Rabu, 25 April 2012

A LITTLE PEACE FOR YOU #part3




Alvin terus mendengar pekikan-pekikan itu dan menuntunnya untuk masuk keruang biologi. Meskipun enggan, namun alvin terus masuk dan…
”BRAAAAK !!!” ”JLEK” ”AAAAAAAAAAAAAAAA”
Pintu ruangan lab. biologi tertutup seketika, alvin menjerit-jerit, pasalnya sekarang di depan wajahnya terdapat sebuah boneka pocong yg menggelantung, dan wajah boneka tersebut benar-benar buruk dengan cahaya lampu merah yg menyembul dari lehernya, menambah kesan seram.
“hmmmm.... haaaaaa…. Hmmmmm…” terdengar tembang kuntilanak dari arah sebelah kanan alvin, kaki kirinya terasa di cekal keras oleh sebuah tangan yg terasa dingin, dan pundaknya di sentuh lembut oleh kuku-kuku tangan panjang.  alvin merinding bukan main, tubuhnya melemas dan keringat dingin bercucuran dari tubuhnya, termasuk tangannya. Tak sampai di sana, lampu lab. Juga mati bahkan tidak ada celah sedikitpun yg menyembulkan cahaya.
“to… to… long…” kata alvin terbata-bata, sambil meraba-raba di tengah gelapnya ruangan.
“CETREET” lampu blit kamera tiba-tiba menyala dari pojok ruangan, alvin sadar di ruangan ini dia tidak sendiri. Bahkan terdapat lebih dari satu orang yg ada di sini, bersamanya.
“si…sia..pa ?” Tanya alvin masih dengan nada terbata-bata, inilah yg menjadi pobianya selama ini.

GELAP, seorang alvin jonathan memang sudah takut gelap. Jangankan gelap, kamar yg di terangi dengan nyala lampu hias pun dia masih tidak berani.
Tak lama, alvin terduduk tak kuasa. Ia benar-benar takut dan tidak hanya itu, gelapnya ruangan ini juga membuat alvin mengingat kejadian 10 thn lalu.
Saat dimana kepobiaannya itu timbul karna peristiwa menyeramkan waktu itu,,,

 seorang wanita paruh baya yg di panggilnya dengan sebutan mama menjerit di tengah gelapnya ruangan kamar alvin di masa lalu. Alvin kecil yg juga ada di sana pun menangis sejadi-jadinya, dia benar-benar takut. Tiba-tiba sebuah tangan kekar membekap alvin dan menyeretnya menjauh dari mamanya. Sejujurnya ini bukan perampokan atau penculikkan, tapi yg terjadi sekarang hanyalah pertikaian dalam gelap yg sudah direncanakan sebelumnya.
“jangan mendekati anak ku lagi.” Tegas suara si pembekap, zevana -mama alvin- menjerit tak terima. Dia tahu bahwa suara itu adalah suara suaminya sendiri.
“ta…tapi… dia anak ku juga.” Isak zevana sambil berusaha meraba-raba tempat keberadaan alvin yg masih di bekap.
“kamu tidak pantas di panggil mama oleh alvin, seharusnya sejak awal aku tidak meniikahi wanita penghibur sepertimu.”
“aku bukan wanita penghibur, aku hanya seorang musisi.”
“musisi dan penghibur sama saja, sama-sama nggak bener. Jadi, mulai sekarang aku putuskan untuk menceraikanmu dan setelah itu kau boleh pergi bersama anak dan suamimu yg sebelumnya, jangan mendekati aku ataupun alvin lagi.” Bentak laki-laki itu, zevana kembali terisak mendengar pernyataan suaminya itu. ‘Ini memang salahku !’ kecamnya dan menjerit layaknya orang prustasi.
Alvin kecil yg mendengar pertengkaran itu tidak bisa berbuat apa-apa, kala itu dia masih sangat kecil untuk mengerti apa yg terjadi.

‘arghhhhh’ erang alvin sambil menjambaki rambutnya sendiri, ia mulai sadar dan ingin cepat-cepat melupakan kejadian menyedihkan iitu. Seseorang di dekatnya malah tertawa terbahak-bahak, hanya satu orang saja yg tertawa, yg lain malah menautkan alisnya dan mendengar laki-laki itu ttertawa. Wajah mereka benar-benar tidak terlihat oleh alvin, semenit kemudia seseorang menarik lengan alvin dan membawanya ke suatu tempat.
Pintu lab. Terbuka, alvin masih meringis dan berusaha melupakan memori masa llalunya. Ternyata yg menarik lengannya itu adalah seorang gadis cantik. Gadis itu membawa alvin masuk kedalam ruangan yg berada di sebelah lab. Biologi tadi.
Roomstric, gadis itu membawa alvin masuk keruangan music tersebut. Dia melihat alvin dengan tatapan kasihan, seharusnya dia tidak melakukan ini. Dia baru menyadari kalo hatinya sangat sakit melihat alvin meringis seperti ini.
“maafkan aku.” Lirihnya dan mendudukan tubuh alvin di kursi panjang yg ada di sudut ruangan, dia mmelihat alvin masih memejamkan matanya dan sesekali terdengar meringis ketakutan.
“buka matamu, disini sudah ada cahaya.” Bisik gadis itu sambil membelai rambut alvin.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“arggghhhh, BODOH ! kenapa dia membantu alvin. Silla cepat cari sivia dan bawa dia pergi dari sini, rio kamu bisa membantu silla kan. CEPATLAH !!!” titah Gabriel sambil keluar dari lab. Biologi. Silla dan rio dengan cepat melangkah pergi mencari sivia yg tadi membawa alvin kabur.
“sill , ku rasa sivia ada di dalam, ayo masuk. “ ajak rio, silla mengangguk dan membuka pintu roomstric.

‘CKLEEEK’
“kenapa loe bantuin dia ?” Tanya rio yg melihat sivia duduk bersama alvin.
kalau gue tahu begini jadinya, gue nggak akan ngebiarin gabriel ngejalanin rencanya. Ini terlalu berlebihan.” Kata sivia terdengar sengit.
“sudahlah ! ayo kita pergi vi, jangan sampai alvin menyadari kalo kita yg mengerjainya samppai seperti ini, bisa-bisa kita di DO dari sekolah ini.” Silla menarik tangan sivia paksa, namun sivia berusaha memberontah dengan sangat keras. Rio ambil bagian dan ikut menarik sivia agar cepet-cepat bergeming.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

‘Drrrtdrrrtdrrrrt’ HP ify bergetar , lalu di angkatnya telpon tersebut.
‘alvin ada di roomstric, dia butuh kamu. Cepatlah’ suara di sebrang sana terdengar bergetar menahan tangis dan membuat ify bingung sekaligus panic.
‘apa yg terjadi pada al… ?’
‘tuuuuttuuuuttuuuuut’ belum ify melanjutkan pertanyaannya, tapi orang tersebut sudah mematikan sambungan teleponnya.

Ify segera bergegas ke sekolah, mobil BMW silvernya melaju dengan cepat. Sekarang kepanikannya semakin memuncak.
Di depan gerbang sekolah ify berpapasan dengan laki-laki manis, ‘DUGDUGDUG’ jantung ify berdetak lebih kencang dari sebelumnya, dia sedikit melupakan tujuannya kesini. Ify mulai tersadar ketika laki-laki itu membalas tatapannya dengan tatapan sinis ‘aku membencimu…’ kata laki-laki tadi dengan suara yg terdengar seperti melirih penuh benci. Ify tersentak kaget dan memilih untuk melanjutkan langkahnya.

“ALVIN,,, ALVIN,,, KAMU DI MANA ?” teriak ify di koridor sekolah yg menjalar ke roomsztric. setelah berada di depan ruangan itu, ify memutar ganggang pintu dan menatap ruangan tersebut untuk mencari keberadaan alvin, namun nihil. Ruangan tersebut sangat kosong.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“ray, kakak datang untuk menjengukmu. Kamu baik-baik saja kan disana ?.” suara paraunya terdengar lagi di atas gundukan makam yg masih memerah. Ntahlah, sudah berapa kali dia menangis di atas makam adiknya ini. Rasanya baru kemarin dia mellihat senyuman adiknya itu terkembang manis membentuk lengkungan sempurna, namun nyatanya sekarang  tidak ada lagi senyuman manis itu karna sang empunya sudah tertimbun dalam di bawah permukaan.
“kakak, belum bisa merelakanmu ray, Kakak sangat menyayangimu. kakak janji, kakak akan membalas gadis itu karna telah mengabaikan cintamu.” Kalimat-kalimat itu terdengar penuh dendam, “ya sudah ray, kakak mau pulang dulu. Kapan-kapan kakak datang lagi untuk menjengukmu.”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

KE ESOKAN HARINYA….
Matahari menyembul di belahan bumi pertiwi, semakin lama semakin meninggi dan semakin terang terik penyinarannya. Bel masuk telah lama berbunyi, namun sivia malah masih mondar mandir di depan kelasnya. Seperti ada yg di tunggu atau ada kepentingan lain, yg jelas di wajahnya terdapat guratan kegelisahan, yg ntah tak tau apa yg membuatnya gelisah. ‘Huh ! kenapa dia tidak datang juga ?’, lirih sivia semakin kalut.
“sivia, apa yang kamu tunggu disini ?.” Tanya guru lian mengagetkan sivia, alhasil siviapun tergelonjak dan tanpa sngaja menyebut nama… “ALVIIN, upss” guru lian tersenyum jahil dan menatap sivia dengan kedua alis yg di turun naikkan dengan sengaja.
“hahaha, hari ini alvin tidak masuk vi. Tadi papanya telfon dan bilang kalau alvin sekarang tidak masuk.” Kata guru lian, sivia mangap gk jelas dan bertanya –lagi- dengan nada kagetnya “hah ! KENAPA PAK ???” sivia keceplosan dan menuutup mulutnya dengan keras, tanpa izin sivia berlari masuk kedalam kelasnya dengan ke2 tangan masih membekap mulutnya sendiri.
‘ishhhh ! apa-apaan sih ini, kok aku nanyain alvin mulu sich !!! ckckcck’

__________________*************************____________________

Ify berjalan menelusuri koridor sekolah, bel istirahat baru saja berbunyi dan membuat gadis ini memacu langkah tak karuan. Hari ini terasa aneh tanpa ada sahabatnya si alvin, ntah mengapa sahabtnya itu tidak memberi kabar apapun atas ketidak hadirannya di sekolah dengan keterangan izin di buku absen.
‘huuh ! secuek apapun sie alvin, tapi dia memang ngangenin.’ Desahnya pasrah sambil berjalan menunuduk di depan kelas sahabatnya, XI-IPA 1.
“Hay !” sapa seseorang sambil menyentuh pundak ify dari belakang. Ify menoleh dan menatap laki-laki hitam manis yg kini menyejajarkan langkahnya.

Langkah ify tercekat melihat laki-laki yg kini di sampingnya, bukan karna apa ? namun kenapa laki-laki ini menyapa dan menyeringai senyum kepadanya ?, bukankah laki-laki ini kemarin telah menatapmya dengan tatapan sinis dan sempat mengatakan kata ‘aku membencimu…’.
“jangan takut, aku membutuhkanmu.” Kata laki-laki itu sambil terus menebar senyum kepada ify, manis sekali senyumannya.
“jangan macam-macam.” Ancam ify sambil berusaha menjauhkan diri untuk menjaga jarak.
“hahaha, tenang saja cantik. Mana mungkin aku melukai gadis sepertimu.” 
“apa maumu.” Sengit ify dan tetap cuek.
‘aku mau lusa nanti kamu datang ke alamat ini. Kalau kamu tidak datang, lihat saja nanti apa yg akan aku lakukan ke sahabat tercintamu.” Ify diam di tempat, laki-laki tadi hanya terkekeh melihat ekspresi wajah ify. “aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku.” Sambung laki-laki itu sambil meraih tangan ify dan menaruh secarik kertas yg berisi alamat di atasnya.

+++++++++++++++++++++++**********************+++++++++++++++++++++++

‘Tetteeetteeet’ bel pulang sekolah berbunyi, semua sisiwa langsung berhamburan keluar ruang kelas masing-masing, tanpa terkecuali sivia. Gadis itu berjalan cepat menuju gerbang sekolah, untuk hari ini tampaknya sivia benar-benar enggan untuk bertemu dengan ke3 sahabatnya. Mungkin keengganan sivia masih berhubungan kental dengan masalah kemarin, tapi bukankah seharusnya gadis itu harus mebela sahabat2nya bukan musuhnya. Tapi ini bukan kemauannya, ini kemauan hatinya. Sivia lebih memilih kata hatinya, dari pada sesuatu pikiran yg menyeruak membentuk fakta di otaknya. Huh ! aneh sekali.
“non sivia, ayo masuk.” Sebuah mobil mewah berhenti di depan sivia. Jendela mobil terbuka dan tampak seorang pria membukakan pintu untuknya.
“aku mau jalan saja mang, Aku bosen naik mobil.” Kata sivia sambil menatap supirnya itu dengan tatapan memohon.
“tidak bisa non, sekarang nona harus mamang anter ke kantor tuan besar. Kata tuan, non sivia harus ikut meeting hari ini.” Sivia melengos sebal, akhirnya dia pun masuk kedalam mobil. Sivia tau untuk urusan yg satu ini, dia tidak bisa melawan ataupun menolak perintah papanya.

15 menit, sivia sudah sampai di kantor papanya. Semua karyawan menyambut sivia dengan ramah dan salah satu di antara mereka mengantarkan sivia ke tempat meeting.
“silahkan vi, kamu langsung aja masuk ke dalam.”  Kata karyawan yg mengantar sivia.
“huh ! ya sudah terimakasi kak cakka.” Sivia tersenyum lemah dan masuk keruang meeting.

‘CKLEEEK’
“maaf membuat anda semua menunggu lama.” Kata sivia sopan sambil membungkukkan sedikit badannya sebagai bertanda hormat, sekalligus permmintaan maafnya.
“cckckck ! dasar lelet, tidak sopan membuat para investor menunggu lama.” Sengit laki-laki yg sedang asyik mengotak atik laptopnya untuk membunuh rasa bosan.
Sivia melengos kesal, dia menatap tajam laki-laki tadi. Namun setelah melihat jelas laki-lai tersebut, sivia malah memasang wajah tak percaya, mulutnya pun mengatup rapat, di sertai tampang cengo seperti orang bodoh.
‘DUGDUGDUG’ jantung sivia berdetak kencang, dia mentapa laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun. ‘aku tak percaya’ rintih sivia dalam hati, jantungnya masih melincat-loncat di tempat. ckckck
Sivia teresona dengan penampilan Laki-laki yg tadi menyindirnya, karna jujur saja laki-laki yg di tatap sivia sekarang benar-benar tampan dengan menggunakan jas hitam pekat, berpadu dengan kemeja bermotif garis-garis tipis berwarna hitam juga, dan di kakinya terpasang kukuh sepatu pantofel hitam mengkilap. Ckckck ! dewasa sekali, padahal dari tampangnya, laki-laki itu masih seumuran dengan sivia.

+++++++++++++++++++++++BERSAMBUNG++++++++++++++++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar