Rabu, 01 Mei 2013

NO SAD!!! (part 6)


Sebelum baca part 6 ini, please perhatikan bebrapa hal yang nanti akan membuat kalian bingung!!!

Keterangan :::
Yang  bergaris miring itu Flasback –nya
FB Off => Flasback off
Banyak typo jadi mohon dimaklumin kalo ada kata2 aneh yang nggak kalian ngerti
OOC  –terutama peran Alvin

Nah itu naja, silahkan dinikmatin n.n






-Pra-tunangan-





“Nathan” gadis berseragam SMP melambai  pada laki-laki yang berlari mendekatinya sambil menenteng gitar. Laki-laki itu tersenyum samar sambil menetralkan nafasnya yang masih memburu karena habis berlari.

“maaf vi, Nathan telat.” Kata laki-laki tersebut.

Gadis berseragam SMP tersebut mengangguk maklum. Ia tersenyum geli melihat Nathan –laki-laki yang dari tadi ditunggunya masih sulit mengatur nafas. Via  menegakkan tubuh Nathan dan menghadapkan wajah laki-laki tersebut tepat menghadap wajahnya, kemudian tanpa rasa jijik disekanya keringat sebesar biji jagung yang keluar dari pori-pori wajah Nathan.

“dari mana aja nath, kok telat.”

“Nathan abis beli ini untuk via.”

Nathan mengeluarkan sebuah kotak terbungkus kertas kado berwarna merah –warna kesukaannya dan via-. Ditaruhnya gitar yang tadi ditentengnya. Nathan membuka tutup kotak tersebut hingga memperlihatkan sepasang cincin berwarna putih yang berpadu dengan ukiran berwarna merah yang mengukir nama kecil disekeliling cincin.

“gimana, Via suka?” Tanya Nathan sambil menyelami wajah gadis yang berseragam smp yg ada dihadapannya. Raut wajah Via sulit dartikan Nathan, ntah senang, kaget, terharu, atau entahlah.

“Via suka?” Nathan menggigit bibir bawahnya gemas, ia takut via-nya tidak suka.

Via diam. Ekspresi wajahnya tidak dapat diartikan. Pelupuk matanya tampak tergenang, dan meluncurkan setetes air mata. Membuat Nathan  semakin bingung. Tapi didetik selanjutnya, via menubruk tubuh Nathan dan dipeluknya tubuh laki-laki itu seerat yang dia bisa. Via menenggelamkan wajahnya kedalam dada Nathan. Ia tersenyum bahagia, air matanya masih menetes haru.

“via suka nath”

Nathan mengerjapkan matanya beberapa kali. Tubuhnya menghangat dipeluk gadis smp yang sekarang menjadi miliknya. Tangannya bergerak reflex balik memeluk tubuh gadis tersebut, mencoba memberi kehangatan yang sama seperti yang ia rasakan. Sementara Otaknya berkerja keras untuk meyakini kalau dirinya sedang tidak bermimpi sekarang. Gadis smp itu sekarang miliknya. Via milik Nathan.

“kalau begitu via jadi milik Nathan sekarang” 


******FB off******


Alvin berdiri menatap cerminan dirinya. Wajah putih pucatnya terlihat semakin tampan dengan garis-garis tegas yang selalu menampakkan pahatan  mahakarya sempurna sang penguasa. Tubuhnya terbalut Tuxedo hitam Black La Strada, membuat Alvin terlihat semakin tampan dan lebih dewasa.

Sudut bibirnya sedikit ditarik, menampilkan senyuman tipis khas seorang Alvin jonathan. Ia tersenyum atas isi Otaknya yang dirancang seperti computer Pentium IV dengan berbagai macam rencana berupa file dengan rename ‘cara mendapatkan Sivia azizah jika acara petunangan ini gagal’. Oh baiklah, seharus kita tau bocah ice yang satu ini hanya akan bersikap baik sekaali –dengan membiarkan Sivia lolos satu kali- dan dengan kemampuan otak super kilat bocah ice kita yang bernama Alvin jonathan ini akan memikirkan segudang cara licik untuk membuat Sivia menjadi miliknya –lagi. –mungkin bukan sebagai tunangan lagi namun ia akan memikirkan cara menarik Sivia langsung kedepan altar dan menikahi gadis itu secara paksa dan setelah itu ia baru akan memikirkan cara untuk membuat gadisnya itu jatuh cinta –lagi kepadanya. Kau benar-benr licik Alvin jo, hahaha. Tapi siapa yang peduli!. Alvin menarik sudut bibirnya lebih keatas dan menampilkan senyuman –oke saya salah- lebih tepatnya seringaian iblis yang entah sejak kapan bisa ia lakukan.

“Alv, 5 menit lagi acaranya dimulai. Jangan bilang lo udah gila karena mukirin Sivia datang atau enggak” kepala Cakka menyembul dari balik pintu kamar Alvin. Laki-laki keluarga nuraga itu terlihat tampan dengan tuxedo hitam yang hamper sama dengan tuxedo yang membalut tubuh Alvin.

Alvin menatap Cakka sinis dari kaca yang dapat mencerminkan kepala Cakka yang menyembul dari balik pintu.

“damai Vin!! Abisan elo sih liat kaca sambil senyum-senyum gitu.” Cakka nyengir. “turun buruan, tamu udah banyak noh di bawah.” Setelah mengatakan itu, Cakka langsung menarik kepalanya dan menutup pintu hingga tidak lagi terlihat oleh Alvin.

Huh!!

baiklah, Alvin jo apa yang dikatakan Cakka memang benar. Lo udah gila sekarang, gila gara-gara Sivia azizah, ck. Alvin menggeleng-gelengkan kepala  frustasi. Ia menatap cerminana wajahnya sekali lagi. Dan ia tersenyum geli atas dirinya yang sudah gila menyusun rencana-rencana yang errrr -mungkin sedikit kurang waras untuk menarik Sivia kedepan altar.

Sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya Alvin meraba bagian dalam kemeja –disekitar lehernya atau mungkin sedikit diatas dadanya-  yang berada didalam tuxedonya. Disana tersembunyi sebuaah kalung berbandul cincin berwarna putih yang berpadu dengan ukiran berwarna merah yang mengukir nama kecil disekeliling cincin.

Melihat cincin itu seperti mengulang kembali masa itu.



*****FB on***** 

Via mendengus kesal melihat Nathan yang menyelingkuhinya dengan sebuah gitar. Ia merasa terabaikan dan bodohnya lagi ia cemburu. Sivia azizah ceburu dengan sebuah gitar. Itu gila! Tapi jika kalian diacuhkan selama dua jam hanya karena sebuah gitar yang tidak mempunyai perasaan bosan atau kesal maka kalian patut cemburu.

“nath”

1,,, 2,,, ti…

“hmmmm”

Demi dewi perasaan, laki-laki yang sedang asik memainkan gitar dihadapannya ini membuat via merasa kalau laki-laki tersebut benar-benar tidak mempunyai perasaan. Ia menunggu selama dua jam, memanggil laki-laki tersebut dengan lembut sebanyak lebih dari 50 kali, dan hanya mendapatkan jawaban “hmmmm” sebanyak 5 kali. Aissh-_- habis sudah kesabaran via.

“ALVIN JONATHAN, APA LO GAK PUNYA PERASAAN, LO UDAH CUEKIN GUE 2 JAM-AN,  GUE UDAH MANGGIL 50 KALI LEBIH DAN LO CUMA BILANG HMMM 5 KALI. LO BENER2 ARGHHH… GUE BENCI LO.” via bangun dari duduknya, berdiri tegap didepan Alvin layaknya ia sedaang menantang musuh. Kesabarannya sudah habis sekarang.

Entah setan apa yang merasuki via, ia merebut gitar Nathan dengan kesal dan melemparnya hingga terhempas kelantai seteleh sebelumnya terlempar kedinding.

Dihembuskannya nafas fustasi, ia mendongak menatap gadisnya semenetra yang ditatap balas mematap sinis. Sekali lagi ia menghembuskan nafas frustasi. “vi, please jangan teriak, ini pesta pertunangan Cakka dan Ify, lo jaga sikap sedikit.” Kata Nathan menahn emosi dan berbicara setenang mungkin.

Kalau bisa diperlihatkan mungkin sekarang asap sedang mengepul keluar dari kepala, hidung, dan telinga via, tatapan sinisnya semakin tajam dan telak seperti menghancurkan kornea mata Alvin –yang ditatapnya-. Emosinya semakin menguar dan bercampur dengan udara panas yang entah sejak kapan menjadi suhu dominan malam ini. Sekarang ia benar-benar membenci kekasihnya. Selama 2 jam lebih dia menunggu dan sekarang ia hanya mendengar jawaban sialan yang terdengar seperti omelan. Oh sh*t!! terkutuklah kau Alvin jonathan.

“ lo cuekin gue 2 jam dan sekarang lo malah seenak jidat lo nyuruh gue jaga sikap.” 

“sorry, gue gak bermaksud, sebentar lagi gue bakalan main gitar didepan orang banyak, gue rasa gue butuh persiapan.” Ujar Nathan penuh penyesalan, ia menunduk penuh rasa bersalah. Ia memang salah.

“serah lo.”

Dengan langkah lebar Sivia pergi meninggalkan nathan. Ia butuh waktu untuk menenangkan diri setelah meluapkan emosinya yang cukup besar. Sementara Nathan masih menunduk. Orang-orang yang ada diacara pertunangan Cakka memilih diam, termasuk Shilla, Cakka, dan Ify yang dari tadi memilih menjadi penonton diam bersama tamu undungan yang lainnya.

“nath kejar via –nya” Winda selaku ibu Nathan yang dari tadi menonton adegan tersebut segera membuka suara dan membangunkan Nathan yang masih tetap mematung di posisinya.

Dengan kebingungan Nathan hanya menurut saja. Ia berjalan melewati beberapa tamu undangan yang masih menatapnya iba.


****FB off****



Shilla menarik tangan Sivia kedalam kamarnya. Ia mondar-mandir untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Jam 8. Shilla melirik jam dinding yang dengan egoisnya bergerak ke angka-angka yang bilangannya lebih besar. 15.23. dan jarum jam tersebut akan terus memacu ke angka 8 jika ia tidak melakukan sesuatu.

“vi lo harus ke acara pertunangan lo.” Kata Shilla mantap.

Sivia mengernyit heran. Bukankah ia ke rumah Shilla untuk menghindari pertunangan tersebut, tapi sekarang dengan mantapnya Shilla menyuruhnya ke menghadiri acayang yang –mungkin- tidak diinginkannya itu.

“tapi shill, pertunangan itu nggak mungkin, gue baru kenal Alvin beberapa bulan dan nggak semudah itu gue nerima Alvin jadi tunangan gue. Gue bahkan belum pernah pacaran.” Kata Sivia melas. Ia mengabaikan perasaan aneh yang mempora-porandakan hatinya.

“nggak, vi. Lo yang salah. Lo harus hadirin pertunangan itu. Lo harus percaya sama gue, percaya sama gue.” Shilla mencengkram pelan kedua bahu Sivia dan memaksa sahabatnya itu untuk menatap matanya dan mempercayai dirinya. “percaya sama gue, lo kenal Alvin lebih dari lo kenal diri lo sendiri. Gue nggak mau lo nyesel.” Shilla mencoba meyakinkan.

Dengan perasaan bingung bercampur dengan perasaan aneh yang berada di ulu hatinya, Sivia hanya diam. Ia dilemma. Apa maksud perkataan Shilla, ia baru mengenal Alvin beberapa bulan belakangan ini, bagaimana mungkin ia bisa mengenal Alvin lebih dari ia mengenal dirinya sendiri. Lagi pula apa yang akan ia sesali?

“lo nggak usah bingung, apapun yang lo rasain sama Alvin akan lebih jelas nanti, lo boleh lupain segalanya tapi gue yakin masih ada perasaan yang sulit lo ngertiin jauh didalam sini.” Shilla menunjuk dadanya. Ia tersenyum meyakinkan.

“tunggu gue disini, gue balik sebentar lagi setelah itu kita pergi kesalon, oke.” Shilla berjalan keluar kamarnya, meninggalkan Sivia yang masih membatu.

Perlahan, tangannya memegang dadanya. Perasaan yang sulit lo ngertiin jauh didalam sini. Suara Shilla terus menyapa gendang telinga secara semu. Jelas sudah, perasaan itu tertuju dan bermuara pada satu nama. Namun Sivia belum yakin, iya memejamkan matanya dan kali ini benar-benar diyakinkan oleh satu wajah yang memenuhi sisi gelap matanya. Nama dan wajah itu….



****FB on****


Langkah yang terkesan pelan dengan perlahan berubah tempo menjadi cepat, cepat dan kini berlari. Ia menerobos puluhan tamu yang berada di gedung. Tak lagi dipedulikan beberapa orang yang mengikuti langkahnya dari belakang, yang ia pedulikan hanyalah gadisnya, via-nya.

Tepat didepan pintu gerbang gedung, ia menemukan sosok gadisnya yang masih berlari dengan langkah terseok-seok. terlihat jelas bahu gadisnya sedikit berguncang, gasinya pasti menangis dan itu karenanya.

“VIAAAA” teriakan tersebut membuat langkah via berhenti.

Nathan tersenyum, setidaknya ia tahu sekesal apapun gadis tersebut, ia masih mau mendengar panggilannya. Dan berhenti tepat disana, tidak jauh darinya.

“maafin gue, gue salah.” Nathan berujar pelan. Suaranya terdengar bergetar, pelupuk matanya pun kini meneteskan setetes air mata yang jarang ia keluarkan.

Via tertegun. Nathan menangis tepat dihadapannya. Begitu terluka kah laki-laki itu karena telah membuat hatinya sakit.

“Nathan lebih sakit lihat via sakit hati gara-gara tingkah Nathan” air matanya jatuh lagi.

Masih dengan diam. Tatapan mata via melembut. Dilihatnya kesungguhan dimata Nathan. Tidak ada lagi alasannya untuk menolak kata maaf Nathan.
Sivia tersenyum hangat.

  
****FB off****



08.10

Alvin menghentak-hentakan sepatunya kesal. acara seharusnya sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu, namun acara tukar cincin belum juga dilakukan. Apalagi masalahnya kalau bukan karena gadis calon tunangannya belum terlihat. Sementara semua tamu sudah hampir datang semua. Ia semakin pusing mendengar pertanyaan kedua orang tuanya dan ibu Sivia ‘dimana Siviaa?’. Oh ayolah jangan menanyakannya lagi, sebelum kepalanya pecah dan mengeluarkan semua isi otaknya yang sudah menyusun rencana-rencana terkutuk untuk menarik Sivia ke depan altar jika pertunangan ini gagal.

‘dia akan datang Alvin’ Sekelebat suara-suara yang datangnya entah dari mana terus menghantam ulu hatinya dan membuat keteguhannya sedikit lebih kuat.


08.35

Alvin berjalan gelisah kearah jendela dipojok ruangan. Ia terus melihat kearah gerbang dan berharap gadis tunangannya sedang turun dari mobil dan bergegas masuk kedalam gedung unuk memulai acara tukar cincin. Tapi tampaknya dewa keberuntungan tidak memihak kepadanya, gerbang tersebut tetap terlihat menganga lebar namun tidak memuntah sesuatu yang ia harapkan kehadirannya.

Tamu-tamu undangan masih larut dalam pesta, Cakka dari tadi sibuk menekan keypad smartphone –nya –entah menghubungi siapa, sementara kedua orang tuanya sudah bermandikan keringat –mereka juga takut kalau Sivia tidak datang, tapi tampaknya Alvinlah yang paling takut itu terjadi.

‘dia pasti datang Alvin’ suara itu kini berpusar dikepalanya, menjernihkan keyakinannya yang tadi sempat mengeruh.


08.49

Alvin tetap pada tempatnya, didepan jendela yang berhubungan langsung dengan halaman gedung. Matanya tetap terfokus pada gerbang. Sesekali ia mendesah, kegelisahannya semakin menguar, kali ini ketakutan ikut menghantam tubuhnya, membuatnya lemas.

“Vin, lo nggak papa, kan?.” Ify menepuk pundak Alvin lembut, membuat adik sepupunya itu menoleh dan menatapnya dengan mata sayu.

Alvin hanya mengangguk dan menampilkan senyum tipisnya –senyuman yang hamper tak terlihat di mata Ify.

“dia  pasti datang Vin, aku yakin.” Kata Ify meneguhkan.

 Lagi-lagi Alvin mengangguk.setelahnya Ify meninggalkan Alvin, ia tahu Alvin butuh sendirian untuk menenangkan dirinya yang terselubung kegelisahan dan ketakutan.

‘dia harus datang’ kali ini suara itu –lagi- berkelebat tepat didada Alvin. Sesak yang yang dirasanya semakin menjadi, sepertinya suara itu adalah bentuk dari obsesinya yang merayap dari dadanya dan terus naik menyekat tenggorokannya, hingga membuat Alvin sulit untuk bernafas. Terlalu sesak.


08.57

Tak ada tanda Sivia akan datang. Hanya sekelebat kendaraan yang berlalu lalang didepan gerbang –karena letak gedung memang berada di pinggir jalan raya besar. Sivianya tidak datang. Sivianya tidak disini.

Tubuh Alvin semakin lemas, hingga ia hampir terjatuh kalau saja punggungnya tidak bersandar pada tembok disamping jendela. Wajah putih pucatnya semakin pucat sekarang. Otaknya yang berproses seperti computer Pentium IV terasa diremas-remas kenyataan hingga akhirnya error, hang dan tinggal menunggu di shut down dengan paksa.

‘Siviamu tidak akan datang’ kata-kata tersebut sepertinya tertulis secara besar-besaran di monitor otaknya. Dan tulisan itu sepertinya berhasil mematikan suara-suara penegar yang sedari tadi menguatakannya.



*****FB on*****


Nathan lega melihat Sivia kini tersenyum kepadanya. Disekanya air mata yang tadi sempat keluar tanpa izin.

“via maafin Nathan” kata Sivia yang sambil merentangkan tangannya kearah Nathan. Senyumanya tak kunjung terhapus. Melekat sempurna disana.

Nathan balas tersenyum, ia berjalan pelan kearah via, ingin menyambut rentangan tangan gadisnya. Dengan langkah perlahan, natahan menghampiri via. Perlahan. Namun tempo langkah itu berubah ketika menyadari sebuah mobil yang melesat kea rah gadisnya. Apa kalian lupa sekarang mereka ada di luar gerbang. nathan berada didepan gerbang, sementara Sivia berada tak jauh darinya –tepatnya di tengah jalan yang sepi karena kini jarum jam menunjukan pukul sebelas malam.

“VIAAA” teriaknya kalut.

Nathan berlari menghampiri via. Ketika mobil berada di jarak 3 meter dengan tubuh gadisnya, Nathan sudah berhasil memeluk tubuh via. Nathan Memelekunya erat –sangat erat. Mereka berpelukan seperti patung, tak berniat beranjak sedikitpun dari sana karena sepasang kaki mereka terasa terpaku kuat di kelamnya aspal jalanan. Pelukan mereka semakin mengereta seiring mata mereka tertutup rapat, mencoba merasakan rasanya kebersamaan sebelum kap mobil menghantam tubuh mereka –tepatnya tubuh nathan yang memeluk via. Mereka berdua terseret hingga beberapa meter. Pelukan Nathan terlepas dari tubuh via, hingga membuat via terhempas ke trotoar jalan, kepalanya membentur tepi trotoar, sementara tubuh Nathan terpelanting keras hingga jatuh beberapa langkah dari tubuh via.

  
*****FB off****



*****bersambung*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar