaha...”
“ALVIIIIIIIN, DASAR COWOK NYEBELIN.”
Raungku tepat di depan wajahnya, tapi dia malah semakin menertawakanku.
“walaupun nyebelin gini, tapiiii kamu
suka, kan ?.” balasnya jahil, aku semakin mendengus kesal.
YA, Tuhan. Dosa apa hambamu ini,
sehingga jatuh hati pada laki-laki tengil macam alvin. coba saja aku tidak
mencintainya, sudah sedari dulu aku akan memutuskannya, tapi kenyataan -nya aku
malah sangat mencintainya, sungguh sangat mencintainya. Andai saja dulu wanita
itu tidak menitipkannya padaku, mungkin sekarang aku tidak akan terjerumus
dalam cinta segila ini, apalagi dengan orang gila semacam alvin. tapi, ya
sudahlah ! toh ini sudah terjadi dan bagaimanpun tingkah alvin, aku akan tetap
mencintainya. Oh, KEKASIH GILAKU, IKHLAS TIDAK IKHLAS, AKU TETAP PADAMUUUU. :*
(hahahaha)
^^
ALVIN Jonathan,,, Dia kekasihku, dia cinta pertamaku
dan –mungkin- cinta terakhirku juga, dia pemuda tergila yang pertama kukenal.
Tapi pada dasarnya dia juga adalah pemuda yang di percayakan padaku saat
beberapa tahun silam. Meskipun sudah bertahun-tahun aku mengenalnya, tapi jujur
saja aku masih tidak terlalu banyak mengenalnya. Dia bak laki-laki Misterius
yang menutupi mistrinya dengan tingkah-tingkah anehnya, seperti tadi.
Dan aku, sivia azizah... Aku gadis baik hati dan tidak sombong
yang selalu menjadi gadis pertama saat alvin mengalami sesuatu, aku juga adlah
gadis pertama yang akan memberi nasihat saat alvin melakukan hal-hal gila, aku
gadis pertama yang mengetahui apapun yang terjadi padanya, aku gadis pertama
yang akan memeberikkan pelukkan hangat saat ia kedinginan meratapi nasib, aku
gadis pertama yang akan selalu berada dibalik punggunya untuk selalu dia
lindungi, aku gadis pertama yang berada disampingnya saat ia menunjukkan pada
dunia kalau dia bangga mempunyai pacar sepertiku, aku gadis pertama yang
menempati ruang-ruang kosong hatinya, dan aku gadis pertama yang selalu menjadi
utama dalam hidupnya.
“alvin, jangan melakukan hal yang
tidak-tidak.” Kataku saat kami sedang asik jalan-jalan malam ditaman kota. Alvin
hanya tersenyum, ingat hanya TERSENYUM. Bukan senyuman polos seperti saat dia
melakukan hal-hal aneh, tapi senyuman manis layaknya pemuda SMA. Kalau berdua
seperti ini, sifatnya akan berubah 180 drajat dari sifat tengilnya di
tempat-tempat umum dan kurasa inilah sifat aslinya. Sepertinya aku bukan gadis
pertama yang melihat sifat aslinya, tapi –mungkin- aku ORANG pertama yang
dipertunjukkan sifat aslinya seperti ini, ingat ORANG PERTAMA.
“Hahaha, aku hanya mencari
kesenangan, sivia.” Kata alvin disela tawanya. Inilah dia, alvin akan gampang
tertawa dan menunjukkan garis lengkung tipis pada matanya yang akan secara
refleks menutup saat dia tertawa. Bagi alvin, hal sekecil apapun akan tetap
membawa tawa, meskipun hal sepahit obat. Suara Tawa adalah nada kebahagiaan, ujarnya di masa lalu.
“huh kesenangan macam apa, vin. Itu
sih kesenangan untukmu saja, sementara orang lain kau buat kesal. Begitu, kan
?.” aku menatapnya sebal.
“hehehe, iyya iyya, dasar nona
bawel.” sindir alvin, lidahnya terjulur mengejekku, dan beberapa detik kemudian
dia akan berlali menghindar dari cubitan mautku.
“alviiiiiin, NYEBELIN.” Teriak ku
msih dengan kekesalan yang memuncak. Aku pun mengejarnya, mencoba untuk
membalasnya. Namun selalu begitu, alvin aka selalu berhasil lolos dari
kejaranku.
‘BRUUUUK’
“awwwww.” Rintih alvin, aku melihat
tubuhnya terdorong dan jatuh tepat dibawah kakiku. Tadi saat berlari dia tidak
melihat seorang pemuda tepat didepannya dan alhasil alvin berhasil menabrak
pemuda tersebut hingga tubuhnya terjatuh di kakiku.
“OMG, ALVIIIIIIIIIIN !!! apa kau
tidak apa-apa ?.” aku berusaha membantunya berdiri dan memastikkan tidak
sedikitpun tubuhnya terluka. Oh, yaaa ! aku tidak akan tenang kalau sedikitpun
tubuhnya terluka, apalagi sampai mengeluarkan darah setetespun. TIDAK AKAN !!!
“tidak, sivia. Aku tidak apa-apa.”
Balas alvin dan membuat hatiku tenang kembali.
“ciiiih, Alvin jonathan, Laki-laki
breng**k perebut gadis orang.” cerca pemuda yang baru saja menjadi objek
tabrakkan alvin.
Aku dan alviin memicingkan mata
secara bersamaan dan melihat pemuda tersebut dengan jelsa dibawah cahaya
remang-remang rembulan. “GABRIEL.” Panggilku untuk memastikkan, sementara alvin
hanya diam tak menegerti.
Benarkah, pemuda itu gabriel. Pemuda
yang dua tahuan lalu aku putuskan secara sepihak karna lebih memilih alvin. oh,
Tuhan. Apa-apaan ini ?. kenapa pemuda ini kembali kekehidupanku ?. dan itu
tepat saat aku sedang bersama alvin. semoga tidak terjadi apa-apa, karna aku
mengenalnya sebagai psycopat tersadis sepanjang umurku.
“sivia, Kau mengenalnya, siapa
dia ? dan, kenapa dia berkata seperti itu ?.” tanya alvin mengeruhkan
lamunanku. Aku hanya diam, tidak menjawab sedikitpun. Aku sungguh tidak bisa
berkata apapun, lidahku seakan kelu dan semua otot-otot tubuhku menegang bak
patung kemayoran.
“ayooo, kita pergi vin.” Aku ingin
cepat-cepat beranjak dari taman ini dan aku tidak ingin berhadapan dengan
psycopat macam Gabriel.
“hahaha, sivia azizah. Kau tidak
perlu terburu-buru seperti itu.” Kata gabriel, tangannya mencengkram bahuku
dengan kuat. Sementara alvin, pemuda itu masih saja diam membeku.
“lepaskan tangan sivia.” Teriak alvin
sambil menarik tanganku dari cengkraman gabriel, sekarang alvin tampak sangat
marah dengan wajah memerah. Sebelumnya dia tidak pernah semarah ini.
“hahaha, enak saja kau bicara. Tidak
semudah itu untukmu mengambil sivia, aku masih mencintainya dan kau malah
merebutnya.” Gabriel kembali menarik tanganku, tampaknya lebih keras sampai aku
terjatuh dan merintih karna menahan sakit di bagian kaki.
‘BUG’
Alvin menonjok wajah gabriel dengan
kerasa, sampai pemuda itu terpelanting jauh dari tempat jatuhku. Seketika wajah
mulus gabriel dipenuhi lebam biru. kalau sudah begini aku tahu, alvin akan
terus menghadiahi gabriel dengan pukulan-pukulan keras dan kalau alvin mau
gabriel bisa di pukuli sampai koma. Setelah meras cukup memberi pelajaran pada
gabriel, alvin menarik tanganku untuk menjauh. Tangisku masih terisak sedari
seperempat jam yang lalu, aku takut
gabriel akan mengganggu hubunganku dengan alvin, aku takut alvin akan
menjauhiku setelah kejadian ini.
“jangan bergerak, atau semua akan
berakhir ditanganku.” Seru gabriel setelah bangkit dari tempatnya terkapar
tadi, tangan kanannya mengacungkan pistol hitam legam kearah kepala alvin. “heh
! sudah kubilang alvin jonathan, tidak semudah itu kau mengambil sivia dariku.
Sivia hanya milikku.” Gretak gabriel.
“Gabriel, apa-apa kmu ini. dasar
psycopat kau...” caciku pada gabriel, jangan sampai ia menempakkan peluru
tersebut ke arah alvin atau aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.
“ciiih, apa peduliku. Aku begini juga
karnamu.”
‘BRUG’
‘BRUG’
Alvin menendang tangan kanan gabriel
hingga pistolnya terlempar cukup jauh dan satu tendangan lagi pada perut
gabriel hingga pemuda itu ikut terjatuh bersama pistolnya. “sivia, larii vi,
lariii.” Suruh alvin, arghhh ! kaki ku sakit sekali, aku tidak bisa berlari.
Secara tiba-tiba alvin langsung mengangkat tubuhku seperti seorang putri yang
di gendong oleh pangeran dalam cerita dongeng. Kemudian dengan cepat alvin
berlari sambil menggendongku, mungkin tidak romantis seperti dalam dongeng tapi
aku cukup terharu dibuatnya.
‘DOOOOR’
“arghhhhh” erang alvin menahan sakit,
tubuhnya tiba-tiba ambruk dan akupun terjatuh dari gendongannya. BANGS*T si
gabriel, peluru dari pestolnya tepat mengenai perut bagian kiri alvin. dan
sekarang alvin malah mencoba berdiri dan mengajakku berlari sambil
tertatih-tatih. OMG, ALVIIIIN !!! ini gila, aku tidak tahan melihatmu seperti
ini, apalagi darah yang terus menetes dari perutnya.
Setelah lama berjalan tertatih-tatih
menuju mobil alvin yang letaknya tinggal semeter, akhirnya kami dapat masuk
kedalam mobil sementara gabriel masih mengejar kami. Dengan tergesa-gesa alvin
langsung menginjak pedal mobil hingga laju mobil diatas standar.
“al, kau tidak apa-apa kan ?”
pertanyaan bodoh itu kenapa harus keluar sih, sudah jelas-jelas alvin sedang
menahan sakit dibagian perutnya. “maafkan aku al, aku yang membuat kadaan
seburuk ini.” lirihku merasa bersala, namun alvin hanya tersenyum tipis dan
tetap fokus pada kemudi serta rasa sakit dibagian perutnya.
Dengan tangan kanan memegang setir
serta tangan kiri sibuk menekan bagian perutnya yang terus mengeluarkan darah,
alvin menembus keramamin jalanan kota. “sudahlah sivia, dibalik hal buruk
sekalipun pasti ada satu hal baik yang akan kita dapatkan.” Katanya dengan
suara lemah.
“arghhhh, SH*T ! gabriel masih
mengikuti kita vi.” aku melihat sepion mobil, terlihat di sana sebuah mobil
hitam mengikuti mobil kami. Dibalik pengemudi, gabriel terlihat sedang berusaha
menjajari laju mobil kami.
“al, tanjakkan. Alviiiiiiiiin.” Mobil
kami meluncur dengan kecepatan tinggi ketika menuruni tanjakkan. Mobil gabriel
mengikuti dari belakang, sementara nafas alvin mulai terengah-engah kelelahan.
“sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya kamu
bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”
‘BRUUUUUK’
Hantaman keras pada bagian belakang
membuat mobil alvin berguling-guling di sapal. Akibatnya kepala dan seluruh
tubuhku banyak mengeluarkan darah, pandanganku memburam dan kepalaku terasa
berat. ALVIIIIIN, dimana laki-laki itu ? sebelum tak sadarkan diri, aku melihat
alvin berada tepat disampingku dengan keadaan yang jauh lebih mengenaskan
dariku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa.
-----------------------BERSAMBUNG------------------
Hehehe, gue buat cerpen dua part...
Maaf kalau jelek dan ada kata-kata
yang tidak pantas....
saya sudah berusaha dan hasilnya ya tetep ancur, wkwkwkw...
maaf ye...
COMMENT AND LIKE nya jangan lupa, karna saran dan kritik kalian sangat berharga...
silahkan berpartisipasi untuk cerpen ini... ^^
thank for you all, happy reading and not boring with my story...
byebye ^^
saya sudah berusaha dan hasilnya ya tetep ancur, wkwkwkw...
maaf ye...
COMMENT AND LIKE nya jangan lupa, karna saran dan kritik kalian sangat berharga...
silahkan berpartisipasi untuk cerpen ini... ^^
thank for you all, happy reading and not boring with my story...
byebye ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar