Sabtu, 10 Maret 2012

OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!!! #part1



Dengarkan ini...

“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”

     Oh, tidaaaak ! teriakan-teriakan itu kembali bergemuruh di seluruh sekolah. Bukan hanya teriakan tadi  karna masih berjuta-juta teriakan yang akan terdengar oleh telingaku. Ckckck, apa lagi yang dilakukan bocah itu ? setiap hari ulahnya semakin menjadi-jadi saja. Kejahilannya seakan tidak pernah habis, otaknya yang genius itu memang tidak pernah kehabisan stok untuk melakukan hal yang tidak-tidak.
     Haduuuh, sivia. Kenapa kau bisa jatuh cinta pada laki-laki tengil macam alvin ? tidak kah hatimu lebih pantas untuk laki-laki baik yang tidak bertingkah macam-macam seperti kekasihmu itu. OMG, alviiiiin ! kau membuatku gilaaaa. Sabar sivia, sabar, coba kita lihat apa yang dilakukan kekasihmu itu lagi.
     Aku keluar kelas, meninggalkan guru yang sedang koar-koar didepan kelas. Aku segera Pasang tampang cool sambil berlari-lari kecil menghampiri halaman dan melihat apa lagi yang terjadi sampai hampir satu sekolah ribut mengeluarkan teriakan sumpah serapah karna tingkah kekasihmu yang aroga itu, alvin.
 “OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!! apa yang kau lakukan ?.” teriakku dengan nada kaget, seketika semua melihat kearahku dan melempar tatapan melas yang berarti ‘tolong hentikan ulah bocah edan ini.’
      Alvin hanya melempar cengiran tanpa dosa, muka polosnya menunjukkan kalau dia laki-laki lemot yang bertingkah seenak jidatnya. Hampir setiap hari selalu begini, ada-ada saja tingkah bodohnya yang membuat seluruh penghuni sekolah naik darah sampai struck. Kejahilannya yang -wow ! amzing- terkesan luar biasa bikin hati orang gondok luar-dalem, dunia-akherat.
“ALVIIIIIN, HENTIKAN.” Teriakku lagi dan berhasil mendapat balasan yang tidak mengenakan. “oh, nooooo.” Semua cipratan air kini pindah alih mengenai seragam sekolahku dan laki-laki bodoh macam alvin kembali nyengir polos.
“hehehe, kena deh.” Alvin menghampiriku dan tertawa gwli melihat tekukan wajahku. “makanya jangan teriak-teriak, sivia. Pakek mau main air bareng lagi, nah kan sekaran kamu malah ikut kena cipratan air. Hahaha...”
“ALVIIIIIIIN, DASAR COWOK NYEBELIN.” Raungku tepat di depan wajahnya, tapi dia malah semakin menertawakanku.
“walaupun nyebelin gini, tapiiii kamu suka, kan ?.” balasnya jahil, aku semakin mendengus kesal.
     YA, Tuhan. Dosa apa hambamu ini, sehingga jatuh hati pada laki-laki tengil macam alvin. coba saja aku tidak mencintainya, sudah sedari dulu aku akan memutuskannya, tapi kenyataan -nya aku malah sangat mencintainya, sungguh sangat mencintainya. Andai saja dulu wanita itu tidak menitipkannya padaku, mungkin sekarang aku tidak akan terjerumus dalam cinta segila ini, apalagi dengan orang gila semacam alvin. tapi, ya sudahlah ! toh ini sudah terjadi dan bagaimanpun tingkah alvin, aku akan tetap mencintainya. Oh, KEKASIH GILAKU, IKHLAS TIDAK IKHLAS, AKU TETAP PADAMUUUU. :* (hahahaha)

^^

     ALVIN Jonathan,,, Dia kekasihku, dia cinta pertamaku dan –mungkin- cinta terakhirku juga, dia pemuda tergila yang pertama kukenal. Tapi pada dasarnya dia juga adalah pemuda yang di percayakan padaku saat beberapa tahun silam. Meskipun sudah bertahun-tahun aku mengenalnya, tapi jujur saja aku masih tidak terlalu banyak mengenalnya. Dia bak laki-laki Misterius yang menutupi mistrinya dengan tingkah-tingkah anehnya, seperti tadi.
     Dan aku, sivia azizah... Aku gadis baik hati dan tidak sombong yang selalu menjadi gadis pertama saat alvin mengalami sesuatu, aku juga adlah gadis pertama yang akan memberi nasihat saat alvin melakukan hal-hal gila, aku gadis pertama yang mengetahui apapun yang terjadi padanya, aku gadis pertama yang akan memeberikkan pelukkan hangat saat ia kedinginan meratapi nasib, aku gadis pertama yang akan selalu berada dibalik punggunya untuk selalu dia lindungi, aku gadis pertama yang berada disampingnya saat ia menunjukkan pada dunia kalau dia bangga mempunyai pacar sepertiku, aku gadis pertama yang menempati ruang-ruang kosong hatinya, dan aku gadis pertama yang selalu menjadi utama dalam hidupnya.
“alvin, jangan melakukan hal yang tidak-tidak.” Kataku saat kami sedang asik jalan-jalan malam ditaman kota. Alvin hanya tersenyum, ingat hanya TERSENYUM. Bukan senyuman polos seperti saat dia melakukan hal-hal aneh, tapi senyuman manis layaknya pemuda SMA. Kalau berdua seperti ini, sifatnya akan berubah 180 drajat dari sifat tengilnya di tempat-tempat umum dan kurasa inilah sifat aslinya. Sepertinya aku bukan gadis pertama yang melihat sifat aslinya, tapi –mungkin- aku ORANG pertama yang dipertunjukkan sifat aslinya seperti ini, ingat ORANG PERTAMA.
 “Hahaha, aku hanya mencari kesenangan, sivia.” Kata alvin disela tawanya. Inilah dia, alvin akan gampang tertawa dan menunjukkan garis lengkung tipis pada matanya yang akan secara refleks menutup saat dia tertawa. Bagi alvin, hal sekecil apapun akan tetap membawa tawa, meskipun hal sepahit obat. Suara Tawa adalah nada kebahagiaan,  ujarnya di masa lalu.
“huh kesenangan macam apa, vin. Itu sih kesenangan untukmu saja, sementara orang lain kau buat kesal. Begitu, kan ?.” aku menatapnya sebal.
“hehehe, iyya iyya, dasar nona bawel.” sindir alvin, lidahnya terjulur mengejekku, dan beberapa detik kemudian dia akan berlali menghindar dari cubitan mautku.
“alviiiiiin, NYEBELIN.” Teriak ku msih dengan kekesalan yang memuncak. Aku pun mengejarnya, mencoba untuk membalasnya. Namun selalu begitu, alvin aka selalu berhasil lolos dari kejaranku.

‘BRUUUUK’
“awwwww.” Rintih alvin, aku melihat tubuhnya terdorong dan jatuh tepat dibawah kakiku. Tadi saat berlari dia tidak melihat seorang pemuda tepat didepannya dan alhasil alvin berhasil menabrak pemuda tersebut hingga tubuhnya terjatuh di kakiku.
“OMG, ALVIIIIIIIIIIN !!! apa kau tidak apa-apa ?.” aku berusaha membantunya berdiri dan memastikkan tidak sedikitpun tubuhnya terluka. Oh, yaaa ! aku tidak akan tenang kalau sedikitpun tubuhnya terluka, apalagi sampai mengeluarkan darah setetespun. TIDAK AKAN !!!
“tidak, sivia. Aku tidak apa-apa.” Balas alvin dan membuat hatiku tenang kembali.
“ciiiih, Alvin jonathan, Laki-laki breng**k perebut gadis orang.” cerca pemuda yang baru saja menjadi objek tabrakkan alvin.
     Aku dan alviin memicingkan mata secara bersamaan dan melihat pemuda tersebut dengan jelsa dibawah cahaya remang-remang rembulan. “GABRIEL.” Panggilku untuk memastikkan, sementara alvin hanya diam tak menegerti.
     Benarkah, pemuda itu gabriel. Pemuda yang dua tahuan lalu aku putuskan secara sepihak karna lebih memilih alvin. oh, Tuhan. Apa-apaan ini ?. kenapa pemuda ini kembali kekehidupanku ?. dan itu tepat saat aku sedang bersama alvin. semoga tidak terjadi apa-apa, karna aku mengenalnya sebagai psycopat tersadis sepanjang umurku.
“sivia, Kau mengenalnya, siapa dia ? dan, kenapa dia berkata seperti itu ?.” tanya alvin mengeruhkan lamunanku. Aku hanya diam, tidak menjawab sedikitpun. Aku sungguh tidak bisa berkata apapun, lidahku seakan kelu dan semua otot-otot tubuhku menegang bak patung kemayoran.
“ayooo, kita pergi vin.” Aku ingin cepat-cepat beranjak dari taman ini dan aku tidak ingin berhadapan dengan psycopat macam Gabriel.
“hahaha, sivia azizah. Kau tidak perlu terburu-buru seperti itu.” Kata gabriel, tangannya mencengkram bahuku dengan kuat. Sementara alvin, pemuda itu masih saja diam membeku.
“lepaskan tangan sivia.” Teriak alvin sambil menarik tanganku dari cengkraman gabriel, sekarang alvin tampak sangat marah dengan wajah memerah. Sebelumnya dia tidak pernah semarah ini.
“hahaha, enak saja kau bicara. Tidak semudah itu untukmu mengambil sivia, aku masih mencintainya dan kau malah merebutnya.” Gabriel kembali menarik tanganku, tampaknya lebih keras sampai aku terjatuh dan merintih karna menahan sakit di bagian kaki.

‘BUG’
     Alvin menonjok wajah gabriel dengan kerasa, sampai pemuda itu terpelanting jauh dari tempat jatuhku. Seketika wajah mulus gabriel dipenuhi lebam biru. kalau sudah begini aku tahu, alvin akan terus menghadiahi gabriel dengan pukulan-pukulan keras dan kalau alvin mau gabriel bisa di pukuli sampai koma. Setelah meras cukup memberi pelajaran pada gabriel, alvin menarik tanganku untuk menjauh. Tangisku masih terisak sedari seperempat  jam yang lalu, aku takut gabriel akan mengganggu hubunganku dengan alvin, aku takut alvin akan menjauhiku setelah kejadian ini.
“jangan bergerak, atau semua akan berakhir ditanganku.” Seru gabriel setelah bangkit dari tempatnya terkapar tadi, tangan kanannya mengacungkan pistol hitam legam kearah kepala alvin. “heh ! sudah kubilang alvin jonathan, tidak semudah itu kau mengambil sivia dariku. Sivia hanya milikku.” Gretak gabriel.
“Gabriel, apa-apa kmu ini. dasar psycopat kau...” caciku pada gabriel, jangan sampai ia menempakkan peluru tersebut ke arah alvin atau aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.
“ciiih, apa peduliku. Aku begini juga karnamu.”

‘BRUG’
     Alvin menendang tangan kanan gabriel hingga pistolnya terlempar cukup jauh dan satu tendangan lagi pada perut gabriel hingga pemuda itu ikut terjatuh bersama pistolnya. “sivia, larii vi, lariii.” Suruh alvin, arghhh ! kaki ku sakit sekali, aku tidak bisa berlari. Secara tiba-tiba alvin langsung mengangkat tubuhku seperti seorang putri yang di gendong oleh pangeran dalam cerita dongeng. Kemudian dengan cepat alvin berlari sambil menggendongku, mungkin tidak romantis seperti dalam dongeng tapi aku cukup terharu dibuatnya.

‘DOOOOR’
     “arghhhhh” erang alvin menahan sakit, tubuhnya tiba-tiba ambruk dan akupun terjatuh dari gendongannya. BANGS*T si gabriel, peluru dari pestolnya tepat mengenai perut bagian kiri alvin. dan sekarang alvin malah mencoba berdiri dan mengajakku berlari sambil tertatih-tatih. OMG, ALVIIIIN !!! ini gila, aku tidak tahan melihatmu seperti ini, apalagi darah yang terus menetes dari perutnya.
     Setelah lama berjalan tertatih-tatih menuju mobil alvin yang letaknya tinggal semeter, akhirnya kami dapat masuk kedalam mobil sementara gabriel masih mengejar kami. Dengan tergesa-gesa alvin langsung menginjak pedal mobil hingga laju mobil diatas standar.
“al, kau tidak apa-apa kan ?” pertanyaan bodoh itu kenapa harus keluar sih, sudah jelas-jelas alvin sedang menahan sakit dibagian perutnya. “maafkan aku al, aku yang membuat kadaan seburuk ini.” lirihku merasa bersala, namun alvin hanya tersenyum tipis dan tetap fokus pada kemudi serta rasa sakit dibagian perutnya.
     Dengan tangan kanan memegang setir serta tangan kiri sibuk menekan bagian perutnya yang terus mengeluarkan darah, alvin menembus keramamin jalanan kota. “sudahlah sivia, dibalik hal buruk sekalipun pasti ada satu hal baik yang akan kita dapatkan.” Katanya dengan suara lemah.
“arghhhh, SH*T ! gabriel masih mengikuti kita vi.” aku melihat sepion mobil, terlihat di sana sebuah mobil hitam mengikuti mobil kami. Dibalik pengemudi, gabriel terlihat sedang berusaha menjajari laju mobil kami.
“al, tanjakkan. Alviiiiiiiiin.” Mobil kami meluncur dengan kecepatan tinggi ketika menuruni tanjakkan. Mobil gabriel mengikuti dari belakang, sementara nafas alvin mulai terengah-engah kelelahan. “sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya kamu bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”

‘BRUUUUUK’
     Hantaman keras pada bagian belakang membuat mobil alvin berguling-guling di sapal. Akibatnya kepala dan seluruh tubuhku banyak mengeluarkan darah, pandanganku memburam dan kepalaku terasa berat. ALVIIIIIN, dimana laki-laki itu ? sebelum tak sadarkan diri, aku melihat alvin berada tepat disampingku dengan keadaan yang jauh lebih mengenaskan dariku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa.


-----------------------BERSAMBUNG------------------

Hehehe, gue buat cerpen dua part...
Maaf kalau jelek dan ada kata-kata yang tidak pantas....
saya sudah berusaha dan hasilnya ya tetep ancur, wkwkwkw...
maaf ye...

COMMENT AND LIKE nya jangan lupa, karna saran dan kritik kalian sangat berharga...
silahkan berpartisipasi untuk cerpen ini... ^^

thank for you all, happy reading and not boring with my story...
byebye ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar