Sabtu, 10 Maret 2012

OMG, ALVIIIIIIIIIIIIN !!!! #part2



Kilah-kilah cahaya matahari membiaskan mataku, kesadaran yang masih menipis membuatku tidak terlalu fokus pada tempat pembaringan serta ruangan ini. bau menyengat dari obat-obatan membuatku bisa menebak dimana tempatku sekarang. ‘rumah sakit’, disinilah aku sekarang, berbaring dengan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhku. Satu titik fokus membuatku dapat melihat seorang wanita telah berada disampingku dengan sebuah senyum kelegaan.
“thanks god, akhirnya kau sadar juga sivia.” Katanya senang, sementara aku belum bisa merespon sedikitpun sampai akhirnya beberapa orang dengan pakaian putih memeriksa keadaanku.
“ini mukjizad tuhan. Aku tidak menyangka keadaanmu sebaik ini.” kata dokter tersebut seraya tersenyum.
Deg ! arghhhh, jantung ini terasa sesak sekali. Serasa ada yang terlupa. Seseorang, yah ! aku melupakan seseorang. OMG, ALVIIIIIIIN !!! aku melupakannya,  kemana pemuda itu ? apakah dia selamat ? apa dia masih hidup ?.
Rasanya sakit sekali, ingatan kejadian itu berputar jelas di otakku. saat terakhir kesadaranku, aku melihat alvin tergeletak tak jauh dariku, kondisinya benar-benar mengenaskan, membuatku marasa pesimis kalau pemuda itu masih hidup. Arghhh ! sivia, apa yang kau pikirkan, alvin masih disini. Dia masih ada, tapi aku  tidak yakiiiin.
“al,,, vin,,,” aku menyebuut namanya dengan sedikit kesusahan karna lidahku terasa begitu kelu. Berapa lama aku tak sadarkan diri sampai semua tubuhku terasa kaku.
“istirahatlah sivia, jangan berfikir macam-macam.” Kata wanita yang tadi menyambutku dengan senyman kelegaan.
Aku sedikit menggeleng, mungkin tidak terlihat seperti menggeleng. “al,,, vin,,, ma,,, na,,, ?” wanita itu mendekat dan berbisik ditelingaku, “istirahatlah sivia, akan kubiratuh semuanya kalau kau sudah sembuh.” Ujarnya.
Perlahan air mataku menetes, aku menangisi kebodohanku pada malam itu. Mengapa jadi seperti ini, aku memang tak berguna. Alvin selalu menjadikkanku gadis pertama untuk yang utama dalam hidupnya, tapi sekarang aku malah tak tahu diri karna mungkin kini akulah gadis terakhir yang tidak tahu bagaimana keadaan kekasihku itu, aku bukan gadis pertamanya lagi.
Bukan, bukan hanya pada alvin rasa bersalah ini terpusat. Tapi pada wanita yang beberapa tahun silam yang telah menitipkan alvin padaku, aku juga merasa bersalah padanya. Aku telah mengecewakannya, aku telah mengingkari janjinya. tuhan, maafkan hambamu ini !!! lirihku.
Mungkin dengan kecepatan cahaya, semua ingatan 2 thun silam kembali berputar di kepalaku. Saat dimana seorang wanita muda menjadi satu-satunya perantara utama untukku mengenal alvin. saat itu, aku dan wanita tersebut tengah berusaha menghadapi beberapa orang penjahat.

(FBON)
“siviaaaa, dengarkan aku. Sekarang tutup matamu, jangan membukanya sebelum aku memerintahkanmu.” aku yang saat itu sedang berada di balik punggung wanita tersebut hanya menurut. Kedua mataku terpejam, hanya telingaku yang berkerja setelah itu.

‘BRUUUUK’
‘BRAAAAK’
‘DOOOOR’
‘DOOOOR’

Suara-suara tersebut bergemurh di telingaku, seakan membahana dan menjadi penjelas satu-satunya keadaan apa yang sedang terjadi di hadapanku. Sungguh, saat itu aku sangat takuuut, benar-benar takut. “siviaaa, sekarang buka matamu. Dengarkan aku...” pintanya wanita itu lagi, aku membuka mata dan menangkap nama wanita itu di bagian ata saku bajunya. ‘zevana’ agent 1. Begitulah yang tertulis disana, saat itu aku baru mengetahui, kalau wanita tersebut adalah seorang agent penyelamat yang –mungkun- disuruh untuk menyelamatkanku dari penculukan ini.
 “siviaaa, dengarkan aku...” pintanya lagi, aku tersadar dari pendanganku dan mengangguk kearahnya. “baiklah gadis pintaaar, sekarang kamu harus berlari sekencang-kencangnya kehalaman gedung ini, jangan berbalik sedikitpun. Aku tahu kamu bisa, setelah itu kau harus langsung masuk mobil hitam dan tunggu aku disana.” Aku kembali mengangguk, aku mengerti. “nah sekarang berlarih, ingat pesankku. Tunggu aku disana, dan satu lagi. Kau harus menjaga alvin, jangan biarkan dia terluka sedikit pun. Aku mempercayakannya padamu, dia anakku.” Lanjutnya lagi, dan lagi lagi aku kembali mengangguk. “sekarang siviaaaa, larilah. Cepaaaat !!!”
Langkah-langkah kakiku  menuntun untuk berlari di sepanjang lorong-lorong gedung. Ingin rasanya aku berbalik saat itu dan memastikkan bagaiman keadaan wanita yang bernama ‘zevana’ tersebut, tapi tidak bisa, aku harus terus belari dan menjaga orang yang bernama ‘alvin’, anak wanita tersebut.

‘BRUUUUUK’ Aku membanting pintu mobil dengan kasar, nafasku masih saja terengah-engah. Pesan-pesan yang disampaikan zevana masih terngiang-ngiang ditelingaku. ‘Alviiiiin’, mana orang bernama alvin tersebut, aku melengok kerah kursi belakang dan melihat seorang pemuda sedang berbaring disana. Pemuda yang dititipkan zevana padaku, pemuda yang sebaya denganku, dan pemuda sangaaat tampan.
(FBOFF)

“zevana, maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga alvin, justru alvin yang selalu menjagaku. Maafkan aku zevana.” Lirihku dalam hati, setetes air mata kembali terjatuh membuat setiap rasa penyesalan itu terasa sangat menyakitkan.
“jangan menangis sivia, tidak ada yang perlu disesalkan. Selalu ada hal yang terbaik dalam setiap kejadian terburuk sekalipun.”

^^

Aku berdiri diambang pintu ICU,  menatap setiap sudut ruangan tak berpenghuni tersebut. Ntah mengapa shilla –wanita yang selalu menamiku selama aku dirawat- mengajakku kemari. Katanya dia akan menjelaskan semuanya disini sebelum aku pulang dari rumah sakit, sekarang keadaanku sudah membaik meskipun masih banyak lilitan-lilitan perban di kepala dan tanganku.
“sivia, aku tidak akan menjelaskan apapun tentang alvin. terakhir aku melihat seorang dokter menutup wajahnya di ruangan ini. aku juga tidak mengerti, tidak ada penjelas apapun tentang alvin setelah itu.”
Aaaah ! aku tahu arah pembicaraan ini, aku tahu semuanya sekarang, apakah alvin memang sudah tiada ? apa itu benar-benar terjadi ? kalau iya, berarti aku tidak akan menemukan pemuda itu di hidupku lagi, aku tidak akan melihat semua hal aneh yang akan di lakukannya lagi, aku tidak akan pernah mendengar tawa riangnya lagi, aku tidak akan bisa menasihatinya lagi, aku tidak akan menjadi gadis pertamanya lagi, dan,,, arghhhh ! aku tidak akan menjumpainya raganya lagi, tidak sekarng, tidak esok, dan tidak untuk seteruuusnya, dia benar-benar telah pergi...
“dimana makamnya ?.” tanyaku seadanya, shilla hanya menggeleng. “tidak ada yang tahu dimana alvin dimakam, ayahnya membawa jenazah alvin dan setelah itu tidak ada kabar apapun tentang hal tersebut.” Ujar shilla lagi.
Setelah pembicaraan singkat itu, aku diantarkan pulang oleh shilla. Aku sudah sanggup lagi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku nanti tanpa alvin, bagamana aku bisa bertahan tanpa pemuda itu. Nanti, suatu hari aku ingin mendatangi rumahnya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Alviiiiin, I MISS YOU !!!

^^

“sivia azizah, pacarnya alvin, kan ?” tanya pria setengah baya tersebut padaku. Sekarang aku berad di dalam rumah alvin, setelah dua hari kepulanganku dari rumah sakit aku memutuskan untuk bertandang kerumahnya, aku ingin tahu mengapa tidak ada kabar tentang alvin.
“iya, aku sivia.”
“hmmm, apa maumu ?.” tanyanya sambil tersenyum menyeringai. “apakah kau ingin bertanya ‘dimana makam alvin’ ?.” jawab dan tanyanya lagi.
“iya.” Jawabku seadanya.
“huh !!! tidak ada makam untuk alvin.” mataku melotot, apa maksudnya pria ini ?.
“berarti alvin masih hidup.”
“tidak, alvin sudah tidak ada.” Tubuhku bergetar mendengar kalimatnya, baru saja ada harapan pria tersebut mengatakan kalau iya alvin masih hidup, tapi nyatanya kata tidak menjadi perwakilan yang membenarkan kalau alvin sudah tiada.
“terus apa maksudmu, alvin tidak mempunyai makam ?.” bukannya menjawab, peria tersebut malah menarik tangnku dan membawaku kedalam sebuah ruengan yang dipenuhi oleh alat-alat aneh. Mataku terbelalak ketika menemukan sesuatu di sebuah tabung besar. Perlahan aku mendekati tabung tersebut, memastikkan aoa yang terlihat disana adala sesutau yang nyata.

OMG, ALVIIIIIN !!! apa yang dibuat peria tersebut terhadap alvin. apakah dia sudah gila menempatkan jasad alvin di tabung tersebut, apalagi raga itu melayang di dalam tabung yang dipenuhhi air biru transparan.
“aku belum merelakan anakku meninggal, apalagi ini adalah kedua kalinya aku harus merasa kehilangan orang yang aku sayangi setelah kemtian istriku, zevana.” Adu peria tersebut dengan suara lirihnya.
“lalu apa yang kau lakukn terhadap raga alvin.” tanyaku sedikit mebentak, menyedihkan sekali. Aku tidak terima raga orang yang kucintai diperlakukan seperti ini.
“aku ingin membuat dia hidup kembali meski tanpa nyawa.” Kedua lwnganku dicengkram oleh pria tersebut, terlihat di matanya sebuah kesedihan tak terhingga. “bantu aku sivia, aku tahu kau gadis genius yang beberapa tahun silam di culik karna kepintaranmu yang berada diatas standar kepintaran manusia pada umumnya dan istriku meninggal hanya karna menyelamatkanmu.” Pinta pria tersebut.
Tubuhku terguncang. “ak...u... perlu berfikir.” Hanya kata-kata tersebut yang keluar dasri mulutku, setelah itu air mata kembali tumpah. Akal pikiranku menyadari ini diluar nalar manusia, ini telah menyalahi takdir, dan ini adalah hal tersalah. Tapi bohong kalau aku bilang tidak senang dengan rencana ayah alvin, jauh dihatiku. Aku sangat senang dan menginginkan alvin kembali hidup. Tapi INI SALAH ?
“aku tahu, sivia. Berfikirlah, akan kuberikan 2 jam untuk berfikir. Biar kuantar kau ke kamar alvin, kurasa disana akan membuatmu bisa berfikir lebih jernih.” Kata peria tersebut menawarkan, aku hanya mengangguk dan dia membawaku kekamar alvin.
“berfikirlah, kenalkan namaku riko anggara.” Katanya, lagi-lagi aku hanya mengangguk dan dialangsung meninggalkanku sendiri dikamar alvin.

“sivia, lakukan yang terbaik selama kamu bisa melakukannya. Aku percaya kamu bisa vi, ini sudah jalannya dan aku sudah tidak tahan vi.”

Aku mengingat kata-kata terakhir alvin, dia mengatakan padaku untuk ‘melakukan hal terbaik selama aku bisa melakukannya.’, apa artinya akau harus menerima tawaran tersebut, menghidupkan alvin meskipun tanpa nyawa.
OMG, ALVIIIIIIN !!! tolong aku, tanyakan pada tuhan apa yang seharusnya aku lakukan. TUHAN, maafkan aku jika aku mengambil keputusan yang teregois, tapi aku masih menginginkannya, aku masih ingin bersama alvin. tunjukkan jalanmu tuhan...
Aku berjalan mengambil sesuatu barang di meja belajar alvin, sebuah bola kaca berukuran kecil yang terpajang disana. Aku ingat barang ini adalah hadiah ulang tahun alvin dariku, aku ingat saat itu ekspresinya sungguh menjijikan dan ekspresi yang sanggup membuatku tertawa hingga sakit perut.

“huaaaa, sivia my darling. Thanks hadiahnya, kau memang gadis pertama yang membuatku menangis karna hadiah pemberianmu ini, aku SUNGGUH SANGAT AMAT MENYUKAINYA.” Kata alvin saat itu, matanya berbinar-binar dengan beberapa tetesan air mata yang mengalir. Saat itu aku malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah berebihan yang ia tunjukkan pada.

 ahhh ! alviiiiin, kau manis sekali saat menangis seperti itu. Aku merindukkanmu, sungguh. setelah melihat benda-benda di meja alvin, mataku mengarah pada sterofom yang terpajang disamping meja belajar.

wish me september month, aku berharap gadis itu akan selalu menjadi yang pertama dala hidupku dan aku berharap bisa melindunginya sampai jantung ini tak berdetak.

Sivia, gadisku yang manis. Dia gadis yang membuatku bingung akan kehadirannya, dia gadis pertam yyang selalu membuatku merasa nyaman ketika disampingnya, dia gadis pertama yang selalu membuatku gila dalam bertingkah, dan dia gadis pertama serta gadis terakhir yang membuatku sadar kalau dihati ini ADA CINTA UNTUKNYA.” Aku membaca sebuah memo sederhana yang tertempel pada sterofom tersbut, aku yakin dia menulisnya saat aku memberinya hadiah bola kaca tersebut.

Hah ! alviiiin, yakinkan aku untuk mengambil keputusan ini...

^^

“OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIN !!!”
“oh, noooooo ! Alviiiiiiiiiin.”
“arghhhh, DAMN ! alviiiiiiiiin...”
“you SHIT, alviiiiiiiiin.”
“alviiiiiiiiiin, your Fu*k.”

Hahaa, suara itu kembali melonglong di seluruh penjuru sekolah. Aku merindukannya suara kekesalan tersebut, apalagi alvin adalah orang pertama yang akan membuat semua penghuni sekolah naik darah saking kesalnya. OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN !!! kau memang nakal.
Pada awalnya aku berfikir kalau membuat alvin hidup kembali akan membuat sifatnya berubah, namun ternyata tidaaaak. Sifatnya masih saja tak berubah, bahkan beberapa mesin yang menjadi penggerak tubuhnya malah mebuat energi yang semakin menjadi-jadi untuk melakukan hal-hal yang semakin aneeeh saja. Tapi tak apa, itu yang kurindukan....
Organ-organ tubuhnya dari otak, jantung, serta alat indaranya masih bisa di pergunakan dengan menambahkan semacam alat pembangkit dengan tenaga batrai. Beberapa mesin yang merangkai pada bagian tulang-tulannya dapat membuatnya bergerak lugas, dia juga tahu diri kalau sekarang dirinya bukan manusia melainkan sebuah robot.
“apa yang membuatmu, menghidupkanku kembali ?.” tanya alvin suatu hari.
Aku tersenyum hangat, “karna aku menyayangimu dan aku sangat mencintaimu.” Jawabku sekenanya, memang itu alasannya.
“hahahahaa, apa robot sepertiku punya perasaaan cinta ?.” tanyanya lagi masih dengan tawa riang yang dudlu selalu menyertai ucapannya.
“iya, meskipun robot bukan manusia. tapi kau berbeda, aku menghidupkanmu dengan cintaku dan cintamu.” Balasku lagi, dia kembali tertawa.
“kalau begitu, rasakan ini.” kata alvin dan Ooo...
“OMG, ALVIIIIIIIN !!! KAU MENCIUM MULUTKUUUU TANPA IZIN.” Teriakku sambil menutup mulutku yang baru saja disentuh dengan  mulutnya...
“Hahaha” tawa alvin, ia sambil berlari sambil mengatakan dengan lantang kalau “AKU JUGA MENCINTAIMU, SIVIA.”

CUUUP !!! OMG, ALVIIIIIIIIIIIIIIIIN !!! kau memang nakal.


------------------------THE END------------------------

Huaaaaaaaaaaaa, ANH !!! alurnya kok jdi gini yahh,, hehehe...
maaf bgt, alurnya melenceng dan rada GAJE kayak gini...
nah sepeerti janjiku, nih cerpen ada 2 bagian dan ENDING hari ini...
hayooo, nah loh !!!jangan pada gabur ye...

see you, sampai jumpa di NEXT STORY...
byebye !! and night... \(^0^)/

Hayoooo, komen tergila gue TAQin...
hahaha...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar