Look at
ALVIN’s eyes (part8)
#rindu
bukan benci ^^
“saya
ibunya, jadi saya berhak menanyakan keadaan alvin.” kata wanita tersebut sambil
berjalan mendekati tubuh alvin.
“ckckck,
ibu ? ibu macam apa anda, mana ada seorang ibu meninggalkan anak-anaknya selama
belasan tahun.” Sindir cakka tajam.
Wanita
yang mengaku sebagai ibu -nya alvin tadi langsungmenghentikan langkahnya, ia
menatap cakka yang tengah tersenyum sinis melihatnya. “aku punya alasana untuk
itu, kau jangan ikut campur.” Marah wanita tersebut.
“haha,
alasan apa ? alasan hanya karna mata alvin yang sama persis dengan mata
almarhum suami anda. Tidak masuk akal.” Kecam cakka sambil tersenyum sinis,
sementara wanita tersebut hanya diam.
Semua
yang dikatakan cakka memang benar, meninggalkan alvin hanya karna matanya
yang mirip dengan mata almarhum suaminya
adalah alasan yang tidak masuk akal, bukankah setiap ayah dan anak mempunyai
kesamaan yang signifikan. Tapi ada yang lain dibalik mata itu. ada rahasia yang
selalu membuat wanita tersebut ketakutan ketika melihat mata alvin. terlalu
takut jika ia terus melihat mata itu dan ketakutan itulah yang membuatnya
meninggalkan alvin dari kecil, bahkan ketakutan itu juga yang mebuatnya enggan
untuk membesarkan alvin sendiri. Tega memang, tapi ketakutan memang selalu bisa
membuat siapapun berlari untuk mengghindari ketakutan itu sendiri, dan hal
itulah yang dilakukan wanita tersebut, selama belasan tahun ia meninggalkan
alvin hanya untuk berlari dari ketakutannya, tanpa memperdulikan bagaimana
perasaan anaknya –alvin-.
“diamlah,
kau tidak tahu apa-apa tentang mata itu.” wanita tersebut berujar sengit dan
kembali berjalan menghampiri ranjang alvin. cakka yang tidak mau terlibat
pertengkaran apapun dengan wanita tersebut, lebih memillih untuk diam dan
memperhatikan apa yang akan dilakukan wanita tersebut.
“sudahlah
kka, kita kasi kesempatan untuk tante pricil bicara dengan alvin.” kata shilla
lembut. Shilla menggenggam erat tangan cakka untuk meredamkan emosi cakka, ia
sendiri ingin menenangkan hatinya dengan menggenggam erat tangan lak-laki yang
disukainya –cakka-.
Wanita
yang ternyata bernama pricil tersebut semakin mendekati alvin, ia mengangkat
tangannya untuk membelai rambut alvin lembut. Soranta mata pricil syarat akan
kerinduan, sudah lama ia tidak melihat anak laki-lakinya dari jarak sedekat
ini.
“alvin.”
pricil sedikit merdam suarnya seperti terdengar berbisik. “ini mama.”
“mama
kangen banget sama alvin, maafin mama ya udah ninggalin alvin.” air mata pricil
akhirnya jatuh juga. Luapan rasa rindu kian mengiringi setiap tetesan air
matanya dan pada akhirnya rasa rindu itu tersampaikan juga ke alvin –anaknya-.
pricil tidak menyangka selama belasan tahun ia bermimpi bertemu dengan alvin
dan sekarang akhirnya terwujudkan juga, meskipun alvin tetap tidak akan pernah
melihatnya, meskipun ia tetap tidak berani bertatapan langsung dengan alvin,
namun dengan begini saja semuanya sudah terasa cukup untuk pricil.
“alvin,
kamu bangun ya sayang. Lihat mama disini, mama dateng buat alvin.” lirih pricil
masih dengan membelai rambut alvin. sementara alvin masih tidak bergeming
sedikitpun, matanya masih tertutup rapat. “please al, kamu harus bangun demi
mama.” Pinta pricil lagi, namun nihil.
“kalau
alvin nggak bangun, mama bakalan pergi dari alvin untuk selamanya, mama bakalan
ikut sama kak gabriel aja biar alvin selamanya sendirian.” Ancam pricil
pura-pura kesal, tampaknya setelah ini ia mau menertawakan dirinya sendiri,
lucu juga dirinya kalau terus-terusan berbicara dengan orang pingsan.
Pricil
menghela nafas berat sambil menarik tangannya kembali dari puncak kepala alvin,
ia menghentikan belaiannya dan beralih mencium kening alvin lebih lama.
Lagi-lagi pricil mencoba menguapkan rasa rindunya, ingin sekali ia terus
seperti ini, terus berada disamping alvin, terus mengecup kening alvin, dan
terus berbagi kehangatan seperti ini dengan putranya tersayang.
Lumayan
lama pricil mencium kening alvin, detik berikutnya i mengangkat wajahnya dan
berjalan menjauhi ranjang anaknya tersebut. “saya titip alvin sama kalian
berdua, saya mau kalian menjaganya.” Perintah pricil kepada cakka dan shilla
yang masih diam.
“ckckck,
bukan kami yang harus menjaganya, tapi anda yang harus menjaganya. Alvin lebih
butuh anda dari pada kami.” Kata cakka kesal, lama-lama cakka benar-benar muak
mendengar perkataan wanita macam pricil.
“saya akan
menjaganya, tapi nanti. Sekarang saya belum siap.”
“kapan
anda akan siap ?.” tanya cakka sinis. Sementara pricil lebih memilih untuk
diam, tidak menyahut ataupun menjawab pertanyaan cakka, dia sendiri bingun,
kapan ia akan siap menjaga alvin sendiri ? sementara untuk melihat mata alvin
saja ia masih tidak berani, takut.
“nanti.”
Balas pricil seadanya, ia kembali berjalan kearah pintu kamar. Niat pricil
untuk membuka pintu kamar langsung terhenti ketika seseorang memanggil namanya.
“mama”
sura lemah itu terdengar hangat ditelinga pricil. Shilla dan cakka langsung
terpelonjak dan mengubah pandangannya kearah alvin.
Mata
itu terbuka, meskipun terlihat lemah. Alvin sadar. Kekawatiran mereka seketika
menguap secara bersamaan, hembusan nafas lega juga berhembus dalam waktu yang
sama, tidak akan ada yang tahu bagaimana lapangnya dada mereka ketika melihat
mata itu terbuka secara ajaib.
“mama,
jangan tinggalin alvin lagi.” Pintanya melas, ada nada ketakutan dari suara
itu.
Sudut-sudut
bibir pricil menaik, menggoreskan sebuah senyum kelegaan. Ingin rasanya ia
berbalik sekarang, menyambut kesadaran putranya. Namun tidak bisa,
bayang-bayang tatapan tajam mata alvin terus menghantuinya, padahal tanpa ia
tahu mata itu kini terlihat lemah tanpa tatapan tajamnya. Pricil benar-benar
masih takut dengan mata itu, sungguh masih sangat takut kalau saja mata itu
memandangnya seperti pandangan suaminya beberapa tahun silam, pandangan itu
syarat dengan kebencian dan kemarahan.
“mama.”
Panggil alvin lagi, namun tetap saja pada akhirnya pricil memilih untuk pergi
dari kamra tersebut. “maafin mama.” Lirih
pricil sambil tetap berjalan menjauh.
Perasaan
kecewa tak dapat lagi dipungkiri oleh alvin, ia sangat kecewa dengan mamanya
yang pergi lagi, padahal tadi –saat ia masih terlelap- alvin merasa mamanya
meminta agar ia cepat bangun kalau tidak mamanya akan pergi untuk
selama-lamanya, namun kenapa ketika ia bangun mamanya tetap saja pargi. Ini tidak adil, pikir alvin.
######
Senin
pagi kali tidak seperti senin pagi yang lalu, setidaknya ketika mata bulat sivia menangkap
bayang-bayang tubuh alvin dari kejauhan. Ahhh ! laki-laki itu masuk juga, kata
sivia sambil menghembuskan nafas lega.
Kekhawatiran yang kian menjerat selama seminggu belakangan ini akhirnya
menguap juga bersama dengan semakin dekatnya tubuh alvin dari pandangannya.
Tunggu
dulu, ada yang berbeda dari alvin pagi ini. sepertinya bukan hanya sivia yang
menyadari perbedaan tersebut, namun semua penghuni sekolah yang sedari tadi
melihat kedatangan alvin juga dapat melihat perbedaan tersebut. kacamata. Kacamata yang setia melindungi
mata tajam alvin tidak ada pada tempatnya dan dengan tidak adanya kaca mata
tersebut membuat alvin benar-benar berbeda pagi ini.
Alvin
memasuki kelasnya tanpa peduli dengan tatapan heran dari siswa-siswi lain, ia
berjalan mendekati mejanya yang sudah semingguan lebih ia tinggalkan begitu
saja. Rindu juga dirinya dengan meja tersebut, terlebih pada penghuni meja yang
ada disebelahnya. “apa loe liat-liat ?.”
tanya alvin setelah menyadari kalau dari tadi sivia masih saja
melihatnya.
“eh’mmm.”
Sivia membuyarkan pandangannya dan cepat-cepat ia memandang kearah lain.
Selama
pelajaran berlangsung, sesekali sivia melihat kearah alvin. rasanya rindu juga
ia mencuri-curi pandang seperti ini, namun ia juga masih enggan untuk melihat
alvin seperti biasa. Sivia masih ingat dengan kejadian seminggu yang lalu, saat
ia tau kalau alvin adalah adik gabriel, rasanya ia ingin mengutar kembali waktu
dan memilih untuk tidak tahu soal kenyataan yang satu ini, dari pada dia jagi
canggung begini.
“baiklah
anak-anak, pelajaran hari ini kita cukupkan sampai disini saja. Selamat pagi.”
Bu winda langsung mengakhiri pelajaran hari ini setelah mendengar bunyi bel
istirahat.
Seperti
biasa semua siswa-siswi langsung beranjak dari bangku mereka dan segera
berlomba-lomba kekantin sebelum mereka kehabisan meja. Tapi tampaknya baik
alvin atau sivia lebih memilih untuk tetap diam dikelas, meskipun mereka tidak
melakukan apa-apa.
Alvin
menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya, sementara sivia meletakan
kepalanya diatas meja. Walaupun dalam diam seperti ini, mereka tetap menikmati
sensasi kebersamaan mereka, tak peduli masih ada masalah yang belum mereka
selesaikan, tak peduli kalau masih ada kata benci yang belum ditarik, dan tak
peduli meski masih ada pikiran-pikiran picik yang masih saja menjerat otak
mereka. dengan berdua seperti ini, mereka dapat menyingkirkan semua hal
negative yang mereka rasakan atau mereka pikirkan.
“alvin...”
panggil sivia pelan. hatinya dag dig dug sekarang, padahal dia hanya memanggil
nama alvin, tapi kenapa rasa gugupnya malah semakin menjadi-jadi.
“ALVIIIIN.”
Panggilan yang lebih keras memanggil namanya, sontak membuat sivia dan alvin
langsung melihat keambang pintu. Disana berdiri seorang laki-laki hitam manis
yang memanggil namanya tadi. Rio. laki-laki tersebut adalah rio, mau apa lagi
orang itu ? tanya alvin malas.
“gue butuh
loe.” Kata rio langsung to the point. Rio menarik tangan alvin dan membawanya
entah kemana, sementara sivia hanya mengikuti dari belakang saja.
“loe mau
bawa gue emana.” Tanya alvin dingin, namun rio tidak menjawab sama sekali.
Sivia yang
dari tadi mengikuti mereka dari belakang langsung menarik tangan alvin dan
membuat langkah mereka terhenti secara bersamaan. Rio yang kaget langsung
menatap tajam sivia dengan tatapan –kenapa-loe-tarik-tarik-?-
“janga
buat macem-macem loe kak, loe mau bawa alvin kemana ?.” tanys sivia
takut-takut.
Rio
memutar bola matanya kesal, “udah loe diem aja deh, gue cuman mau pinjem alvin
doang, kalo ngga bisa diem mending loe nggak usah ikut.” Rio kembali menarik
tangan alvin dan berjalan lagi tanpa memperdulikan sivia yang kesal juga.
“eh,
sipit. Ini semua gara-gara loe.” Kata rio sambil menghempaskan tangan alvin
yang tadi ditariknya, rio memasang muka garangnya sambil mengangkat kerah baju
alvin dan siap-siap melayangkan pukulan kewajah alvin.
“Rio, rio,
rio, loe mau ngapain si alvin lagi sih.” Tanya sivia sambil mencekal tangan rio
yang udah siap-siap melayang ke wajah alvin.
“udah deh
vi, loe diem aja. Dendem gue sama ni bocah belum selesai.” Rio menepis tangan
sivia dan kembali mengertkan kepalan tangannya.
Sementara
alvin hanya diam, seperti biasa dia tidak akan pernah melawan atau membalas. Mata
tajamnya yang sering membuat orang-orang takut, kali ini terlihat masih lemah
bahkan mata itu malah mengundang iba bagi siap yang melihatnya, mata itu
terlalu pasrah jika harus berbicara tentang perasaan si empunya.
“woiii,
pesek ! loe mau ngapain adek gue ? hah ?.” cakka tiba-tiba datang dan langsung
menoyor kepala rio. sementara yang ditoyor hanya nyengir gak jelas.
“visss
cakk, khilaf gue.” Kata rio cengengesan.
“yaudah,
lepasin tangan loe dari adek gue, cepet.” Kata cakka lagi, rio pun langsug
melepaskan tangannya dari alvin.
“katanya
loe mau minta maaf yo, kok malah ngejailin alvin, kasian tuh tampangnya udah
melas gitu, hahahaa.” Shilla yang ada disamping cakka langsung ketawa.
Sementara
alvin dan sivia malah terlihat kayak orang autis, diem dan nggak ngerti
apa-apa. “nggak ngerti gue.” Kata sivia sambil garuk-garuk kepalanya.
“nyeeeh-_-!!
Kalo loe mah kgak usah ngerti aja sekalian, lama banget koneknya.” Dumel cakka
sambil ngacak rambut sivia. Shilla yang ada disampingnya langsung cemburu.
“eh’hehehe, my princess jangan cemburu dong, masa cemburu sama sivia sih, sivia
kan punya alvin.” kata cakka sambil menggenggam tangan shilla dan menciumnya
lembut. (ueeek !!!-_-)
“hahaha,
mampus loe, shilla ngambek kan, lagian udah jadian gitu masih aja gatel sama
anak orang.” Ejek rio sambil menjulurkan lidahnya.
“diem loe
sek, udah buruan loe minta maaf, terus loe jelasin deh rencana loe.” Suruh
cakka. Setelah itu ia kembali merayu shilla agar tidak ngambek.
Rio
kembali kerencananya untuk meminta maaf ke alvin, “vin, gue mau minta maaf.”
Kata rio tulus. Tapi alvin tidak merespon sama sekali, ia memilih diam untuk
beberapa saat, masih bingung dengan apa yang ia lihat saat ini.
“vin, loe
maafin gue kgak nih.” Kata rio sedikit kesal karna alvin tidak merespon sama
sekali. kali ini alvin mengangguk dan tersenyum tipis, setelah itu ia beranjak
pergi meninggalkan mereka.
“Alvin mau
kemana loe. Loe mesti bantuin gue.” Rio menarik tangan alvin lagi dan
membawanya kelapangan, sementara cakka, shilla, dan sivia mengikuti mereka dari
belakang.
“mau
ngapain sih ?.” tanya sivia bingung.
“udah vi,
loe liat aja nih drama karya rio.” kata
shilla bangga, cakka nganggunk-ngangguk ngiyain.
^^
Ify
berlari kelapangan basket setelah ia menerima sms dari cakka yang bilang ‘rio kelahi lagi sama alvin.’,
langkah-langkah kaki ify melambat ketika matanya melihat rio yang sedang
mencekik leher alvin.
“RIOOOO.”
Teriaknya sambil mendekati rio. “loe apa-apaan sih yo ? loe mau ngapain si
alvin lagi sih ? gue kan udah bilang kalau loe nggak boleh dendem lagi sama si
alvin, loe budek ya.” Bentak ify sambil melepaskan cekikan rio dari leher
alvin. kali ini ify menganggap rio bener-bener kelewatan.
“arghhhh,
yang ada loe yang apa-apaan ? loe kenapa belain alvin ? Loe suka ya sama si
alvin ? jelas-jelas gara-gara alvin kita jadi break.” Bentak rio balik.
Ify
membekap mulutnya agar ia tidak terisak, air matanya sudah mengalir sedetik
yang lalu. Lagi-lagi rio membentaknya, padahal semua orang tahu kalau ify
paling tidak suka dibentak, paling takut dibentak, dan paling benci dibentak,
apalagi yang membentaknya kali ini adalah orang yang sangat disayanginya.
“loe bodoh
yo, loe bodoh. Gue bukan belain alvin, tapi gue nggak mau loe terus-terusan
dendem sama orang, apalgi sampai bertahun-tahun. Gue nggak suka sama alvin yo,
cuman loe yang gue suka, cuman loe.” Ify berteriak histeris, tubuhnya serasa
tak bertulang kalli ini, ia benar-benar lelah kalau harus berkelahi dengan rio.
“loe bodoh.” Katanya lemah.
Ify
terduduk ditengah lapangan, kedua lututnya ditekuk dan dipeluk begitu saja,
wajahnya tertunduk menyembunyikan tangisnya.
Melihat
tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna – warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlukis jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Sifatmu nan s’lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
* :
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
Back to * :
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna – warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlukis jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Sifatmu nan s’lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
* :
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
Back to * :
Ify
menyimak setiap lirik lagu ‘anugrah
terindah’ milik sheila On 7 yang
dinyanyikan rio dengan diiringi gitar akustik yang dimainkan oleh cakka. Ify
mengangkat wajahnya dan kembali menangis haru, tak menyangka kalau rio hanya
mengerjainya.
“ify, gue
udah minta maaf sama alvin, dan ini semua gue lakuin cuman buat loe, gue nggak
mau jauh dari loe fy, gue nggak bisa jauh dari loe. gue mohon fy, maafin gue,
gue janji gue nggak akanbuat loe nangis lagi.” Kata rio dengan lantang, ia
berjalan kearah ify dan memeluk ify dengan erat, tidak mau lagi ia menyakiti
ify, apalagi samapi ify marah hanya karna dirinya. “maafin gue fy.” Kata rio
pelan.
Ify
mengangguk, tak bisa lagi mengatakan apa-apa, ini lebih dai kata spesial
baginya. Mendengar janji rio, mendengar nyanyian rio, mendengar rio seperti
tadi, membuatnya sangat senang, setidaknya setelah ini semuanya akan lebih
indah.
“udah
wooooy pelukannya, tempat umum nih.” Kata shilla sambil menyelip diantara tubuh
rio dan ify yang masih berpelukkan.
“yeee,
dapat double Peje nih.” Teriak sivia ngga jelas sambil nunjuk tampang
innocentnya.
“huuuu,
mau loe mah itu, loe beresen dulu masalah loe sama alvin, baru deh gue kasi
peje.” Sahut cakka sambil menunjuk kearah alvin yang sudah berjalan menjauh
dari mereka.
“huuuuh.
Capek deh.” Keluh sivia, tiba-tiba mukanya jadi melas bangeeet.
“hahahhahaha.”
-----------------BERSAMBUNG-----------------
Contact me
at :
My twitter
@AyuaDianoszta97
My FB at Isti Ayua Diani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar