Kamis, 02 Mei 2013

NO SAD!!! (part 10)





-FESTIVAL FRIENDSHIP SCHOOL-



Untuk yang kesekian kalinya, Sivia kembali menatap cerminan dirinya di kaca guna mencari dimana bagian dari dirinya yang tidak enak dipandang. Nihil. Yang Sivia lihat  hanyalah seorang gadis cantik –dirinya sendiri yang hampir sempurna dalam balutan mini dress berwarna putih bersih, dengan sedikit hiasan yang membuat gadis tersebut tampak sederhana namun memikat hati.

Sivia tersenyum, menyadari penampilannya sudah cukup untuk FFS. Apalagi dengan mini dress yang sekarang membalut tubuhnya. ah! ia jatuh cinta sendiri dengan penampilannya. Mengingat mini dress ini adalah pilihan Alvin, Sivia semakin mengembangkan senyumannya. laki-laki itu memang mempunyai selera yang sangat bagus. meskipun terkesan asal ambil waktu hunting, namun Sivia mengakui pilihan laki-laki itu sangat memikatnya.

Ketika menentukan konsep couple school, Alvin yang memang mempunyai kekauasaan penuh atas event ini memilih konsep atau lebih tepatnya tema ‘Simple White’ untuk sekolah mereka, dan langsung ia setujui.

“simple white aja, gue males milih warna.” kata Alvin ketika mereka sampai sebuah butik.

Sivia hanya mengangguk menurut. setelah itu mereka benar-benar melakukan hunting besar-besaran. memilih segala sesuatu yang terlihat kompak satu sama lain. Sebenarnya bukan mereka. Hanya Sivia yang melakukan hunting besar-besarn, selebihnya Alvin hanya bersikap acuh tak acuh.

“gak ada yang cocok menurut gue.” Sivia mendesah lelah. sudah hampir dua jam ia dan Alvin keluar masuk butik hanya untuk mencari pakaian yang cocok. namun tidak ada satupun pakaian yang cocok untuknya.

Alvin yang dari tadi mengikutinya keluar masuk butik hanya menggeleng-gelangkan kepala. Seperti heran dengan tingkah gadis yang menjadi pasangannya. menurutnya gadis itu benar-benar repot sendiri.

Butik terakhir. gumam Sivia dalam hati. Ia bersumpah jika tidak menemukan pakaian yang cocok di butik ini, ia akan memilih pakaian berwarnah putih dengan mata tertutup. huh!

“lo udah nemuin pakain yang cocok buat lo nggak?.” Tanya Sivia sambil menoleh kebelakang ketika ia sudah memasuki butik terakhir ini –menurutnya.

“loh Alv…” Sivia celingak-celinguk begitu menyadari Alvin tidak lagi berjalan dibelakangnya.

Dengan langkah tergesa Sivia berjalan menyusuri butik ini, sesekali ia celingak-celinguk memperhatikan isi butik. namun tidak ditemuinya sosok Alvin. laki-laki itu….

PUKPUK

Ketika Sivia menghempaskan pantatnya dislah satu sofa butik, tiba-tiba sesorang menepuk pundaknya dari samping. hal tersebut membuat Sivia mendongak. huh…. Ternyata Alvin… Gumam Sivia sambil bernafas lega. ia langsung berdiri dan memperhatikan Alvin dengan mata memicing tajam. rasanya ia ingin membentak laki-laki tersebut yang tiba-tiba hilang dan muncul seperti hantu, namun Sivia sepertinya harus menelan bulat-bulat bentakannya ketika melihat Alvin menyodorkan sebuat mini dress yang langsung membuat jatuh cinta.

Tanpa banyak pertimbangan lagi, setelah mencoba mini dress tersebut Sivia langsung membayarnya.

dan sekarang, mini dress putih bersih tersebut membalut tubuhnya, dengan beberapa hiasan simple membuatnya terlihat anggun, belum lagi penampilannya semakin dipercantik dengan sebuah jepitan kupu-kupu kecil berwarna putih –juga bertengger manis dirambut sebahunya yang tergerai. benar-benar cantik.

“non via, di…...” pebantu rumah Sivia yang tiba-tiba berdiri diambang pintu langsung melongo parah melihat majikannya yang terlihat berbeda. terlihat cantik.

“ada apa bi?.” Tanya Sivia sambil menghampiri pembantunya.

“non via sudah ditunggu dibawah.” kata pembantu tersebut sambil mengendalikan diri agar tidak histeris melihat majikannya.

Sivia mengangguk, lantas kembali masuk kekamrnya untuk mengambil tas kecil berwarna putihnya –yang sudah ia persiapkan. setelah merasa tidak ada lagi yang kurang ataupun terlupa, Sivia bergegas keluar.

“non…” panggil pembantunya ketika Sivia hampir keluar dari pintu depan rumah. Sivia menghentikan langkahnya dan berbalik lagi menghadap pembantunya yang sedari tadi mengikuti langkahnya dari kamar hingga pintu depan.

“ya, ada apa bi?.”

“ng…. non via cantik banget.” pembantunya tersenyum meyakinkan. “selamat bersenang-senang non.”

Sivia mengangguk sambil balas tersenyum. setelahnya ia benar-benar berjalan keluar rumah. ia menghampiri mobil putih yang entah mengapa terasa semakin menguatkan tema ‘simple white’ yang diusung pemiliknya. sebelum benar-benar membuka pintu mobil, jantung Sivia terasa berdetak ekstra. dug dug dug….

laki-laki itu…. bukan manusia….



**********



Sivia berusaha mengendalikan diri begitu melihat makhluk yang ada didalam mobil.  laki-laki itu –ah! bukan! ketampanannya yang berkilau tak pantas membuat makhluk itu disebut manusia. mungkin bisa disebut malaikat berbentuk manusia, meskipun tak pernah melihat makhluk yang namanya malaikat. namun Sivia menjamin, kesempurnaan laki-laki tersebut hapir setaraf dengan kesempurnaan malaikat. sungguh….

Sivia benar-benar memaku. dimatanya hanya ada Alvin yang terlihat –selalu- tampan dalam balutan tuxedo putih bersih –berwarna senada dengan mini dress Sivia. Dari jam tangan, celana, sepatu, dan semua yang ada pada tubuh laki-laki itu berwarna putih bersih, apalagi kulit alaminya yang putih tanpa cela –meskipun  terlihat sedikit pucat namun tetap terkesan semakin mempesona, mungkin bertambah mempesona setiap waktu –setidaknya bigutalah Alvin dimata Sivia.

“heeeem… kita hampir telat.” Alvin berdehem pelan guna menyadri Sivia yang masih terbengong-bengong. jujur saja, laki-laki itu sekarang sedang menahan tawa begitu melihat wajah Sivia yang begitu menggemaskan ketika terpana melihatnya. apa ada yang salah dalam dirinya? sehingga membuat gadisnya itu membeku ditempat.

“apa ada yang salah.” Tanya Alvin dengah wajah polos.

rrrrrrrr…… Bodoh!

tentu saja!!!

tentu saja ada yang salah… Salahnya kau terlalu tampan, bahkan ketampananmu nyaris sempurna dan tidak manusiawi. bisakah ketampananmu sedikit dikurangi. Demi tuhan yang menciptakanmu!  aku akan tetap mencintaimu meskipun ketampananmu sedikit dikurangi.



********


Alvin terpaku sejenak didalam mobilnya begitu melihat seorang gadis dengan mini dress putih bersih yang baru saja keluar dari rumahnya. gadis itu cantik sekali menggunakan mini dress pilihannya. rasanya Alvin benar-benar bangga akan mini dress yang dipilihnya untuk gadis tersebut. karena dengan balutan mini dress tersebut, benar-benar membuat gadisnya tampak seperti bidadari.

Dada Alvin bergemuruh semakin hebat, begitu meihat gadis tersebut membuka pintu mobilnya. ia benar-benar terpaku mengagungi seraut wajah cantik natural yang kini melihatnya dengan pandangan intens.

“heeeem… kita hampir telat.” Alvin coba mengendalikan dirinya dari keterpesonaannya melihat Sivia. dengan kegugupan yang sedikit menguap, Alvin coba menyadar gadis tersebut dari keterpakuannya, namun gadis itu masih tetap terpaku dan memandangnya secara intens.

apa ada yang salah? mengapa gadis tersebut melihatku seperti itu. Alvin bergumam tak jelas dalam hati. namun setelah lama berfikir dan mendapati kenyataan kalau gadis tersebut terpaku karena melihat penampilannya yang mungkin terlihat –WOW-, Alvin mencoba menaha tawanya, bahkan  ia hampir ternyuman geli melihat tingkah polah gadis tersebut yang belum juga terdar dari keterpesonaannya. Alvin sendiri hapir akan merusak karakter dinginnya dalam cerbung ini kalau saja ia tidak bisa menahan tawanya dan berlaku OOC disini.

“apa ada yang salah?.” Tanya Alvin lagi, namun kali ini gadis tersebut tersadar dan langsung salah tingkah.

Sivia –gadis tersebut melengos dan segera masuk kedalam mobil Alvin. sebisa mungkin ia menghindari matanya untuk melihat Alvin kalau tidak ingin mempermalukan dirinya lagi –yang terbengong-bengong melihat ketamapanan yang tidak manusiawi dari laki-laki ini….




**********


lapangan tempat diadakannya FFS tampak sudah ramie dengan suara riuh rendah para tamu undangan  kebanyakan didominasi olehsiswa siswi SMA & SMP, sisanya adalah para guru-guru dan pejabat-pejabat yang merupakan tamu undangan khusus. Alvin baru saja memarkirkan mobil putihnya ditempat parkir begitu melihat sudah banya tamu undangan lain yang memperhatikan kedatanganya dengan Sivia.

seperti biasa, Alvin tetap pada sikap acuh tak acuhnya meskipun seluruh dunia memandang kearahnya. sementara Sivia dengan takut-takut ia keluar dari mobil begitu pintu mobil dibuka oleh Alvin. Sivia sempat bengong sebentar akan tingkah laki-laki tersebut. tingkahnya berbeda sekali dengan kesehariannya. CIH-_-

sebelum benar-benar melangkah semakin memasuki lapangan FFS, Alvin mengulurkan tangannya pada Sivia. meminta gadis tersebut segera menyambut tangannya dan mereka bisa berjalan masuk bersama.

dengan ragu Sivia menyambut tangan Alvin. laki-laki tersebut benar-benar berdebeda. apakah ini hanya SANDIWARA? kalau jawabanya ‘iya’ Sivia bermohon sepenuh hati agar SANDIWARA ini jangan berakhir. karena rasanya sunggu bahagia ketika tanganmu digenggam erat oleh tangan kekar Alvin, langkahmu sejajar dan seirma dengan langkahnya yang lebar namur terkesan tenang, apalgi perlakuannya yang sungguh manis. aaah! Alvin membuatmu gila Sivia azizah….


*******



semenjak kedatangan mereka. Alvin dan Sivia. di FFS ini, semua mata seakan tertuju pada mereka. mungkin karena mereka dapat melihat segi yang sangat kontras dibalik warna senada pakaian mereka. seperti ada chemistry yang kuat diantara mereka, dan ada benang transparan yang mengikat ‘simple white’ couple tersebut.

namun Alvin dan Sivia yang menjadi pusat perhatian berpura-pura bersikap biasa. mereka mengikuti acara FFS ini dalam diam, namun penuh kehangatan karena tangan mereka yang masih terus menaut satu sama lain.

acara berjalan lancar. benar-benar lancar. sampai mereka tak merasa satu jam telah terlewati dan mereka masih tetepa dengan posisi semula, dengan tangan yang masih menaut, dan kehangatan yang terus mengalir lembut karena kulit tangan mereka yang bersentuhan.

“baiklah, mari kita panggil para perwakilan couple school tahun ini. untuk para perwakilan silahkan naik keatas panggung.” MC acara memulai acara couple school yang memang selalu ada dalam FFS.

Alvin dan Sivia yang merasa menjadi perwakilan sekolah  mereka langsung bangun dan berjalan kearah panggung bersama perwakilan-perwakilan dari sekolah lainnya. dari yang terlihat, siangan mereka tampak tak bisa dibilang enteng karena mereka juga terlihat memukau dalam balutan berbagai model pakaian yang lebih wow dari pasangan Alvia.

“baiklah, semua perwakilan sudah berada diatasa panggung.” MC tersebut mengabsen mereka dan nama sekolah mereka. Sivia yang semakin lama semakin idak nyaman berada diatas panggung hanya bisa menghela nafas dan pura-pura tersenyu, tubuhnya sudah mulai bergetar dari tadi.

genggaman itu mengerat, Sivia merasakan kehangatan yang semakin menenangkannya karena Alvin menggenggam tanangannya semakin kuat. ia mendongak, melihat wajah Alvin yang tetap stoick meskipun dalam acara seperti ini. Alvin yang merasa diperhatikan langsung menunduk, melihat gadisnya yang emandangnya secara intens –lagi. ia hanya mengangguk dan kembali mengangkat wajahnya. Sivia paham. ia harus bersikap tenang seperti Alvin.

“wah rasanya cepat sekali dan ini dia pasangan teakhir kita.” MC berjalan mendekati Alvin dan Sivia. “saya rasa couple terakhir kita ini memiliki chaistry yangsayangat kuat. terlihat sangat kontras namun saling memikat.” komentar MC tersebut.

“baiklah kita mulai saja dari beberapa pertanyaan. saya bertanya dan kalian harus menjawab sepaham.”

Alvin dan Sivia mengangguk bersamaan.

“untuk si cowok, seberapa kenal kamu dengan couple schoolmu ini?.”

pertanyaan MC tersebut membuat Sivia tergugah, ia mendongak kearah Alvin yang tengah mengamil nafas berusaha bersikap normal.

“saya tidak tahu, yang jelas saya lebih mengenalnya dari saya mengenal diri saya sendiri.” jawab Alvin mantap. kontan semua terbengong mendengar jawaban Alvin, termasuk Sivia. gadis itu benar-benar tak percaya dengan jawaban Alvin.

“are you sure?.” pekik MC mencairkan suasana. “WOW apa jawaban anda menunjukan ada suatua hubungan?.”

“entahlah.” jawab Alvin kalem. ia melirik Sivia dari ekor matanya.

“baiklah-baiklah, pertanyaan selanjutnya  kalian harus menjawab kompak.” seru MC tersebut. “pertanyaannya, apa kalian saling mencintai.”

KRIK

KRIK

KRIK

mendadak tubuh Sivia menegang, begitupun dengan Alvin. keduanya kaget mendengar pertanyaan MC. cukup lama mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, semua tamu acara seperti menunggu jawaban mereka.

Sivia dan Alvin hampir…..

“hahahaha maaf-maaf saya hanya bercanda, pertanyaannya bukan itu.” Alvin dan Sivia mendesah lega, mereka saling melihat dari ekor mata mereka sendiri. sebenarnya mereka penasaran dengan jawaban tersebut? apa mereka saling cinta?

“ini pertanyaannya yang sebenarnya, apa kalian nyaman di couplekan seperti ini?.” Tanya MC tersebut.

tanpa komando, Alvin dan Sivia mengangguk bersamaan.

“wah kompak sekali kalian.” puji MC. “next, pertanyaan terakhir untuk si cewek, sejak kapan kalian saling kenal?.”

Sivia kembali tertegun.

sejak kapan?

merka saling kenal?

lidah Sivia terasa kelu untuk menjawab. loginya memerintahkan dirinya menjawab beberapa bulan yang lalu, sementara hatinya terus memberontak. bukan, bukan sebulan yang lalu.

mendadak sebuah bayangan bermain dalam otaknya. bayangan tersebut berputar-putar blur seperti kaset lusuh yang hampir tak jelas isinya. telinganya terus mendengungkan pertanyaan yang diajukan MC ‘sejak kapan’, seakan-akan pertanyaan tersebut menjadi soundtrack yang menjadi latar bayangan-bayang yang bermain dalam otak Sivia.

bodoh! apa kau tak ingat sejak kapan? payah sekali kau Sivia. apa kau tak ingat masa-masa apa saja yang kau habiskan untuk mengenal laki-laki disampingmu? apa keindahan kebersamaan kalian tak terekam dalam kepalamu? hah bodoh sekali…

suara umpatan tersebut terdengar menyapa gendang telinganya. Sivia yakin itu suara hatinya. hatinya mengumpati dirinya dan membuatnya semakin bingung. sejak kapan?. Sivia yakin ia mengenal Alvin bukan dari beberapa bulang yang lalu –bukan sejak mereka dijodohkan. tapi Sivia juga tidak tau kapan tepatnya.

Sivia terus mengingat sejak kapan ia mengenal Alvin?.  namun kepalanya terasa pening, membuatnya tidak bisa mengingat lebih jauh lagi. semakin ia mengingat semakin sakit pula kepalanya.

“berhenti mengingat, lupakan semuanya. aku rela dilupakan asalkan kamu tidak merasakan sakit.” seseorang berbisik tepat ditelinganya. seiring dengan bisikan tersebut, kepalanya yang tadi terasa berat kini terasa ditarik dan didekap dengan erat hingga kepalanya menempel pada sebuah permukaan bidang.


******


perlahan tangan gadis dalam genggamannya terasa basah oleh keringat dingin, Alvin menundukan kepalanya dan melihat wajah Sivia yang tampak seperti berusaha mengingat sesuatu. ia terus memerhatikan gadis tersebut sampai gadisnya meringis tertahan. Alvin mengerti. ia melangsung melayangkan tangannya yang bebas dari genggaman untuk memeluk kepala gadis tersebut.

“berhenti mengingat, lupakan semuanya. aku rela dilupakan asalkan kamu tidak merasakan sakit.” katanya berbisik.

ia tahu gadisnya berusaha mengingat sejak kapan mereka saling kenal?

aku mengenalnya jauh sebelum takdir mempertemukan kita kembali  -Alvin-



-BERSAMBUNG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar