-FESTIVAL
FRIENDSHIP SCHOOL-
Untuk yang
kesekian kalinya, Sivia kembali menatap cerminan dirinya di kaca guna mencari
dimana bagian dari dirinya yang tidak enak dipandang. Nihil. Yang Sivia lihat hanyalah seorang gadis cantik –dirinya sendiri
yang hampir sempurna dalam balutan mini dress berwarna putih bersih, dengan
sedikit hiasan yang membuat gadis tersebut tampak sederhana namun memikat hati.
Sivia
tersenyum, menyadari penampilannya sudah cukup untuk FFS. Apalagi dengan mini dress
yang sekarang membalut tubuhnya. ah! ia jatuh cinta sendiri dengan
penampilannya. Mengingat mini dress ini adalah pilihan Alvin, Sivia semakin
mengembangkan senyumannya. laki-laki itu memang mempunyai selera yang sangat
bagus. meskipun terkesan asal ambil waktu hunting, namun Sivia mengakui pilihan
laki-laki itu sangat memikatnya.
Ketika
menentukan konsep couple school, Alvin
yang memang mempunyai kekauasaan penuh atas event ini memilih konsep atau lebih
tepatnya tema ‘Simple White’ untuk
sekolah mereka, dan langsung ia setujui.
“simple white
aja, gue males milih warna.” kata Alvin ketika mereka sampai sebuah butik.
Sivia hanya
mengangguk menurut. setelah itu mereka benar-benar melakukan hunting
besar-besaran. memilih segala sesuatu yang terlihat kompak satu sama lain.
Sebenarnya bukan mereka. Hanya Sivia yang melakukan hunting besar-besarn,
selebihnya Alvin hanya bersikap acuh tak acuh.
“gak ada yang
cocok menurut gue.” Sivia mendesah lelah. sudah hampir dua jam ia dan Alvin
keluar masuk butik hanya untuk mencari pakaian yang cocok. namun tidak ada
satupun pakaian yang cocok untuknya.
Alvin yang
dari tadi mengikutinya keluar masuk butik hanya menggeleng-gelangkan kepala.
Seperti heran dengan tingkah gadis yang menjadi pasangannya. menurutnya gadis
itu benar-benar repot sendiri.
Butik
terakhir. gumam Sivia dalam hati. Ia bersumpah jika tidak menemukan pakaian
yang cocok di butik ini, ia akan memilih pakaian berwarnah putih dengan mata
tertutup. huh!
“lo udah
nemuin pakain yang cocok buat lo nggak?.” Tanya Sivia sambil menoleh kebelakang
ketika ia sudah memasuki butik terakhir ini –menurutnya.
“loh Alv…” Sivia
celingak-celinguk begitu menyadari Alvin tidak lagi berjalan dibelakangnya.
Dengan
langkah tergesa Sivia berjalan menyusuri butik ini, sesekali ia
celingak-celinguk memperhatikan isi butik. namun tidak ditemuinya sosok Alvin. laki-laki
itu….
PUKPUK
Ketika Sivia
menghempaskan pantatnya dislah satu sofa butik, tiba-tiba sesorang menepuk
pundaknya dari samping. hal tersebut membuat Sivia mendongak. huh…. Ternyata Alvin… Gumam Sivia sambil
bernafas lega. ia langsung berdiri dan memperhatikan Alvin dengan mata memicing
tajam. rasanya ia ingin membentak laki-laki tersebut yang tiba-tiba hilang dan
muncul seperti hantu, namun Sivia sepertinya harus menelan bulat-bulat
bentakannya ketika melihat Alvin menyodorkan sebuat mini dress yang langsung
membuat jatuh cinta.
Tanpa banyak
pertimbangan lagi, setelah mencoba mini dress tersebut Sivia langsung
membayarnya.
dan sekarang,
mini dress putih bersih tersebut membalut tubuhnya, dengan beberapa hiasan
simple membuatnya terlihat anggun, belum lagi penampilannya semakin dipercantik
dengan sebuah jepitan kupu-kupu kecil berwarna putih –juga bertengger manis
dirambut sebahunya yang tergerai. benar-benar cantik.
“non via,
di…...” pebantu rumah Sivia yang tiba-tiba berdiri diambang pintu langsung
melongo parah melihat majikannya yang terlihat berbeda. terlihat cantik.
“ada apa
bi?.” Tanya Sivia sambil menghampiri pembantunya.
“non via
sudah ditunggu dibawah.” kata pembantu tersebut sambil mengendalikan diri agar
tidak histeris melihat majikannya.
Sivia
mengangguk, lantas kembali masuk kekamrnya untuk mengambil tas kecil berwarna
putihnya –yang sudah ia persiapkan. setelah merasa tidak ada lagi yang kurang
ataupun terlupa, Sivia bergegas keluar.
“non…”
panggil pembantunya ketika Sivia hampir keluar dari pintu depan rumah. Sivia
menghentikan langkahnya dan berbalik lagi menghadap pembantunya yang sedari
tadi mengikuti langkahnya dari kamar hingga pintu depan.
“ya, ada apa
bi?.”
“ng…. non via
cantik banget.” pembantunya tersenyum meyakinkan. “selamat bersenang-senang
non.”
Sivia
mengangguk sambil balas tersenyum. setelahnya ia benar-benar berjalan keluar
rumah. ia menghampiri mobil putih yang entah mengapa terasa semakin menguatkan
tema ‘simple white’ yang diusung pemiliknya. sebelum benar-benar membuka pintu
mobil, jantung Sivia terasa berdetak ekstra. dug dug dug….
laki-laki
itu…. bukan manusia….
**********
Sivia
berusaha mengendalikan diri begitu melihat makhluk yang ada didalam mobil. laki-laki itu –ah! bukan! ketampanannya yang
berkilau tak pantas membuat makhluk itu disebut manusia. mungkin bisa disebut malaikat
berbentuk manusia, meskipun tak pernah melihat makhluk yang namanya malaikat.
namun Sivia menjamin, kesempurnaan laki-laki tersebut hapir setaraf dengan
kesempurnaan malaikat. sungguh….
Sivia
benar-benar memaku. dimatanya hanya ada Alvin yang terlihat –selalu- tampan
dalam balutan tuxedo putih bersih –berwarna senada dengan mini dress Sivia. Dari
jam tangan, celana, sepatu, dan semua yang ada pada tubuh laki-laki itu
berwarna putih bersih, apalagi kulit alaminya yang putih tanpa cela –meskipun terlihat sedikit pucat namun tetap terkesan
semakin mempesona, mungkin bertambah mempesona setiap waktu –setidaknya bigutalah
Alvin dimata Sivia.
“heeeem… kita
hampir telat.” Alvin berdehem pelan guna menyadri Sivia yang masih
terbengong-bengong. jujur saja, laki-laki itu sekarang sedang menahan tawa
begitu melihat wajah Sivia yang begitu menggemaskan ketika terpana melihatnya.
apa ada yang salah dalam dirinya? sehingga membuat gadisnya itu membeku
ditempat.
“apa ada yang
salah.” Tanya Alvin dengah wajah polos.
rrrrrrrr……
Bodoh!
tentu saja!!!
tentu saja ada yang salah… Salahnya kau terlalu
tampan, bahkan ketampananmu nyaris sempurna dan tidak manusiawi. bisakah
ketampananmu sedikit dikurangi. Demi tuhan yang menciptakanmu! aku akan tetap mencintaimu meskipun
ketampananmu sedikit dikurangi.
********
Alvin terpaku
sejenak didalam mobilnya begitu melihat seorang gadis dengan mini dress putih
bersih yang baru saja keluar dari rumahnya. gadis itu cantik sekali menggunakan
mini dress pilihannya. rasanya Alvin benar-benar bangga akan mini dress yang
dipilihnya untuk gadis tersebut. karena dengan balutan mini dress tersebut,
benar-benar membuat gadisnya tampak seperti bidadari.
Dada Alvin
bergemuruh semakin hebat, begitu meihat gadis tersebut membuka pintu mobilnya.
ia benar-benar terpaku mengagungi seraut wajah cantik natural yang kini
melihatnya dengan pandangan intens.
“heeeem… kita
hampir telat.” Alvin coba mengendalikan dirinya dari keterpesonaannya melihat Sivia.
dengan kegugupan yang sedikit menguap, Alvin coba menyadar gadis tersebut dari
keterpakuannya, namun gadis itu masih tetap terpaku dan memandangnya secara
intens.
apa ada yang salah? mengapa gadis tersebut
melihatku seperti itu. Alvin bergumam tak jelas dalam hati. namun
setelah lama berfikir dan mendapati kenyataan kalau gadis tersebut terpaku karena
melihat penampilannya yang mungkin terlihat –WOW-, Alvin mencoba menaha
tawanya, bahkan ia hampir ternyuman geli
melihat tingkah polah gadis tersebut yang belum juga terdar dari
keterpesonaannya. Alvin sendiri hapir akan merusak karakter dinginnya dalam
cerbung ini kalau saja ia tidak bisa menahan tawanya dan berlaku OOC disini.
“apa ada yang
salah?.” Tanya Alvin lagi, namun kali ini gadis tersebut tersadar dan langsung
salah tingkah.
Sivia –gadis
tersebut melengos dan segera masuk kedalam mobil Alvin. sebisa mungkin ia
menghindari matanya untuk melihat Alvin kalau tidak ingin mempermalukan dirinya
lagi –yang terbengong-bengong melihat ketamapanan yang tidak manusiawi dari
laki-laki ini….
**********
lapangan
tempat diadakannya FFS tampak sudah ramie dengan suara riuh rendah para tamu
undangan kebanyakan didominasi olehsiswa
siswi SMA & SMP, sisanya adalah para guru-guru dan pejabat-pejabat yang
merupakan tamu undangan khusus. Alvin baru saja memarkirkan mobil putihnya
ditempat parkir begitu melihat sudah banya tamu undangan lain yang
memperhatikan kedatanganya dengan Sivia.
seperti
biasa, Alvin tetap pada sikap acuh tak acuhnya meskipun seluruh dunia memandang
kearahnya. sementara Sivia dengan takut-takut ia keluar dari mobil begitu pintu
mobil dibuka oleh Alvin. Sivia sempat bengong sebentar akan tingkah laki-laki
tersebut. tingkahnya berbeda sekali dengan kesehariannya. CIH-_-
sebelum
benar-benar melangkah semakin memasuki lapangan FFS, Alvin mengulurkan
tangannya pada Sivia. meminta gadis tersebut segera menyambut tangannya dan
mereka bisa berjalan masuk bersama.
dengan ragu Sivia
menyambut tangan Alvin. laki-laki tersebut benar-benar berdebeda. apakah ini
hanya SANDIWARA? kalau jawabanya ‘iya’ Sivia bermohon sepenuh hati agar SANDIWARA
ini jangan berakhir. karena rasanya sunggu bahagia ketika tanganmu digenggam
erat oleh tangan kekar Alvin, langkahmu sejajar dan seirma dengan langkahnya
yang lebar namur terkesan tenang, apalgi perlakuannya yang sungguh manis. aaah!
Alvin membuatmu gila Sivia azizah….
*******
semenjak
kedatangan mereka. Alvin dan Sivia. di FFS ini, semua mata seakan tertuju pada
mereka. mungkin karena mereka dapat melihat segi yang sangat kontras dibalik
warna senada pakaian mereka. seperti ada chemistry yang kuat diantara mereka,
dan ada benang transparan yang mengikat ‘simple white’ couple tersebut.
namun Alvin
dan Sivia yang menjadi pusat perhatian berpura-pura bersikap biasa. mereka
mengikuti acara FFS ini dalam diam, namun penuh kehangatan karena tangan mereka
yang masih terus menaut satu sama lain.
acara
berjalan lancar. benar-benar lancar. sampai mereka tak merasa satu jam telah
terlewati dan mereka masih tetepa dengan posisi semula, dengan tangan yang
masih menaut, dan kehangatan yang terus mengalir lembut karena kulit tangan
mereka yang bersentuhan.
“baiklah,
mari kita panggil para perwakilan couple school tahun ini. untuk para
perwakilan silahkan naik keatas panggung.” MC acara memulai acara couple school
yang memang selalu ada dalam FFS.
Alvin dan Sivia
yang merasa menjadi perwakilan sekolah
mereka langsung bangun dan berjalan kearah panggung bersama
perwakilan-perwakilan dari sekolah lainnya. dari yang terlihat, siangan mereka
tampak tak bisa dibilang enteng karena mereka juga terlihat memukau dalam balutan
berbagai model pakaian yang lebih wow dari pasangan Alvia.
“baiklah,
semua perwakilan sudah berada diatasa panggung.” MC tersebut mengabsen mereka
dan nama sekolah mereka. Sivia yang semakin lama semakin idak nyaman berada
diatas panggung hanya bisa menghela nafas dan pura-pura tersenyu, tubuhnya
sudah mulai bergetar dari tadi.
genggaman itu
mengerat, Sivia merasakan kehangatan yang semakin menenangkannya karena Alvin
menggenggam tanangannya semakin kuat. ia mendongak, melihat wajah Alvin yang
tetap stoick meskipun dalam acara seperti ini. Alvin yang merasa diperhatikan
langsung menunduk, melihat gadisnya yang emandangnya secara intens –lagi. ia
hanya mengangguk dan kembali mengangkat wajahnya. Sivia paham. ia harus
bersikap tenang seperti Alvin.
“wah rasanya
cepat sekali dan ini dia pasangan teakhir kita.” MC berjalan mendekati Alvin
dan Sivia. “saya rasa couple terakhir kita ini memiliki chaistry yangsayangat
kuat. terlihat sangat kontras namun saling memikat.” komentar MC tersebut.
“baiklah kita
mulai saja dari beberapa pertanyaan. saya bertanya dan kalian harus menjawab
sepaham.”
Alvin dan Sivia
mengangguk bersamaan.
“untuk si
cowok, seberapa kenal kamu dengan couple schoolmu ini?.”
pertanyaan MC
tersebut membuat Sivia tergugah, ia mendongak kearah Alvin yang tengah mengamil
nafas berusaha bersikap normal.
“saya tidak
tahu, yang jelas saya lebih mengenalnya dari saya mengenal diri saya sendiri.”
jawab Alvin mantap. kontan semua terbengong mendengar jawaban Alvin, termasuk Sivia.
gadis itu benar-benar tak percaya dengan jawaban Alvin.
“are you
sure?.” pekik MC mencairkan suasana. “WOW apa jawaban anda menunjukan ada
suatua hubungan?.”
“entahlah.”
jawab Alvin kalem. ia melirik Sivia dari ekor matanya.
“baiklah-baiklah,
pertanyaan selanjutnya kalian harus
menjawab kompak.” seru MC tersebut. “pertanyaannya, apa kalian saling
mencintai.”
KRIK
KRIK
KRIK
mendadak
tubuh Sivia menegang, begitupun dengan Alvin. keduanya kaget mendengar
pertanyaan MC. cukup lama mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing,
semua tamu acara seperti menunggu jawaban mereka.
Sivia dan Alvin
hampir…..
“hahahaha
maaf-maaf saya hanya bercanda, pertanyaannya bukan itu.” Alvin dan Sivia
mendesah lega, mereka saling melihat dari ekor mata mereka sendiri. sebenarnya
mereka penasaran dengan jawaban tersebut? apa mereka saling cinta?
“ini
pertanyaannya yang sebenarnya, apa kalian nyaman di couplekan seperti ini?.”
Tanya MC tersebut.
tanpa
komando, Alvin dan Sivia mengangguk bersamaan.
“wah kompak
sekali kalian.” puji MC. “next, pertanyaan terakhir untuk si cewek, sejak kapan
kalian saling kenal?.”
Sivia kembali
tertegun.
sejak kapan?
merka saling
kenal?
lidah Sivia
terasa kelu untuk menjawab. loginya memerintahkan dirinya menjawab beberapa
bulan yang lalu, sementara hatinya terus memberontak. bukan, bukan sebulan yang lalu.
mendadak
sebuah bayangan bermain dalam otaknya. bayangan tersebut berputar-putar blur
seperti kaset lusuh yang hampir tak jelas isinya. telinganya terus
mendengungkan pertanyaan yang diajukan MC ‘sejak
kapan’, seakan-akan pertanyaan tersebut menjadi soundtrack yang menjadi
latar bayangan-bayang yang bermain dalam otak Sivia.
bodoh! apa kau tak ingat sejak kapan? payah
sekali kau Sivia. apa kau tak ingat masa-masa apa saja yang kau habiskan untuk
mengenal laki-laki disampingmu? apa keindahan kebersamaan kalian tak terekam
dalam kepalamu? hah bodoh sekali…
suara umpatan
tersebut terdengar menyapa gendang telinganya. Sivia yakin itu suara hatinya.
hatinya mengumpati dirinya dan membuatnya semakin bingung. sejak kapan?. Sivia
yakin ia mengenal Alvin bukan dari beberapa bulang yang lalu –bukan sejak
mereka dijodohkan. tapi Sivia juga tidak tau kapan tepatnya.
Sivia terus
mengingat sejak kapan ia mengenal Alvin?.
namun kepalanya terasa pening, membuatnya tidak bisa mengingat lebih
jauh lagi. semakin ia mengingat semakin sakit pula kepalanya.
“berhenti
mengingat, lupakan semuanya. aku rela dilupakan asalkan kamu tidak merasakan
sakit.” seseorang berbisik tepat ditelinganya. seiring dengan bisikan tersebut,
kepalanya yang tadi terasa berat kini terasa ditarik dan didekap dengan erat
hingga kepalanya menempel pada sebuah permukaan bidang.
******
perlahan
tangan gadis dalam genggamannya terasa basah oleh keringat dingin, Alvin
menundukan kepalanya dan melihat wajah Sivia yang tampak seperti berusaha
mengingat sesuatu. ia terus memerhatikan gadis tersebut sampai gadisnya
meringis tertahan. Alvin mengerti. ia melangsung melayangkan tangannya yang
bebas dari genggaman untuk memeluk kepala gadis tersebut.
“berhenti
mengingat, lupakan semuanya. aku rela dilupakan asalkan kamu tidak merasakan
sakit.” katanya berbisik.
ia tahu
gadisnya berusaha mengingat sejak kapan mereka saling kenal?
aku mengenalnya jauh sebelum takdir mempertemukan
kita kembali -Alvin-
-BERSAMBUNG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar