Rabu, 01 Mei 2013

NO SAD!!! (part 5)



-gak Jelas-


kilah-kilah cahaya matahari mulai menyembul dari balik jendela kamarnya, terang kilaunya kini memenuhi setiap sudut kamar. Sivia yang baru saja tersadar dari tidurnya kemarin malam hanya dapat diam untuk beberapa menit kedepan. kesadaran-kesadaran yang kemarin menguap mulai terkumpul kembali, membuat sisa kantuk terbawa lenyap bersama udara dingin kemarin malam.

Sivia menggeliat guna merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku. matanya menyapu habis kesekeliling kamarnya dan terhenti tepat di jam dinding yang masih setia menyender ditembok yang sama.

Sivia terbelalak mendapati jam dinding tersebut yang seakan menyadarinya kalau sebentar lagi ia akan telat ke sekolah. tapi begitu matanya menangkap jelas koper berukuran sedang yang ada dipojok kamar, ia jadi mendesah dan mengingat kalau rencanya hari ini ia tidak akan masuk sekolah.

ia beranjak bangun dan segera masuk kekamar mandi setelah sebelumnya menyambar haduk yang terlipat rapi diatas meja. setelah melewati hampir 30 menit lebih, Sivia sudah siap dengan baju kaos yang sedikit kebesaran dibadannya, celana jins yang diguankannya menambah aksen past dan sepatu kets yang benar-benar membuatnya terlihat seperti gadis tomboy.

Sivia menarik nafas berat sebelum benar-benar meninggalkan kamar tercintanya, ia menyeret kopernya sambil menunduk, ditutupnya pintu kamarnya dengan pelan.

kamar didepan kamarnya. Sivia sedikit melrik kearah kamar berpintu putih didepan kamaranya sebelum dia benar-benar meninggalkan rumah ini. apa yang sedang dilakuakan pemilik kamar tersebut didalam sana? pikirnya menaruh rasa khawatir. lagi-lagi rasa berat menghantam hatinya. tidak, jangan lagi Sivia. bukankah ini pilihanmu! jangan berfikir bodoh untuk membatalakan aksi minggatmu sebelum besok lusa semuanya akan terjadi.

CKLEEEEEK

pintu kamar dihadapannya terbuka lebar, Sivia meneguk ludahnya kasar. sosok Cakka keluar dari kamar tersebut sambil membawa baskom berisi air dan handuk kecil. sudah bisa diperkirakan semalaman penuh Cakka menjaga Alvin dan mengompresnya agar demam laki-laki tersebut cepat turun.

###########

               
Cakka membuka pintu kamar Alvin setelah selesai mengompres Alvin dengan air dingin. semalam Cakka terbangun dari tidurnya disamping Alvin dan merasakan suhu tubuh Alvin semakin tinggi. ia ingin memanggil dokter keluarga sindhunata namun diurungkannya karena hal tersebut bisa membuat tuan dan nyonya sindhunata yang diluar negri bisa kalang kabut karena tau keadaan putra tunggal mereka yang jauh dari kata baik.

Cakka menutup pintu kamar dan menemukan Sivia yang berdiri didepan kamarnya. gadis tersebut sudah berpakaian rapi ternyata. Cakka menatap tajam Sivia, membuat gadis tersebut menunduk takut.

“gue pastiin lo bakalan nyesel setelah ini.” kata Cakka tajam sambil membuang muka dan berjalan menuruni tangga tanpa memperdulikan Sivia lagi.

Drrrrrt Drrrrrt Drrrrrt Drrrrrrrt

HP Cakka bergetar. dengan sigap Cakka meletakan baskom tadi di meja daput dan dengan segera mengambil hpnya yang berada disaku celananya. ia tersenyum tipis melihat nama seseorang yang terpampang dilayar LCD hpnya.

“hallo.” terdengar suara ceria seorang gadis disebrang sana.

“hallo jelek.”

“aissh-_- gembul berhenti memanggilku jelek.”

Cakka meringis mendengar dirinya dipanggil gembul. “ini mulutku, terserahku mau memanggilmu apa.” gadis disebrang sana terdengar menggeram karena kesal dengan tingkah Cakka yang tidak pernah berubah. “baiklah, aku minta maaf. ada apa kau menelponku? merindukanku?.”

“JANGAN MIMPI” teriakan terdengar dari sebrang, Cakka segera menjauhkan Hpnya dari telinganya. “aku hanya ingin kau menjemputku besok pagi dibandara, aku akan pulang ke indonesia” jelasnya.

“wah serius kau akan pulang besok, berarti kebetulan sekali dengan hari pertungan nathan”

“serius si sipit china blangsak itu akan tunangan, aku tidak percaya kalau ada gadis yang mau menjadi tunangan si bocah es itu.”

Cakka tersenyum tipis. “siapa yang mau dengan bocah es itu, nasibnya sama seperti kita bodoh. mereka dijodohkan juga.”

beberapa saat suara disana menghilang, bisa Cakka pastikan kalau gadis diujung sana sedang mengingat hari pertunangannya dengan Cakka satu tahun yang lalu.

“sudahlah, besok aku akan menjemputmu.”

“hmmm, baiklah jemput aku jam 6 pagi, awas saja kalau kau ngaret, ku cincang tubuh gembulmu itu.”

Cakka meringis lagi sambil menganggung-ngangguk mengiyakan ancaman gadisnya. gadisnya. “mengancumku? hahahaha, baiklah nona ancamanmu membuat bulu ketekku berdiri hahaha.”

“GEMBUL KAU MENYEBALKAN.”

“kupikir akan lebih menyebalkan lagi ketika kau bertemu denganku.” kata Cakka menggoda.

“terserahmu saja tuan gembul nuraga.”

TUT TUT TUT

sambungan terputus begitu saja. salah satu kebiasaan tunangannya yang suka sekali memutuskan sambungan tanpa permisi.

Cakka tersenyum singkat. tak habis pikir kenapa dia yang dulu paling menentang tunangannya dengan gadis tersebut kini malah menjadi sangat posesif kepada gadis itu. dia tidak akan munafik dan berpura-pura mengakui kalau dirinya senang ketika gadisnya memilih bersekolah diluar negri dan meninggalkannya setelah 2  bulan pasca pertunangannya. saat itu ia merasa kehilangan, tentu saja setelah tinggal satu atap bersama gadis itu selama 2 bulan dan mengakui kehadiran gadis tersebut sangat berarti setelah gadis itu pergi keluar negri. mungkin sekarang dia sudah mencintai gadis tersebut atau mungkin dalam proses mencintai gadis itu.

#####################


Aku pasti akan merindukan rumah ini. Sivia memandang rumah besar milik keluarga sindhunata dengan seksama. beberapa bulan menjadi bagian dari rumah tersebut membuatnya benar-benar ragu untuk meninggalkan rumah itu. tapi dia tetap akan pergi.

 Sivia memasuki taksi yang sudah dipesannya dan tetap memandang rumah keluarga sindunata tersebut dari balik kaca taksi. ntah rumah itu atau tuan muda rumah itu yang membuat hatinya berat untuk pergi. seketika bayangan wajah Alvin memenuhi ingatannya. mulai dari awal mereka bertemu, berkenalan, berdebat, berkelahi, bertingkah konyol, sampai ingatan terakhirnya jatuh pada acara di sekolah Alvin yang membuatnya harus berduet dengan laki-laki itu.

Sivia tersenyum tipis. dirabanya dadanya yang terasa aneh. berdebar. jantungnya yang dibalik tulang dadanya berdebar dengan kacau. Sivia meringis dengan wajah kecut. baiklah Sivia, hentikanlah semua keanehan ini!

####################


seorang gadis berwajah tirus menyeret kopernya dengan santai. wajah tirusnya yang terlihat lelah menjelaskan bahwa gadis tersebut baru saja selesai melakukan perjalanan jauh. sesekali ia mendengus kesal sambil memperhatikan setiap orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya, memastikan bahwa salah satu dari orang-orang tersebut adalah orang yang akan menjemputnya. namun sepertinya ia tidak melihat orang yang dicarinya.

gadis itu kembali menyeret kopernya dengan malas. namun beberapa langkah dari tempatnya berpijak, sepasang telapak tangan telah menutup matanya. ia dapat mencium bau parfum maskulin tubuh orang yang memiliki telapak tangan yang menutup matanya. aroma parfum maskulin tersebut begitu familiar. ia mengenalinya. orang yang menutup matanya...

“berhentilah bermain-main, bisakah  kau langsung membawaku pulang.” tuntut gadis tersebut tanpa harus merasa penasaran lagi dengan orang menutup matanya.

“hahaha... kau masih mengenaliku ternyata.”

“tidak akan ada yang lupa dengan bau parfum maskulin yang selalu kau gunakan tuan.”

“kuanggap itu pujian.” Cakka –orang yang tadi menutup mata gadis tersebut tersenyum jahil.

“terserahmu saja.” dengus gadis tersebut. “sekarang bisakah kau mengajakku pulang, aku lelah sekali dan ingin cepat tidur.”

“cih-_- kau mau tidur lagi dipagi secerah ini, dasar kebo! tinggal dinegara orang ternyata tidak membuatmu berubah banyak.” Cakka menoyor kepala gadis tersebut sambil menunjukkan senyum menyebalkannya –menurut gadis tadi-

“kau jangan banyak bicara tuan gembul, cepat bawa aku pulang sebelum aku mengamukimu disini.” ancam gadis tersebut sambil menyeret kopernya ke luar bandara. ia belum mau berdebat dengan orang semenyebalkan Cakka.

“yeaaah! your wish my baby.” bisik Cakka seduktif setelah menyamai langkah gadisnya. dengan ringan tangan Cakka langsung merangkul bahu gadis tersebut.

#########################

Cakka menjalankan mobilnya setelah memaskinkan kalau gadis disebelahnya sudah memsang sabuk pengamannya dengan benar.

“bagaimana acara pertunangan Alvin? bukankah akan dilaksanakan sekarang?.” tanya gadis tersebut setelha menguap lebar dan memaksakan matanya agar tidak tertutup sebelum sampai dirumah.

“calon tunangannya pergi seentara orang tua mereka tidak tau, Alvin juga tidak terlalu memperdulikan hal tersbut, katanya biarkan saja berjalan apa adanya.” kata Cakka menjelaskan. gadisnya mengangguk paham.

“memang siapa calon tunangannya?”

“Sivia Azizah.” jawab Cakka sambil memutar mobilnya untuk kembali kejalan yang sebelumnya dan berbelok kearah jalan yang tentu saja bukan jalan pulang.

“Sivia? what? bukankah gadis itu...”
“gadis yang menghadiri acara pertunangan kita dulu dan gadis yang membuat acara pertunangan kita menjadi bencana.” balas Cakka dingin. gadis yang duduk disebelahnya hanya diam, dia tahu jelas kejadian yang terjadi disaat pertunangannya dengan Cakka –beberapa tahun lalu-.

Cakka menghentikan laju mobilnya tepat didepan sebuah pekarangan rumah sederhana.

jangan kemana-mana, aku ada urusan sebentar.” perintah Cakka yang dijawab dengan anggukan patuh oleh gadisnya.

Cakka turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri dua gadis yang tengah duduk-duduk diteras rumah sederhana tersebut. gadis tunangan Cakka hanya memperhatikan apa yang akan dilakukan Cakka dengan dua gadis yang ada diteras tersbut.

Dengan mata memicing, gadis itu dapat melihat siapa dua gadis yang menjadi objek Cakka. dia masih mengingat wajah kedua gadis tersebut. apalagi salah satunya adalah orang yang barus saja menjadi bahan pembicaraannya dengan Cakka.

#####################


Cakka menghampiri kedua gadis yang tengah duduk-duduk santai di sebuah teras rumah sederhana. Shilla dan Sivia. kedua gadis tersebut melihat kedatangan Cakka dengan pandangan bingung. Mereka meneguk ludah kasar karena melihat raut datar wajah Cakka terlihat menyeramkan.

“gue gak mau basa basi sama lo berdua, gue Cuma mau minta lo dateng keacara pertunangan lo sendiri.” Cakka melirik Sivia dengan sinisnya.

Shilla yang mengerti maksud Cakka langsung berdiri menantang. sementara Sivia hanya diam kebingungan dengn tingkah Shilla. apa Shilla tau maksud Cakka dengan pertunangan? padahal Sivia belum cerita apa-apa dari semenjak di melarikan diri kerumah ini.

“lo nggak usah ikut campur aShilla zee.” Cakka menatap nyalang wajah silla. “lo nggak ada urusan sama gue.”

“semua  masalah yang menyangkut Sivia adalah masalah gue juga.” Shilla membalas tatapan Cakka dengan sinisnya.

“gue tau.” sahut Cakka ringan. “tapi sebaiknya lo balas budi atas kejadian beberapa tahun yang lalu di pesta pertunangan gue.” Cakka menyeringai. “balas budi atas nyawa sahabat lo yang berhasil di..........”

“DIEM LO. jangan ngungkit masa lalu disini.” potong Shilla dengan emosi. “lo Cuma bakalan nyakitin Sivia.” 

Cakka berdecih sambil menyeringai. ditariknya tangan Shilla agar lebih mendekat dan menghapus jarak diantara mereka (eaaa). “gue gak peduli.” bisik Cakka setelah memastikan mulutnya berada tepat didepan telinga Shilla sehingga membuat mereka terlihat seperti orang berpelukan.

Tubuh Shilla menegang. ini bukan pertama kalinya ia merasakan sentuhan Cakka yang seakan menghapus jarak segala rasa bencinya.

“gue gak peduli, yang jelas lo harus bawa Sivia ke gedung sindhunata malam ini, tepat jam 8. kalo lo nggak berhasil, gue pastiin lo sama keluarga lo nggak bisa makan besok pagi dan rumah lo....” Cakka menarik tubuhnya dan berdiri tegak kembali. ia menyeringai tipis sambil memandang Shilla remeh. “lo tau sendiri apa yang bakalan terjadi kalo lo nggak nurutin gue.” kata Cakka pelan namun menusuk Shilla.

“dan lo Sivia azizah, berhenti bohongin diri lo sendiri sebelum lo ngerasa nyesel nyia-nyiain kesempatan ini.” kata Cakka kembali mengancam. wajah datarnya yang tadi kini berganti ekspresi dengan senyuman manis –yang dibuat-buat-.

“inget apa yang gue bilang.” ujar Cakka dengan nada ramah.

Setelahnya Cakka berjalan pergi dan kembali ke mobilnya. gadis yang sedari tadi menatapnya dari dalam mobil hanya diam. berusaha tidak memperdulikan apa yang dilakukan Cakka tadi dengan gadis yang bernama Shilla.

“gue Cuma ngasi peringetan.” kata Cakka menjelaskan pada gadisnya yang terlihat cemburu.

aku gak peduli.” gadis tersebut membuang wajahnya berusaha acuh.

Cakka tersenyum manis, disentuhnya pipi gadis tersebut dengan sayang dan mengarahkan wajah gadis tersebut agar menghadap kearahnya. tatapan tajam mata Cakka jatuh tepat dimanik-manik mata gadisnya. dan....

wajah gadis tersebut merona merah setelah Cakka mengecup keningnya dengan sayang, hal tersebut cukup membuat rasa cemburunya menguap dan membuktikan kalau Cakka benar-benar menyayanginya dan tidak mungkin berpindah kelain hati lagi. Cakka terkekeh geli melihat rona merah gadisnya.



--------------------------BERSAMBUNG----------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar