Kilah-kilah cahaya
matahari membiaskan mataku, kesadaran yang masih menipis membuatku tidak
terlalu fokus pada tempat pembaringan serta ruangan ini. bau menyengat dari
obat-obatan membuatku bisa menebak dimana tempatku sekarang. ‘rumah sakit’,
disinilah aku sekarang, berbaring dengan beberapa alat medis yang melekat pada
tubuhku. Satu titik fokus membuatku dapat melihat seorang wanita telah berada
disampingku dengan sebuah senyum kelegaan.
“thanks god, akhirnya kau sadar juga
sivia.” Katanya senang, sementara aku belum bisa merespon sedikitpun sampai
akhirnya beberapa orang dengan pakaian putih memeriksa keadaanku.
“ini mukjizad tuhan. Aku tidak
menyangka keadaanmu sebaik ini.” kata dokter tersebut seraya tersenyum.
Deg ! arghhhh, jantung
ini terasa sesak sekali. Serasa ada yang terlupa. Seseorang, yah ! aku
melupakan seseorang. OMG, ALVIIIIIIIN !!! aku melupakannya, kemana pemuda itu ? apakah dia selamat ? apa
dia masih hidup ?.
Rasanya sakit sekali,
ingatan kejadian itu berputar jelas di otakku. saat terakhir kesadaranku, aku
melihat alvin tergeletak tak jauh dariku, kondisinya benar-benar mengenaskan,
membuatku marasa pesimis kalau pemuda itu masih hidup. Arghhh ! sivia, apa yang
kau pikirkan, alvin masih disini. Dia masih ada, tapi aku tidak yakiiiin.
“al,,, vin,,,” aku menyebuut namanya
dengan sedikit kesusahan karna lidahku terasa begitu kelu. Berapa lama aku tak
sadarkan diri sampai semua tubuhku terasa kaku.
“istirahatlah sivia, jangan berfikir macam-macam.”
Kata wanita yang tadi menyambutku dengan senyman kelegaan.
Aku sedikit menggeleng,
mungkin tidak terlihat seperti menggeleng. “al,,, vin,,, ma,,, na,,, ?” wanita
itu mendekat dan berbisik ditelingaku, “istirahatlah sivia, akan kubiratuh semuanya
kalau kau sudah sembuh.” Ujarnya.
Perlahan air mataku
menetes, aku menangisi kebodohanku pada malam itu. Mengapa jadi seperti ini,
aku memang tak berguna. Alvin selalu menjadikkanku gadis pertama untuk yang
utama dalam hidupnya, tapi sekarang aku malah tak tahu diri karna mungkin kini
akulah gadis terakhir yang tidak tahu bagaimana keadaan kekasihku itu, aku
bukan gadis pertamanya lagi.
Bukan, bukan hanya pada
alvin rasa bersalah ini terpusat. Tapi pada wanita yang beberapa tahun silam
yang telah menitipkan alvin padaku, aku juga merasa bersalah padanya. Aku telah
mengecewakannya, aku telah mengingkari janjinya. tuhan, maafkan hambamu ini !!!
lirihku.
Mungkin dengan
kecepatan cahaya, semua ingatan 2 thun silam kembali berputar di kepalaku. Saat
dimana seorang wanita muda menjadi satu-satunya perantara utama untukku
mengenal alvin. saat itu, aku dan wanita tersebut tengah berusaha menghadapi
beberapa orang penjahat.
(FBON)
“siviaaaa, dengarkan aku. Sekarang
tutup matamu, jangan membukanya sebelum aku memerintahkanmu.” aku yang saat itu
sedang berada di balik punggung wanita tersebut hanya menurut. Kedua mataku
terpejam, hanya telingaku yang berkerja setelah itu.
‘BRUUUUK’
‘BRAAAAK’
‘DOOOOR’
‘DOOOOR’
Suara-suara tersebut
bergemurh di telingaku, seakan membahana dan menjadi penjelas satu-satunya
keadaan apa yang sedang terjadi di hadapanku. Sungguh, saat itu aku sangat
takuuut, benar-benar takut. “siviaaa, sekarang buka matamu. Dengarkan aku...”
pintanya wanita itu lagi, aku membuka mata dan menangkap nama wanita itu di
bagian ata saku bajunya. ‘zevana’ agent 1. Begitulah yang tertulis disana, saat
itu aku baru mengetahui, kalau wanita tersebut adalah seorang agent penyelamat
yang –mungkun- disuruh untuk menyelamatkanku dari penculukan ini.
“siviaaa, dengarkan aku...” pintanya lagi, aku
tersadar dari pendanganku dan mengangguk kearahnya. “baiklah gadis pintaaar,
sekarang kamu harus berlari sekencang-kencangnya kehalaman gedung ini, jangan
berbalik sedikitpun. Aku tahu kamu bisa, setelah itu kau harus langsung masuk
mobil hitam dan tunggu aku disana.” Aku kembali mengangguk, aku mengerti. “nah
sekarang berlarih, ingat pesankku. Tunggu aku disana, dan satu lagi. Kau harus
menjaga alvin, jangan biarkan dia terluka sedikit pun. Aku mempercayakannya
padamu, dia anakku.” Lanjutnya lagi, dan lagi lagi aku kembali mengangguk.
“sekarang siviaaaa, larilah. Cepaaaat !!!”
Langkah-langkah
kakiku menuntun untuk berlari di
sepanjang lorong-lorong gedung. Ingin rasanya aku berbalik saat itu dan
memastikkan bagaiman keadaan wanita yang bernama ‘zevana’ tersebut, tapi tidak
bisa, aku harus terus belari dan menjaga orang yang bernama ‘alvin’, anak
wanita tersebut.
‘BRUUUUUK’ Aku
membanting pintu mobil dengan kasar, nafasku masih saja terengah-engah.
Pesan-pesan yang disampaikan zevana masih terngiang-ngiang ditelingaku.
‘Alviiiiin’, mana orang bernama alvin tersebut, aku melengok kerah kursi
belakang dan melihat seorang pemuda sedang berbaring disana. Pemuda yang
dititipkan zevana padaku, pemuda yang sebaya denganku, dan pemuda sangaaat
tampan.
(FBOFF)
“zevana, maafkan aku. Aku tidak bisa
menjaga alvin, justru alvin yang selalu menjagaku. Maafkan aku zevana.” Lirihku
dalam hati, setetes air mata kembali terjatuh membuat setiap rasa penyesalan
itu terasa sangat menyakitkan.
“jangan menangis sivia, tidak ada
yang perlu disesalkan. Selalu ada hal yang terbaik dalam setiap kejadian
terburuk sekalipun.”
^^
Aku berdiri diambang
pintu ICU, menatap setiap sudut ruangan
tak berpenghuni tersebut. Ntah mengapa shilla –wanita yang selalu menamiku
selama aku dirawat- mengajakku kemari. Katanya dia akan menjelaskan semuanya
disini sebelum aku pulang dari rumah sakit, sekarang keadaanku sudah membaik
meskipun masih banyak lilitan-lilitan perban di kepala dan tanganku.
“sivia, aku tidak akan menjelaskan
apapun tentang alvin. terakhir aku melihat seorang dokter menutup wajahnya di
ruangan ini. aku juga tidak mengerti, tidak ada penjelas apapun tentang alvin
setelah itu.”
Aaaah ! aku tahu arah
pembicaraan ini, aku tahu semuanya sekarang, apakah alvin memang sudah tiada ?
apa itu benar-benar terjadi ? kalau iya, berarti aku tidak akan menemukan
pemuda itu di hidupku lagi, aku tidak akan melihat semua hal aneh yang akan di
lakukannya lagi, aku tidak akan pernah mendengar tawa riangnya lagi, aku tidak
akan bisa menasihatinya lagi, aku tidak akan menjadi gadis pertamanya lagi,
dan,,, arghhhh ! aku tidak akan menjumpainya raganya lagi, tidak sekarng, tidak
esok, dan tidak untuk seteruuusnya, dia benar-benar telah pergi...
“dimana makamnya ?.” tanyaku
seadanya, shilla hanya menggeleng. “tidak ada yang tahu dimana alvin dimakam,
ayahnya membawa jenazah alvin dan setelah itu tidak ada kabar apapun tentang
hal tersebut.” Ujar shilla lagi.
Setelah pembicaraan
singkat itu, aku diantarkan pulang oleh shilla. Aku sudah sanggup lagi, aku
tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku nanti tanpa alvin, bagamana aku bisa
bertahan tanpa pemuda itu. Nanti, suatu hari aku ingin mendatangi rumahnya dan
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Alviiiiin, I MISS YOU !!!
^^
“sivia azizah, pacarnya
alvin, kan ?” tanya pria setengah baya tersebut padaku. Sekarang aku berad di
dalam rumah alvin, setelah dua hari kepulanganku dari rumah sakit aku
memutuskan untuk bertandang kerumahnya, aku ingin tahu mengapa tidak ada kabar
tentang alvin.
“iya, aku sivia.”
“hmmm, apa maumu ?.” tanyanya sambil
tersenyum menyeringai. “apakah kau ingin bertanya ‘dimana makam alvin’ ?.”
jawab dan tanyanya lagi.
“iya.” Jawabku seadanya.
“huh !!! tidak ada makam untuk
alvin.” mataku melotot, apa maksudnya pria ini ?.
“berarti alvin masih hidup.”
“tidak, alvin sudah tidak ada.” Tubuhku
bergetar mendengar kalimatnya, baru saja ada harapan pria tersebut mengatakan
kalau iya alvin masih hidup, tapi nyatanya kata tidak menjadi perwakilan yang
membenarkan kalau alvin sudah tiada.
“terus apa maksudmu, alvin tidak
mempunyai makam ?.” bukannya menjawab, peria tersebut malah menarik tangnku dan
membawaku kedalam sebuah ruengan yang dipenuhi oleh alat-alat aneh. Mataku
terbelalak ketika menemukan sesuatu di sebuah tabung besar. Perlahan aku
mendekati tabung tersebut, memastikkan aoa yang terlihat disana adala sesutau
yang nyata.
OMG, ALVIIIIIN !!! apa
yang dibuat peria tersebut terhadap alvin. apakah dia sudah gila menempatkan
jasad alvin di tabung tersebut, apalagi raga itu melayang di dalam tabung yang
dipenuhhi air biru transparan.
“aku belum merelakan anakku
meninggal, apalagi ini adalah kedua kalinya aku harus merasa kehilangan orang
yang aku sayangi setelah kemtian istriku, zevana.” Adu peria tersebut dengan
suara lirihnya.
“lalu apa yang kau lakukn terhadap
raga alvin.” tanyaku sedikit mebentak, menyedihkan sekali. Aku tidak terima
raga orang yang kucintai diperlakukan seperti ini.
“aku ingin membuat dia hidup kembali
meski tanpa nyawa.” Kedua lwnganku dicengkram oleh pria tersebut, terlihat di
matanya sebuah kesedihan tak terhingga. “bantu aku sivia, aku tahu kau gadis
genius yang beberapa tahun silam di culik karna kepintaranmu yang berada diatas
standar kepintaran manusia pada umumnya dan istriku meninggal hanya karna
menyelamatkanmu.” Pinta pria tersebut.
Tubuhku terguncang.
“ak...u... perlu berfikir.” Hanya kata-kata tersebut yang keluar dasri mulutku,
setelah itu air mata kembali tumpah. Akal pikiranku menyadari ini diluar nalar
manusia, ini telah menyalahi takdir, dan ini adalah hal tersalah. Tapi bohong
kalau aku bilang tidak senang dengan rencana ayah alvin, jauh dihatiku. Aku
sangat senang dan menginginkan alvin kembali hidup. Tapi INI SALAH ?
“aku tahu, sivia.
Berfikirlah, akan kuberikan 2 jam untuk berfikir. Biar kuantar kau ke kamar
alvin, kurasa disana akan membuatmu bisa berfikir lebih jernih.” Kata peria
tersebut menawarkan, aku hanya mengangguk dan dia membawaku kekamar alvin.
“berfikirlah, kenalkan namaku riko
anggara.” Katanya, lagi-lagi aku hanya mengangguk dan dialangsung
meninggalkanku sendiri dikamar alvin.
“sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya
kamu bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”
Aku mengingat kata-kata
terakhir alvin, dia mengatakan padaku untuk ‘melakukan hal terbaik selama aku
bisa melakukannya.’, apa artinya akau harus menerima tawaran tersebut,
menghidupkan alvin meskipun tanpa nyawa.
OMG, ALVIIIIIIN !!!
tolong aku, tanyakan pada tuhan apa yang seharusnya aku lakukan. TUHAN, maafkan
aku jika aku mengambil keputusan yang teregois, tapi aku masih menginginkannya,
aku masih ingin bersama alvin. tunjukkan jalanmu tuhan...
Aku berjalan mengambil
sesuatu barang di meja belajar alvin, sebuah bola kaca berukuran kecil yang
terpajang disana. Aku ingat barang ini adalah hadiah ulang tahun alvin dariku,
aku ingat saat itu ekspresinya sungguh menjijikan dan ekspresi yang sanggup
membuatku tertawa hingga sakit perut.
“huaaaa, sivia my darling. Thanks hadiahnya, kau memang gadis pertama
yang membuatku menangis karna hadiah pemberianmu ini, aku SUNGGUH SANGAT AMAT
MENYUKAINYA.” Kata alvin saat itu, matanya berbinar-binar dengan beberapa
tetesan air mata yang mengalir. Saat itu aku malah tertawa terbahak-bahak
melihat tingkah berebihan yang ia tunjukkan pada.
ahhh ! alviiiiin, kau manis sekali saat
menangis seperti itu. Aku merindukkanmu, sungguh. setelah melihat benda-benda
di meja alvin, mataku mengarah pada sterofom yang terpajang disamping meja
belajar.
“wish me september month, aku berharap gadis itu akan selalu menjadi
yang pertama dala hidupku dan aku berharap bisa melindunginya sampai jantung
ini tak berdetak.
Sivia, gadisku yang manis. Dia gadis yang membuatku bingung
akan kehadirannya, dia gadis pertam yyang selalu membuatku merasa nyaman ketika
disampingnya, dia gadis pertama yang selalu membuatku gila dalam bertingkah,
dan dia gadis pertama serta gadis terakhir yang membuatku sadar kalau dihati
ini ADA CINTA UNTUKNYA.” Aku membaca sebuah memo sederhana yang tertempel pada sterofom tersbut,
aku yakin dia menulisnya saat aku memberinya hadiah bola kaca tersebut.
Hah ! alviiiin, yakinkan aku untuk
mengambil keputusan ini...
^^
“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”
Hahaa, suara itu
kembali melonglong di seluruh penjuru sekolah. Aku merindukannya suara
kekesalan tersebut, apalagi alvin adalah orang pertama yang akan membuat semua
penghuni sekolah naik darah saking kesalnya. OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN !!! kau
memang nakal.
Pada awalnya aku
berfikir kalau membuat alvin hidup kembali akan membuat sifatnya berubah, namun
ternyata tidaaaak. Sifatnya masih saja tak berubah, bahkan beberapa mesin yang
menjadi penggerak tubuhnya malah mebuat energi yang semakin menjadi-jadi untuk
melakukan hal-hal yang semakin aneeeh saja. Tapi tak apa, itu yang
kurindukan....
Organ-organ tubuhnya
dari otak, jantung, serta alat indaranya masih bisa di pergunakan dengan
menambahkan semacam alat pembangkit dengan tenaga batrai. Beberapa mesin yang
merangkai pada bagian tulang-tulannya dapat membuatnya bergerak lugas, dia juga
tahu diri kalau sekarang dirinya bukan manusia melainkan sebuah robot.
“apa yang membuatmu, menghidupkanku
kembali ?.” tanya alvin suatu hari.
Aku tersenyum hangat, “karna aku
menyayangimu dan aku sangat mencintaimu.” Jawabku sekenanya, memang itu
alasannya.
“hahahahaa, apa robot sepertiku punya
perasaaan cinta ?.” tanyanya lagi masih dengan tawa riang yang dudlu selalu
menyertai ucapannya.
“iya, meskipun robot bukan manusia.
tapi kau berbeda, aku menghidupkanmu dengan cintaku dan cintamu.” Balasku lagi,
dia kembali tertawa.
“kalau begitu, rasakan ini.” kata
alvin dan Ooo...
“OMG, ALVIIIIIIIN !!! KAU MENCIUM
MULUTKUUUU TANPA IZIN.” Teriakku sambil menutup mulutku yang baru saja disentuh
dengan mulutnya...
“Hahaha” tawa alvin, ia sambil
berlari sambil mengatakan dengan lantang kalau “AKU JUGA MENCINTAIMU, SIVIA.”
CUUUP !!! OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN
!!! kau memang nakal.
------------------------THE END------------------------
Huaaaaaaaaaaaa, ANH !!! alurnya kok
jdi gini yahh,, hehehe...
maaf bgt, alurnya melenceng dan rada GAJE kayak gini...
nah sepeerti janjiku, nih cerpen ada 2 bagian dan ENDING hari ini...
hayooo, nah loh !!!jangan pada gabur ye...
see you, sampai jumpa di NEXT STORY...
byebye !! and night... \(^0^)/
maaf bgt, alurnya melenceng dan rada GAJE kayak gini...
nah sepeerti janjiku, nih cerpen ada 2 bagian dan ENDING hari ini...
hayooo, nah loh !!!jangan pada gabur ye...
see you, sampai jumpa di NEXT STORY...
byebye !! and night... \(^0^)/
Hayoooo, komen tergila gue TAQin...
hahaha...
hahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar