“jangan
melukainya !!!”
“why
??? jangan bilang loe mulai suka sama tu cowok.”
“arghhh
!!! ntahlah,”
“””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””
Sivia dan 3 sahabatnya lagi-lagi
berbuat ulah, sasaran utama mereka tak lain dan tak bukan adalah ify dan Alvin.
Ntah sejak kapan mereka memulai permusuhan yg seakan-akan tidak berujung
perdamaian.
‘dugdugdug’ suara pantulan bola basket
terdengar dari dribeling yg di lakukan
rio, salah satu sahabat sivia. Lapangan basket ALTRIEL ACADEMIC SCHOOL pun
mulai full dengan para penonoton yg di dominasi oleh siswa dan siswi sekolah
tersebut, mereka semua kini sudah terbebas dari belenggu pelajaran-pelajaran
pemusing otak.
“haha
!!! dua anak cupu ternyata sudah datang.” Gabriel tertawa ringan menyambut
kedatangan seorang laki-laki dan seorang gadis yg sebenarnya sudah di
tunggu-tunggu kedatangannya.
“apa
lagi mau kalian ?” Tanya gadis tersebut yg ternyata adalah ify.
“mungkin
sedikit bermain-main akan buat loe ngerti keinginan kami.” Kata rio masih
dengan aktivitasnya mendribel bola, dia tersenyum tipis dan mengedipkan sebelah
matanya kearah Gabriel, silla, serta sivia.
“maaf
kami tidak ada waktu untuk menerima tantangan kalian, kami masih ada urusan yg
lebih penting.” Alvin yg ada di sebelah ify juga ikut angkat bicara seraya
melangkahkan kakinya berniat ntuk pergi, tapi tampaknya tak semudah itu untuk
pergi dari hadapan sivia dan teman-temannya.
“hah
! gk semudah itu loe bisa pergi, PECUNDANG.” Sivia menjulurkan kakinya disaat
kaki Alvin mulai melangkah, alhasil Alvin pun jatuh tersungkur di hadapan
sivia. Semua tertawa melihat hal memalukan itu.
“haha ! loe…” kata silla terpotong karna pak
guru Lian tina-tiba sudah berada di belakangnya. “apa yang kalian lakukan pada
Alvin dan ify ?” kata guru itu.
“huh ! shit, ayo pergi.” Umpat Gabriel, mereka
pun pergi dari sana. Nyali mereka langsung down melihat pak Lian, guru BP klas
9.
“urusan kita belum berakhir, PECUNDANG.” Sengit
sivia seperti memberi peringatan utuk Alvin dan ify. sambil menunjuk Alvin.
Alvin hanya tersenyum tipis mendengar peringatn sivia. Bagaimana bisa
seorang gadis cantik memberikan peringatan sekeras itu pada dirinya, tahukah
sivia ? semua yg ia katakana tadi hanya bermakna geretakan kecil untuk
laki-laki macam Alvin.
Alvin terduduk lama di tempat
sivia menjatuhkanya tadi. Alvin mulai sadar dari lamunanya setelah gadis cuby
itu sudah benar-benar jauh dari hadapannya. Dengan senyum tipis yg masih
terkembang, alvinpun bangun dari
tempatnya jatuh tadi dan kemudian di bungkukan badannya bersama ify untuk
mengucapkan terimkasih kepada guru kesayangan mereka. “terima kasih pak.”
“hmmm !!! iya sama-sama. Sekarang kalian lebih
baik langsung pulang, terutama kamu Alvin.” Kata guru lian sambil mengusap
rambut Alvin dan ify secara bergantian.
“siap pak !” kata ify sambil memberikan hormat,
seperti seorang prajurid.
“haha ! ya sudah, pak guru duluan ya.”
“iya pak. Lagi sekali kami ucapkan terimakasi.”
Kata Alvin sambil kembali membungkukan badanya, guru tersebut hanya menyeringaikan
senyumannya seraya melangkah pergi.
Setelah itu Alvin dan ify pun
ikut mengambil langkah kecil untuk segera beranjak dari lapangan basket menuju
gerbang depan sekolah. Seperti biasa, Alvin menemani ify untuk menunggu
jemputan sahabatnya itu.
“sampai kapan loe mau pakek sepatu itu.” Tanya
ify membuka percakapan di sela aktivitasnya meneguk air mineral yg selalu tersedia
di dalam tasnya.
“sampai kapanpun gue mau. Itu bukan urusan loe.”
Kata Alvin dengan nada dinginnya, seperti biasa.
“haha ! loe emang gk bisa berubah ya, tetep
dingin kayak dulu.”
“so, masalah buat loe.”
“huhh -,-! Gak lah, emank susah ngemeng sama
orang kyak loe ishhh !.” kata ify gemes sambil mencubit pipi Alvin dan langsung
ngacir kearah mobilnya yg baru datang.
“awww !!! ifyyy, GUE BENCI LOE.” Teriak Alvin,
ify pun berbalik dan menjulurkan lidahnya.
Alvin tersenyum tipis setelah kepergian sahabatnya itu, kini dia harus
kembali kerumah dan siap-siap memasang sepatu roda yg selalu menemaninya
kemanapunia ia pergi.
+++++++++++++++++ +++++++++++++++++ +++++++++++++++++ +++++++++++++++++ +++++++++++++++++
“bagaimana rencana gue ?, gue yakin
deh pasti rencana gue berhasil.” Kata iel mengakhiri hasil deskripsinya tentang
rencana yg akan mereka lakukan untuk mengerjai Alvin.
“idiiih ! nafsu banget loe iel ngerjain Alvin.
Lagian dari mana loe tau tu bocah pobia sama yg begituan.” Kata sivia sambil mendaratkan
teloyoran gratis ke kepala iel.
“awww, sakit atu vi, dasar begok loe. Pokoknya
kalian percaya aja deh sama gue, pasti berhasil.” PDiel sambil mebusungkan
dadanya.
“haha ! sadis loe iel, tapigue bingung deh sama loe, giliran buat
rencana untuk ngerjain Alvin, sumpah otak loe encer banget, coba deh giliran
pelajaran, ckckc “ rio mendecak sambil menggelengkan kepalanya, di sertai
anggukan silla yg menyetujuinya.
“etdaahhh,,, jangan salah loe. Gue gini juara satu balapan karung
tingkat SD. Hahaha !”
“woiii !!! gk nyambung begok.” Kata sivia sambil menoyor kepala iel
untuk yg ke2 kalinya. “ehh !! gue cabut duluan ya. Bokap gue nyuruh gue ke
rumah temennya untuk nganterin document-documen penting. “
“hmm ! yaudah deh. Bye vi.” Silla melambaikan tangannya serta ikut
melangkah dan pulang bersama rio. Acara ngumpul bareng mereka pun selesai dan
waktunya mereka kembali kemasalah hidup mereka masing-masing di dalam keluarga.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Alvin melepas sepatu rodanya tepat sebelum sampai di depan rumah
mewahnya. Ini memang kebisaan yg selalu di lakukan Alvin, baik sebelum
berangkat maupun pulang sekolah dia selalu mamasang dan melepaskan sepatu
rodanya sebelum sampai di perkarangan rumahnya. Kemudian Alvin menyimpan sepatu
rodanya di tas dan berjalan kaki memasuki rumah megahnya sebelum ada orang yg
melihatnya.
“Alvin, kenapa kamu telat pulang ?.” Tanya laki-lai paruh baya itu
sambil melepaskan kaca mata bacanya.
“ada tambahan pelajaran pa. “ bohongnya dan kembali melangkah menuju
kamarnya.
Hanya pertanyaan tak penting itu yg di ajukan papanya ? huh, tidak
adakah pertanyaan yg lebih berarti atau jangan bertanya sekalian, dumel Alvin
dalam hati sambil merebahkan tubuhnya di atas badcovernya tanpa mengganti baju
terlebih dahulu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Sivia baru saja memarkirkan mobilnya di bagasi dan setelah itu dia
masuk kedalam rumah dengan langkah gontai. ‘bertemu papa lagi, huh ! males
sekali.’ Dengusnya dalam hati masih sambil berjal.
“siviaaa…” panggil seseorang dengan suara beratnya. “iya pa !” balas
sivia ogah-ogahan.
“papa butuh bantuan mu untuk mengantar document-document ini ke rumsh
teman papa. Apa kamu mau ?” Tanya papanya tanpa tau kalau sivia sangat lelah
untuk saat ini.
“iya sivia bisa pa, tapi nanti malem saja.” Kata sivia sivia sambil
kembali melangkah ke dalam kamarnya.
Huh ! kenapa selalu aku yg di jadikan kacungnya, mengantar ini itu
tanpa mementingkan keadaanku yg sangat lelah, kesal sivia sambil menghempaskan
tubuhnya di badcovernya sama seperti yg di lakukan Alvin.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Malam hari, sivia sudah melajukan motornya untuk segera berangkat
mengantarkan document-document penting yg di suruh papanya tadi. Di lihatanya
alamat yg menjadi tujuan utamanya.
‘jln. Airlangga no. 79’ setidaknya hanya itu yg tertulis di bagian
depan map coklat yg di berikan papanya.
“ini dia, huh ! ketemu juga.” Gerbang depan rumah tersebut terbuka
secara otomatis dan sivia pun langsung memasukkan mobilnya kedalam halaman.
“non sivia ?” Tanya pria berbadan tegap dan kekar seperti bodyguard.
“ya.”
“oh, silahkan masuk. Nona sudah di tunggu di dalam.” Kata pria itu
sopan dan menutup kembali pintu mobil sivia.
“trimakasi” sivia melangkah meninggalkan mobilnya dan mulai menjejakkan
kakinya di dalam rumuh megah yg pintunya sudah terbuka secara otomatis juga.
“pokoknya sampai kapanpun kamu tidak akan pernah papa izinkan menjadi
musisi, penyanyi atupun semua hal yg berhubungan dengan dunia hiburan.” Bentak
pria paruh baya tersebut kepada anak laki-lakinya. Sivia yg melihat adegan
itupu hanya terbelalak melihat anak laki-laki yg di bentak tadi. “perasaan aku
mengenalnya.” Piker sivia sambil mengingat-ngingat laki-laki yg di
bentak-bentak tadi dan.,…
_______________________BERSAMBUNG_____________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar